Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN RETERDASI MENTAL

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak II


DOSEN PENGAMPU: Trimawati,S.Kep.,Ns.,M.Kep.

KELOMPOK 18 :
Eunike Chrystina Eryanti (010116A032)
Amalia Putridiana (010116A007)

FAKULTAS S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2017/2018
KATA PENGANTAR
Dengan kebesaran Allah SWT dengan maha pengasih lagi maha
penyayang,penulis panjatkan rasa puji syukur atas hidayah-Nya,yang telah
melimpahkan rahmat,nikmat dan inayah-Nya kepada penulis,sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah asuhan keperawatan”RETERDASI MENTAL”.
Makalah ini ditulis guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak II
yang di ampu oleh Trimawati,S.Kep.,Ns.,M.Kep.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak
kekurangannya oleh karena itu mohon kritik dan saran yang membangun.Semoga
dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan teman-
teman yang membutuhkannya.

Ungaran,September 2018

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Reterdasi mental adalah keadaan yang penting secara klinis
maupun sosial. Kelainan ini ditandai oleh keterbatasan kemampuan yang
diakibatkan oleh gangguan yang bermakna dalam intelegensi terukur dan
perilaku penyesuaian diri (adaptif). Reterdasi mental juga mencakup status
sosial,hal ini dapat lebih menyebabkan kecacatan daripada cacat khusus itu
sendiri. Karena batas-batas antara “normalitas”dan “reterdasi” seringkali
sulit digambarkan,identifikasi pediatri,evaluasi,dan perawatan anak
dengan kesulitan kognitif serta keluarganya memerlukan tingkat
kecanggihan teknis maupun sensitivitas interpersonal yang besar.
Tercatat penduduk dunia atau 7,85 juta orang mengalami gangguan mental
dan fisik. Reterdasi Mental merupakan masalah besar dengan
implikasi yang besar,terutama di negara-negara berkembang. Di Asia
sendiri ada sekitar 3 % dari penduduknya yang mengalami
keterbelakangan mental. Di sisi lain,ada pula orang tua yang berusaha
memberikan perhatian lebih dan memberikan yang terbaik kepada
anaknya. ( Nor Hidayah.Wasilah,dan A.N.Husein 2013).
Anak dengan gangguan reterdasi mental membutuhkan
penanganan dini dan itensif untuk membantu kesembuhannya. Disinilah
peran orang tua dan tenaga kesehatan terhadap kondisianak
(Aisha,M.N.2012)
A. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Reterdas Mental ?
2. Bagaimana klasifikasi Reterdasi Mental ?
3. Bagaimana etiologi Reterdasi Mental ?
4. Bagaimana patofisiologi Reterdasi Mental ?
5. Bagaimana manifestasi Reterdasi Mental ?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang Reterdasi Mental ?
7. Bagaimana penatalaksanaan Reterdasi Mental ?
B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Reterdasi Mental ?
2. Untuk mengetahui klasifikasi Reterdasi Mental ?
3. Untuk mengetahui etiologi Reterdasi Mental ?
4. Untuk mengetahui patofisiologi Reterdasi Mental ?
5. Untuk mengetahui manifestasi Reterdasi Mental ?
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang Reterdasi Mental ?
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan Reterdasi Mental ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Reterdasi Mental
Reterdasi mental adalah keadaan yang penting secara klinis
maupun sosial. Kelainan ini ditandai oleh keterbatasan kemampuan yang
diakibatkan oleh gangguan yang bermakna dalam intelegensi terukur dan
perilaku penyesuaian diri (adaptif). Reterdasi mental juga mencakup status
sosial,hal ini dapat lebih menyebabkan kecacatan daripada cacat khusus itu
sendiri. Karena batas-batas antara “normalitas”dan “reterdasi” seringkali
sulit digambarkan,identifikasi pediatri,evaluasi,dan perawatan anak
