Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN MINYAK DAN GAS BUMI

CEKUNGAN SERAM

DISUSUN OLEH :
CINDY AYU DIAH
1604109010023

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2018
CEKUNGAN SERAM

1. Fisiografi Kepulauan Seram


Cekungan Seram merupakan Cekungan Palung Depan (Foredeep Basin) yang termasuk ke
dalam Central Tectonic Region. Secara geografis Cekungan Seram terletak di sebelah utara
Pulau Seram dengan koordinat 128,90 - 131,10 BT dan 2,70 - 3,80 LS. Cekungan ini
memiliki luas 13.190 km2 dengan luas daratan 6.018 km2 dan luas lautan 7.172 km2. Secara
umum cekungan Seram terletak di sebelah utara Pulau Seram. Pada sebelah utara cekungan
ini berbatasan dengan palung yang meruapakan penunjaman dan pada sebelah selatan
berbatasan dengan tinggian yang merupakan singkapan batuan dasar pada Pulau Seram.
Pulau Seram termasuk ke dalam mandala kepulauan Maluku. Bentuk fisiografi daerah ini
merupakan perbukitan bergelombang kuat yang terbentuk oleh aktivitas tektonik yang terjadi
di daerah ini. Gaya tektonik tersebut dengan arah utama hampir Utara-Selatan mengakibatkan
terjadinya proses pengangkatan yang membentuk perbukitan yang memangjang Timur-Barat,
perlipatan yang diiringi dengan proses pembentukan sesar naik dan sesar geser.

Gambar 1. Peta Lokasi Cekungan Seram

2. Geologi Regional Kepulauan Seram


Geologi buru dan Seram telah dipaparkan oleh van Bemmelan (1949), Audley-Charles,
dkk., (1979), Tjokrosapoetro dan Budhitrisna (1982). Peneliti terdahulu telah melihat bahwa
komplek Wahlua dari Buru dan Komplek Tehoru dari Seram termetamorfosis selama pre-
triassic (Akhir Paleozoik) dan dominan tersusun atas graphilitic metapelites dan arkosic
quartzites berasal dari sedimen immature yang mengindikasikan asal benua.
Haile (1979) menyusun sejarah metamorfisme dari sayatan Komplek Wahlua di tenggara
Buru sepanjang sungai Luhira dan sayatan Komplek Tehoru di Seram bagian Tengah. Buru
dan Seram bagian Tengah masing-masing menunjukan zoning progadasi menuju utara.
Dengan tidak adanya metamorfisme regional pada sedimen Trias Buru dan Seram, Komplek
Wahlua dan Tehoru yang diperkirakan berasal dari sabuk metamorfik Pra-Trias yang sama.
Dari sudut pandang ini dan sesuai dengan rotasi 98⁰ berlawanan dari seram sejak Akhir Trias.
Daerah di timur dari semenanjung York, bekas perpanjangan dari orogenesa Paleozoik
Timur-Selatan Australia merupakan asal dari mikroplate Buru-Seram. Untuk lebih jelas dapat
dilihat pada Gambar 2

