Anda di halaman 1dari 12

A.

Pengertian CPV

Central Venous Pressure yang juga dikenal dengan singkatan CVP atau kita sebut

sebagai Tekanan Vena Sentral, pada beberapa penanganan kasus sangat diperlukan untuk

mendukung diagnosa, mengetahui kondisi pasien, serta monitoring resusitasi. CVP

adalah suatu hasil dari pengukuran tekanan vena sentral. CVP tersebut dapat di pasang

pada beberapa lokasi seperti pada vena jugularis interna, vena subklavia, vena basilika,

vena femoralis. Dimana masing‐masing lokasi tersebut memiliki keuntungan dan

kerugian dalam hal tingkat kesulitan pemasangan, resiko pemasangan, kenyamanan

pasien, perawatan CVP, juga ketersediaan jenis CVP yang sesuai dengan lokasi

pemasangan CVP tersebut.

CVP adalah memasukkan kateter poli ethylene dari vena tepi sehingga ujungnya

berada di dalam atrium kanan atau di muara vena cava. CVP disebut juga kateterisasi

vena sentralis (KVS). Tekanan vena sentral secara langsung merefleksikan tekanan pada

atrium kanan. Secara tidak langsung menggambarkan beban awal jantung kanan atau

tekanan ventrikel kanan pada akhir diastole.

Tekanan vena central (central venous pressure) adalah tekanan darah di vena

kava. Ini memberikan informasi tentang tiga parameter volume darah, keefektifan

jantung sebagai pompa, dan tonus vaskular. Tekanan vena central dibedakan dari tekanan

vena perifer, yang dapat merefleksikan hanya tekanan lokal.

Pengukuran tekanan vena central (CVP) merupakan alat yang berguna dalam

perawatan pasien yang sakit akut. Pengukuran CVP menunjukkan tekanan dalam vena

besar (vena kava superior dan vena kava inferior). Ini digunakan untuk memantau

volume darah yang bersirkulasi, fungsi ventrikuler kanan, dan arus balik vena sentral,

meskipun tidak mengukur secara langsung tekanan atrial kanan. (Grifin, 1999: 85)
Pengukuran tekanan vena central adalah tekanan di dalam Atrium kanan dan

dalam vena – vena besar di toraks. Merupakan gambaran tekanan pengisian ventrikel

kanan dan menunjukan sisi kanan jantung dalam mengatur beban cairan.

(Smeltzer,2001:747)

B. Tujuan tindakan
1. Mengetahui tekanan vena sentralis (TVS)
2. Untuk memberikan total parenteral nutrition (TPN) ; makanan kalori tinggi secara
intravena
3. Untuk mengambil darah vena
4. Untuk memberikan obat – obatan secara intra vena
5. Memberikan cairan dalam jumlah banyak dalam waktu yang singkat
6. Dilakukan pada penderita gawat yang membutuhkan erawatan yang cukup lama
CVP bukan merupakan suatu parameter klinis yang berdiri sendiri, harus dinilai
dengan parameter yang lainnya seperti :

 Denyut nadi
 Tekanan darah
 Volume darah
 CVP mencerminkan jumlah volume darah yang beredar dalam tubuh penderita, yang
ditentukan oleh kekuatan kontraksi otot jantung. Misal : syock hipovolemik –> CVP
rendah

