membantu produksi antibodi dan aktivasi fagosit-fagosit lain, sedangkan CD 8+ berperan sebagai efektor langsung untuk fagositosis parasit dan menghambat perkembangan parasit dengan menghasilkan IFN-γ. Plasmodium masuk ke dalam sel-sel tubuh akan berikatan dengan reseptor limfosit B yang berperan sebagai sel penyaji antigen kepada sel limfosit T dalam hal ini CD 4+, kemudian berdeferensiasi menjadi sel Th- 1 dan Th-2. Sel Th-2 akan menghasilkan IL-4 dan IL-5 yang memacu pembentukan Ig (Imunoglobulin) oleh limfosit B. Ig meningkatkan kemampuan fagositosis makrofag. Kekebalan bawaan pada malaria merupakan suatu sifat genetik yang sudah ada pada hospes, tidak berhubungan dengan infeksi sebelumnya, misalnya manusia tidak dapat diinfeksi, Orang Negro di Afrika Barat relatif kebal terhadap P. Vivax karena mempunyai golongan darah Duffy, Orang yang mengandung Hb S heterozigot lebih kebal terhadap infeksi P. Falciparum oleh karena pada tekanan O2 yang lebih rendah dalam kapiler, Defisit G-6-PD (Glucose-6-Phosphate Dehydrogenase) pada eritrosit dapat melindungi organ terhadap infeksi berat P. Falciparum, Penderita Southeast Asian Ovalocytosis (SAO) dimana ovalositosis dihubungkan mampu tahan terhadap serangan malaria, karena mudah difagositosis ketika melawati limpa. Kekebalan yang didapat pada malaria dapat dibedakan dalam beberapa kategori. Kategori kekebalan terhadap gejala klinis, kekebalan risidual, Keadaan kekebalan pada hospes yang telah terinfeksi sebelumnya dengan parasetemia asimtomatik disebut premunisi. Imunitas terhadap stadium siklus hidup parasit (stage specific), dibagi menjadi a. Imunitas pada stadium eksoeritrositer yaitu berupa antibodi yang menghambat masuknya sporozoit ke hepatosit dan antibodi yang membunuh sporozoit melalui opsonisasi. b. Imunitas pada stadium aseksual eritrosit berupa antibodi yang mengaglutinasi merozoit, menghambat cytoadherance dan menetralkan toksik c. Iminutas stadium seksual yang menghambat fertilisasi dan membunuh gametosit.