Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENDIDIKAN PANCASILA
“PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA”

DOSEN : YUYUN, SH,MH.


MATA KULIAH : PENDIDIKAN PANCASILA

NAMA : IIN MAGFIRAH


STAMBUK : C301 18 109

FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN EKONOMI AKUNTANSI
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang Pancasila sebgai
kepribadian bangsa indonesia.

Makalah ilmiah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata saya berharap semoga makalah ilmiah tentang Pancasila sebagai
kepribadian Bangsa Indonesia ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Palu, 19 September 2018

Iin Magfirah
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... 2

DAFTAR ISI...................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 4

1.1 LATAR BELAKANG..................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 4

1.3 Tujuan................................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 5

2.1 Pengertian pancasila ........................................................................ 5

2.2 Pancasila menjadi sistem etika ............................................................. 6

BAB III PENUTUP .................................................................................... 99

3.1 Kesimpulan................................................................................... 99

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 100


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pancasila telah diterapkan dalam kehidupan masyarakat Indonesia sehari-hari.


Pancasila lahir 1 Juni 1945 dan ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 bersama-
sama dengan UUD 1945. Pancasila sebagai kepribadian bangsa sebenarnya
merupakan perwujudan dari nilai - nilai budaya milik bangsa Indonesia sendiri yang
di yakini kebaikan dan kebenarannya

Pancasila sebagai sistem etika di samping merupakan way of life bangsa Indonesia,
juga merupakan struktur pemikiran yang disusun untuk memberikan tuntunan atau
panduan kepada setiap warga negara Indonesia dalam bersikap dan bertingkah laku.
Pancasila sebagai sistem etika,dimaksudkan untuk mengembangkan dimensi
moralitas dalam diri setiapindividu sehingga memiliki kemampuan menampilkan
sikap spiritualitasdalam kehidupan bermasycarakat, berbangsa, dan bernegara.
Mahasiswasebagai peserta didik termasuk anggota masyarakat ilmiah-akademik
yangmemerlukan sistem etika yang orisinal dan komprehensif agar dapatmewarnai
setiap keputusan yang diambilnya dalam profesi ilmiah. Sebabkeputusan ilmiah
yang diambil tanpa pertimbangan moralitas, dapat menjad bumerang bagi dunia
ilmiah itu sendiri sehingga menjadikan dunia ilmiah itu hampa nilai (value –free).

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian pancasila?


2. Bagaimana jika pancasila menjadi sistem etika ?
1.3 Tujuan
1. Memahami pentingnya pancasila bagi bangsa indonesia
2. Memahami dampak bila pancasila menjadi sistem etika.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PANCASILA

Pengertian Pancasila secara etimologis


Secara etimologis istilah “Pancasila” berasal dari Sansekerta dari India (bahasa
kasta Brahmana) adapun bahasa rakyat biasa adalah bahasa Prakerta. Menurut
Muhammad Yamin, dalam bahasa sansekerta perkataan “Pancasila” memilki dua
macam arti secara leksikal yaitu:

“panca” artinya “lima”


“syila” vokal I pendek artinya “batu sendi”, “alas”, atau “dasar”
“syiila” vokal i pendek artinya “peraturan tingkah laku yang baik, yang
penting atau yang senonoh”

Kata-kata tersebut kemudian dalam bahasa Indonesia terutama bahasa Jawa


diartikan “susila “ yang memilki hubungan dengan moralitas. Oleh karena itu
secara etimologis kata “Pancasila” yang dimaksudkan adalah adalah istilah “Panca
Syilla” dengan vokal i pendek yang memilki makna leksikal “berbatu sendi lima”
atau secara harfiah “dasar yang memiliki lima unsur”. Adapun istilah “Panca
Syiila” dengan huruf Dewanagari i bermakna 5 aturan tingkah laku yang penting.
Pengertian Pancasila secara Historis
Proses perumusan Pancasila diawali ketika dalam sidang BPUPKI pertama dr.
Radjiman Widyodiningrat, mengajukan suatu masalah, khususnya akan dibahas
pada sidang tersebut. Masalah tersebut adalah tentang suatu calon rumusan dasar
negara Indonesia yang akan dibentuk. Kemudian tampilah pada sidang tersebut
tiga orang pembicara yaitu Mohammad Yamin, Soepomo dan Soekarno.

