Anda di halaman 1dari 9

HAMBATAN HAMBATAN DALAM KOMUNIKASI TERAPEUTIK

OLEH :

SLAMET RUDIANTO

70300117030

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2018/2019

Hambatan-Hambatan Dalam Komunikasi Terapeutik


Sebagaimana dipahami bahwa komunikasi terapeutik merupakan komunikasi
yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk
kesembuhan pasien (Indrawati, 2003).
Komunikasi terapeutik merupakan alat dasar yang digunakan untuk
membentuk hubungan antara perawat dengan klien. Hubungan terapeutik menjadi
dasar bagi klien untuk merasa dimengerti, nyaman dalam mendiskusikan masalah,
mengekslporasi cara yang tepat dalam memenuhi kebutuhan emosional dan
mengembangkan hubungan yang memuaskan.
Dalam hubungan terapeutik, perawat membentuk hubungan dengan klien
melalui penggunaan pesan verbal dan non verbal. Untuk itu perawat harus
memperhatikan semua komunikasi verbal dan non verbal klien.
Adapun hambatan-hambatan komunikasi terapeutik dalam dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Resistens
Resistens merupakan upaya klien untuk tidak menyadari aspek dari
penyebab cemas atau kegelisahan yang dialami. Ini juga merupakan
keengganan alamiah atau penghindaran secara verbal yang dipelajari. Klien
yang resisten biasanya menunjukkan ambivalensi antara menghargai tetapi
juga menghindari pengalaman yang menimbulkan cemas padahal hal ini
merupakan bagian normal dalam proses terapeutik. Resisten ini sering akibat
dari ketidaksesuaian klien untuk berubah ketika kebutuhan untuk berubah
telah dirasakan. Perilaku resisten biasanya diperlihatkan oleh klien pada fase
kerja, karena pada fase ini sangat banyak berisi proses penyelesaiaan masalah
(Stuart danSundeen dalam Intan. 2005).
Beberapa bentuk resistensi (Stuart dan Sundeen , 1995)
a. Supresi dan represi informasi yang terkait
b. Intensifikasi gejala
c. Devaluasi diri serta pandangan dan keputusasaan tentang masa depan
d. Dorongan untuk sehat, yang terjadi secara tiba-tiba tetapi hanya kesembuhan
yang bersifat sementara
e. Hambatan intelektual yang mungkin tampak ketika klien mengatakan ia tidak
mempunyai pikiran apapun atau tidak mampu memikirkan masalahnya, saat
ia tidak memenuhi janji untuk pertemuan atau tiba terlambat untuk suatu sesi,
lupa, diam, atau mengantuk
f. Pembicaraan yang bersifat permukaan/ dangkal
g. Penghayatan intelektual dimana klien memverbalisasi pemahaman dirinya
dengan menggunakan istilah yang tepat namun tetap berprilaku maladaptive,
atau menggunakan mekanisme pertahanan intelektualisasi tanpa diikuti
penghayatan
h. Muak terhadap normalitas yang terlihat ketika klien telah mempunyai
penghayatan tetap menolak memikul tanggung jawab untuk berubahdengan
alas an bahwa normalitas adalah hal yang tidak penting
i. Reaksi transference (respon tidak sadar dimana klien mengalami perasaan dan
sakit terhadap perawat yang pada dasarnya terkait dengan tokoh dengan
kehidupan yang dulu)
j. Perilaku amuk atau tidak rasional

2. Transference
Transference merupakan respon tak sadar berupa perasaan atau perilaku
terhadap perawat yang sebetulnya berawal dari berhubungan dengan orang-
orang tertentu yang bermakna baginya pada waktu dia masih kecil (Stuart dan
Sundeen , 1995)
Reaksi transference membahayakan untuk proses terapeutik hanya bila hal ini
diabaikan dan tidak ditelaah oleh perawat. Ada dua jenis utama reaksi
transference yaitu reksi bermusuhan dan tergantung.
Contoh reaksi transference bermusuhan (Intan, 2005) :
Bungkus (15 tahun) adalah klien yanag dirawat dirumah sakit karena demam
berdarah. Tanpa sebab yang jelas klien ini marah-marah kepada perawat
Gengki. Setelah dikaji, ternyata Gengki ini mirip pacar si Bungkus yang
pernah menyakiti hatinya. Hal ini dikarenakan klien mengalami perasaan dan
sikap terhadap perawat yang pada dasarnya terkait dengan tokoh kehidupan
yang lalu.
Contoh reaksi transference tergantung ( Intan, 2005) :
Seorang klien, Sinchan (18 tahun), dirawat oleh perawat bidadari. Perawat itu
mempunyai wajah dan suara mirip Ibu klien, sehingga dalam setiap tindakan
keperawatan yang harus dilakukan selalu meminta perawat bidadari yang
melakukannya.