C. Lokasi vena untuk cvp


1. Vena subklavia
2. Vena jugularis eksternal atau internal
3. Vena basilica media

D. Manajemen Keperawatan Pada Pasien Yang Terpasang CVP


1. CVP digunakan untuk mengukur tekanan pengisian jantung bagian kanan
2. Pada saat diastolic, dimana katub tricuspid membuka, darah mengalir dari atrium
kanan ke ventrikel kanan, pada saat ini CVP merefleksikan sebagai Right
Ventricular End Diastolic Pressure (RVEDP).
3. CVP normal berkisar antara 2-5 mmHg atau 3-8 cmH20
4. Bila hasil pengukuran CVP dibawah normal, biasanya terjadi pada kasus
hipovolemi,menandakan tidak adekuatnya volume darah di ventrikel pada saat akhir
diastolic untuk menghasilkan stroke volume yang adekuat. Untuk
mengkompensasinya guna meningkatkan cardiac output, maka jantung
nmeningkatkan heart ratenya, meyebabkan tavhycardi, dan akhirnya juga akan
meningkatkan konsumsi O2 miokard.
5. Bila hasil pengukuran CVP diatas normal, biasanya terjadi pada kasus overload,
untuk mengkompensasinya jantung harus lebih kuat berkontraksi yang juga akan
meningkatkan konsumsi O2 miokard.
6. Standar pengukuran CVP bisa menggunakan ukuran mmHg atau cmH2O,
dimana 1 mmHg = 1,36 cmH2O
E. Lokasi Pemantauan
1. Vena Jugularis interna kanan atau kiri (lebih umum pada kanan)
2. Vena subklavia kanan atau kiri, tetapi duktus toraks rendah pada kanan
3. Vena brakialis, yang mungkin tertekuk dan berkembang menjadi phlebitis
4. Lumen proksimal kateter arteri pulmonalis, di atrium kanan atau tepat di atas vena
kava superior
F. Gelombang CVP
Gelombang CVP terdiri dari, gelombang :
a= kontraksi atrium kanan
c= dari kontraksi ventrikel kanan
x= enggambarkan relaksasi atrium triskuspid
v= penutupan katup tricuspid
y= pembukaan katup tricuspid
G. Indikasi
1. Pasien yang mengalami gangguan keseimbangan cairan
2. Digunakan sebagai pedoman penggantian cairan pada kasusu hipovolemi
3. Mengkaji efek pemberian obat diuretic pada kasus overload cairan
4. Sebagai pilihan yang baik pada kasus penggantian cairan dalam volume
yang banyak( Thelan, 1994)
5. Pasien dengan kelainan ginjal ( ARF, oliguria)
6. Pasien dengan gagal jantung
7. Pasien terpasang nutrisi parenteral ( dextrose 20% aminofusin)
H. Kontraindikasi
1. Nyeri dan inflamasi pada area penusukan
2. Bekuan darah karena tertekuknya kateter
3. Tromboplebitis
4. Microshok
5. Disritmia jantung
6. Pembedahan leher
7. Insersi kawat pacemaker

I. Komplikasi
1) Kelebihan cairan

Ketidaktepatan pemasangan kateter pada atrium kanan menyebabkan nilai CVP


tidak akurat dan tidak sesuai dengan kondisi pasien, sehingga pemberian terapi
cairan beresiko berlebihan.

2) Infeksi pada tempat tusukan dan Sepsis

Perawatan pada tempat pemasangan kateter CVP pada tubuh pasien harus
memperhatikan teknik steril, sehingga apabila tidak dilakukan perawatan yang benar
maka akan timbul sepsis akibat adanya infeksi dan ketidasterilan perwatan pada
tempat pemasangan kateter CVP.

3) Emboli pulmoner : walaupun <20 mL jarang menyebabkan masalah, namun volume


udara yang lebih besar dapat menyebabkan embolisme paru dan henti jantung.
4) Malposisi kateter
5) Tertusuknya arteri (R. perdarahan)

Kesalahan atau ketidaktepatan penentuan lokasi pemasangan akan beresiko menusuk


pembuluh darah yang berada di sekitar lokasi pemasangan dan dapat menimbulkan
perdarahan.

J. Persiapan Untuk Pemasangan CVP


a) Persiapan pasien
Memberikan penjelasan pd klien dan klg ttg:
- tujuan pemasangan,
- daerah pemasangan,
- prosedur yang akan dikerjakan
b) Persiapan alat

- Kateter CVP
- Set CVP
- Spuit 2,5 cc
- Antiseptik
- Obat anaestesi local
- Sarung tangan steril
- Bengkok
- Cairan NaCl 0,9% (25 ml)
- Plester
c) Cara Kerja
1) Daerah yang Dipasang :
- Vena femoralis
- Vena cephalika
- Vena basalika
- Vena subclavia
- Vena jugularis eksterna
- Vena jugularis interna

2) Cara Pemasangan :
- Penderita tidur terlentang (trendelenberg)
- Bahu kiri diberi bantal
- Pakai sarung tangan
- Desinfeksi daearah CVP
- Pasang doek lobang
- Tentukan tempat tusukan
- Beri anestesi lokal
- Ukur berapa jauh kateter dimasukkan
- Ujung kateter sambungkan dengan spuit 20 cc yang diisi NaCl 0,9% 2-5 cc
- Jarum ditusukkan kira – kira 1 jari kedepan medial, ke arah telinga sisi yang
berlawanan
- Darah dihisap dengan spuit tadi
- Kateter terus dimasukkan ke dalam jarum, terus didorong sampai dengan vena
cava superior atau atrium kanan
- Mandrin dicabut kemudian disambung infus -> manometer dengan three way
stopcock
- Kateter fiksasi pada kulit
- Beri betadhin 10%
- Tutup kasa steril dan diplester