Pada tanggal 1 Juni 1945 di dalam siding tersebut Ir. Soekarno berpidato secara
lisan (tanpa teks) mengenai calon rumusan dasar negara Indonesia. Kemudian
untuk memberikan nama “Pancasila” yang artinya lima dasar, hal ini menurut
Soekarno atas saran dari salah seorang temannya yaitu seorang ahli bahasa yang
tidak disebutkan namanya.

Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya,


kemudian keesokan harinya tanggal 18 Agustus 1945 disahkannya Undang-
Undang Dasar 1945 termasuk Pembukaan UUD 1945 di mana didalamnya
termuat isi rumusan lima prinsip atau lima prinsip sebagai satu dasar negara yang
diberi nama Pancasila.

Sejak saat itulah perkataan Pancasila menjadi bahasa Indonesia dan merupakan
istilah umum. Walaupun dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 tidak termuat
istilah “Pancasila”, namun yang dimaksudkan Dasar Negara Republik Indonesia
adalah disebut dengan istilah “Pancasila”. Hal ini didasarkan atas interpretasi
historis terutama dalam rangka pembentukan calon rumusan dasar negara, yang
secara spontan diterima oleh peserta sidang secara bulat.

Pengertian Pancasila secara Terminologis


Proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 itu telah melahirkan negara
Republik Indonesia. Untuk melengkapi alat-alat perlengkapan negara
sebagaimana lazimnya negara-negara yang merdeka, maka panitia Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) segera mengadakan sidang. Dalam
sidangnya tanggal 18 Agustus 1945 telah berhasil mengesahkan UUD negara
Republik Indonesia yang dikenal dengan UUD 1945. Adapun UUD 1945 terdiri
atas dua bagian yaitu Pembukaan UUD 1945 dan pasal-pasal UUD 1945 yang
berisi 37 pasal, 1 aturan Aturan Peralihan yang terdiri atas 4 pasal dan 1 Aturan
Tambahan terdiri atas 2 ayat.

Dalam bagian pembukaan UUD 1945 yang terdiri atas empat alinea tersebut
tercantum rumusan Pancasila sebagai berikut :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/perwakilan

5. Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia

Rumusan Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 inilah


yang secara konstisional sah dan benar sebagai dasar negara Republik Indonesia,
yang disahkan oleh PPKI yang mewakili seluruh rakyat Indonesia.
2.2 PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA

Pancasila sebagai sistem etika,dimaksudkan untuk mengembangkan


dimensi moralitas dalam diri setiap individu sehingga memiliki kemampuan
menampilkan sikap spiritualitas dalam kehidupan bermasycarakat, berbangsa, dan
bernegara. Mahasiswa sebagai peserta didik termasuk anggota masyarakat ilmiah-
akademik yang memerlukan sistem etika yang orisinal dan komprehensif agar dapat
mewarnai setiap keputusan yang diambilnya dalam profesi ilmiah. Sebab keputusan
ilmiah yang diambil tanpa pertimbangan moralitas, dapat menjadi bumerang bagi
dunia ilmiah itu sendiri sehingga menjadikan dunia ilmiah itu hampa nilai (value –
free).
Mahasiswa sebagai insan akademis yang bermoral Pancasila juga harus terlibat dan
berkontribusi langsung dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai
perwujudan sikap tanggung jawab warga negara.Tanggung jawab yang penting
berupa sikap menjunjung tinggi moralitas dan menghormati hukum yang berlaku di
Indonesia. Untuk itu, diperlukan penguasaan pengetahuan tentang pengertian etika,
aliran etika, dan pemahaman Pancasila sebagai sistem etika sehingga mahasiswa
memiliki keterampilan menganalisis persoalan-persoalan korupsi dan dekadensi
moral dalam kehidupan bangsa IndonesiaPentingnya Pancasila sebagai sistem etika
terkait dengan problem yang dihadapi bangsa Indonesia sebagai berikut. Pertama,
banyaknya kasus korupsi yang melanda negara Indonesia sehingga dapat
melemahkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Kedua, masih
terjadinya aksi terorisme yang mengatasnamakan agama sehingga dapat merusak
semangat toleransi dalam kehidupan antar umat beragama, dan meluluhlantakkan
semangat persatuan atau mengancam disintegrasi bangsa. Ketiga, masih terjadinya
pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dalam kehidupan bernegara, seperti: kasus
penyerbuan Lembaga Pemasyarakatan Cebongan Yogyakarta, pada tahun 2013
yang lalu. Keempat, kesenjangan antara kelompok masyarakat
kaya dan miskin masih menandai kehidupan masyarakat Indonesia. Kelima,
ketidakadilan hukum yang masih mewarnai proses peradilan di Indonesia, seperti
putusan bebas bersyarat atas pengedar narkoba asal Australia Schapell Corby.
Keenam, banyaknya orang kaya yang tidak bersedia membayar pajak dengan benar,
seperti kasus penggelapan pajak oleh perusahaan, kasus panama papers yang
menghindari atau mengurangi pembayaran pajak