3. Coutertransference
Coutertrasference merupakan kebutuhan terapeutik yang di buat oleh
perawat dan bukan oleh klien. Hal ini dapat mempengaruhi hubungan
perawat-klien.
Beberapa bentuk countransference ( Stuart dan Sundeen dalamIntan,
2005):
a. Ketidakmampuan berempati terhadap klien dalam masalah tertentu.
b. Menekan perasaan selama atau sesudah sesi.
c. Kecerobohan dalam mengimplementasikan kontrak dengan datang terlambat,
atau melampaui waktu yang telah ditentukan.
d. Mengantuk selama sesi.
e. Perasaan marah atau tidak sabar karena ketidak inginan klien untuk berubah.
f. Dorongan terhadap ketergantungan, pujian atau efeksi klien
g. Berdebat dengan klien atau kecendrungan untuk memaksa klien sebelum ia
siap.
h. Mencoba untuk menolong klien dalam segala hal tidak berhubungan dengan
tujuan keperawatan yang telah diidentifikasi.
i. Keterlibatan dengan klien dalam tingkat personal dan sosial.
j. Melamunkan atau memikirkan klien.
k. Fantasi seksual atau agresi yang diarahkan kepada klien.
l. Perasaan cemas, gelisah atau persaan bersalah terhadap kien
m. Kecendrungan untuk memusatkan secara berulang hanya pada satu aspek atau
cara memandang pada informasi yang di berikan klien.
n. Kebutuhan untuk mempertahankan intervensi keperawatan dengan klien.

Reaksi coutrtrasference biasanya dalam tiga bentuk ( Stuart danSundeen


dalam Intan, 2005):
a. Reaksi sangat mencintai atau “caring”.
Perawat Dono melakukan perawatan pada klien dini dengan cara yang
berlebih-lebihan yaitu dengan cara ,masih berlama-lama mengobrol dengan klien
tersebut padahal masih banyak klien yang perlu di tangani.perawat Dono juga
mencoba menolong klien dengan segala hal yang tidak berhubungan dengan
tujuan yang telah diidentifikasi.
b. Reaksi sangat bermusuhan.
Perawat Dora mempunyai klien yang sangat Menjenkelkan.Derry (25 tahun)
Derry ini selalu marah-marah dan menjengkelkan perawat Dora sangat dendam
pada klienini dan selalumengacuhkan Derry meskipun dia membutuhkan
pertolongan
c. Reaksi sangat cemas sering kali di gunakan sebagai respon terhadap
resistensi.

Lima cara mengidentifikasikan terjadi countertransference (StuartG.Wdalam


Suryani,2006):
1. Perawat harus mempunyai standaryang sama terhadap dirinya sendiri atas
apa yang di harapkan kepada kliennya.
2. Perawat harus menguji diri sendiri melalui latihan menjalin hubungan,
terutama ketika klien menentang atau mengeritik.
3. Perawat harus dapat menemukan sumber masalahnya.
4. Ketika countertrasference terjadi, perawat harus dapat melatih diri untuk
mengontrolnya.
5. Jika perawat membutuhkan pertolongan dalam
mengatasicountertransference, pengawasan secara individumaupun
kelompok dapat lebih membantu.

4. Pelanggaran batas
Perawat perlu membatasi hubungannya dengan klien. Batas hubungan
perawat-klien adalah bahwa hubungan yang di bina adalah hubungan
terapeutik,dalam hubungan ini perawat berperan sebagai penolong dan klien
berperan sebagai yang di tolong. Baik perawat maupun klien harus menyadari
batas tersebut (Suryani, 2006).
Pelanggaran batas terjadi jika perawat melampaui batas hubungan yang
terapeutik dan membina hubungan sosial, ekonomi, atau personal dengan
klien.
Beberapa batas hubungan perawat dank lien (stuart dansundeen, dalam
Intan, 2005)
a. Batas peran
Masalah batas peran ini memerlukan wawasan dan pengetahuan yang luas
dari perawat serta penentuan secara tegas mengenai batas-batas terapeutik perawat
dan klien.
b. Batas waktu
Penetapan waktu perlu dilakukan dimana perawat mengadakan hubungan
terapeutiknya dengan klien. Waktu pengobatan atau hubungan terapeutik yang
tidak wajar dan tidak mempunyai tujuan terapeutik harus dievaluasi kembali
untuk mencegah terjadinya pelanggaran batas.
c. Batas tempat dan ruang
Misalnya wawancara dimana? Kapan dan berapa lama?
Batas ini biasanya berhubungan dengan perawatan yang dilakukan . Pemanfaatan
terapeutik diluar kebiasaan misalnya dimobil atau dirumah klien, harus dengan
tindakan terapeutik yang rasional dan mempunyai tujuan yang jelas. Perawat tidak
di perbolehkan t dalam melakukan tindakan dikamar klien kadang perlu
menghormati batas-batas tertentu misanya pintu terbuka atau ada pegawai yang
lain.
d. Batas uang
Batas ini berhubungan dengan penghargaan klien dengan perawat berupa
uang. Disini juga perluadanya perhatian mengenai tawar-menawar terhadap klien
miskin tentang biaya pengobatan untuk mencegah timbulnya pelanggaran batas.
e. Batas pemberian hadiah dan pelayanan
Masalah ini controversial dalam keperawatan, namun yang pasti hal ini
melanggar batas.
f. Batas pakaian
Batas ini berhubungan dengan kebutuhan perawat dalam berpakaian secara
tepat dalam hubungan terapeutik perawat dank lien. Dimana perawat tidak
diperbolehkan memakai pakaian yang tidak sopan.
g. Batas bahasa ;
Perawat perlu memperhatikan nada bicara dan pilihan kata ketika komunikasi
dengan klien. Tidak terlalu akrab, mengarah sikap seksul dan memberikan
pendapat dengan nada menggurui merupakan pelanggaran batas.

