Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN HORTIKULTURA

”KLASIFIKASI DAN SENTRA PRODUKSI BAWANG MERAH”

OLEH:

NAMA: ANANDA RISKY FADILLAH (1610241002)

JURUSAN BUDIDAYA PERKEBUNAN


PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS KAMPUS III
DHAMASRAYA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. Dan harapan kami semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca,
Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami,
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini,

Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Dharmasraya, 12 Maret 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

SAMPUL .........................................................................................................................

KATA
PENGANTAR ............................................................................................................

DAFTAR
ISI..........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................

1.1.LatarBelakang..........................................................................................
..

1.2. Tujuan.....................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................................

2.1.Klasifikas i Tanaman Bawang Merah………………………………… .

2.2. Sentra Produksi Bawang Merah di Kabupaten Nganjuk Provinsi Jawa


Timur ..................................................

BAB III PENUTUP .........................................................................................................

3.1. Kesimpulan ................................................................................................ .... .....

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bawang merah (Allium cepa) menurut sejarah awalnya tanaman ini memiliki
hubungan erat dengan bawang bombay (Allium cepa L.), yaitu merupakan salah satu
bentuk tanaman hasil seleksi yang terjadi secara alami terhadap varian-varian dalam
populasi bawang bombay. Di Indonesia, bawang merah berkembang dan diusahakan
petani mulai di dataran rendah sampai dataran tinggi. Sistem budidayanya merupakan
perkembangan dari cara-cara tradisional yang bersifat subsisten ke cara budidaya
intensif dan berorientasi pasar. Produksi bawang merah sampai saat ini memang belum
optimal dan masih tercermin dalam keragaman cara budidaya yang bercirikan spesifik
agroekosistem tempat bawang merah diusahakan

Di lihat dari segi ekonomi, usaha bawang merah cukup menguntungkan serta
mempunyai pasar yang cukup luas. Konsumsi bawang merah penduduk Indonesia
pada saat ini mencapai 650.000 ton, dan konsumsi bawang merah ini meningkat
sekitar 5% setiap tahunnya sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan
berkembangnya industri olahan. Selain itu peluang ekspor bawang merah segar masih
terbuka luas, selain akibat peningkatan konsumsi, peningkatan pemanfaatan bawang
merah untuk terapi kesehatan. Musim panen (tanam) bawang merah di Indonesia
saling melengkapi dengan negara lain, dalam arti, bilamana di negara lain misalnya
daratan China sedang musim tanam, maka di Indonesia sedang panen raya, dan
sebaliknya. Sehingga kondisi ini memberi peluang masuknya bawang merah impor
bawang merahal dari China, Philipina dan India masuk secara ilegal maupun illegal,
atau sebaliknya dapat memberi peluang ekspor bawang merah bilamana konsumsi dan
kebutuhan industri bawang merah dalam negeri telah dipenuhi