Gambar 2. Peta Geologi Regional Pulau Seram

Berikut penjelasan dari batuan yang ada pada geologi regional Pulau Seram
1. Jku
Batuan beku Ultramafik seperti batuan Serpentinit, Piroksenit dan Dunit berwarna kelabu
tua, kehijauan sampai kehitaman. Batuan ini tersingkap di sebelah tenggara Pulau Seram.
2. KTn
Komplek Nif yang memiliki batuan kalsilutit, serpih, dan napal yang tidak dapat
dipisahkan. Himpunan ketiga batuan tersebut menyatu menjadi satu satuan stratigrafi yang
telah mengalami penggerusan setempat dan berusia Kapus Akhir-Miosen Akhir.
3. Ks
Formasi Sawai yang memiliki batuan Kalsilutit berwarna putih sampai kekuningan.
4. PTRt
Kompleks Tehoru meliputi batuan Filit, Batu Sabak, Sekis, Psamitmeta dan Batu
Gamping.
5. Pzta
Komplek Tsanusa meliputi batuan Sekis, Gneiss, Amphibolit, Kuarsit dan Filit dan
beumur Paleozoikum.
6. Qa
Berupa batuan Lanau, Lumpur, Kerikil dan Kerakal.
7. Ql
Berupa batu Gamping Koral dan batu Gamping Terumbu yang berumur diduga Plitosen
Akhir-Holosen.
8. Qpf
Formasi Fufa meliputi batupasir halus, batu lanau, batu gamping dan lensa konglomerat
serta gambut yang berumur Plitosen.
9. QPfl
Terdiri dari batu gamping formasi Fufa berwarna putih dan berlapis kepingan koral dan
ganggang.
10. TQf
Formasi Fufa yang memiliki batu pasir, napal, lanau, lempung, konglomerat, batu
gamping dan gambut. Lingkungan pengendapan dari formasi ini ialah laut dangkal sampai
daratan.
11. TRJm
Formasi Manusela yang meliputi batuan gamping, rijang, kalsilutit, sisipan napal dan batu
gamping oolit.
12. TRJk
Formasi Kanikeh meliputi batuan perulangan antara batupasir, batulanau, serpih, rijang
dan konglomerat yang merupakan sedimen tipe Flysch.
13. TRs
Kompleks Saku meliputi batu sabak, grawakemalih, arkosh malih, batu gamping dan
konglomerat.
14. Teh
Formasi Hatuolo memiliki batuan serpih pasiran berwarna merat bata kecoklatan berlapis
baik. Pada formasi ini memiliki umur Paleosen-Eosen dan diduga terdapat endapan laut
dangkal.
15. Tmps
Kompleks Salas yang terdiri dari massa dasar lempung bersisik dan bongkah-bongkah
asing. Memiliki umur diperkirakan sekitar Miosen.
16. Toml
Formasi Lisabata memiliki batugamping, batugamping pasiran, batupasir, napal dan
serpih. Formasi ini meiliki umur Oligosen-Miosen tengah.
17. Toms
Formasi Selangor memiliki batuan meliputi batugamping di beberapa tempat kalsilutit,
napal dan bersisipan serpih. Formasi ini memiliki umur Miosen Awal-Tengah. Lingkungan
pengandapannya adalah laut dalam bahkan mungkin neritik.
18. Tpav
Batuan Gunung Api Ambon yang meliputi batruan lava breksi vulkanik, breksi tuff dan
tuf serta riolit yang berwarna kelabu.
19. Tpeh
Formasi Hatuolo meliputi batuan serpih, napal, batugamping dan lensa rijang. Formasi
ini memiliki umur Paleosen-Eosen dengan lingkungan pengendapan yaitu laut.
20. Tpw
Formasi Wahai memiliki batuan napal, napal tufan, sisipan batugamping. Umur pada
formasi ini diperkirakan Pliosen Awal-Pliosen Akhir.

