Pembimbing
Disusun Oleh:
Andri Tambunan
18010005
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan refarat ini.
Secara khusus saya ucapkan terima kasih kepada dr. Desmonia Damanik
Sp. P yang telah bersedia membimbing , mengarahkan dan meluangkan waktunya
kepada saya untuk memberikan masukan serta saran hingga Referat ini selesai.
Sebagai penulis saya sadar bahwa Referat ini tidak luput dari kekurangan,
sehingga saya mohon kritik dan saran untuk perbaikan Referat ini selanjutnya,
semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan menjadi bekal ilmu untuk kemajuan
pendidikan kedokteran.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Prevalensi asma akibat kerja berbeda antara satu negara dengan yang lain
tergantung pada lingkungan pekerjaannya, diperkirakan bahwa 10% hingga 25%
4
kasus asma dewasa diperparah oleh faktor pekerjaan. Dari hasil observasi
American Thoracis society (ATS) dinegara maju, para pekerja 15 % menderita
asma akibat kerja dan merupakan penyakit tersering akibat kerja. Dari penelitian
The Surveillance of Work Occupational Respiratory Disease (SWORD) penderita
asma akibat kerja sekitar 26 % di Inggris dan diperkirakan 52 % terdapat di
Columbia. Di Amerika Serikat diperkirakan 15 % penderita asma akibat kerja. Di
Jepang 15 % dari kasus asma adalah asma akibat kerja, makin lama penderita asma
akibat kerja semakin meningkat.3 Di Indonesia belum ada data pasti tentang
penyakit asma akibat kerja namun diperkirakan 2-10 % penduduk dan 2 % dari
seluruh penderita asma tersebut adalah asma akibat kerja. 4
1
Tujuan penulisan referat ini adalah, karena kemajuan dibidang industri
menyebabkan terjadinya peningkatan kejadian asma akibat kerja sehingga
diperlukan pedoman dalam mendiagnosis dan penatalaksanaannya.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Asma akibat kerja adalah penyakit yang ditandai dengan adanya obstruksi
saluran nafas yang reversible atau saluran nafas yang hiperresponsif terhadap
berbagai sebab dan kondisi yang berhubungan dengan lingkungan kerja tertentu dan
tidak terhadap rangsangan yang berasal dari luar tempat kerja.1
2.2 Epidemiologi
Prevalensi asma akibat kerja berbeda antara satu negara dengan yang lain
tergantung pada lingkungan pekerjaannya, diperkirakan bahwa 10% hingga 25%
kasus asma dewasa diperparah oleh faktor pekerjaan.4 Dari hasil observasi
American Thoracis society (ATS) dinegara maju, para pekerja 15 % menderita
asma akibat kerja dan merupakan penyakit tersering akibat kerja. Dari penelitian
The Surveillance of Work Occupational Respiratory Disease (SWORD) penderita
asma akibat kerja sekitar 26 % di Inggris dan diperkirakan 52 % terdapat di
Columbia. Di Amerika Serikat diperkirakan 15 % penderita asma akibat kerja3. Di
Jepang 15 % dari kasus asma adalah asma akibat kerja, makin lama penderita asma
akibat kerja semakin meningkat. Di Indonesia belum ada data pasti tentang penyakit
asma akibat kerja namun diperkirakan 2-10 % penduduk dan 2 % dari seluruh
penderita asma tersebut adalah asma akibat kerja. 4
2.3 Etiologi
Sampai saat ini etiologi dari Asma belum diketahui pasti. Suatu hal yang
menonjol pada penderita Asma adalah hiperaktivitas bronkus. Bronkus penderita
asma sangat peka terhadap rangsangan imunologi maupun non imunologi. Adapun
rangsangan atau faktor pencetus yang sering menimbulkan Asma adalah: 2
3
- Genetik
- Alergen
- Perubahan Cuaca
- Stres
4
- Lingkungan Kerja
Telah diketahui lebih dari 250 bahan atau zat yang dapat menimbulkan asma
akibat kerja. Paparan partikel yang terhirup ditempat kerja merupakan salah satu
sebab timbulnya asma akibat kerja. Berat ringannya gangguan tergantung intensitas
dan durasi paparan bahan hirupan. Disamping itu ukuran partikel dan konsentrasi
debu diudara juga ikut menentukan progresif gangguan napas. Bahan atau zat yang
dapat menimbulkan asma akibat kerja dapat dikelompokan atas 2 yaitu: 6
Ini merupakan kejadian asma akibat kerja yang terbanyak yaitu > 90 %
kasus. Bahan penyebab asma melalui mekanisme imunologis ini dibedakan atas IgE
dependent dan IgE independent.
5
serangga misalnya laba–laba dan kutu unggas juga dilaporkan menimbulkan
asma akibat kerja pada petani dan pekerja unggas. Di Inggris diperkirakan
sepertiga dari pekerja yang menangani hewan di laboratorium memiliki
gejala alergi mempunyai gejala asma. Secara klinis gejala timbul setelah
pajanan 2 – 3 tahun dan akan lebih cepat pada orang dengan riwayat atopi.