Prospek perkembangan bawang merah Indonesia di kancah dunia cukup baik


mengingat Indonesia merupakan salah satu negara eksportir bawang merah di dunia.
Berdasarkan data Food and Agriculture Organization (FAO) tahun 2010-2014
Indonesia menempati urutan keempat setelah New Zealand, Perancis, dan Netherland
sementara di ASEAN Indonesia masuk di urutan pertama .Bawang merupakan salah
satu komoditas yang memiliki fluktuasi yang relatif tinggi. Fluktuasi harga bawang
dapat disebabkan oleh pasokan impor, harga impor bawang merah dan harga
pupuk. Dari ketiga faktor tersebut yang memberikan pengaruh paling besar adalah
harga impor bawang merah. Selain itu yang menyebabkan harga bawang merah
berfluktuasi adalah masa panen dimana saat panen besar produksi melimpah harga
menjadi rendah,sebaliknya saat produksi rendah harga menjadi tinggi. Secara rata-rata
nasional, fluktuasi harga bawang cukup tinggi yang diindikasikan oleh koefisien
keragaman harga bulanan untuk periode bulan Desember 2010 sampai dengan bulan
Desember 2011 sebesar 20,86 %, yang artinya adalah rentang penyimpangan harga
bawang merah bulanan dalam jangka waktu satu tahun terakhir berada dalam kisaran
dalam kisaran +20,86 % dari harga rata-rata nasional dalam periode tersebut. Untuk
periode bulan Desember 2010 sampai dengan bulan Desember 2011, harga rata-rata
bawang merah nasional yaitu sebesar Rp.19.243/kg, dengan fluktuasi harga yang
menurun sejak bulan Juli 2011 hingga Desember 2011. Penurunan harga ini
disebabkan karena panen berlangsung bersamaan di beberapa wilayah Jawa tengah,
Jawa Timur dan Jawa Barat. Produksi bawang merah lokal meningkat akibat
perluasan lahan produksi. Selain itu pasokan bawang meningkat bukan hanya bawang
merah dari produksi lokal, tetapi juga bawang impor yang masuk di wilayah Brebes,
yang merupakan salah satu sentra penghasil bawang di Indonesia
Strategi pengembangan di lini off-farm diawali dengan perbaikan teknologi
pengolahan untuk mendukung pengembangan industri hilir bawang merah (skala
rumah tangga maupun industri), misalnya industri irisan kering, irisan basah/utuh,
pickles/acar, bawang goreng, bubuk bawang merah, tepung bawang merah, oleoresin,
minyak bawang merah, dan pasta. 74 Pengembangan industri hilir diarahkan untuk
meningkatkan efisiensi pengolahan bawang merah (Litbang Pertanian, 2006). Namun
program ini masih menghadapi banyak kendala di lapangan yakni (1) kegiatan
penanganan pascapanen umumnya masih belum dilakukan secara baik oleh petani; (2)
industri pengolahan belum banyak berkembang dan masih terbatas pada industri
rumah tangga; (3) sistem jaminan mutu belum tersosialisakan dengan baik dan merata;
(4) sarana pasca panen, pengolahan dan pemasaran tersedia secara terbatas dan
umumnya masih tradisional; (5) tataniaga bawang merah umumnya masih dikuasai
oleh tengkulak/pedagang besar; (6) kelembagaan petani bawang merah seperti
asosiasi belum berfungsi secara optimal dan lembaga permodalan belum tersedia; (7).
skala usaha relatif kecil; (8). distribusi bawang merah belum berjalan dengan baik; (9).
pengembangan penanganan pasca panen, pengolahan dan sistem jaminan mutu; (10)
pengembangan dan perbaikan sistem distribusi dan pemasaran

1.2.Tujuan

1. Mengetahui klasifikasi dan morfologi bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum)

2. Mengetahui keadaan umum sentra produksi bawang merah di indonesia Tepatnya di


Kab Nganjuk provinsi Jawa Timur

2. Mengetahui jenis varietas bawang merah yang di kembangkan Di Kabupaten


Nganjuk Provinsi Jawa Timur
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Bawang Merah

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan dengan pembuluh)

Super Divisio : Spermatophyta (Menghasilkan bebijian)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan dengan bunga)

Kelas : Liliopsida (berkeping satu atau monokotil)

Sub Kelas : Liliidae

Ordo : Liliales

Famili : Liliaceae (suku bawang-bawangan)

Genus : Allium

Spesies : Allium Cepa Var.Aaggregatum L

(Departemen Pertanian.2017)

2.2. Sentra Produksi Bawang Merah di Kabupaten Nganjuk Provinsi Jawa Timur

. Pengertian Teori Produksi


Produksi merupakan hasil akhir dari proses atau efektivitas ekonomi dengan
meanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat dipahami
bahwa kegiatan produksi adalah kombinasi berbagai input atau masukan untuk
menghasilkan output. Hubungan teknik antara input dan output tersebut dalam bentuk
persamaan tabel atau grafik merupakan fungsi produksi.
Sistem produksi memiliki komponen atau elemen struktural dan fungsional yang
berperan penting menunjang kontinuitas operasional sistem produksi itu. Komponen
atau elemen struktural yang membentuk sistem produksi terdiri dari : bahan (material),
mesin dan peralatan, tenaga kerja, modal, energi,. (Suryana,2007)