3. Stratigrafi Regional Pulau Seram


Pulau Seram adalah bagian dari Busur Banda. Data Stratigrafi (Gambar 3) menunjukkan
bahwa perkembangan tektonik Pulau Seram dimulai dari Paleozoik sampai Miosen dan
sangat erat kaitannya dengan perkembangan tektonik tepi benua Australia. Interaksi
konvergen antara lempeng Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik pada Miosen akhir yang
diikuti oleh rotasi Kepala Burung berlawanan arah jarum jam pada Mio-Pliosen telah
menyebabkan perkembangan tektonik kedua kawasan itu berbeda, sehingga unit litologi dari
Pulau seram dapat dibedakan menjadi Seri Australia dan Seri Seram.
Dari data menunjukkan bahwa paling kurang terjadi dua kali kompresi tektonik dan dua
kali Continental Break Up berkait dengan pembentukan Pulau Seram. Continental Break Up
yang pertama diikuti oleh kompresi tektonik yang pertama terjadi pada Paleozoikum.
Kontraksi kerak bumi yang terjadi setelahnya meletakkan batuan-batuan metamorfik tingkat
tinggi seperti Granulit ke dekat permukaan dan mantel atas tertransport ke atas membentuk
batuan-batuan ultra basa, sehingga pada Pulau Seram banyak ditemukan mineral Nikel.
Setelah itu terjadi erosi yang menyingkap batuan-batuan metamorfik dan disusul dengan
Thermal Subsidence yang membentuk deposenter bagi pengendapan Seri Australia.
Continental Break Up yang kedua terjadi pasa Jura Tengah dan diikuti oleh pemekaran
lantai samudera. Peristiwa ini berkaitan dengan selang waktu tanpa sedimentasi dalam Seri
Australia pada Jaman Jura. Kompesi terakhir terjadi pada Miosen Akhir. Kejadian ini sangat
kritis bagi evolusi geologi Pulau Seram. Interaksi konvergen yang terjadi menyebabkan Seri
Australia mengalami Thrusting, pengangkatan orgenik dan perlipatan sehingga berubah
menjadi batuan sumber bagi Seri Seram.

Gambar 3. Kolom Stratigrafi Seram


3.1 Seri Australia
 Pre-Rift Sequence
Seri Australia terdiri dari sedimen berumur Trias – Miosen Akhir yang secara tidak
selaras berada di atas batuan metamorfik dan diendapkan di margin bagian utara Australia
Continental Margin. Basement dari Pulau Seram terdiri dari batuan metamorfik derajat tinggi
– rendah dari Kompleks Kobipoto, Taunusa, Tehoru, dan Formasi Saku. Ketiga kompleks
metamorfik tersebut tersingkap di permukaan karena adanya sesar naik selama Miosen Akhir
dan Pliosen dan kemudian mengalami sesar mendatar. Seri dari batuan ultrabasa juga
ditemukan di bagian timur, tengah dan barat dari Pulau Seram. Batuan ultrabasa tersebut
merupakan bagian dari kerak samudera yang terbentuk pada saat continental breakup dan
pemekaran lantai samudera pada Jura Akhir dan mengalami pengangkatan pada Miosen
Akhir.
 Intra-Cratonic Rifting Sequence
Batuan sedimen tertua di Pulau Seram adalah Formasi Kanikeh yang diendapkan di
neritik luar, berupa batupasir dan mudstones dan secara tidak selaras terdapat di atas batuan
beku dan batuan metamorfik (basement). Umur dari Formasi Kanikeh adalah Trias Tengah-
Trias Akhir (Gambar 3). Di atas Formasi Kanikeh secara gradasi terdapat Formasi Saman-
Saman yang berupa batu gamping (Gambar 3). Kemudian secara menjari di atas Formasi
Saman-Saman terdapat Formasi Manusela yang berupa batugamping dan diendapkan pada
lingkungan neritik – batial.
 Continental Breakup Sequence
Sedimentasi pada Jura Akhir ditandai oleh continental breakup dan pemekaran lantai
samudera. Sekuen ini terdiri dari batulempung dan serpih yang diendapkan di neritik luar.
Di sekuen ini, Formasi Manusela secara tidak selaras ditutupi oleh serpih dan batulempung
(Satuan Serpih Kola). Ketidakselarasan ini disebabkan oleh continental breakup dan
pemekaran lantai samudera di utara Australian continental margin.
 Passive Margin Sequence
Satuan Serpih Kola ditutupi secara tidak selaras oleh batuan mudstones, kalsilutit,
napal, rijang, batugamping merah, serpih pasiran, dan betugamping terumbu yang dinamakan
Perlapisan Nief (Gambar 5). Satuan ini diendapkan pada Awal Kapur – Akhir Miosen.
Perlapisan Nied memperlihatkan perkembangan suatu cekungan pada saat berakhirnya masa
continental breakup atau disebut sebagai fase post-rift. Transgresi secara regional terjadi di
Pulau Seram pada saat itu. Margin terluar dari Lempeng Australia bergerak secara cepat dari
zona neritik dalam, outer-shelf, shelf slope, dan lingkungan batial.

