Hipertensi 1
Hipertensi 1
Hipertensi
Pengertian
Menurut WHO ( 1978 ) Hipertensi adalah jika tekanan darah : > 140 / 90
mmHg
Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi
menjadi 2 Yaitu :
1. Hipertensi primer / Hipertensi esensial yang ( tidak diketahui
penyebabnya ) disebut juga hipertensi idiopatik. → Terdapat sekitar 95
% kasus
Faktor yang mempengaruhuinya seperti :
Genetik, Lingkungan, Hiperaktivitas susunan saraf simpatis,
Sistem renin-angiotensin, Defek dalam ekskresi Na, peningkatan
Na dan Ca intraselular, dan faktor-faktor yang meningkatkan
risiko seperti obesitas, alkohol, merokok
Patogenesis
Teori tentang patogenesis terus berkembang
Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer
Pada tahap awal hipertensi primer, curah jantung meningkat, tahanan perifer
normal, disebabkan peningkatan aktifitas simpatik
Tahap selanjutnya, curah jantung kembali normal sedangkan tahanan perifer
meningkat. ( ini disebabkan refleks autoregulasi, yaitu :mekanisme tubuh
mempertahankan keadaan hemodinamik yang normal)
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui
beberapa cara:
1. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak
cairan pada setiap detiknya
2. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga
mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah
melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung
Diktat Ilmu Penyakit Umum 1
dr. Ferry
Hipertensi
Gejala Klinis
Tekanan darah meningkat
Kadang tanpa gejala
Berdasarkan survey hipertensi ditemukan gejala :
Sakit kepala, Pusing, Migren, Epistaksis ( jarang ), cepat marah,
telinga berdenging, susah tidur, Sesak nafas, rasa berat ditengkuk,
mata berkunang-kunang
Gejala lain yang disebabkan oleh komplikasi hipertensi :
Gangguan penglihatan
Gangguan Neurologi
Gagal jantung
Gangguan fungsi ginjal
Menegakkan Diagnosis
Hipertensi ditegakkan dengan dua kali atau lebih pengukuran pada
kunjungan yang berbeda, kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau gejala-
gejala klinis
Pengukuran tekanan darah darah dilakukan dalam keadaan pasien duduk
bersandar, setelah beristirahat selama 5 menit
Anamnesis : Lama menderitanya, riwayat dan gejala penyakit-penyakit yang
berkaitan seperti penyakit jantung koroner, gagal jantung, riwayat penyakit
dalam keluarga, kebiasaan seperti merokok, makanan, pemakaian obat
bebas, hasil antihipertensi sebelumnya bila ada, dan faktor psikososial
lingkungan ( keluarga, pekerjaan, dll )
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi
bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan faktor risiko lain atau
mencari penyebab hipertensi
Pemeriksaan : urinalisa, darah perifer lengkap, kimia darah ( kalium,
natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, kolesterol HDL, dan
EKG
Pemeriksaan tambahan : Protein urin 24 jam, asam urat, kolesterol LDL
Komplikasi
Hipertensi yang lama : dapat terjadi Gagal ginjal
Hipertensi berat : Gagal jantung
Hipertensi ringan dan sedang pada mata dapat terjadi perdarahan
retina, gangguan penglihatan, sampai dengan kebutaan.
HIPERTENSI SEKUNDER
Pielonefritis
Nefritis tubulointerstisial
Nekrosis tubular akut
Kista
Nefrokalsinosis
Kista
Nefrokalsinosis
Tumor
Radiasi
Diabetes
SLE
Penyumbatan
2. Renovaskular Aterosklerosis
Hiperplasia
Trombosis
Aneurisma
Emboli kolesterol
Vaskulitis
Rejeksi akut sesudah transplantasi
3. Adrenal Feokromositoma
Aldosteronisme primer
Sindrom cushing
4. Aorta Koarktasio aorta
Arteritis Takayasu
5. Neoplasma Tumor wilm
Tumor yang mensekresi renin
6. Kelainan endokrin lain Obesitas
Resistensi insulin
Hipertiroidisme
Hipotiroidise
Hiperparatiroidisme
Hiperkalsemia
Akromegali
Sindromi karsinoid
7. Saraf Stres berat, psikosis
Tekanan intrakranial meninggi
Strok
Ensefalitis, sindrom Guilain
Barre
8. Toksemia pada kehamilan
9. Obat-obatan Konstrasepsi oral
kortikosteroid
Hipertensi Ginjal
Penyakit parenkim ginjal adalah penyebab tersering hipertensi sekunder
yaitu sebanyak 2,5-5%. Hipertensi esensial dapat menyebabkan penyakit ginjal
menahun, sedangkan penyakit ginjal merupakan penyebab paling sering
hipertensi sekunder.