Kabupaten Nganjuk adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur. Kabupaten


ini berbatasan dengan Kabupaten Bojonegoro di utara, Kabupaten Jombang di timur,
Kabupaten Kediri dan Kabupaten Ponorogo di selatan, serta Kabupaten Madiun di
barat Kabupaten Nganjuk terletak antara 111o5' sampai dengan 112o13' BT dan 7o20'
sampai dengan 7o59' LS. Luas Kabupaten Nganjuk adalah sekitar 122.433 km2 atau
setara dengan 122.433 Ha yang terdiri dari atas:

Tanah sawah 43.052 Ha

Tanah kering 32.373 Ha

 Tanah hutan 47.007 Ha

Dengan wilayah yang terletak di dataran rendah dan pegunungan, Kabupaten Nganjuk
memiliki kondisi dan struktur tanah yang cukup produktif untuk berbagai jenis
tanaman, baik tanaman pangan maupun tanaman perkebunan sehingga sangat
menunjang pertumbuhan ekonomi dibidang pertanian. Kondisi dan struktur tanah yang
produktif ini sekaligus ditunjang adanya sungai Widas yang mengalir sepanjang
69,332 km dan mengairi daerah seluas 3.236 Ha, dan sungai Brantas yang mampu
mengairi sawah seluas 12.705 Ha. (Wikipedia.2014)

Tempat Pemasaran Dan Keadaan Harga Bawang Merah di Kab Nganjuk

Bila mengunjungi Nganjuk atau bermaksud membeli bawang merah langsung ke


pusatnya, pasar Sukomoro dapat dipilih sebagai surga bawang merah. Pasar yang
terletak di Jalan Surabaya-Madiun, Kecamatan Sukomoro ini dikenal sebagai pasar
yang mengkhususkan diri pada transaksi jual-beli bawang merah. Di setiap sudut
pasar ini hanya akan ditemui penjual dan pembeli bawang merah.Bawang merah yang
dijual di pasar Sukomoro ini beragam harganya. Ada yang murah dan ada juga yang
mahal bergantung kualitas bawang merah. Harga normal untuk satu kilogram bawang
merah rata-rata berkisar antara Rp 5.000 hingga Rp 13.000. Semakin besar dan
kering ukuran bawang merah, harganya akan semakin mahal. ( Irwan. 2016)
Keahlian menawar menjadi modal di pasar ini. Biasanya para pedagang akan
mematok harga maksimal ketika menjajakan bawang merahnya. Untuk itu, sebelum
memutuskan membeli, perhatikan dulu dengan seksama bawang merah yang dijajakan
pedagang. Hal pertama yang perlu diperhatikan sebelum membeli bawang
merah adalah soal ukuran. Normalnya, untuk bawang merah dengan ukuran besar
harganya berkisar antara Rp 10.000 hingga Rp 13.000, bawang merah berukuran -
sedang dihargai Rp 7.000 hingga Rp 10.000, dan bawang merah ukuran kecil mulai
Rp 5.000 hingga Rp 7.000.

Jangan malu menawar, karena beberapa pedagang ada yang memainkan trik dengan
mencampur bawang merah besar dan kecil lalu menjualnya dengan harga bawang
merah besar. Anda bisa menawar Rp 1.000 hingga Rp 2.000 per kilogram setelah
sebelumnya memerkirakan ukuran rata-rata bawang merah yang ditawarkan.
Hal kedua yang harus dipastikan adalah kadar basah keringnya bawang merah.
Bawang merah yang memiliki kondisi lembab atau cenderung basah akan lebih berat
di timbangan. Itu akan cukup merugikan bila kering bobotnya akan berkurang.
Periksa kadar basah kering bawang merah secara menyeluruh.Bawang merah yang
terletak di bagian atas karung mungkin terasa kering, tapi di bagian bawah belum
tentu. Oleh sebab itu, jangan ragu menegosiasikan harga bawang merah berdasarkan
kadar basah keringnya. Misalnya bila pedagang menawarkan bawang merahnya dalam
karung seharga Rp 10.000 per kilogramnya, kemudian Anda dapati kira-kira 20
persen bawang merah dalam karung agak basah, tawarlah dengan menurunkan harga
menjadi Rp 8.000 per kilogram.
Bawang merah yang dijajakan biasanya sudah dikemas dalam
karung-karung ukuran satu kuintal, sehingga kebanyakan pembeli di Pasar
Sukomoro adalah mereka yang bermaksud menjual kembali bawang merah yang
dibelinya.Akan tetapi, Anda tak perlu khawatir apabila bermaksud membeli sekadar
satu atau dua kilogram saja, karena beberapa pedagang juga melayani pembelian
secara ecer.
( Iqlima Idayah, 2015).
Luas lahan yang di tanami Bawang Merah di kab Nganjuk