3.2 Seri Seram


Miosen Akhir merupakan fase kritis dari evolusi geologi dan tektonik dari Pulau
Seram. Pada saat itu terjadi kolisi besar antara Lempeng Australia yang ke utara, Lempeng
Eurasia yang bergerak ke timur, dan Lempeng Pasifik yang bergerak ke barat, kemudian
menghasilkan sesar naik yang besar di Pulau Seram. Pada awal sesar naik dan pengangkatan
orogenesa yang cepat, terjadi gravity slide/slump unit yang menghasilkan diendapkannya
Kompleks Salas secara tidak selaras di atas Seri Australia.
Kompleks Salas diendapkan di outer shelf-bathyal, yang terdiri dari batulempung,
mudstones, dan mengandung klastik, bongkah, dan blok dari batuan sebelum mengalami
pengangkatan. Selain Kompleks Salas, erosi dari pengangkatan batuan di Pulau Seram ini
juga menyebabkan diendapkannya Formasi Wahai yang berupa endapan klastik di outer
shelf-bathyal pada Pliosen-Awal Pleistosen. Di atas Formasi Wahai, terdapat Formasi Fufa
yang merupakan endapan laut dangkal (zona neritik) dari erosi ketika proses pengangkatan
masih berlangsung pada Awal Pleistosen. Formasi Wahai terdiri dari mudstones,
batulempung, batupasir, batulanau, konglomerat, dan batugamping.

4. Sistem Petreoleum Pulau Seram


Basin : Seram (Cekungan Seram)
Petroleum System Area :
Source : Kanikeh --> carbonaceous shale & coal, Saman --> carbonat

Reservoir : Manusela (bgp), Fufa, Nief beds, Kanikeh --> bps


Trap : Struct. (detached fold, thrust fault, rool-over)
Seal : Intraformational shale
TOC min :
TOC max :
RO : 0.7% – 0.9 % (Robinson, 7989; Corelab, 1994),
1.3+% (light oil phase)
HC-Generation :
Kerogen Type : I & II
Migration Type : vertical via normal fault
Migration Time :
Estimated HC Expelled :
Note :
Menurut Norvick dan Tjokorsapoetra (1979) petroleum sistem dari Kepulauan Seram
adalah sebagai berikut :
 Source Rock
Potensi untuk hidrokarbon terutama dikendalikan oelh adanya batuan induk (source rock).
Tanpa pengisian sistem dari batuan induk ke reservoir dalam perangkap, sistem petroleum
tidak akan bekerja dengan baik kecuali ada sistem pengisian lainnya dari cekungan lain di
dekatnya. Source rock untuk sistem petroleum cekungan seram berasal dari Bulaa oilfield
yang memiliki tipe II-s yaitu batuan karbonat yang kaya akan material organik terdapat pada
formasi Manuseka dan Saman-Saman. Walaupun Bula sebagai batuan induk utama cekungan
seram terdapat pula secondary source yang diperkirakan berada pada formasi Kanikeh (coal
dan carbonaceous layer).
 Reservoir Rock
Pada Cekungan Seram terdapat dua reservoir yang memiliki kandungan minyak bumi
dimana kedua reservoir tersebut memiliki waktu yang jauh dalam pembentukannya, yaitu
pada Formasi Manusela dan Formasi Fufa.
1. Formasi Manusela
Formasi Manusela tersebut tersusun atas skeletal oolitic grainstone dengan struktur
sediment cross bedding. Lingkungan pengendapan pada daerah dengan strong current,
high energy. Terjadi pula dolomitisasi dimana oolitic grainstone tergantikan oleh
kristalin dolomite. Porositas dari formasi ini terlihat rendah dengan permaebilitas
rendah, walaupun demikian fracture porosity dapat berfungai sebagai tempat
tersimpannya hidrokarbon.
2. Formasi Fufa
Formasi Fufa terbagi atas upper, midlle dan lower dimana reservoir dari Formasi Fufa
ini dipisahkan oleh lapisan shale yang tebal. Huydrocarbon paling banyak tersimpan
pada upper dan midlle Fufa. Litologi dari Formasi Fufa adalah batupasir halus-
sedang, friable-unconsolidated, well sorted, sub angular, dan semen kuarsa. Pada
formasi ini juga terdapat sisipan limestone yang keras dan padat. Pada awalnya
lingkungan pengendapan formasi ini berada di paparan hingga daerah parallic
sepanjang pantai Seram yang kemudian mengalami uplifting.
 Trap dan Seal Rock
Perangkap di cekungan Seram dikontrol terutama oleh struktural yang meliputi sesar naik
dan normal, sedangkan adanya minoritas perangkap stratigrafi berupa pengangkatan
karbonat. Ada beberapa macam jenis trap yang berkembang pada petroleum system Seram
Basin, diantaranya :
1. Struktur thrust anticlinal pada thrust sheet dan overlying fault belt yang berumur
mesozoik.
2. Stack reservoir
Pada overlying thrust dimana roller trap berasosiasi dengan normal fault dan stratigraphic
pinch out.
Untuk seal rock, sistem petroleum di Indonesia Timur sebagian besar dipengaruhi oleh
margin shale pasif dan syn-orogensis. Jenis batu ini biasanya disimpan dalam lingkungan
pengendapan yang luas dan karena itu dapat bertindak sebagai seal rock.
 Migration
Migrasi pada Cekungan Seram dimulai pada Kala Miosen-Pliosen dimana pada saat itu
merupakan fase dari thrusting awal. Walaupun demikian umur dari migrasi ini tidak dapat
ditentukan secara tepat karena struktur pada Cekungan Seram begitu kompleks.

Gambar 4. Sistem Petroleum Cekungan Seram


Kehadiran minyak bumi di Pulau Seram telah terbukti dengan adanya rembesan
minyak (oil seep) di daerah Bula. Eksplorasi pertama kali yang dilakukan oleh Belanda pada
tahun 1865 di daerah Bula menemukan batuan reservoir yang mengandung minyak yang
berada pada sedimen-sedimen Plio-Plistosen (Formasi Fufa). Pada tahun 1896 dilakukan
pemboran pertama kali dekat rembesan minyak tersebut. Pada tahun 1916 lapangan minyak
Bula didirikan. Hingga tahun 1995 lapangan ini telah memproduksi minyak sebesar 16 juta
barel.
Eksplorasi yang lainnya dilakukan oleh KUFPEC pada tahun 1985 dengan target
batuan sedimen yang berumur Mesozoikum. Hasil dari eksplorasi ini menemukan reservoir
potensial pada batugamping Formasi Manusela berumur Jura. Pada tahun 1993 dilakukan
pemboran (Sumur Oseil-1) pada formasi batuan tersebut. Hasil DST dari sumur tersebut
menghasilkan minyak sebesar 1.665 - 3.800 BOPD pada interval 7.000 - 7.028 kaki (RKB)
dan 3.400 BOPD pada interval 6.780 - 6.827 kaki (RKB).
Batuan induk hidrokarbon di Kawasan Seram berasal dari serpih karbonan, batubara
dari Formasi Kanikeh, dan batugamping kaya organic dari Formasi Saman. Batuan reservoir
yang berkembang pada kawasan ini berupa batugamping Formasi Manusela, batupasir lepas
Formasi Fufa, batupasir kasar dari Nief Beds, dan batuan klastika kasar dari Formasi
Kanikeh. Batuan tudung yang berkembang pada daerah Seram berupa intraformational shale
yang terdapat pada masing-masing formasi. Perangkap hidrokarbon pada kawasan ini berupa
perangkap struktur berupa detached fold, sesar anjak, rool-over. Migrasi hidrokarbon berupa
migrasi vertikal melalui sesar-sesar anjak. Hidrokarbon di cekungan buru bermigrasi ke
struktur antiklin maupun tinggian-tinggian dan terperangkap oleh melalui struktur sesar naik.
Play hidrokarbon pada batuan Pra-Tersier di Pulau Seram adalah pada batugamping
Formasi Manusela dan Formasi Kanikeh. Sedangkan untuk play yang berumur Plistosen
adalah pada batupasir Fufa. Pada batugamping Formasi Manusela, akumulasi hidrokarbon
telah terbukti pada sumur Oseil-1 s/d Oseil-4 yang tersebar di Seram Timur. Formasi ini
selain berperan sebagai reservoir juga kemungkinan berperan sebagai batuan induk.
Penyebarannya sangat luas, tidak terbatas pada sebelah timur Pulau Seram saja. Hal ini
membuka peluang adanya perangkap minyak bumi pada formasi ini di daerah lain di Pulau
Seram.
Hasil studi pada formasi Kanikeh, menunjukkan bahwa formasi ini memiliki porositas
yg potensial sebagai batuan reservoir. Porositasnya baik berupa porositas primer pada
batupasir maupun porositas sekunder berupa retakan-retakan. Selain dapat berpotensi sebagai
batuan reservoir, formasi ini juga diperkirakan berperan sebagai batuan induk.
Penyebarannya yang cukup luas di Pulau Seram menyebabkan masih terbukanya peluang
yang besar bagi ditemukannya cebakan minyak bumi pada formasi ini. Play yang sudah sejak
lama dikenal di daerah Seram adalah Play batupasir Fufa yang berumur Pleistosen yang
ditemukan di lapangan minyak Bula. Penyebaran formasi ini relatif terbatas, namun demikian
potensi play ini masih terbuka untuk ditemukan lagi di daerah-daerah lepas pantai di bagian
utara Pulau Seram.
DAFTAR PUSTAKA

Audley-Charles, M.G, Carter, D.J dan Barber, A.J., 1975. Stratigraphic basis for the
interpretations of the Outer Banda Arc, Eastern Indonesia, Proc. Indon.
Petrol. Assoc., 3rd Ann. Conv., Jakarta, pp. 25-44

Audley-Charles, M.G, Carter, D.J dan Norvick, M.S., 1979. Reinterpretation of The
Geology of Seram : Report to British Petroleum Development Ltd dan
A.A.R, Ltd., Unpublished

Bammelen, V. R.W., 1949. The Geology of Indonesia. Vol. I A. The Hague,


Netherlands.

Barber, P., Carter, P., Fraser, T. Baillie, P dan Myers K., 2003. Paleozoic and
Mesozoic Petroleum System in Timor and Arafura Seas, Eastern Indonesia,
IPA Proceeding of 29th Annual Convention and Exhibition, Jakarta, Oct 14 –
16.

Dadan D. Wardhana, Kamtono danKarit L. G., 2016. Struktur Tinggian Di Sub


Cekungan Majalengka Berdasarkan Metode Gayaberat. Ris.Geo.Tam Vol.
26, No.2, Desember 2016 h. 85-99

Koesoemadinata, R. P., 1985. Prinsip-prinsip Sedimentasi, Catatan Kuliah, Jurusan


Teknik Geologi ITB

Schiefelbein, C. dan Ten Haven, H. L., 1995. The Petroleum System of Indonesia,
IPA 24th Annual Convention Proceeding

Vander der Sluis,J. P., 1950. Geology of East Seram. University of Utrecht.

Zillman, N.J. dan Paten, R.J., 1976. Exploration and Petroleum Prospect Bula Basin,
Seram, Indonesia. Prosseding Indonesia Petroleum Association 4. Annual
Convention. Jakarta, p 129-149

Anda mungkin juga menyukai