dengan kesulitan kognitif serta keluarganya memerlukan tingkat
kecanggihan teknis maupun sensitivitas interpersonal yang besar (
Reterdasi mental adalah kelainan atau kelemahan jiwa dengan
inteligensi yang kurang sehat (di bawah normal) sejak masa
perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya ada
perkembangan mental yang kurang sehat secara keseluruhan,tetapi gejala
yang utama adalah intelegensi yang terbelakang. Reterdasi mental disebut
juga oligofrenia (oligo: kurang sehat atau sedikit dan fren : jiwa ) atau tuna
mental (WF Maramis,2005:386).
B. Klasifikasi Reterdasi Mental
Klasifikasi retardasi mental menurut kesepakatan Asosiasi
Keterbelakangan Mental Amerika Serikat (American Association of
Mental Retardation) sebagai berikut:
1. Retardasi mental lambat belajar (slow learner, IQ= 85-90)
2. Retardasi mental taraf perbatasan (borderliner, IQ= 70-84)
3. Retardasi mental ringan (debil atau moron) (mild, IQ= 55-69)
4. Retardasi mental sedang (moderate, IQ=36-54)
5. Retardasi mental berat/ imbecile (seveer, IQ= 20-35)
6. Retardasi mental sangat berat atau idiot (profound, IQ= 0-19)
(Mutaqqin, 2008)
Tingkat Prasekolah (lahir-5 Usia sekolah (6-21 Dewasa (21 tahun
(IQ) tahun) Maturasi dan tahun) Pelatihan dan dan lebih)
Perkembangan Pendidikan Keadekuatan sosial
dan vokasional
Ringan (50- Sering kali terlihat Dapat melakukan Biasanya dapat
55 sampai sebagai retardasi, keterampilan praktis, mencapai keterampilan
70) tetapi lebih lambat membaca dan sosial dan vokasional
dibandingkan anak- aritmatik dari kelas yang adekuat untuk
anak lain dalam hal tiga sampai kelas enam pemeliharaan diri;
berjalan, makan dengan pendidikan terkadang perlu
sendiri, dan berbicara; khusus; dapat bimbingan dan
mengikuti urutan yang dibimbing kearah dukungan jika berada
sama dengan konformitas sosial; dalam stres sosial atau
perkembangan anak mencapai usia mental ekonomi yang luar
normal. 8-12 tahun. biasa; dapat
menyesuaikan diri
pada perkawinan tetapi
bukan pada
pengasuhan anak.
Sedang (35- Kelambatan dapat Dapat mempelajari Dapat melakukan
40 sampai dilihat pada komunikasi sederhna, tugas sederhana dalam
50-55) perkembangan kebiasaan sehat dan kondisi terlindung;
motorik, terutama pada aman yang bersifat berpartisipasi dalam
wicara; berespon dasar; dan rekreasi sederhana;
terhadap pelatihan keterampilan manual melakukan perjalanan
dalam berbagai sederhana; tidak maju sendiri ke tempat yang
aktivitas bantuan diri. dalam hal membaca dikenali; biasanya
atau aritmatik tidak dapat
fungsional; mencapai memelihara diri
usia mental 3 sampai 7 sendiri.
tahun.
Berat (20-25 Keterlambatan nyata Biasanya berjalan, Dapat menyesuaikan
sampai 35- pada perkembangan kecuali jika terdapat diri pada rutinitas
40) motorik; sedikit atau ketidakmampuan harian dan aktivitas
tanpa keterampilan khusus; dapat berulang;
komunikasi; dapat memahami beberapa membutuhkan
berespon terhadap pembicaraan dan pengarahan dan
pelatihan pada beberapa respon; pengawasan yang
perawatan diri yang mendapat keuntungan berkesinambungan di
bersifat dasar (mis, dari pelatihan lingkungan yang
makan sendiri). kebiasaan yang protektif.
sistemati; mencapai
usia mental toddler.
Profunda Retardasi berat; Keterlambatan berat Dapat berjalan;
(dibawah kapasitas minimum pada semua area membutuhkan
20-25) untuk fungsi-fungsi perkembangan; perawatan lengkap;
area sensori-motorik; menunjukkan respon mempunyai wicara
kebutuhan perawatan emosional dasar; dapat primitif; biasanya
total. berespon pada mendapat keuntungan
pelatihan terampil dari aktivitas fisik
penggunaan kaki, reguler.
tangan, dan rahang,
kebutuhan untuk
pengawasan visual;
mencapai usia mental
bayi muda.

