Referat Asma Kerja
Referat Asma Kerja
Asma Kerja
Disusun Oleh:
Preseptor:
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH M. NATSIR SOLOK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa karena kehendak-Nya
penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul “Asma Kerja”. Referat ini
dibuat sebagai salah satu tugas dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Paru.
Mengingat pengetahuan dan pengalaman penulis serta waktu yang tersedia untuk
menyusun referat ini sangat terbatas, penulis sadar masih banyak kekurangan
baik dari segi isi, susunan bahasa, maupun sistematika penulisannya. Untuk itu
kritik dan saran pembaca yang membangun sangat penulis harapkan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dr.
Sari Nikmawati, Sp.P selaku preseptor Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Paru di
Rumah Sakit Umum Daerah M. Natsir Solok, yang telah memberikan masukan
yang berguna dalam penyusunan referat ini.
Akhir kata penulis berharap kiranya referat ini dapat menjadi masukan
yang berguna dan bisa menjadi informasi bagi tenaga medis dan profesi lain
terkait dengan masalah kesehatan pada umumnya, khususnya mengenai Asma
Kerja.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................................................. ii
2.1 Definisi.................................................................................................................................. 4
2.2 Klasifikasi............................................................................................................................. 5
2.4 Patofisiologi.......................................................................................................................... 7
2.7 Tatalaksana........................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................... 14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Asma akibat kerja adalah penyakit yang ditandai dengan adanya obstruksi
saluran nafasyang reversible atau saluran nafas yang hiperresponsif terhadap
berbagai sebabatau kondisi yang berhubungan dengan lingkungan kerja tertentu
dan tidak terhadap rangsangan yang berasal dari luar tempatkerja.
Asma akibat kerja merupakan penyakit paru akibat kerja yang sering
dijumpai dimasyarakat terutama dinegara maju. Prevalensi asma akibat kerja
berbeda antara satu Negara dengan yang lain tergantung pada , secara umum
1
terjadi sekitar 5-10 % penduduk. Dari hasil observasiAmerican Thoracis society
(ATS) dinegara maju, para pekerja 15% menderita asma akibat kerja dan
merupakan penyakit tersering akibat kerja. Dari penelitian The Surveillance of
Work Occupational Respiratory Disease (SWORD) penderita asma akaibat kerja
sekitar 26 % di Inggris dan diperkirakan 52 % terdapat di Columbia. Di Amerika
Serikat diperkirakan 15% penderita asma akibat kerja. Di Jepang 15% dari kasus
asma adalah asma akibat kerja, makin lama penderita asma akibat kerja semakin
meningkat, terlihat dari laporan di Kanada, dimana tahun 1977 asma kerja
peringkatnya dibawah penderita asbestosis dan silikosis, namun tahun 1986
berada di urutan teratas.
Di Indonesia belum ada data pasti tentang penyakit asma akibat kerja namun
diperkirakan 2-10% penduduk dan 2% dari seluruh penderita asma tersebut adalah
asma akibat kerja, sedangkan Karnen melaporkan bisinosis pada 30% karyawan
pemintalan dan 19,25% karyawan pertenunan.
Tujuan penulisan referat ini adalah, karena kemajuan dibidang industri
menyebabkan terjadinya peningkatan kejadian asma akibat kerja sehingga
diperlukan pedoman dalam mendiagnosis dan penatalaksanaannya.
Referat ini disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik senior dibagian
ilmu penyakit paru RSUD M. Natsir dan diharapkan agar dapat menambah
pengetahuan penulis serta bias menjadi bahan referensi bagi para pembaca
khususnya kalangan medis mengenai Asma Kerja.
Tujuan khusus dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui mengenai
defenisi, pembagian, patofisiologi, gejala klinik dan tatalaksana dari Asma Kerja.
2
1.3 Manfaat Penulisan
Referat ini dibuat dengan metode tinjauan kepustakaan yang merujuk pada
berbagai literature.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ASMA KERJA
2.1 Definisi
4
2.2 Klasifikasi
Tabel 2.1. Contoh agen dan pekerjaan yang terkait dengan paparan
Agen Pekerjaan
Agen dengan berat molekul rendah
Debu kayu (misalnya cedar Pekerja gergaji, tukang bangunan, tukang
merah barat, kayu merah, oak) kayu
Platinum Salt Dokter gigi, fotografer, kimiawan, pekerja
industri elektronik
Isocyanates Industri kimia, mekanika, pekerja industri
otomotif, pekerja produksi busa, pelukis
Formaldehide Industri komestik, pekerja industri
kertas/karet/plastik, pekerja laboratorium,
pekerja layanan kesehatan, penata rambut
Agen dengan berat molekul tinggi
Latex Pekerja layanan kesehatan, pekerja industri
tekstil, penangan makanan, produsen
mainan
Tepung dan debu Koki, pedagang, pembuat pizza, prtani,
tukang roti
Alergen hewan (misalnya Dokter hewan, pekerja toko hewan
urin,bulu) peliharaan, peternak hewan
5
2.2.2 Irritant Induced Occupational Asthma
2.3.2 Paparan
2.3.3 Host
6
peningkatan laju sensitisasi terhadap sejumlah besar bahan HMW dan beberapa
bahan LMW (Youakim, 2001).