Nganjuk terkenal sebagai sentra bawang merah di Jawa Timur dengan total areal
penanaman seluas 11.300 ha, terluas kedua setelah Brebes. Sentra penanaman
bawang merah di Kabupaten Nganjuk berada di lima kecamatan, yaitu Bagor,
Wilangan, Sukomoro, Gondang, dan Rejoso.Menurut data yang dikeluarkan dari
Kementerian Pertanian, produksi bawang merah di Nganjuk adalah mencapai 117.501
ton pada tahun 2014. Kabupaten Nganjuk secara rata-rata menyumbang 80% produksi
bawang merah Jawa Timur dengan frekuensi panen 2-4 kali dalam setahun.
(kementrian Pertanian .2014)

Kabupaten Nganjuk memiliki 400 kelompok tani hortikultura dengan setiap kelompok
rata-rata terdiri dari 10 orang dengan kepemilikan masing-masing petani seluas 0,25
ha. Bibit selama ini masih didapat dengan menyisakan 20% hasil panen mereka.
Beberapa varietas yang terdapat di Nganjuk adalah Baiju, Tajuk, dan varietas dari
Thailand (Waryanto, 2015).

Varietas Bawang Merah” TAJUK”

Tanah pertanian di Nganjuk merupakan surga bagi penangkaran benih bawang


merah, Petani di Nganjuk mendapatkan anugrah di tanah surga ini dimana dapat
tumbuh dengan baik bawang merah yang di orientasikan untuk benih umbi, atas
prakarsa para petani dan Dinas Pertanian Kabupaten Nganjuk,di ajukannya legalitas
varietas bawang merah “TAJUK” di Kementrian Pertanian Republik Indonesia
dimana bawang merah ini merupakan bawang merah unggul yang mana bisa tumbuh
dengan baik di seluruh Nusantara,di dua musim,di dataran rendah maupun tinggi.
Bawang Merah TAJUK memiliki kemampuan adaptasi yang luar biasa apabila
ditanam di luar wilayah Kabupaten Nganjuk, sehingga tujuan untuk memaksimalkan
hasil produksi bisa tercapai. (Didik. (2014).
DESKRIPSI BAWANG MERAH VARIETAS TAJUK