C. Etiologi Reterdasi Mental


1. Gangguan Prakonsepsi
a. Kelainan gen tunggal (misalnya: kesehatan metabolisme
bawaan, gangguan neurokutan). Kelainan kromosom
(misalnya: gangguan terkait-X, translokasi, X fragile)
b. Sindrom poligenik familial
2. Gangguan Embrio Awal
a. Gangguan kromosom (misalnya: trisomi, mosaiks)
b. Infeksi (misalnya: sitomegalovirus, rubella, toksoplasmosis,
virus imunodefisiensi manusia)
c. Teratogens (misalnya: alkohol, radiasi)
d. Disfungsi plasenta
e. Malformasi sistem saraf sentral kongenital (idiopatik)
3. Gangguan Otak Janin
a. Infeksi (misalnya: virus imunodefisiensi manusia,
toksoplasmosis, sitomegalovirus, herpes simpleks)
b. Toksin (misalnya: alkohol, kokain, timah hitam,
fenilketonuria pada ibu)
c. Insufisiensi plasenta/malnutrisi intrauteri
4. Kesukaran Perinatal
a. Prematuritas ekstrim
b. Jejas hipoksik-iskemik
c. Perdarahan intrakranium
d. Gangguan metabolik (misalnya: hipoglikemia,
hiperbilirubinemia)
e. Infeksi (misalnya: herpes simpleks, meningitis bakteria)
5. Gangguan Otak Pascalahir
a. Infeksi (misalnya: ensefalitis, meningitis)
b. Trauma (misalnya: jejas kepala berat)
c. Asfiksia (misalnya: hampir tenggelam, apnea lama,
tercekik)
d. Gangguan metabolisme (misalnya: hipoglikemia,
hipernatremia)
e. Toksin (misalnya: timah hitam)
f. Perdarahan intrakranium
g. Malnutrisi
6. Gangguan Berdasarkan Pengalaman Pascalahir
a. Kemiskinan dan disorganisasi keluarga
b. Disfungsi interaksi penyedia-perawatan
c. Psikopatologi orangtua
d. Orangtua yang menyalahgunakan obat
D. Patofisiologi Reterdasi Mental
Istilah retardasi mental merujuk apada keterbatasan nyata fungsi
hidup sehari-hari. Retardasi mental ini termasuk kelemahan atau
ketidakmampuan kognitif yang muncul pada masa kanak-kanak (sebelum
usia 18 tahun) yang ditandai dengan fungsi kecerdasan dibawah normal
(IQ 70 sampai 75 atau kurang) dan disertai keterbatasan-keterbatasan lain
pada sedikitnya dua area fungsi adaptif: berbicara dan berbahasa,
keterampilan merawat diri, kerumahtanggaan, keterampilan sosial,
penggunaan sarana-sarana komunitas, pengarahan diri, kesehatan dan
keamanan, akademik fungsional, dan bekerja (American Association on
Mental Retardation [AAMR] 1992).
Penyebab retardasi mental dapat digolongkan menjadi penyebab
prenatal, perinatal, dan pascanatal. Penyebab prenatal termasuk penyakit
kromosom (trisomi, Findrom fragile-X) gangguan sindrom (distrbabofi
otot Duchenne, neurofibromatosis), dan gangguan metabolism sejak lahir
(fenilketonuria). Penyebab perinatal dapat digolongkan menjadi yang
berhubungan dengan masalah intrauterinc seperti abrupsio plasenta,
diabetes maternal, dan kelahiran premature serta kondisi neonatal
termasuk meningitis dan perdarahan intracranial. Penyebab pascanatal
mencakup kondisi-kondisi yang terjadi karena cedera kepala, infeksi,
gangguan degeneratif dan demielinisdasi. Sindrom Fragile-X, Sindrom
Down, dan sindrom alcohol fetal merupakan sepertiga individu-individu
yang menderita retardasi mental. Munculnya masalah-masalah, seperti
paralisis serebral, deficit sensoris, gangguan psikiatrik, dan kejang
berhubungan dengan retardasi mental yang lebih berat. Diagnosis retardasi