h. Batas pengungkapan diri secara personal;


Mengungkapkan diri secara personal dari perawat yang tidak berhubungan
dengan tujuan terapeutik dapat mengarah kepada pelanggaran batas.
i. Batas kontak fisik;
Semua kontak fisik dengan klien harus dievaluasi untuk melihat apakah
melanggar batas atau tidak. Beberapa jenis kontak fisik/ seksual terhadap kien
yang tidak pernah tercangkup dalam hubungan terpeutik antara perawat dengan
klien.
Untuk mencegah terjadinya pelanggaran batas dalam berhubungan dengan
klien, perawat sejak awal interkasi perlu menjelaskan atau membuat kesepakatan
bersama klien tentang hubungan yang mereka jalin. Kemudian selama berinteraksi
perawat harus berhati-hatidalam berbicara agar tidak banyak terlibat dalam
komunikasi sosial. Dengan selalu berfokus pada tujuan interaksi, perawat bisa
terhindar daripelanggaran terhadap batas-batas dalam berhubungan dengan
klien.selalu mengingatkan kontrak dan tujuan interaksi setiap kali bertemu dengan
klien juga dapat menghindari pelanggaran batas ini.(Suryani 2006).
Contoh pelagggaran batas yaitu (Intan 2005):
1. Klien mengajak makan perawat siang atau maka malam di luar.
2. Klien memperkenalkan perawat pada keluarganya.
3. Perawat menerimah pemberian hadiah dari bisis klien.
4. Perawat menghadiri acara-acara sosial.
5. Klien member perawat hadiah.
6. Perawat secara rutin memeluk dan memegang klien.
7. Perawat menjalankan bisnis atau memesan pelayanan dari klien.
8. Perawat secara teratur memberi informasi personal kepada klien.
9. Hubungan professional berubah menjadi hubungan sosial.
10. Perawat menghadiri undangan klien.

5. Pemberian hadiah
Pemberian hadia merupakan masalah yang kontroversial dalam
keperawatan. Disatu pihak ada yang menyatakan bahwa pemberian hadiah
dapat membantu dalam mencapai tujuan terapeutik, tapi dipihak lain ada yang
menyatakan bahwa pemberian hadiah bisa merusak hubungan terapeutik
Hadiah dapat dalam berbagai bentuk misalnya yang nyata seperti sekotak
permen, rangkaian bunga, rajutan atau lukisan. Sedangkan yang tidak nyata
bisa berupa ekspresi ucapan terima kasih dari klien kepada perawat sebagai
orang yang akan meninggalkan rumah sakit atau dari anggota keluarga yang
lega dan berterima kasih atas bantuan perawat dalam meringankan beban
emosional klien.

6. Cara mengatasi hambatan komunikasi


Untuk mengatasi hambatan teurapeutik, perawat harus siap
mengungkapkan perasaan emosional yang sangat kuat dalam konteks
hubungan perawat -pasien. Awalnya , perawat harus mempunyai pengetahuan
tentang hambatan teurapeutik dan mengenali prilaku yang menunjukkan
adanya hambatan tersebut. Kemudian perawat dapat mengklarifikasi dan
mengungkapkan perasaan serta isi agar lebih berfokus secara objektif pada
apa yang sedang terjadi.
Latar belakang prilaku dikaji, baik pasien (untuk reaksi resistens dan
transferensa) atau perawat (untuk reaksi kontertransferens dan pelanggaran
batasan) bertanggung jawab terhadap hambatan teurapeutik dan dampak
negatifnya pada proses teurapeutik. Terakhir, tujuan hubungan, kebutuhan,
dan masalah pasien ditinjau kembali. Hal ini dapat membantu perawat untuk
membina kembali kerja sama teurapeutik yang sesuai dengan proses
hubungan perawat-pasien.

Anda mungkin juga menyukai