Anda di halaman 1dari 2

TAHU DIRI DALAM KONTEKS KEKINIAN

oleh Widyatma Alfathan Satrio

Tidak bisa di pungkiri lagi bahwa zaman sekarang adalah zaman yang segalanya serba teknologi,
bahkan segala macam aktifitas apapun bisa dilakukan oleh gadget atau teknologi zaman now, tapi apasih
hubungannya antara zaman now dan tahu diri?

Tahu diri adalah orang yang selalu menyadari kelebihan-kelebihan dan kekurangan-kekurangannya
sehingga mampu menempatkan dirinya secara tepat dalam relasi humani yang seimbang . 1 dan tahu diri juga
bisa diartikan bahwa kita mengerti akan batas-batas apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak harus
dilakukan, tapi tahu diri bukan berarti kita mengalah akan sesuatu, dan bukan juga tahu diri tersebut diartikan
bahwa kita tidak boleh untuk membantu seseorang, tapi dalam konteks ini tahu diri adalah bisa menempatkan
diri juga dalam segala hal.

Tahu diri sangat erat kaitannya dengan hak dan kewajiban yang mengikat seseorang tersebut, pasalnya
hak dan kewajiban inilah yang menjadi acuan dalam kita memahami tentang tahu diri yang sebenarnya. Hak
ialah hasil yang murni daripada akal yang pertama, artinya hak itu tidak berubah meskipun waktu dan tempat
berlainan, dan mesti ada pada tiap-tiap manusia yang berakal dan wajib dihormati2, dan kewajiban adalah
suatu batas dari sesuatu yang menjadi kemerdekaan dalam suatu hak3 . Hak dan kewajiban itu dapat
memposisikan diri kita dalam kondisi yang ”tahu diri” dalam konteks sebenarnya. Dengan hak kita jadi
mengerti tentang apa yang harusnya kita dapat, mulai dari apa yang kita dapat, apa yang bisa dilakukan, dan
segala hal mengenai hal-hal yang kita harus dapatkan, dengan kewajiban kita bisa mengetahui apa yang kita
harus dilakukan, apa yang harus kita ikat dengan diri kita, hingga sesuatu yang mengikat kita hingga kematian
itu menjemput diri sendiri.

Hak tersebut bisa dibagi lagi menjadi beberapa bagian yaitu hak atas Allah, hak atas harta benda, hak
atas milik, hak perhubungan dan perjanjian, hak atas kepercayaan dan keyakinan, hak pendidikan, hak tubuh
dan hak-hak lainnya.4, dan kewajiban itu sendiri bisa dibagi lagi diantaranya kewajiban kepada Allah,
kewajiban kepada masyarakat, kewajiban kepada negara, kewajiban dalam keluarga, dan kewajiban-
kewajiban lainnya5,

Kekinian adalah keadaan kini atau sekarang, jadi bisa diartikan kekinian itu adalah yang lagi ngetren
saat ini, atau yang sedang populer, sedang booming saat ini6. Kekinian juga bisa diartikan sebagai suatu
kondisi yang dimana segala hal yang berkaitan tentang apapun bisa dikaitkan dengan masa kini, namun jangan
mengkaitkan kekinian dalam konteks yang negatif namun cukup kaitkan kekinian dengan hal-hal yang
berkaitan dengan sesuatu yang positif. Kekinian yang bisa dikaitkan dengan hal yang positif antara lain, segala
hal yang sudah dikaitkan dengan teknologi, kecepatan dalam mentransfer informasi yang cepat, kemudahan
dalam belajar, betransaksi, bahkan dalam beraktivitas.

1
L. Sinuor Yosephus, Etika Bisnis pendekatan filsafat moral terhadap perilaku pebisnis kontemporer, (Jakarta:Yayasan Pustaka
Obor Indonesia,2010) Hlm 115
2
Prof. Dr Hamka, lembaga hidup (ikhtiar sepenuh hati memenuhii ragam kewajiban untuk hidup sesuai ketetapan ilahi, (jakarta:
Republika Penerbit, 2015), hlm 132
3
Ibid, hlm 135.
4
Ibid, hlm 40.
5
Ibid, hlm 1.
6
Herman, Pengeertian Kekinian Bahasa Gaul jaman Sekarang, http://www.hermanbagus.com/2015/08/Pengertian-Kekinian-
Bahasa-Gaul-Jaman-Sekarang.html.
Tahu diri dalam konteks kekinian yang dimaksud adalah sebuah sikap yang dapat menempatkan posisi
dalam segala hal yang berkaitan dengan kekinian, mulai dalam berbicara, beraktivitas, berhubungan dengan
masyarakat, berhubungan di media sosial, membuat konten-konten digital dan segala aktifitas yang berkaitan
dengan masa kini. Aktifitas kekinian baik yang dilakukan secara langsung ataupun via digital sudah memiliki
etikanya masing-masing. Etika pada umumnya hanya dilihat dari sisi nilai baik-buruk, karena nilai baik itu
dianggap pasti benar dan nilai buruk dianggap pasti salah, hal ini semakin jelas jika dikaitkan dengan etika
religius, apa saja yang perintahkan oleh Tuhan dianggap benar dan baik, sedangkan yang dilarang-Nya
dianggap buruk dan salah7.

Etika sosial dan budaya merupakan salah satu yang menurunkan sikap “tahu diri”. Etika sosial dan
budaya bertolak dari rasa kemanusiaan yang mendalam dengan menampilkan kembali sikap jujur, saling
peduli, saling memahami, saling menghargai, saling mencintai, dan saling menolong di antara sesama manusia
dan warga bangsa8

Banyak kita temui aktifitas dimasa sekarang yang sangat kurang baik dalam etika dan moral, dalam
bukunya sistematika filsafat Sidi Gazalba mengatakan moral ialah sesuai dengan ide-ide yang umum diterima
tentang tindakan manusia, mana yang baik dan wajar9. Aktifitas yang kurang baik tersebut bisa dikaitkan
dengan konsep tahu diri yang tidak dilaksanakan dengan baik, jika orang tersebut mngerti tentang etika dan
moral yang sesuai dengan hak dan kewajibannya, maka orang tersebut bisa mengetahui tempat-tempat yang
tepat dalam melakukan suatu hal, bahkan hal yang dianggap buruk bisa menjadi baik disaat bisa
menempatkannya dengan baik, dan itu semua bisa dilakukan jika orang tersebut mengetahui konsep dari “tahu
diri” yang sebenarnya.

Tahu diri pada akhirnya akan menuntun diri kita kepada sikap yang ideal dalam segala hal, bahkan
tahu diri itu sendiri seharusnya bisa menjauhkan diri kita dari sikap apatis dan sombong. Apatis dan sombong
termasuk kedalam tipe orang yang tidak akan pernah sukses, karena apatis dan sombong merupakan turunan
dari sikap individualisme yang tinggi10, oleh karena itu wajib bagi kita untuk mengetahui konsep tahu diri
yang sebenarnya, karena itu juga menunjang cara hidup kita dalam beraktifitas sehari-hari.

7
Dr. Abd. Haris, ETIKA HAMKA, Konstruksi Etik Berbasis Rasional-Religius, (Yogyakarta: Lkis Yogyakarta, 2010), hlm 35
8
Ibid, hlm 205
9
Ibid, hlm 33
10
Christina Andhika Setyanti, 7 tipe orang yang tidak akan pernah sukses,
http://lifestyle.kompas.com/read/2013/09/25/1746363/7.Tipe.Orang.yang.Tidak.Akan.Pernah.Sukses

Anda mungkin juga menyukai