mental ditetapkan secara dini pada masa kanak-kanak. Prognosis jangka
panjang pada akhirnya ditentukan oleh seberapa jauh individu tersebut
dapat berfungsi mandiri dalam masyarakat.
E. Manifestasi Reterdasi Mental
Pada pemeriksaan fisik pasien dengan retardasi mental dapat
ditemukan berbagai macam perubahan bentuk fisik, misalnya perubahan
bentuk kepala: mikrosefali, hidrosefali, dan down syndrome. Wajah pasien
dengan retardasi mental sangat mudah dikenali seperti hipertelorisme,
yaitu lidah yang menjulur keluar, gangguan pertumbuhan gigi dan ekspresi
wajah yang tampak tumpul. Biasanya penderita retardasi mental juga
mengalami keterlambatan motorik. Adapula perubahan perilaku terkait
usia pada anak dengan keterbelakangan mental yaitu:
1. Keterbelakangan Mental Ringan (IQ= 50-70)
a. Anak prasekolah (0-5 tahun): lebih lambat daripada rata-
rata dalam berjalan, makan sendiri, dan berbicara, namun
pengamat tidak melihat keterbelakangan ini.
b. Usia sekolah (6-21 tahun): belajar keterampilan motorik,
pemahaman, dan kognisi (membaca dan arithmatic) dikelas
tiga sampai kelas enam oleh remaja tahap ini, dapat belajar
untuk menyesuiakan diri secara sosial.
c. Dewasa (21 tahun keatas): biasanya mencapai keterampilan
sosial dan kejuruan yang diperlukan untuk merawat diri,
membutuhkan bimbingan dan bantuan ketika berada pada
kondisi ekonomi sulit atau stress sosial.
2. Keterbelakangan Mental menengah (IQ= 35-49)
a. Anak prasekolah (0-5 tahun): sebagian besar perkembangan
kelihatan dengan jelas terlambat.
b. Usia sekolah (6-21 tahun): belajar beerkomunikasi dan
merawat kesehatan dasar dan kebutuhan keamanan.
c. Dewasa (21 tahun keatas): melakukan tugas tanpa
keterampilan atau seni terampil sederhana pada kondidi
yang diawasi, berpartisipasi pada permainan sederhana dan
melakukan perjalanan sendiri di tempat yang dikenal,
mampu merawat diri sendiri.
3. Keterbelakangan Mental Berat (IQ= 20-34)
a. Anak prasekolah (0-5 tahun): perkembangan motorik
sangat tertunda sedikit atau tidak berbicara, mendapat
manfaat dari pelaihan mengerjakan sendiri (misalnya
makan sendiri).
b. Usia sekolah (6-21 tahun): biasanya berjalan kecuali jika
terdapat ketidakmampuan motorik, dapat memahami dan
merespon pembicaraan, dapat mengambil manfaat dari
pelatih mengenai kesehatan dan kebiasaan lain yang dapat
diterima
c. Dewasa (21 tahun keatas): melakukan kegiatan rutin sehari-
hari dan memperbesar perawatan diri sendiri, memerlukan
petunjuk dan pengawasan ketat dalam lingkungan yang
dapat dikendalikan.
4. Keterbelakangan Mental Sangat Berat (IQ dibawah 20)
a. Anak prasekolah (0-5 tahun): keterbelakangan ekstrem
disemua bidang, kemampuan sensorik minimal,
membutuhkan bantuan perawatan diri.
b. Usia sekolah (6-21 tahun): semua bidang perkembangan
tampak jelas tertunda, respon berupa emosi dasar dan
mendapatkan manfaat dari pelatihan dalam penggunaan
anggota badan dan mulut, harus diawasi dengan ketat.
c. Dewasa (21 tahun keatas): barangkali dapat berjalan dan
berbicara dengan cara primitive, mendapatkan manfaat dari
aktivitas fisik regular, tidak dapat merawat diri sendiri,
tetapi membutuhkan bantuan perawatan diri.