Beberapa alasan mengapa Pancasila sebagai sistem etika itu diperlukan dalam
penyelenggaraan kehidupan bernegara di Indonesia, meliputi hal-hal sebagai
berikut:

Pertama, dekadensi moral yang melanda kehidupan masyarakat, terutama generasi


muda sehingga membahayakan kelangsungan hidup bernegara. Generasi muda
yang tidak mendapat pendidikan karakter yang memadai dihadapkan pada pluralitas
nilai yang melanda Indonesia sebagai akibat globalisasi sehingga mereka
kehilangan arah

Kedua, korupsi akan bersimaharajalela karena para penyelenggara negara tidak


memiliki rambu-rambu normatif dalam menjalankan tugasnya. Para penyelenggara
negara tidak dapat membedakan batasan yang boleh dan tidak, pantas dan tidak,
baik dan buruk (good and bad). Pancasila sebagai sistem etika terkait dengan
pemahaman atas kriteria baik (good) dan buruk
(bad)

Ketiga, kurangnya rasa perlu berkontribusi dalam pembangunan melalui


pembayaran pajak. Hal tersebut terlihat dari kepatuhan pajak yang masih rendah,
padahal peranan pajak dari tahun ke tahun semakin meningkat dalam membiayai
APBN. Pancasila sebagai sistem etika akan dapat mengarahkan wajib pajak untuk
secara sadar memenuhi kewajiban perpajakannya dengan baik.

Keempat, pelanggaran hak-hak asasi manusia (HAM) dalam kehidupan bernegara


di Indonesia ditandai dengan melemahnya penghargaan seseorang terhadap hak
pihak lain. Kasus-kasus pelanggaran HAM yang dilaporkan di berbagai media,
seperti penganiayaan terhadap pembantu rumah tangga (PRT), penelantaran anak-
anak yatim oleh pihak-pihak yang seharusnya melindungi, kekerasan dalam rumah
tangga (KDRT), dan lain-lain. Kesemuanya itu menunjukkan bahwa kesadaran
masyarakat terhadap nilai-nilai Pancasila sebagai sistem etika belum berjalan
maksimal. Oleh karena itu, di samping diperlukan sosialisasi sistem etika Pancasila,
diperlukan pula penjabaran sistem etika ke dalam peraturan perundang-undangan
tentang HAM (Lihat Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang HAM).

Kelima, kerusakan lingkungan yang berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan


manusia, seperti kesehatan, kelancaran penerbangan, nasib generasi yang akan
datang, global warming, perubahan cuaca, dan lain sebagainya

Hakikat Pancasila sebagai sistem etika terletak pada hal-hal sebagai berikut:

Pertama, hakikat sila ketuhanan terletak pada keyakinan bangsa Indonesia bahwa
Tuhan sebagai penjamin prinsip-prinsip moral. Artinya, setiap perilaku warga
negara harus didasarkan atas nilai-nilai moral yang bersumber pada norma agama.
Setiap prinsip moral yang berlandaskan pada norma agama, maka prinsip tersebut
memiliki kekuatan (force) untuk dilaksanakan oleh pengikut-pengikutnya.