- Enzim
Enzim proteolitik dari Bacillus subtilis dipakai pada industri deterjen dan
banyak menyebabkan asma akibat kerja Suatu penelitian dari 461 pekerja
dipabrik detergen 4% menderita asma akibat kerja10. Enzim lain dari
tanaman seperti papain dari pepaya, bromelin dari nanas dan enzim dari
binatang seperti hog tripsin sering digunakan pada industri makanan dan
juga diidentifikasikan sebagai bahan penyebab asma akibat kerja.
6
- Ikan dan Makanan Laut
Pengolahan makanan laut juga dapat mengakibatkan asma akibat kerja,
pekerja yang menghirup uap saat perebusan kepiting dan ikan laut dapat
menimbulkan sensitisasi. St.Lawrence melaporkan dari 313 pekerja, 33
orang menderita asma kerja setelah test provokasi bronkus spesifik.
Mekanisme kerja asma disebabkan oleh bahan dengan berat molekul rendah
belum diketahui, karena tak ditemukan antibodi IgE spesifik atau ditemukan, tetapi
dalam jumlah yang sedikit. Toluen Diisosianat ( TDI ), Hexametilen Diisosianat
(HDI) dan Metilen difenil Diisosianat (MDI) digunakan pada industri busa, pelapis
kabel elektronik dan pengecatan. Prevalensi asma akibat kerja karena TDI berkisar
antara 5–10 %. Bila terjadi asma akibat kerja karena TDI, gejalanya kebanyakan
menetap, meskipun telah dipindahkan dari pajanan. Beberapa kasus juga telah
dilaporkan mengenai asma yang dicetuskan setelah pajanan TDI dalam kadar yang
tinggi melalui mekanisme RADS.
Asam plikatik adalah salah satu bahan kimia yang terkandung dalam kayu
western red cedar dan telah diketahui merupakan bahan yang menyebabkan asma
akibat kerja terbanyak di Pasifik Barat Laut, kayu ini digunakan secara luas, baik
untuk konstruksi bangunan maupun perabot rumah tangga. Asma yang disebabkan
karena kayu ini didapatkan pada 4– 14 % pekerja yang terpapar. 11
7
2. Bahan penyebab asma akibat kerja melalui mekanisme non Imunologis
Asma akibat kerja telah lama dilaporkan terjadi pada pekerja di tempat
peleburan aluminium dan dikenal dengan nama Potroom asthma. Pekerja di tempat
ini terpajang banyak partikel dan gas iritan seperti sulfur dioksida, asam
hidrofluorida, hidrokarbon. Saat ini belum diketahui bahan apa yang paling
dominan menyebabkan asma akibat kerja, hanya diketahui bahwa kasus RADS
pada Potroom asthma ini terjadi setelah pekerja terpapar / menghirup udara dengan
kadar aluminium dan zat lain dengan konsentrasi tinggi. Diduga aluminium
tersebut bereaksi dengan asam hidroklorida dan klorin membentuk garam halide
yang menjadikan aluminium zat yang bersifat mengiritasi saluran nafas. Periode
laten sejak pajanan sampai timbulnya gejala bervariasi dari satu minggu sampai 10
tahun. Potroom asthma dilaporkan lebih sering di Australia dan Norway dari pada
di Amerika Utara. 6
8
2.4 Klasifikasi
1. Asma yang diperburuk ditempat Kerja
2. Asma Okupasional
Asma okupasional adalah asma yang baru didapat dilingkungan kerja oleh
karena sensitisasi ditempat kerja ataupun iritasi. Ada 2 tipe asma okupasi : 3
9
sensitisasi. Paparan yang tinggi, seringkali tidak disengaja, terhadap uap
atau gas dari produk pembersih bahkan dapat menyebabkan asma pada
seseorang yang belum pernah mengalaminya. Asma yang dihasilkan
dari paparan tingkat tinggi seperti itu dapat didiagnosis sebagai sindrom
disfungsi saluran napas reaktif (RADS). RADS dimulai ketika saluran
udara seseorang telah menjadi sangat terganggu (hiper-reaktif) setelah
paparan tingkat tinggi, sering kali tidak disengaja, terhadap satu atau
lebih iritasi di tempat kerja (mis, Tumpahan besar, produk pembersih
yang berbeda bercampur). RADS dapat didiagnosis ketika: gejala asma
mulai kurang dari 24 jam setelah saluran udara menjadi sangat teriritasi
karena paparan, dan gejalanya cukup parah untuk memerlukan
pertolongan pertama atau perawatan medis darurat, dan gejala-gejala
berlangsung selama 3 bulan atau lebih. Praktek pembersihan yang
paling umum yang dapat menyebabkan RADS adalah pencampuran
produk pembersih yang tidak tepat. RADS juga dapat terjadi ketika
sejumlah besar produk pembersih tumpah, terutama produk pembersih
yang mengandung pemutih klorin, amonia atau asam klorida. 3
2. 5 Patofisiologi
10
adalah paparan tinggi dari debu alkali menyebabkan kasus baru pada asma
okupasional iritan.