Menurut Muttaqin (2008) anak dengan Retardasi Mental dapat
dikenali dari tanda sebagai berikut:
1. Penampilan fisik tidak seimbang: kepala terlalu kecil/terlalu besar,
mulut melongo, mata sipit/mongoloid, badan bungkuk,
2. Kecerdasan terbatas
3. Tidak mampu mengurus diri sendiri tanpa bantuan orang lain
sesuai usia
4. Arah minat sangat terbatas kepada hal-hal yang terbatas dan
sederhana. Perkembangan bahasa/bicara lambat
5. Tidak ada/kurang sekali perhatian terhadap lingkungannya
(pandangan kosong) dan perhatiannya labil, sering berpindah-
pindah
6. Koordinasi gerakan kurang, gerakan kurang terkendali
7. Daya ingatan lemah, emosi sangat terbatas, apatis, dan acuh tak
acuh terhadap sekitarnya
8. Sering ngiler/keluar cairan dari mulut (Sandra, 2010).
F. Pemeriksaan Penunjang Reterdasi Mental
1. Kariotip Kromosom
a. Jumlah atau karakter tanda-tanda fisik atipik yang tidak
biasa
b. Riwayat pemajanan ibu pada teratogen
c. Malformasi kongenital major
d. Kelainan genetal
e. Riwayat retardasi keluarga yang tidak dijelaskan
2. Asam Amino atau Organik Serum
a. Kejang-kejang pada awal masa bayi yang tidak terjelaskan
b. Kegagalan pertumbuhan dengan kemunduran neurologis
c. Mikrosefali
d. Dermatitis
e. Asidosis yang tidak dapat dijelaskan
f. Riwayat keluarga
3. Urin Mukopolisakarida
a. Tanda wajah kasar
b. Kifosis
c. Tungkai pendek
d. Batang tubuh pendek
e. Hepatosplenomegali
f. Kornea keruh
g. Gangguan pendengaran
h. Perawakan pendek
i. Sendi kaku
4. Bahan Pereduksi-Urin
a. Katarak
b. Hepatomegali
c. Kejang-kejang
5. Amonium Plasma
Muntah episodik dan asidosis metabolik
6. Asam Keton Urin
a. Kejang-kejang
b. Rambut pendek rapuh
7. Timah Hitam Darah
a. Anemia
8. Seng Serum
a. Akrodermatitis
9. Analisis Enzim Lisosom Sel Darah Putih atau Biopsi Kulit
a. Kehilangan fungsi motorik atau kognitif
b. Ataksia serebellum sekunder
10. Elektroensefalogram
a. Kecurigaan gangguan kejang-kejang
b. Gangguan bahasa reseptif berat
11. Tomografi Komputasi atau Foto Resonansi Magnetik
a. Pembesaran kepala progresif
b. Kecurigaan radang otak besar
c. Kecurigaan massa intrakranium
G. Penatalaksanaan Reterdasi Mental
1. Penatalaksanaan Medis
Obat-obatan yang digunakan adalah:
a. Obat-obat psikotropika (tiroidazin,mellarin) untuk remaja
dengan perilaku yang membahayakan diri sendiri.
b. Psikostimulan menunjukkan tandatanda gangguan
konsentrasi.
c. Antidepresan (imipromin)
d. Carbamazepin (tegretol) dan propanol (inderal)
2. Melibatkan bantuan dari:
a. Psikolog untuk menilai perkembangan mental anak
terutama kemampuan kognitifnya.
b. Dokter anak untuk memeriksa fisik anak, menganalisa
penyebab, dan mengobati penyakit/kelainan yang mungkin
ada.
c. Pekerja sosial diperlukan apabila anak juga menderita
epilepsi, serebral palsi.
d. Psikiater diperlukan apabila anak menunjukkan kelainan
tingkah laku/apabila orangtuanya membutuhkan dukungan
terapi keluarga.
e. Ahli rehabilitasi medis diperlukan untuk merangsang
perkembangan motorik dan sensoriknya.
f. Ahli terapi wicara untuk memperbaiki gangguan
bicaranya/untuk merangsang perkembangan bicaranya,
serta diperlukan guru pendidikan luar biasa untuk anak
retardasi mental.
g. Pada orangtuanya perlu diberi penerangan yang jelas