Kedua, hakikat sila kemanusiaan terletak pada actus humanus, yaitu tindakan
manusia yang mengandung implikasi dan konsekuensi moral yang dibedakan
dengan actus homini, yaitu tindakan manusia yang biasa. Tindakan kemanusiaan
yang mengandung implikasi moral diungkapkan dengan cara dan sikap yang adil
dan beradab sehingga menjamin tata pergaulan
antarmanusia dan antarmakhluk yang bersendikan nilai-nilai kemanusiaan yang
tertinggi, yaitu kebajikan dan kearifan.

Ketiga, hakikat sila persatuan terletak pada kesediaan untuk hidup bersama sebagai
warga bangsa yang mementingkan masalah bangsa di atas kepentingan individu
atau kelompok. Sistem etika yang berlandaskan pada semangat kebersamaan,
solidaritas sosial akan melahirkan kekuatan untuk menghadapi penetrasi nilai yang
bersifat memecah belah bangsa.

Keempat, hakikat sila kerakyatan terletak pada prinsip musyawarah untuk mufakat.
Artinya, menghargai diri sendiri sama halnya dengan menghargai orang lain.

Kelima, hakikat sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan
perwujudan dari sistem etika yang tidak menekankan pada kewajiban semata
(deontologis) atau menekankan pada tujuan belaka (teleologis), tetapi lebih
menonjolkan keutamaan (virtue ethics) yang terkandung dalam nilai keadilan itu
sendiri.

Hal-hal penting yang sangat urgen bagi pengembangan Pancasila sebagai sistem
etika meliputi hal-hal sebagai berikut:
i. Pertama, meletakkan sila-sila Pancasila sebagai sistem etika berarti
menempatkan Pancasila sebagai sumber moral dan inspirasi bagi penentu
sikap, tindakan, dan keputusan yang diambil setiap warga negara.
ii. Kedua, Pancasila sebagai sistem etika memberi
iii. guidance bagi setiap warga negara sehingga memiliki orientasi yang jelas
dalam tata pergaulan baik lokal, nasional, regional, maupun internasional
iv. Ketiga, Pancasila sebagai sistem etika dapat menjadi dasar analisis bagi
berbagai kebijakan yang dibuat oleh penyelenggara negara sehingga tidak
keluar dari semangat negara kebangsaan yang berjiwa Pancasilais.
v. Keempat,Pancasila sebagai sistem etika dapat menjadi filter untuk
menyaring pluralitas nilai yang berkembang dalam kehidupan masyarakat
sebagai dampak globalisasi yang memengaruhi pemikiran warga negara.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Pancasila sebagai sistem etika adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari silasila
Pancasila untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara di Indonesia. Oleh karena itu, di dalam etika Pancasila terkandung nilai-
nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kelima nilai
tersebut membentuk perilaku manusia Indonesia dalam semua aspek kehidupannya.
Pentingnya pancasia sebagai sistem etika bagi bangsa Indonesia ialah menjadi
rambu normatif untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat,berbangsa, dan
bernegara di Indonesia. Dengan demikian, pelanggaran dalam kehidupan
bernegara, seperti korupsi (penyalahgunaan kekuasaan) dapat diminimalkan.

DAFTAR PUSTAKA

Bahm, Archie. 1984. Axiology: The Science of Values. New Mexico:


Albuquerque.
_________.. 1995. Epistemology; Theory of Knowledge. New Mexico:
Albuquerque.
Darmodiharjo, Darjidkk. 1991. Santiaji Pancasila: Suatu Tinjauan Filosofis,
Historis dan Yuridis Konstitusional. Surabaya: Usaha Nasional.
Darmodihardjo, D. 1978. Orientasi Singkat Pancasila. Jakarta: PT. Gita
Karya.
Sastrapratedja, M. 2001 pancasila sebagai visi dan referensimkritik sosial.
Yogyakarta: penerbitan Universitas Sanata Dharma
Martodihardjo, Susanto, dkk. 1993, Bahan Penataran Pedoaman
Penghayatan
dan Pengamalan Pancasila. Jakarta: BP-7 Pusat.

Anda mungkin juga menyukai