11
migrasi makrofag) dan protein chemoatracttant makrofag 1). Selanjutnya
interleukin melepaskan interleukin-1 dan -15. Kerusakan epitel saluran nafas adalah
patofisiologi utama dalam asma okupasional iritan. Stres oksidasi merupakan salah
satu mekanisme yang menyebabkan kerusakan epitel. Zat inhalasi iritan
menginduksi pelepasan dari spesies oksigen reaktif di epitel. Selanjutnya, hal ini
mungkin dapat meningkatkan pelepasan neuropeptide dari terminal neuronal,
menyebabkan peradangan neurogenic dengan pelepasan dari substansi P dan
neurokinin.
2.5.1 Anamnesis
12
2.5.2 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada asma akibat kerja sama dengan asma pada
umumnya, biasanya dalam batas normal, jadi tidak ada pemeriksaan yang spesifik
pada pasien asma akibat kerja, namun perlu diperhatikan apakah terdapat jejas
akibat bahan iritan, luka bakar atau dermatitis karena bahan / zat ditempat kerja. 12
a. Spirometri
13
jam. Sedangkan tipe bifasik ditandai dengan timbulnya reaksi cepat kemudian
membaik dan diteruskan dengan timbulnya reaksi lambat. Pada reaksi yang
berkepanjangan tidak ada masa pemulihan antara timbulnya reaksi cepat dengan
reaksi lambat, sehingga terjadi reaksi terus menerus.
14
Pemeriksaan klinik asma akibat kerja :
15
2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan asma akibat kerja sama dengan asma lain secara umum,
yang penting adalah menghindari dari pajanan dari bahan penyebab asma, makin
cepat terbebas dari pajanan makin baik prognosisnya. Melanjutkan pekerjaan
ditempat pajanan bagi pekerja yang telah tersensitisasi akan memperburuk gejala
dan fungsi paru meskipun telah dilengkapi dengan alat pelindung ataupun pindah
keruang lain yang lebih sedikit pajanannya. Pada RADS, bila resiko terjadinya
pajanan ulang dengan bahan iritan dengan konsentrasi tinggi bisa dihindarkan,
maka penderita tidak perlu pindah tempat kerja. Bila terdapat resiko terpajan lagi
pada bahan iritan dengan konsentrasi tinggi, dianjurkan untuk pindah tempat kerja.
13
16
Pada prinsipnya penatalaksanaan asma diklasifikasikan menjadi 2 bagian
penting yaitu : 2
17
Pada serangan asma yang mengancam jiwa langsung dirujuk ke
ICU. Pemberian obat-obat bronkodilator diutamakan dalam bentuk
inhalasi menggunakan nebuliser.
- Penatalaksanaan asma jangka panjang
Penatalaksanaan asma jangka panjang bertujuan untuk mengontrol
asma dan mencegah serangan. Pengobatan asma jangka panjang
disesuaikan dengan klasifikasi beratnya asma. Obat asma terdiri dari
obat pelega dan pengontrol. Obat pelega diberikan pada saat serangan
sedangkan obat pengontrol ditujukan untuk pencegahan serangan asma
dan diberikan pada jangka panjang dan terus menerus.
Obat asma yang sering digunakan sebagai pengontrol :
a. Inhalasi kortikosteroid
b. B2 agonis kerja panjang
c. Anti leukotrien
d. Teofilin
18
2.7 Pencegahan Asma akibat Kerja
19
1. Penyuluhan tentang prilaku kesehatan dilingkungan kerja.
20
2.7.3. Pencegahan tersier
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Asma akibat kerja adalah penyakit yang ditandai dengan adanya obstruksi
saluran nafas yang reversible atau saluran nafas yang hiperresponsif terhadap
berbagai sebab dan kondisi yang berhubungan dengan lingkungan kerja tertentu dan
tidak terhadap rangsangan yang berasal dari luar tempat kerja. Sampai saat ini
etiologi dari Asma belum diketahui pasti. Beberapa menyebabkan asma seperti
alergen, perubahan cuaca, aktifitas berat, dan stres. Berdasarkan klasifikasi asma
dibagi 2 yaitu asma didapat dilingkungan kerja dan asma diperberat dilingkungan
kerja. Penegakan diagnosis pada asma dapat dinilai dari anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang. Dan penatalaksanaan pada pasien asma adalah
bronkodilator yaitu B2 agonis kerja cepat. Untuk menghindari pencetus sangat
perlu diedukasikan pada pasien asma, agar tidak terjadi kekambuhan.
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku ajar ilmu
penyakit dalam jilid I. Edisi II. Jakarta: Interna Publishing; 2014: hal 1132-
53.
5. Caldeira R D, Bettiol H dkk. Prevalence and risk factors for work related
asthma in young adults. Occup Environ Med. 2006 63: hal 694-699
10. Filios MS.Occupational asthma is a risk for nurses. Health Care Workers
and Asthma. AJN, 2006;106:96-97.
23
Perspectives Supplements. 2000;108:1-19.
24