mengenai keadaan anaknya, dan apa yang dapat diharapkan
dari terapi yang diberikan. Disamping itu, diperlukan
kerjasama yang baik antara guru dengan orangtuanya, agar
tidak terjadi kesimpangsiuran dalam strategi penanganan
anak disekolah dan dirumah.
h. Anak dengan retardasi mental memerlukan pendidikan
khusus yang disesuaikan dengan taraf IQ-nya, mereka
digolongkan yang mampu dididik untuk golongan retardasi
mental ringan, dan yang mampu dilatih anak dengan
retardasi mental sedang.
i. Semua anak yang retardai mental juga memerlukan
penanganan, seperti pemeriksaan kesehatan yang rutin,
imunisasi, dan mentoring terhadap tumbuh kembangnya
(IDAI, 2011).
H. Asuhan Keperawatan Reterdasi Mental
a) Pengkajian
1. Lakukan pengkajian fisik
2. Lakukan pengkajian perkembangan
3. Dapatkan riwayat keluarga,terutama mengenai reterdasi mental
dan gangguan herediter di mana retardasi mental adalah salah
satu jenisnya yang utama
4. Dapatkan riwayat kesehatan untuk mendapatkan bukti-bukti
adanya :
- Trauma prenatal,perinatal,atau pascanatal atau cedera fisik
- Infeksi maternal prenatal
(mis.rebulla),alkhoholisme,konsumsi obat
- Nutrisi tidak adekuat
- Penyimpangan lingkungan
- Gangguan psikiatrik (mis.autisme)
- Infeksi terutama yang melibatkan otak
(mis.meningitis,ensefalitis,campak) atau suhu tubuh tinggi
abnormalitas kromosom
- Bantu dengan tes diagnostik mis.analisis
kromosom,disfungsi
metabolik,radiografi,tomografi,elektroensefalografi
- Lakukan atau bantu dengan tes intelegensia Stanford
Binet,Wechsler Intelligence Scale For Children
- Lakukan atau bantu dengan tes perilaku adaptif Vineland
Social Maturity Scale,American Association of Mental
Retardasion Adaptive Behavior Scale
- Observasi adanya manisfestasi dini dari retardasi mental :
Tidak respontif terhadap kontak
Kontak mata buruk selama menyusu
Penurunan aktivitas spontan
Penurunan kesadaran terhadap suara atau gerakan
Peka rangsang
Menyusu lambat
b) Diagnosa Keperawatan
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KRITERIA INTERVENSI
KEPERAW HASIL
ATAN
1. Perubahan a. Anak dan a. Libatkan anak dan keluarga
pertumbuha keluarga dalam progam stimulasi dini
n dan aktif terlibat pada bayi
perkembang dalam b. Kaji kemajuan perkembangan
an progam anak dengan interval reguler;
berhubungan stimulasi buat catatan yang terperinci
dengan bayi untuk membedakan perubahan
kerusakan b. Keluarga fungsi yang samar
fungsi menerapkan c. Bantu keluarga menentukan
kognitif konsep- kesiapan anak untuk
konsep dan mempelajari tugas-tugas khusus
melajutkan d. Bantu keluarga menyusun
aktivitas tujuan yang realistis untuk anak
perawatan e. Kuatkan aktivitas perawatan
anak di diri
rumah f. Tekankan bahwa anak
c. Anak mempunyai kebutuhan yang
melakukan sama dengan anak lain
aktivitas (mis.,bermain,disiplin,interaksi
hidup sehari- sosial)
hari pada g. Sebelum remaja,berikan
kapasitas penyuluhan pada anak dan
optimal orangtua tentang maturasi
d. Keluarga fisik,perilaku
mencari tahu seksual,perkawinan,dan
tentang keluarga
progam
pendidikan
e. Penyusunan
batasan yang
tepat,rekreasi
,dan
kesempatan
sosial dapat
diberikan
f. Isu-isu
remaja digali
dengan tepat

