Hambatan Komunikasi Terapeutik
Hambatan Komunikasi Terapeutik
OLEH :
SLAMET RUDIANTO
70300117030
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2018/2019
2. Transference
Transference merupakan respon tak sadar berupa perasaan atau perilaku
terhadap perawat yang sebetulnya berawal dari berhubungan dengan orang-
orang tertentu yang bermakna baginya pada waktu dia masih kecil (Stuart dan
Sundeen , 1995)
Reaksi transference membahayakan untuk proses terapeutik hanya bila hal ini
diabaikan dan tidak ditelaah oleh perawat. Ada dua jenis utama reaksi
transference yaitu reksi bermusuhan dan tergantung.
Contoh reaksi transference bermusuhan (Intan, 2005) :
Bungkus (15 tahun) adalah klien yanag dirawat dirumah sakit karena demam
berdarah. Tanpa sebab yang jelas klien ini marah-marah kepada perawat
Gengki. Setelah dikaji, ternyata Gengki ini mirip pacar si Bungkus yang
pernah menyakiti hatinya. Hal ini dikarenakan klien mengalami perasaan dan
sikap terhadap perawat yang pada dasarnya terkait dengan tokoh kehidupan
yang lalu.
Contoh reaksi transference tergantung ( Intan, 2005) :
Seorang klien, Sinchan (18 tahun), dirawat oleh perawat bidadari. Perawat itu
mempunyai wajah dan suara mirip Ibu klien, sehingga dalam setiap tindakan
keperawatan yang harus dilakukan selalu meminta perawat bidadari yang
melakukannya.
3. Coutertransference
Coutertrasference merupakan kebutuhan terapeutik yang di buat oleh
perawat dan bukan oleh klien. Hal ini dapat mempengaruhi hubungan
perawat-klien.
Beberapa bentuk countransference ( Stuart dan Sundeen dalamIntan,
2005):
a. Ketidakmampuan berempati terhadap klien dalam masalah tertentu.
b. Menekan perasaan selama atau sesudah sesi.
c. Kecerobohan dalam mengimplementasikan kontrak dengan datang terlambat,
atau melampaui waktu yang telah ditentukan.
d. Mengantuk selama sesi.
e. Perasaan marah atau tidak sabar karena ketidak inginan klien untuk berubah.
f. Dorongan terhadap ketergantungan, pujian atau efeksi klien
g. Berdebat dengan klien atau kecendrungan untuk memaksa klien sebelum ia
siap.
h. Mencoba untuk menolong klien dalam segala hal tidak berhubungan dengan
tujuan keperawatan yang telah diidentifikasi.
i. Keterlibatan dengan klien dalam tingkat personal dan sosial.
j. Melamunkan atau memikirkan klien.
k. Fantasi seksual atau agresi yang diarahkan kepada klien.
l. Perasaan cemas, gelisah atau persaan bersalah terhadap kien
m. Kecendrungan untuk memusatkan secara berulang hanya pada satu aspek atau
cara memandang pada informasi yang di berikan klien.
n. Kebutuhan untuk mempertahankan intervensi keperawatan dengan klien.
4. Pelanggaran batas
Perawat perlu membatasi hubungannya dengan klien. Batas hubungan
perawat-klien adalah bahwa hubungan yang di bina adalah hubungan
terapeutik,dalam hubungan ini perawat berperan sebagai penolong dan klien
berperan sebagai yang di tolong. Baik perawat maupun klien harus menyadari
batas tersebut (Suryani, 2006).
Pelanggaran batas terjadi jika perawat melampaui batas hubungan yang
terapeutik dan membina hubungan sosial, ekonomi, atau personal dengan
klien.
Beberapa batas hubungan perawat dank lien (stuart dansundeen, dalam
Intan, 2005)
a. Batas peran
Masalah batas peran ini memerlukan wawasan dan pengetahuan yang luas
dari perawat serta penentuan secara tegas mengenai batas-batas terapeutik perawat
dan klien.
b. Batas waktu
Penetapan waktu perlu dilakukan dimana perawat mengadakan hubungan
terapeutiknya dengan klien. Waktu pengobatan atau hubungan terapeutik yang
tidak wajar dan tidak mempunyai tujuan terapeutik harus dievaluasi kembali
untuk mencegah terjadinya pelanggaran batas.
c. Batas tempat dan ruang
Misalnya wawancara dimana? Kapan dan berapa lama?
Batas ini biasanya berhubungan dengan perawatan yang dilakukan . Pemanfaatan
terapeutik diluar kebiasaan misalnya dimobil atau dirumah klien, harus dengan
tindakan terapeutik yang rasional dan mempunyai tujuan yang jelas. Perawat tidak
di perbolehkan t dalam melakukan tindakan dikamar klien kadang perlu
menghormati batas-batas tertentu misanya pintu terbuka atau ada pegawai yang
lain.
d. Batas uang
Batas ini berhubungan dengan penghargaan klien dengan perawat berupa
uang. Disini juga perluadanya perhatian mengenai tawar-menawar terhadap klien
miskin tentang biaya pengobatan untuk mencegah timbulnya pelanggaran batas.
e. Batas pemberian hadiah dan pelayanan
Masalah ini controversial dalam keperawatan, namun yang pasti hal ini
melanggar batas.
f. Batas pakaian
Batas ini berhubungan dengan kebutuhan perawat dalam berpakaian secara
tepat dalam hubungan terapeutik perawat dank lien. Dimana perawat tidak
diperbolehkan memakai pakaian yang tidak sopan.
g. Batas bahasa ;
Perawat perlu memperhatikan nada bicara dan pilihan kata ketika komunikasi
dengan klien. Tidak terlalu akrab, mengarah sikap seksul dan memberikan
pendapat dengan nada menggurui merupakan pelanggaran batas.
5. Pemberian hadiah
Pemberian hadia merupakan masalah yang kontroversial dalam
keperawatan. Disatu pihak ada yang menyatakan bahwa pemberian hadiah
dapat membantu dalam mencapai tujuan terapeutik, tapi dipihak lain ada yang
menyatakan bahwa pemberian hadiah bisa merusak hubungan terapeutik
Hadiah dapat dalam berbagai bentuk misalnya yang nyata seperti sekotak
permen, rangkaian bunga, rajutan atau lukisan. Sedangkan yang tidak nyata
bisa berupa ekspresi ucapan terima kasih dari klien kepada perawat sebagai
orang yang akan meninggalkan rumah sakit atau dari anggota keluarga yang
lega dan berterima kasih atas bantuan perawat dalam meringankan beban
emosional klien.