Hampir semua kelainan ginjal dapat menyebabkan hipertensi sekunder
tetapi tersering adalah : pertama, penyakit glumerulus (Glomerulus pasca
infeksi, sklerosis fokal segmen, vaskulitis ginjal, nefropati diabetes,
glomerulonefritis bulan sabit, lupus nefritis) dan kedua penyakit intersstisial
(penyakit ginjal polikistik, nefritis interstisial kronik).
Patogenesis
Hipertensi ginjal kemungkinan besar disebabkan oleh kombinasi
beberapa faktor seperti keseimbangan natrium, faktor menyerupai digitalis,
sistem renin anglotensin aldosteron (SRAA), prostaglandin ginjal, endotelin,
nitrogen, susunan saraf simpatis dan jumlah nefron.
Edotelin
Endotelin mempunyai sifat vasokonstriksi kuat yang berperan terhadap
hipertensi renal. Endotelin mempengaruhi tiga proses utama pada ginjal yaitu :
1) tonus pembuluh darah dan sel mesangium, 2) mitogenesis sel mesangium
dan 3) eksresi air dan garam.
Oksida Nitrogen
Diktat Ilmu Penyakit Umum 6
dr. Ferry
Hipertensi
Pengobatan
Pengobatan hipertensi akan mengurangi progresivitas fungsi ginjal.
Pembatasan Natrium
Cara-cara pembatasan natrium yaitu : 1) pembatasan natrium dalam
sehari sampai 2 g (88 mmol); 2) mengukur berat badan dan tekanan darah
secara teratur, 3) pemeriksaan ureum dan kreatinin serum dan 4) dilarang
pemberian tambahan garam kalium.
Pasien dievaluasi terhadap tanda-tanda dehidrasi (hipotensi ortostatik
atau penurunan berat badan yang cepat) atau peningkatan ureum dan kreatinin.
Bila terjadi gagal ginjal terminal dengan gejala sidosis metaboik yang
memerlukan bikarbonat, pemaian natrium perlu disesuaikan. Pemberian cairan
sitrat lebih baik daripada natrium klorida. Bila dengan cara ini belum
memberikan hasil yang memuaskan terhadap pengendalian terhadap darah,
perlu ditambahkan diuretik.
Diuretik tiazid
Tiazid khasiatnya kurang bila diberikan pada pasien hipertensi renal
dengan kadar kreatinin lebih dari 2 mg% atau klirens kreatinin kurang dari 30
ml per menit sebab kerjanya pada netron distal dimana netrium rendah.
Diuretik Loop
Diuretik loop seperti furosemid, asam efakrin, bumetamid dan
toresemid merupakan pilihan utama untuk penanggulangan kelebihan cairan
ekstraselular kurang dari 30 ml per menit kerja diuretik loop adalah
menghambat reabsorbsi natrium dan klorida pada loop henie yang naik
didaerah medula sebanyak 25-30%.
Pengobatan kombinasi diuretik loop dan tiazid
Pengobatan kombinasi ini dapat memberi khasiat positif walaupun tes
klirens kreatinin kurang dari 10 ml per menit. Kerja pengobatan kombinasi ini
adalah diuretik loop bekerja pada bagian proksimal yang menghambat absorbsi
natrium, sehingga natrium yang tiba di distal dieksresi oleh diuretik tiazid.
Antagonis kalsium
Antagonis kalsium mempunyai sifat vasodilatasi arterio aferen sehingga
tekanand alam kapiler glomerulus meningkat. Keadaan tersebut dalam waktu
lama akan mempengaruhi fungsi ginjal. Tetap banyak tulisan-tulisan mengenai
penggunaan antagonis kalsium paisen hipertensi dengan gagal ginjal
mempunyai khasiat baik terhadap penurunan tekanand arah maupun dalam
mempertahankan filtrasi glomerulus.
Pengobatan kombinasi
Pengobatan kombinasi antara golongan penghambat enzim
pengkonversi angiotensin dan antagonis kalsium diberikan pada pasien
hipertensi dengan gagal ginjal yang berat atau telah resisten. Bila kombinasi
kedua obat tersebut belum berhasil dapat ditambahkan vasodilator seperti
minoksidil.
Diet rendah protein
Diet rendah protein mempunyai pengaruh terhadap penurunan tekanan
dalam kapiler glomerulus.