2. Perubahan a. Keluarga a. Berikan informasi pada


proses mengekspres keluarga sesegera mungkin
keluarga ikan pada saat atau setelah kelahiran
berhubungan perasaan dan b. Ajak kedua orangtua untuk
dengan kekhawatira hadir pada konferensi
mempunyai nnya pemberian informasi
anak yang mengenai c. Diskusikan dengan anggota
menderita kelahiran keluarga tentang manfaat dari
reterdasi anak dengan perawatan di rumah; beri
mental reterdasi kesempatan pada mereka untuk
mental dan menyelidiki semua alternatif
implikasinya residensial sebelum membuat
b. Anggota keputusan
keluarga d. Dorong keluarga untuk bertemu
membuat dengan keluarga lain yang
keputusan mempunyai masalah yang sama
yang realistis e. Jangan memberikan jawaban
berdasarkan definitif tentang derajat
kebutuhan reterdasi anak; tekankan pada
dan potensi kemampuan belajar
kemampuan anak, terutama dengan
mereka intervensi dini
c. Anggota f. Dorong anggota keluarga untuk
keluarga mengekspresikan perasaan dan
menunjukka kekhawatirannya
n
penerimaan
terhadap
anak

3. Kerusakan a. Tingkatkan komunikasi verbal


a. Menggunaka
komunikasi dan stimulasi taktil
n pesan
verbal b. Berikan instruksi sederhana
tertulis
berhubungan secara berulang
b. Menggunaka
dengan c. Berikan waktu yang cukup
n bahasa
lambatnya untuk berkomunikasi
percakapan
ketrampilan d. Dorong anak untuk
verbal
ekspresi dan berkomunikasi dengan dunia
c. Menggunaka
resepsi luar
n percakapan
bahasa
yang jelas
d. Menggunaka
n
gambar/lukis
an
e. Menggunaka
n bahasa non
verbal
4. Kurang a. Klien a. Identifikasi kebutuhan personal
perawatan terbebas dari hygiene dan berikan
diri bau badan pertolongan sesuai kebutuhan
berhubungan b. Menyatakan b. Identifikasi kesulitan dalam
dengan kenyamanan perawatan diri,seperti kurang
ketidakmam terhadap pergerakan fisik dan
puan fisik kemampuan kemunduran kognitif
dan mental untuk c. Dorong anak untuk perawatan

melakukan mandiri

ADL
c. Dapat
melakukan
ADL tanpa
bantuan
5. Kerusakan a. Mengurangi
Interaksi kekacauan a. Bantu anak mengidentifikasi
sosial dalam kekuatan diri
berhubungan berinterkasi b. Berikan pengetahuan kepada
dengan orang-orang terdekat mengenai
kesulitan reterdasi mental
bicara atau c. Dorong anak untuk ikut
kesulitan berpartisipasi beraktivitas
beradaptasi dengan teman dan anggota
keluarga lain
d. Dorong anak untuk
mempertahankan hubungan
dengan teman-temannya
e. Berikan penghargaan positif
pada hasil yang dicapai oleh
anak
DAFTAR PUSTAKA

Bulechet,Gloria M 2013.Nursing intervention classification (NIC)


ed.6.elsevier.singapore pre.LTD

Herdman, T Heather,2015-2017.Nanda internasional diagnosis


keperawatan.Definisi dan klarifikasi 2015-2017 ed.10.Jakarta : EGC

IDAI, 2011. Retardasi Mental dalam Pedoman Pelayanan Medis Ikatan


Dokter Anak Indonesia Jilid II. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Maramis, W.F. (2005) Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga
UniversityPress.
Morhead.SUE.2013.Nursing outcomes classification (NOC)
ed.6.elsevier.singapore pre.LTD

Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan


Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika

Sandra, M. 2010. Anak Cacat Bukan Kiamat: Metode Pembelajaran dan


Terapi Untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Katahati.
Wong, Donna L.2003. Pedoman Klinis Keperawatan
Pediatrik.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai