Anda di halaman 1dari 17

Tugas Kepaniteraan Klinik

GANGGUAN KEPRIBADIAN

Disusun oleh :
Andri Tambunan (18010005)

Pembimbing :
dr. Rosminta Girsang, Sp.KJ

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN


RUMAH SAKIT JIWA PROF. DR. H. M. ILDREM
PROVINSI SUMATERA UTARA
MEDAN
1. Definisi
Kepribadian adalah totalitas dari ciri perilaku dan emosi yang
merupakan karakter atau ciri seorang dalam kehidupan sehari-hari dalam
kondisi yang biasa. Sifatnya labil dan dapat diramalkan. Gangguan
kepribadian adalah ciri kepribadian yang bersifat tidak fleksibel dan
maladaptif yang menyebabkan disfungsi yang bermakna atau penderitaan
sukjektif. Orang dengan gangguan kepribadian menunjukkan pola relasi dan
persepsi terhadap lingkungan dan diri sendiri yang bersifat berakar
mendalam tidak fleksibel serta bersifat maladaptif.

2. Epidemiologi
Prevalensi gangguan obsersif-kompulsif sebesar 2-3%. Rata-rata
Onset gangguan ini pada usia 20 tahun. Sebagian besar gangguan mulai
pada saat remaja atau dewasa muda (umur 18-24 tahun), tetapi bisa menjadi
pada masa kanak. Perbandingan antara laki-laki dan perempuan sama.

3. Etiologi
Penyebab gangguan kepribadian bersifat multifaktor, yaitu interaksi
antara faktor genetik, biologik dan faktor psikososial.

a. Faktor Genetik

- Kelompok A : Gangguan kepribadian Skizotipal, Ganguan


kepribadian Paranoid, dan Gangguan
kepribadian Skizoid

- Kelompok B : Gangguan Kepribadian Antisosial, Gangguan


Kepribadian Ambang, Gangguan
Kepribadian Narsisitik dan Gangguan
Kepribadian Histrionik.

- Kelompok C : Gangguan Kepribadian Menghindar,


Gangguan Kepribadian Obsesif Kompulsif
dan Gangguan Kepribadian Dependent.
b. Faktor Biologik

- Hormon : Orang dengan ciri impulsif sering menunjukan


kadar testosteron, 17-estradiol dan estrogen yang tinggi.
Pada orang dengan Gangguan Kepribadian Ambang dan orang
yang menderita depresi kadar DSTnya abnormal.
- Platelet Monoamin Oksidase : Kadar MAO yang rendah
juga ditemukan pada beberapa pasien dengan Gangguan
KepribadianSkizotipal.
- Neurotransmiter : Kadar 5-hydroxyindoleacetic acid yang
rendah ditemukan pada orang yang mencoba bunuh diri
dan pasien yang impulsif serta agresif.

c. Faktor Psikososial

- Mekanisme Defensi : yang terjadi ketika ego


menggunakannya dalam upaya mengatasi konflik dengan
empat area dari ‘inner life’ dalam dirinya, yaitu : (1) instink
(2) realitas (3) orang yang bermakna dan (4) hati nurani.

4. Pedoman Diagnostik Gangguan Kepribadian


Pada umumnya gangguan kepribadian mempunyai pedoman
diagnostik sebagai berikut seperti :

 Sikap dan perilaku yang amat tak serasi dalam beberapa fungsi
(afek, kesadaran, pengendalian impuls, persepsi dan cara berpikir,
hubungan dengan orang lain)
 Pola perilaku itu berlangsung lama, berjangka panjang, tidak terbatas
pada episode gangguan jiwa
 Bersifat pervasif, maladaptif terhadap keadaan pribadi dan hubungan
sosial yang luas.
 Menyebabkan penderitaan pribadi yang berarti
 Biasanya berhubungan dengan masalah pekerjaan dan kinerja sosial.
5. Tata Laksana
Biasanya sulit, karena bersifat pervasif, egosintonik, awitannya sejak
dewasa muda (diatas 17 tahun) seringkali individu justru bangga dengan ciri
kepribadiannya.

a. Psikoterapi
Prinsipnya:
1) Menyadarkan pasien bahwa dampak dari gangguan
kepribadiannya menyebabkan disfungsi diri, hubungan
interpersonal dan hubungan sosialnya, jadi bukan dengan cara
menghakimi atau menyalahkan pasien.
2) Membantu agar sifat egosintoniknya menjadi egodistonik.
Jenis Psikoterapi : terapi kognitif, terapi keluarga, terapi
kelompok.
b. Psikofarmaka

Diberikan bila individu datang dengan keluhan tertentu dengan


target pengobatan menghilangkan gejala yang dialami pasien, misalnya
depresi, ansietas, dll.

6. Jenis-Jenis Gangguan Kepribadian


A. Gangguan Kepribadian Paranoid

- Definisi

- Epidemiologi
Prevalensi 0,5-2,5% penduduk rata-rata. Ada banyak
diantara mereka mempunyai anggota keluarga yang
menderita skizofrenia. Gangguan ini lebih banyak pada
laki-laki dibandingkan perempuan.

- Gambaran Klinis
Kecurigaan dan ketidakpercayaan pada orang lain,
berpikir bahwa orang lain berniat buruk kepadanya;
kondisi ini bersifat pervasif, awitan dewasa muda, nyata
dalam pelbagai konteks. Terhadap pasangannya
seringkali bersifat cemburu patologis atau meragukan
kesetiaan pasangannya. Mereka jarang sekali
menunjukan kehangatan dan sering bersikap tidak
emosional, mereka sangat memberi perhatian kepada
kekuasaan dan kepangkatan, membenci orang yang
dianggap lemah.

- Pedoman Diagnostik
a. Peka berlebihan terhadap kegagalan atau
penolakan
b. Cenderung pendendam, menolak memaafkan
suatu penghinaan, atau msalah kecil
menyebabkan hatinya terluka
c. Kecurigaan yang pervasif yang bersifat
menyalahartikan suatu tindakan netral atau
bersahabat dari seseorang sebagai suatu sikap
permusuhan atau penghinaan.
d. Memertahankan dengan gigih hak pribadinya
e. Berulang kali curiga tanpa dasar akan kesetiaan
seksual pasangannya
f. Mempunyai sikap menyangkut diri berlebih
g. Dirundung rasa “persekongkolan” terhadap dirinya

- Terapi
Terapi terbaik adalah psikoterapi. Terapis perlu
bersikap jujur, mantap, konsisten, profesional serta tidak
terlalu bersikap hangat atau akrab dengan pasien

- Farmakoterapi
a) Klobazam 20 mg per hari ( anti cemas )
b) Haloperidol 2 mg (anti psikotik)

B. Gangguan Kepribadian Skizotipal

- Epidemiologi
Dari kira-kira 3% penduduk, terbukti banyak orang
dengan Ganggunan Kepribadian Skizotipal ada hubungan
keluarga dengan penderita Skizofrenia dibandingkan
dengan kontrol.

- Gambaran Klinis
Sering cara pikir dan komunikasinya mempunyai arti
khusus bagi dirinya sehingga perlu interpretasi. Sering
pula ia tidak mengerti atau mengetahui perasaannya
sendiri tapi sebaliknya sangat sensitif terhadap perasaan
marah orang lain. Sering pula sangat percaya pada
takhayul, merasa mempunyai kekuatan khusus seperti
kemampuan cara berpikir atau tilikan khusus.
- Pedoman Diagnostik
a. Ada gangguan yang parah dalam hubungan sosial
dan interpersonal yang ditandai oleh kurangnya
dan ketidaknyamanan dalam hubungan
interpersonal, disertai dengan gangguan fungsi
kognitif atau distorsi perseptual dan berprilaku
eksentrik yang dimulai sejak usia dewasa muda
hingga sekaranga. Manifestasinya paling sedikit 5
dari yang berikut :
1) Ideas of reference
2) Kepercayaan yang “aneh” atau pikiran
“magic”
3) Persepsi atau pengalaman tidak lazim
termasuk ilusi tubuh
4) Pikiran dan pembicaraan yang aneh
5) Sering bersifat curiga atau beride
paranoid
6) Afek sempit atau tidak serasi
7) Perilaku atau penampulannya aneh atau
eksentrik
8) Sedikit sekali berkawan akrab atau
mempunyai teman yang dipercaya.
9) Kecemasan sosial yang berlebihan dan
tidak menghilang walaupun sudah lama
berkenalan
b. Gejala itu tidak secara ekslusif timbul selama ia
menderita skizofrenia, gangguan “mood”
depresif dengan ciri psikotik, gangguan psikotik
lain, atau gangguan autistik.

- Diagnosis Banding
Gangguan Kepribadian Skizoid, Gangguan
Kepribadian Menghindar, Gangguan Kepribadian
Ambang, Gangguan Kepribadian Paranoid, Skizofrenia.

- Terapi
a. Psikoterapi
Sama dengan pada gangguan kepribadian Skizoid,
hanya terapis harus bersikap lebih sensitif, khususnya
apabila menyangkut kepercayaan, atau perilaku yang
“aneh”, dan terapis jangan mencemooh atau bersifat
menghakimi hal hal itu.

b. Farmakoterapi
Obat anti psikotik dan Obat anti depresan

C. Gangguan Kepribadian Skizoid

- Definisi
Pola perilaku berupa pelepasan diri dari hubungan
sosial disertai kemampuan ekspresi emosi yang terbatas
dalam hubungan interpersonal.

- Epidemiologi
Dijumpai pada kira kira 7,5 % penduduk, laki laki 2
kali lebih banyak daripada perempuan.

- Pedoman Diagnostik
a. Hanya sedikit ada aktivitas yang memberinya
kebahagiaan
b. Emosinya dingin, afeknya datar
c. Kurang mampu menyatakan kehangatan,
kelembutan atau kemarahan pada orang lain
d. Tidak peduli terhadap pujian atau kecaman
e. Kurang tertarik untuk menjalin pengalaman
seksual dengan orang lain
f. Memilih aktivitas yang menyendiri
g. Dirundung oleh fanasi dan intropeksi yang
berlebihan
h. Tidak ada keinginan untuk mempunyai temen
dekat atau akrab
i. Tidak sensitif terhadap norma atau kebiasaan
sosial yang berlaku

- Terapi
a. Psikoterapi
Sama dengan pada gangguan kepribadian Paranoid,
Bina kepercayaan dalam terapi kelompok mereka
seringkali bersikap pendendam, jaga mereka terhadap
sikap teman kelompoknya yang bersifat agresif bila
mereka pendiam

b. Farmakoterapi
Dosis kecil dari anti psikotik, antidepresan, dan
psikostimulan kadang kadang ada manfaatnya. Obat anti
cemas berguna pada kecemasan dalam hubungan
interpersonal

D. Gangguan Kepribadian Emosional Tak Stabil

- Definisi
Bertindak impulsif tanpa mempertimbangkan
dampaknya, afek atau emosinya tidak stabil atau kurang
pengendalian diri, dapat menjurus kepada ledakan
kemarahan atau perilaku kekerasan

- Epidemiologi
Ditemukan kira kira 1-2% penduduk, pada
perempuan dua kali lebih banyak dibandingkan laki laki.
Banyak diantara mereka mempunyai anggota keluarga
mengalami depresi berat, penyalahgunaan alkohon dan
gangguan kepribadian ambang.

- Tipe Impulsif
Ciri khas : Ketidakstabilan emosi, kurang
pengendalian impuls. Sering terjadi ledakan kemarahan
atau berprilaku mengancam orang, khususnya sebagai
tanggapan terhadap kritik orang lain.

- Tipe Ambang
Ciri khas : Ketidakstabilan emosi, citra diri, tujuan
hidup, serta preferensi internalnya sering tidak jelas atau
terganggu. Ia sering melakukan ancaman bunuh diri atau
perilaku mencederai dirinya.

- Terapi
a. Psikoterapi
Hasilnya akan lebih baik bila digabung dengan
farmakoterapi. Terapi perilaku, latihan ketrampilan
sosial, lebih baik lagi dengan rekaman untuk melihat
sendiri bagaimana perilaku mempengaruhi reaksi orang
lain.

b. Farmakoterapi
Obat antipsikotik untuk mengendalikan kemarahan
dan episode psikotik singkatnya. Antidepresan khususnya
SSRI, benzodiazepian (alprazolam), anti konvulsan
(karbamazepin)

E. Gangguan Kepribadian Antisosial

- Definisi
Pola perilaku pengabaian dan pelanggaran pelbagai
hak orang llain, bersifat pervasif, berawal sejak usia
dewasa muda dan nyata dalam pelbagai konteks.

- Epidemiologi
Ditemukan pada 3-5% pada laki laki dan 1%
perempuan. Sering terjadi pada pemukiman dan
lingkungan miskin. Awitan timbul sebelum usia 15 tahun,
anak perempuan biasanya sebelum pubertas dan anak
laki laki seringkali dalam usia lebih muda.

- Gambaran Klinis
Seringkali tampak normal dan menarik, namun
riwayat hidupnya menunjukan riwayat membohong,
menipu, melarikan diri dari rumah, membolos sekolah,
mencuri, berkelahi, menggunakan ‘narkoba’, serta
berprilaku melanggar hukum yang seringkali berawal
sejak masa kanak. Tidak mengalami waham dan pikiran
tidak rasional, melakukan kekerasan pada istri dan anak,
sering promiskuis. Secara khas tidak ada rasa penyesalan
teradap perbuatannya, dan nampak tidak ada hati
nurani.

- Pedoman Diagnostik
a. Tidak peduli dengan perasaan orang lain
b. Secara menetap tidak bertanggung jawab
terhadap norma, peraturan, kewajiban sosial
c. Tidak mampu mempertahankan hubungan
interpersonal walaupun tidak ada kesulitan
d. Mudah frustasi dan bertindak agrasif atau
kekerasan
e. Tidak mampu menerima kesalahan atau belajar
dari pengalaman atau hukuman
f. Bila ia mengalami konflik sosial, ia cenderung
menyalahkan orang lain atau memberikan
rasionalisasi dari perbuatannya
- Terapi
a. Psikoterapi
Lebih efektif bila dirawat, karena dengan hidup
diantara sebayanya, sering akan bertambah motivasinya.

b. Farmakoterapi
Obat anticemas dan atau anti depresan. Bila latar
belakang pasien ada juga gangguan pemusatan
perhatian dengan hiperaktifitas, dapat diberi
metilfenidat. Dapat pula diberi karbamazepin, atau
valproat, khususnya bila ditemukan gelombang abnormal
pada EEG.

F. Gangguan Kepribadian Histrionik

- Definisi
Pola perilaku berupa emosionalitas berlebih dan
menarik perhatian, bersifat pervasif, berawal sejak usia
dewasa muda, nyata dalam pelbagai konteks.

- Epidemiologi
Sekitar 2-3% penduduk perempuan lebih banyak dari
pada laki laki.

- Gambaran Klinis
Ciri khasnya adalah berprilaku menarik perhatian,
sering pula melebih-lebihkan pikiran dan perasaannya.
Sering mengambek, menangis, dan menuduh orang lain
tidak memberi perhatian kepadanya.

- Pedoman Diagnostik
a. Ekspresi emosi yang didramatisasi, teatrikal dan
dibesarbesarkan
b. Bersifat mudah disugesti atau dipengaruhi oleh
orang lain atau keadaan
c. Afeknya dangkal dan labih
d. Terus mencari kegairahan, apresiasi oleh orang
lain, dan aktivitasnya dimana ia menjadi pusat
perhatian
e. Bersifat seduktif dalam penampilan dan perilaku
f. Sangat mementingkan daya tarik fisik, seringkali
bersifat “sexually seductive” atau berprilaku
provokatif

- Terapi
a. Psikoterapi
Karena pada orang dengan gangguan kepribadian
histrionik seringkali tidak menyadari tentang perasaan
sesungguhnya, maka ia perlu dibantu agar dapat
mengenal dan mengklarifikasi perasaannya.

b. Farmakoterapi
Obat anti depresan, obat anticemas untuk
kecemasan, dan anti psikotik untuk gejala derealisasi dan
ilusi.

G. Gangguan Kepribadian Narsisistik

- Definisi
Pola rasa kebesaran diri atau merasa dirinya sangat
penting, kebutuhan untuk dikagumi atau disanjung,
kurang mampu berempati.

- Epidemiologi
Prevalensinya 2-16% dari pengunjung klinik dan
kurang dari 1% dalam rerata penduduk.

- Gambaran Klinis
Pada umumnya ia mempunyai ras omnipotent,
kebesaran hati, kecantikan dan bakat yang dinyatakan
terhadap anak anaknya, menyatakan dirinya sangat
penting, tidak bisa menerima kritikan dan sering marah
bila dikritik, ambisius, tidak sanggup menghadapi stres
sehingga sering menderita depresi.

- Pedoman Diagnostik
a. Secara berlebihan merasa dirinya sangat penting
b. Berpreokupasi dengan fantasi tentang sukses,
kekuasaan, kehebatan, kecantikan atau kekasih
ideal
c. Merasa dirinya sebagai orang ”spesial”
d. Membutuhkan pemujaan berlebihan
e. Dalam hubungan interpersonal bersifat
eksploitatif, menggunakan orang lain untuk
kepentingannya
f. Kurang berempati
g. Sering iri hati pada orang lain
h. Bersikap sombong

- Terapi
a. Psikoterapi
Sukar karena pasien harus membuang narsisismenya
agar bisa maju.

b. Farmakoterapi
Litium bila pasien menunjukan gangguan mood. Obat
anti depresan khususnya SSRI bila ada gejala depresi
karena mereka sering tidak sanggup menerima
penolakan

H. Gangguan Kepribadian Obsesif-Kompulsif

- Definisi
Pola perilaku berupa preokupasi dengan keteraturan,
peraturan, perfeksionisme, bersifat ‘ngotot’, keras
kepala, kontrol mental, sering pula tidak dapat
mengambil keputusan sendiri.

- Epidemiologi
Lebih banyak pada laki laki dari pada perempuan,
sering ditemukan pada anak tertua.

- Pedoman Diagnostik
a. Perasaan ragu dan hati hati berlebihan
b. Terpaku pada rincian, peraturan, daftar, perintah,
organisasi, jadwal
c. Perfeksionisme yang menghambat penyelesaian
tugas
d. Teliti, berhati-hati berlebihan dan lebih
mengutamakan produktifitas
e. Terpaku dan terikat berlebihan pada norma sosial
f. Kaku dan keras kepala
g. Memaksakan kehendak orang lain
- Terapi
a. Psikoterapi
Terapi kelompok, terapi perilaku. Salah satu cara
adalah menyetop perilaku habitualnya sehingga ia lebih
mudah mempelajari perilaku adaptif baru

b. Farmakoterapi
Cloazepam, clomipramin, SSRI (fucetine dll)

I. Gangguan Kepribadian Cemas (Menghindar)

- Definisi
Pola perasaan tidak nyaman serta keengganan untuk
bergaul secara sosial, rasa rendah diri, hipersensitif
terhadap evaluasi negatif.

- Epidemiologi
Dijumpai pada sekitar 1-10% penduduk.

- Gambaran Klinis
Ciri khasnya adalah sifatnya pemalu, walaupun
sebenarnya ia mendambakan kehangatan dan
kemantapan dalam hubungan interpersonal, tetapi
karena takut ditolak maka yang kelihatan adaah sikap
menghindar. Dalam pembicaraan dengan orang tampak
kurang percaya diri, tidak menampilkan atau
menonjolkan diri, takut berbicara depan umum karena
takut ditolak.

- Pedoman Diagnostik
a. Rasa tegang atau takut yang menetap dan pervasif
b. Merasa dirinya tak mampu, tidak menarik atau
lebih rendah dari orang lain
c. Kuatir berlebih terhadap kritik dan penolakan
dalam situasi sosial
d. Enggan untuk terlibat dengan orang lain
e. Membatasi aktivitas sosial atau pekerjaan yang
melibatkan kontak interpersonal sebab takut
dikritik

- Terapi
a. Psikoterapi
Bina hubungan dengan pasien agar tumbuh rasa
percaya, terapis harus menerima rasa takut dari pasien,
khususnya rasa takut ditolak. Bantu pasien agar berani
memasuki dunia luar dan menghadapi apa yang
dipersepsikannya sebagai penghinaan, penolakan dan
kegagalan.

b. Farmakoterapi
B-adrenergik receptor antagonist (mis. Tenormin),
terhadap peningkatan aktifitas saraf autonomik. Obat
serotonergik terhadap pasien sensitivitas penolakan

J. Gangguan Kepribadian Dependen

- Definisi
Suatu pola perilaku berupa kebutuhan berlebih agar
dirinya dipelihara, yang menyebabkan seorang individu
berperilaku submisif, bergantung kepada orang lain, dan
ketakutan akan perpisahan dengan orang tempat ia
bergantung.

- Epidemiologi
Lebih sering ditemukan pada perempuan.

- Gambaran Klinis
Pasien tampak sangat penurut, kooperatif, terbuka
untuk pertanyaan spesifik, dan minta bimbingan.
Perilakunya dependen, ia tidak bisa mengambil
keputusan tanpa nasehat dan jaminan berlebih dari
orang lain. Ia menolak kedudukan memimpin dan lebih
suka menurut.

- Pedoman Diagnostik
a. Mendorong membiarkan orang lain mengambil
keputusan penting bagi dirinya
b. Menomorduakan kebutuhan dirinya terhadap
kebutuhan orang lain tempat ia bergantung
c. Enggan mengajukan tuntutan yang layak kepada
orang tempat ia bergantung
d. Rasa tidak enak atau tidak berdaya bila berada
sendiri karena ketakutan berlebih bahwa ia tidak
dapat menjaga dirinya
e. Berpreokupasi dengan rasa takut ditinggal sendiri
oleh orang tempat ia bergantung sehingga ia
terpaksa harus menjaga dirinya sendiri
f. Kemampuannya terbatas untuk mengambil
keputusan sehari-hari tanpa mendapat nasihat
berlebihan dan jaminan dari orang lain
g. Berpreokupasi secara tidak realistik dengan rasa
takut bila dirinya ditinggal sendiri dan harus
mengurus dirinya sendiri

- Diagnosa Banding
Gangguan Kepribadian Histrionik, Gangguan
Kepribadian Ambang.

- Terapi
a. Psikoterapi
Terapi berorientasi tilikan membantu pasien
menyadari hal hal yang mendahului perilakunya, dan
dengan bimbingan terapis, ia makin menjadi mandiri,
dan lebih percaya diri.

b. Farmakoterapi
Obat anti cemas dan obat anti depresan
Daftar Pustaka

1. Kaplan & Sadock. Comprehensive textbook of Psychiatry. Edisi


9.
(2010): 1491-1493, 1498 .
2. Gabbard GO Obsessive Copmpulsive Disorder dalam Psychodynamic
Psychiatry in Clinical Practice. Edisi 3. Amrican Psychiatric press Inc.
2010: 237-243
3. Burrrows G, dkk. Stress, Anxiety dan Depression, Adis Internasional
Pry Ltd (1999): 23, 29-31
4. Nutt D, dkk. Anxiety disorder disorder comorbid with depreseion: panic
disorder and agoraphobia, Martin Dunitz Ltd (2002):66-71,85-88
5. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jendral Pelayanan Medik.
Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia
(PPDGJ) III (1993): 188-190
6. Treatment for obsessive complusive disorder dan
http//www.mayoclinic.com/health/obsessive-comlusive-
disorder/DS00189/DSECTION=treatment-and-drugs.
7. Kaplan & sadock Synopsis of Psychiatric edisi 11. (2015): 418-426
8. American Psychiatric Association Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorder edisi 5. Washington DC, American Psychodinamic
Association. 2013.

9. Puspitosari WA. Terapi Kognitif dan Perilaku pada Gangguan Obsesif


Kompulsif Cognitive and Behavior Therapy for Compulsive Obsessive
Disorder. 2009;9(2):73–9.

Anda mungkin juga menyukai