Asal : Introduksi dari Thailand


Silsilah : Seleksi positif
Golongan varietas : Klon
Tinggi tanaman : 26.4 – 40.0 cm
Bentuk penampang daun : Silindris, tengah berongga
Ukuran daun : Panjang 27-32 cm, diameter 0.49-0.54 cm
Warna daun : Hijau muda (RHS 141 D)
Jumlah daun per umbi : 3-8 helai
Jumlah daun per rumpun : 15 –48 helai
Umur panen (80% batang
: 52 – 59 hari
melemas)
Bentuk umbi : Bulat
Ukuran umbi : Tinggi 2,1 –3,4 cm;Diameter 0,8 –2,7 cm
Warna umbi : Merah muda (Pink RHS 64 D)
Berat per umbi : 5 –12 gram
Jumlah umbi per rumpun : 5 –15 umbi
Berat umbi per rumpun : 30 – 80 gram
Jumlah anakan : 6 – 12
Daya simpan umbi pada suhu
: 3 –7 bulan setelah panen
ruang (25-27oC)
Susut bobot umbi (basah-kering
: 22 – 25 %
simpan)
Hasil umbi per hektar : 12 – 16 ton
Populasi per hektar : 200.000 tanaman
Kebutuhan benih per hektar : 1000 kg
Warna daun hijau muda (Light Green 41
RHS 141 D), bentuk umbi bulat dengan
Penciri utama :
diameter terluas mendekati ujung akar,
warna umbi merah muda (Pink RHS 64 D)
Beradaptasi dengan baik pada musim
kemarau dan tahan terhadap musim hujan.
Keunggulan varietas :
Memiliki aroma yang sangat tajam, cocok
untuk bahan baku bawang goreng
Sesuai di dataran rendah maupun dataran
Wilayah adaptasi :
tinggi
Dinas Pertanian Daerah Kabupaten
Pengusul :
Nganjuk
Awang Maharijaya (Institut Pertanian
Bogor), M. Choirul Rosyidin
Peneliti :
(UPT-PSBTPH Dinas Pertanian Propinsi
Jawa Timur), Suryo (UPT-PSBTPH
Propinsi Jawa Timur Wilayah III), Helmi
(Dinas Pertanian Kabupaten Nganjuk),
Agus Sulistyono (Dinas Pertanian
Kabupaten Nganjuk), Akat (Penangkar
Benih)

Penciri utama bawang merah Tajuk yaitu tedapat pada umbi. Umbi memiliki bentuk
bulat dengan diameter terluas mendekati ke arah ujung akar. Warna dasar kulit umbi
kering berwarna merah muda cerah. Bawang Merah “Tajuk” sedang diusulkan untuk
pendaftaran varietas hortikultura.

(Dinas Pertanian Daerah Kabupaten Nganjuk.2015)


BAB III
PENUTUP

3.1 kesimpulan
Kabupaten Nganjuk sebagai sentra penghasil bawang merah di Jawa Timur pasar
Sukomoro dapat dipilih sebagai surga bawang merah. Pasar yang terletak di Jalan
Surabaya-Madiun, Kecamatan Sukomoro ini dikenal sebagai pasar yang
mengkhususkan diri pada transaksi jual-beli bawang merah. Di setiap sudut pasar ini
hanya akan ditemui penjual dan pembeli bawang merah. areal penanaman seluas
11.300 ha, terluas kedua setelah Brebes Bawang Merah TAJUK memiliki kemampuan
adaptasi yang luar biasa apabila ditanam di luar wilayah Kabupaten Nganjuk,
sehingga tujuan untuk memaksimalkan hasil produksi bisa tercapai.
DAFTAR PUSTAKA

Budi Waryanto. 2015. Jurnal Analisis Efisiensi Teknis, EfisiensiI Ekonomis dan Daya
Saing pada Usaha Tani Bawang Merah di Kabupaten Nganjuk-Jawa Timur

Departemen Pertanian. 2017. Panduan Pelaksanaan Sekolah Lapang Pengelolaan


Terpadu

Didik.2014.Strategi Pengembangan Bawang Merah Dalam Rangka


Peningkatan Pendapatan Petani di Kabupaten Nganjuk Jurnal Manajemen
Agribisnis, Vol 13, No. 2,Juli 2014

Dinas Pertanian Daerah Kabupaten Nganjuk 2015. Metode dan Teknik Penelitian
Sosial.Nganjuk.Jawa Timur.

Iqlima Idayah.2015. Nidausholeha, O., Jamhari, dan Masyhuri. Perilaku


Harga dan Keterpaduan Pasar Komoditas Bawang Merah. Jurnal Agro Ekonomi
14(2) : 141-156
.Irwan. 2016. Bawang Merah dan Pestisida. Journal of Agricultural Economics 68 :
102-109.
Kementrian Pertanian. 2014 Neraca Bahan Makanan Indonesia 2014-2015. Jakarta:
Badan Ketahanan Pangan

Suryana, Sawa., (2007), “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi


Jagung di Kabupaten Blora”, diakses dari http://www.eprints.undip.ac.id
pada tanggal 8 September 2014

Wikipedia.2014. https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Nganjuk

Anda mungkin juga menyukai