3) Keuntungan Pemasangan di Daerah Vena Sublavia


- Mudah dilaksanakan (diameter 1,5 cm – 2,5 cm)
- Fiksasi mudah
- Menyengkan penderita
- Tidak mengganggu perawatan rutin dapat dipertahankan sampai 1 minggu
d) Pemantauan CVP

Terdapat dua metode pemantauan CVP :

1. System manometer: memungkinkan pembacaan intermiten dan kurang akurat


dibandigkan system transduser dan lebih jarang digunakan.
1) Cara Menentukan Titik Nol

CVP Manometer

- Penderita tidur terlentang mendatar


- Dengan menggunakan slang air tang berisi air ± setengahnya ->
membentuk lingkaran dengan batas air yang terpisah
- Titik nol penderita dihubungkan dengan batas air pada sisi slang yang
satu. Sisi yang lain ditempatkan pada manometer.
- Titik nol manometer dapat ditentukan
- Titik nol manometer adalah titik yang sama tingginya dengan titik
aliran V.cava superior, atrium kanan dan V.cava inferior bertemu
menjadi satu. Lihat gambar di bawah ini
Posisi pasien saat pengukuran CVP

2) Penilaian CVP
- Kateter, infus, manometer dihubungkan dengan stopcock lalu amati
infus lancar atau tidak
- Penderita terlentang
- Cairan infus kita naikkan ke dalam manometer sampai dengan angka
tertinggi. jaga jangan sampai cairan keluar
- Cairan infus kita tutup, dengan memutar stopcock hubungkan
manometer akan masuk ke tubuh penderita
- Permukaan cairan di manometer akan turun dan terjadi undulasi sesuai
irama nafas, turun (inspirasi), naik (ekspirasi)
- Undulasi berhenti, disitu batas terahir, nilai CVP
- Nilai pada angka 7, nilai CVP 7 cmH2O
- Infus dijalankan lagi setelah diketahui nilai CVP
3) Nilai CVP
- Nilai rendah : < 4 cmH2O
- Nilai normal : 4 – 10 cmH2O
- Nilai sedang : 10 – 15 cmH2O
- Nilai tinggi : > 15 cmH2O

Penilaian CVP dan Arti Klinisnya


CVP sangat berarti pada penderita yang mengalami shock dan
penilaiannya adalah sebagai berikut :

1. CVP rendah (< 4 cmH2O)

- Beri darah atau cairan dengan tetesan cepat.


- Bila CVP normal, tanda shock hilang -> shock hipovolemik
- Bila CVP normal, tanda – tanda shock bertambah -> shock septik
2. CVP normal (4 – 14 cmH2O)

- Bila darah atau cairan dengan hati – hati dan dipantau


pengaruhnya dalam sirkulasi.
- Bila CVP normal, tanda – tanda shock negatif -> shock
hipovolemik
- Bila CVP bertambah naik, tanda shock positif -> septik shock,
cardiogenik shock
3. CVP tinggi (> 15 cmH2O)

- Menunjukkan adanya gangguan kerja jantung (insufisiensi


kardiak)
- Terapi : obat kardiotonika (dopamin).
-

2. System Transduser : memungkinkan pembacaan secara continue yang


ditampilkan di monitor.
1) Prosedur pengukuran cvp dengan menggunakan transduser
- Jelaskan prosedur kepada pasien
- Pastikan patensi kateter vena sentral sebelum dilakukan prosedur.
- Pasien diposisikan terlentang jika memungkinkan posisi yang sama
harus digunakan untuk setiap pengukuran.
- Lakukan kalibrasi (nol) monitor sesuai dengan rekomendasi pabrik
yang tercantum dalam petunjuk manual penggunaan alat- biasanya
termasuk membuka sistem ke atmosfer (tutup ke arah pasien, terbuka
ke udara) dan tekan tombol nol pada monitor, begitu nol tampil di
layar maka monitor telah terkalibrasi. Dengan membuat CVP menjadi
nol memastikan bahwa tekanan atmosfer pada titik pengukuran adalah
nol.
- Amati gambaran CVP pada monitor. Bentuk gelombang pada monitor
harus sedikit berumbulasi secara alamiah mencerminkan perubahan
pada tekanan atrium kanan selama siklus jantung.
- Catat nilai pembacaan dan laporkan setiap peruabahan dan kelainan
(juga hitung rata-rata hasil pembacaan tekanan)

2) Bentuk Gelombang CVP

Bentuk gelombang CVP mencerminkan perubahan-perubahan pada


tekanan atrium kanan selama siklus jantung.

