Anda di halaman 1dari 7

1

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek pada mulanya merupakan

Rumah Sakit Onderneming Pemerintahan hindia belanda yang didirikan pada

tahun 1914 untuk buruh perkebunan. Saat itu bangunan Rumah Sakit masih semi

permanen dengan kapasitas seratus tempat tidur. Setelah Indonesia merdeka

RSUD Dr. H. Abdul Moeloek menjadi RSU Pemerintah Sumatera Selatan tahun

1950-1964 untuk selanjutnya menjadi RSU Tanjung Karang- Teluk Betung saat

Lampung menjadi provinsi sendiri. Setelah menjadi RSUD Provinsi Lampung

pada tahun 1965 sesuai SK Gubernur Lampung 07 Agustus 1984 Rumah Sakit

ini berubah nama menjadi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek hingga saat ini.

Tahun 1993 sesuai SK Menkes RI Nomor: 1163/Menkes/SK/XII/1993

RSUD Dr. H. Abdul Moeloek dikategorikan menjadi RSUD Kelas B Non

Pendidikan. Berdasarkan Peraturan daerah Provinsi Lampung No. 8 tahun

1995 pada tanggal 27 februari 1995, RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi

Daerah Tingkat I Lampung disahkan oleh Menteri Dlam Negeri dengan surat

keputusan No. 139 tahun 1995.

Kemudian RSUD Dr. H. Abdul Moeloek ditetapkan menjadi Rumah

Sakit Unit Swadana Daerah berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Lampung

No. 12 tahun 2000. Selanjutnya seiring berjalannya waktu perkembangan terakhir

menjadi RSUD Tipe B pendidikan tepatnya tanggal 23 juli 2008 dan RSUD –
2

PPK- BLUD dengan status penuh melalui Pergub Lampung nomor : 605

G/V/HK 2009, pada tanggal 24 September 2009.

RSUD Dr. H. Abdul Moeloek merupakan Rumah Sakit Rujukan tertinggi di

provinsi Lampung. Dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan

yang bermutu, efektif, efisien dan optimal, pada tahun 2000 dilakukan

relokasi kelas perawatan dan jumlah tempat tidur yang sebelumnya 555

tempat tidur dikurangi menjadi 400. Namun tahun 2005 kapasitas ditambah

menjadi 460 tempat tidur mengingat jumlah pasien yang terus meningkat.

Sebagai Rumah Sakit rujukan tertinggi diprovinsi Lampung, RSUD Dr.

H. Abdul Moeloek memiliki visi menjadi Rumah Sakit Profesional Kebanggaan

Masyarakat Lampung. RSUD Dr. H. Abdul Moeloek memiliki empat misi utama

yaitu :

1. Memberikan Pelayanan Prima disegala bidang


2. Menyelenggarakan dan mengembangkan Pusat-pusat pelayanan unggulan
3. Membentuk SDM Profesional Bidang Kesehatan
4. Menjadikan Pusat Penelitian Bidang Kesehatan

Motto RSUD Dr. H. Abdul Moeloek yaitu ASRI, merupakan singkatan

dari Aktif, Segera, Ramah dan Inovatif.

B. Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
a. Kejadian perdarahan post partum
3

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kejadian perdarahan post partum

sebanyak 100 orang (69,9%) dari 143 data yang ada di rekam medik Ruang

Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun

2016.

b. Jumlah usia reproduksi sehat


Tabel 4.1
Jumlah Usia Reproduksi Sehat yang Melahirkan di Ruang Kebidanan Rumah
Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2016

Usia reproduksi Frekuensi Persentase (%)

Sehat 69 69,0

Risiko tinggi 31 31,0

Jumlah 100 100

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa jumlah usia reproduksi sehat yang

melahirkan di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek

Provinsi Lampung tahun 2016 sebanyak 69 orang (69,0%).

c. Jumlah usia risiko tinggi


Tabel 4.2
Jumlah Usia Risiko Tinggi yang Melahirkan di Ruang Kebidanan Rumah
Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2016

Usia reproduksi Frekuensi Persentase (%)

Sehat 69 69,0

Risiko tinggi 31 31,0

Jumlah 100 100

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa jumlah usia risiko tinggi yang

melahirkan di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek

Provinsi Lampung tahun 2016 sebanyak 31 orang (31,0%).


4

2. Analsiis Bivariat

Tabel 4.3
Perbedaan Antara Usia Reproduksi Sehat dan Usia Risiko Tinggi Terhadap
Kejadian Perdarahan Post Partum di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum
Daerah Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2016.

Runs Test

Usia_perdarahan
Test Valuea 32.00
Cases < Test Value 44
Cases >= Test Value 56
Total Cases 100
Number of Runs 46
Z -.873
Asymp. Sig. (2-tailed) .383
a. Median

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui hasil dari hasil uji Runs Test diperoleh nilai Z

= -0,873 dengan nilai signifikan 0,383 (> α = 0,05) yang berarti ada perbedaan

antara usia reproduksi sehat dan usia risiko tinggi terhadap kejadian perdarahan

post partum di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek

Provinsi Lampung tahun 2016.