2.4. Patofisiologi
Aktivasi sel T juga berperan penting pada patogenesis dan inflamasi asma
kerja seperti asma bentuk lainnya. Biopsi bronkial pasien asma akibat isosianat
dan plicatic acid menunjukkan banyak sel T yang teraktivasi (Aronica, 2005).
7
menghambat endopeptidase yang berfungsi menginaktivasi substansi P (Looney et
al., 2004, Aronica M, 2005). Substansi P akan mempengaruhi sel-sel dalam
saluran napas sehingga menimbulkan batuk, kontraksi otot polos dan produksi
mukus (Aronica, 2005).
8
2.6. Diagnosis
2.6.1 Anamnesis
9
2.6.3 Pemeriksaan Penunjang
A. Spirometri
Spirometri diperlukan pada semua pasien yang dicurigai AAK. Hal ini
digunakan sebagai instrumen utama untuk memantau fungsi paru secara
longitudinal selama surveilans, juga selama pengukuran hiperresponsif bronkus
non-spesifik (NSBHR). Banyak pekerja dengan AAK memiliki spirometri normal
ketika dilihat di klinik. Ada juga peran untuk mengukur resistensi saluran napas
atau konduktansi spesifik untuk memantau fungsi paru-paru ketika pasien tidak
dapat merekam FEV1nya.
Jika AAK klinis ada, paparan tingkat rutin agen penyebab harus
menghasilkan penurunan fungsi paru yang dapat diukur dalam beberapa jam
setelah terpapar. Ini biasanya dilakukan dengan alat pengukur aliran puncak
ekspirasi sederhana (PEF) atau dengan spirometer portabel.
Uji dengan methacholine adalah bagian dari diagnosis awal. Ini juga dapat
diukur sebelum dan sesudah periode paparan kerja dan selama dilakukan uji
inhalasi spesifik. Sejumlah besar studi dari berbagai pusat menggunakan
metodologi yang berbeda menunjukkan bahwa peningkatan NSBHR sering
ditemukan pada pekerja dengan AAK. Namun demikian, banyak laporan dari
methacholine normal atau reaktivitas histamin dalam 24 jam paparan pada pekerja
dengan AAK .
Merupakan gold standard untuk diagnosis asma akibat kerja, tetapi karena
banyak menimbulkan serangan asma serta harus dilaksanakan dirumah sakit pusat
dengan tenaga yang terlatih, maka tes ini jarang dilakukan. Sebelum tes
dilakukan, harus diketahui bahan yang dicurigai sebagai alergen ditempat kerja
10
dan kadar pajanan serta dalam bentuk apa bahan tersebut berada dilingkungan
kerja. Indikasi utama uji provokasi bronkus dengan bahan spesifik adalah:
a. Diagnosis asma.
b. Onset gejala asma setelah terpajan zat di tempat kerja.
c. Ada hubungan antara gejala asma dengan pekerjaan.
d. Memenuhi satu atau lebih kriteria berikut, yaitu:
Diketahui bahan di tempat kerja yang dapat menimbulkan asma.
Terdapat perubahan APE atau VEP, yang berhubungan dengan kerja
Ada perubahan hiperaktivitas bronkus yang berhubungan dengan kerja
Ada respons positif pada uji provokasi bronkus
Onset asma mempunyai hubungan jelas dengan iritan di tempat kerja.
Selain itu dikenal pula asma yang memburuk di tempat kerja, yang
meliputi kriteria A + C ditambah riwayat bahwa pekerja telah menderita asma
atau tidak mendapat pengobatan sebelum bekerja dan gejala bertambah setelah
bekerja di tempat yang baru (Yunus 2009).
2.7. Tatalaksana
A. Pencegahan paparan terhadap agen penyebab atau pencetus :
Ketika disebabkan oleh agen sensitisasi, semua paparan ke agen
penyebab harus dihilangkan karena peningkatan risiko obstruksi
saluran napas yang irreversibel, bronkospasme berat bahkan kematian.
Bila disebabkan oleh iritan, eliminasi paparan diinginkan tetapi reduksi
paparan yang signifikan mungkin cukup.
B. Dimana jika pendekatan ini gagal dan kondisi klinis menjamin,
pemindahan pekerja dari tempat kerja mungkin diperlukan
11
C. Obat-obatan :
1. Obat-obatan hanya boleh digunakan bersama dengan pencegahan
paparan.
2. Tes spirometri diperbolehkan sesuai kebutuhan untuk memantau
efektivitas terapi. Karena sifatnya yang unik, AAK sering
membutuhkan pendekatan terapi yang lebih agresif daripada asma
bukan akibat kerja.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
13
DAFTAR PUSTAKA
Utami, NR. Diagnosis dan Tatalaksana Terbaru Asma Akibat Kerja. Vol.
02, Jurnal Medica Utama. 2021.
Andisari, Rai, Suryana. Ada Korelasi Antara Pajanan Debu Kayu Dengan
Jumlah CD4 Serum Dan Tidak Ada Korelasi Dengan Eosinofil Serum Pada
Pekerja Industri Pengolahan Kayu. Jurnal Konker PAPDI XIV. 2017.
14
Nicholson PJ, Cullinan P, Burge S. Concise guidance: diagnosis,
management and prevention of occupational asthma. Clin Med (Northfield Il).
2012;12(2):156–9.
15