- Gelombang A : kontraksi atrium kanan (gelombang P pada EKG). Jika


gelombang A naik, maka pasien mengalami kegagalan ventrikel kanan
atau stenosis tricuspid.
- Gelombang C : penutupan katub tricuspid (mengikuti kompleks QRS
pada EKG). Jarak dari A-C harus berhubungan dengan interval PR
pada EKG.
- Gelombang V : tekanan yang terjadi pada atrium kanan selama
kontraksi ventrikel, walapun katub tricuspid telah menutup (bagian
akhir gelombang T pada EKG). Jika gelombang V naik, maka pasien
mungkin memiliki penyakit katub tricuspid.

3) Pengukuran CVP Normal

Pemantauan tekanan vena sentral secara normal menunjukkan pengukuran


sebagai berikut :

- 5-10 mmHg mid-aksila


- 7-14 cmH2O mid-aksila
K. Faktor -Faktor Yang Mempengaruhi CVP
1) Volume darah :
- Volume darah total
- Volume darah yang terdapat di dalam vena
- Kecepatan pemberian tranfusi/ cairan
2) Kegagalan jantung dan insufisiensi jantung
3) Konstriksi pembuluh darah vena yang disebabkan oleh faktor neurologi
4) Penggunaan obat – obatan vasopresor
5) Peningkatan tekanan intraperitoneal dan tekanan intrathoracal, misal :
- Post operasi illeus
- Hematothoraks
- Pneumothoraks
- Penggunaan ventilator mekanik
- Emphysema mediastinum
6) Emboli paru – paru
7) Hipertensi arteri pulmonal
8) Vena cava superior sindrom
9) Penyakit paru – paru obstruksi menahun
10) Pericarditis constrictive
11) Artevac ; tersumbatnya kateter, ujung kateter berada di dalam v.jugularis inferior

L. Hal Penting Yang Harus Diperhatikan Perawat


1. Sebelum pemasangan
- Mempersiapkan alat untuk penusukan dan alat-alat untuk pemantauan
- Mempersiapkan pasien; memberikan penjelasan, tujuan pemantauan, dan
mengatur posisi sesuai dg daerah pemasangan
2. Saat pemasangan
- Memelihara alat-alat selalu steril
- Memantau tanda dan gejala komplikasi yg dpt terjadi pada saat pemasangan spt
gg irama jantung, perdarahan
- Membuat klien merasa nyaman dan aman selama prosedur dilakukan
3. Setelah pemasangan
- Mendapatkan nilai yang akurat dengan cara: 1) melakukan Zero Balance:
menentukan titik nol/letak atrium, yaitu pertemuan antara garis ICS IV dengan
midaksila, 2) Zero balance: dilakukan pd setiap pergantian dinas , atau
gelombang tidak sesuai dg kondisi klien, 3) melakukan kalibrasi untuk
mengetahui fungsi monitor/transduser, setiap shift, ragu terhadap gelombang.
- Mengkorelasikan nilai yg terlihat pada monitor dengan keadaan klinis klien.
- Mencatat nilai tekanan dan kecenderungan perubahan hemodinamik.
- Memantau perubahan hemodinamik setelah pemberian obat-obatan.
- Mencegah terjadi komplikasi & mengetahui gejala & tanda komplikasi (spt.
Emboli udara, balon pecah, aritmia, kelebihan cairan,hematom,
infeksi,penumotorak, rupture arteri pulmonalis, & infark pulmonal).
- Memberikan rasa nyaman dan aman pada klien.
- Memastikan letak alat2 yang terpasang pada posisi yang tepat dan cara
memantau gelombang tekanan pada monitor dan melakukan pemeriksaan foto
toraks (CVP, Swan gans).
M. Hal Penting Yang Harus DiDokumentasikan
- Tingkat kesadaran klien
- Pernapasan klien
- Suhu klien
- Penampakan fisik klien, dilihat keabnormalan yang tejadi missal edema
- Hasil pengukuran, tekanan bilateral yang diperoleh
- Jam dan tanggal

Anda mungkin juga menyukai