C. Pembahasan

Berdasarkan penelitian diketahui hasil dari hasil uji Runs Test diperoleh nilai

Z = -0,873 dengan nilai signifikan 0,383 (> α = 0,05) yang berarti ada perbedaan

antara usia reproduksi sehat dan usia risiko tinggi terhadap kejadian perdarahan

post partum di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek

Provinsi Lampung tahun 2016.


5

Perdarahan postpartum (PPP) didefinisikan sebagai kehilangan 500 ml atau

lebih darah setelah persalinan pervaginam atau 1000 ml atau lebih setelah

seksio sesaria (Leveno, 2009; WHO, 2012).

Faktor risiko perdarahan postpartum (PPP) dapat ada saat sebelum kehamilan,

saat kehamilan, dan saat persalinan. Faktor risiko sebelum kehamilan meliputi

usia, indeks massa tubuh, dan riwayat perdarahan postpartum. Faktor risiko

selama kehamilan meliputi usia, indeks massa tubuh, riwayat perdarahan

postpartum, kehamilan ganda, plasenta previa, preeklampsia, dan penggunaan

antibiotik. Sedangkan untuk faktor risiko saat persalinan meliputi plasenta previa

anterior, plasenta previa mayor, peningkatan suhu tubuh >37⁰, korioamnionitis,

dan retensio plasenta (Briley et al., 2014).

Meningkatnya usia ibu merupakan faktor independen terjadinya perdarahan

postpartum (PPP). Pada usia lebih tua jumlah perdarahan lebih besar pada

persalinan sesar dibanding persalinan vaginal. Secara konsisten penelitian

menunjukkan bahwa ibu yang hamil kembar memiliki 3-4 kali kemungkinan

untuk mengalami perdarahan postpartum (PPP) (Anderson, 2008).

Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya perdarahan post partum

adalah usia ibu. Ibu dengan usia < 20 tahun masih berada dalam tahap

pertumbuhan dan perkembangan sehingga kondisi hamil akan membuat dirinya

harus berbagi dengan janin yang sedang dikandung untuk memenuhi kebutuhan

gizinya. Sebaliknya ibu yang berumur lebih dari 35 tahun mulai menunjukkan

pengaruh poses penuaannya, seperti sering muncul penyakit seperti hipertensi dan
6

diabetes melitus yang dapat meghambat masuknya makanan janin melalui

plasenta (Proverawati, 2010).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara umur ibu

dengan hasil kehamilan. Pada umur < 20 tahun atau ≥ 30 tahun resiko terjadinya

prematuritas dan komplikasi kehamilan akan semakin meningkat. Hal ini

disebabkan karena pada usia < 20 tahun kondisi ibu masih dalam masa

pertumbuhan, sehingga masukan makanan banyak dipakai untuk ibu yang

mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin (Rukiyah, 2007).

Wanita yang melahirkan anak pada usia dibawah 20 tahun atau lebih dari 35

tahun merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan pasca persalinan yang dapat

mengakibatkan kematian maternal. Hal ini dikarenakan pada usia dibawah 20

tahun fungsi reproduksi seorang wanita belum berkembang dengan sempurna,

sedangkan pada usia diatas 35 tahun fungsi reproduksi seorang wanita sudah

mengalami penurunan dibandingkan fungsi reproduksi normal sehingga

kemungkinan untuk terjadinya komplikasi pasca persalinan terutama perdarahan

akan lebih besar (Faisal, 2008).

Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan

persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan

melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada

kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian maternal

meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun.

Hasil penelitian Anna Widi Prianita (2010) tentang pengaruh faktor usia ibu

terhadap keluaran maternal dan perinatal pada persalinan primigravida di RS dr.


7

Kariadi Semarang periode tahun 2010, pada penilaian pengaruh usia ibu terhadap

keluaran maternal dan perinatal pada persalinan primigravida dengan uji Chi

Square antara usia dengan preeklamsia didapatkan p= 0,011 (signifikan). Uji Chi

Square antara usia dengan Berat Bayi Lahir Rendah didapatkan p= 0,000. Tidak

didapatkan hasil signifikan pada uji Chi Square antara usia dengan cara

persalinan,perdarahan postpartum,disproporsi sepalopelvik, asfiksia neonatorum,

dan kematian perinatal.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Salah satu faktor

yang mempengaruhi terjadinya perdarahan post partum adalah usia ibu. Ibu

dengan usia < 20 tahun masih berada dalam tahap pertumbuhan dan

perkembangan sehingga kondisi hamil akan membuat dirinya harus berbagi

dengan janin yang sedang dikandung untuk memenuhi kebutuhan gizinya.

Sebaliknya ibu yang berumur lebih dari 35 tahun mulai menunjukkan pengaruh

poses penuaannya, seperti sering muncul penyakit seperti hipertensi dan diabetes

melitus yang dapat meghambat masuknya makanan janin melalui plasenta.

Anda mungkin juga menyukai