Anda di halaman 1dari 35

REFERAT

GANGGUAN KEPRIBADIAN

Disusun oleh :

Andri Tambunan (18010005)

Pembimbing :

dr. Rosminta Girsang, Sp.KJ

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN

RUMAH SAKIT JIWA PROF. DR. H. M. ILDREM

PROVINSI SUMATERA UTARA

MEDAN
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii

1. PENDAHULUAN........................................................................................................................1

2. ETIOLOGI...................................................................................................................................3

3. JENIS-JENIS GANGGUAN KEPRIBADIAN..........................................................................7

3.1 GANGGUAN KEPRIBADIAN PARANOID........................................................................7

3.2 GANGGUAN KEPRIBADIAN SKIZOID..........................................................................10

3.3 GANGGUAN KEPRIBADIAN SKIZOTIPAL...................................................................14

3.4 GANGGUAN KEPRIBADIAN ANTISOSIAL...................................................................17

3.5 GANGGUAN KEPRIBADIAN EMOSIONAL TIDAK STABIL.......................................21

3.6 GANGGUAN KEPRIBADIAN HISTRIONIK...................................................................26

3.7 GANGGUAN KEPRIBADIAN NARSISTIK.....................................................................28

3.8 GANGGUAN KEPRIBADIAN MENGHINDAR...............................................................31

3.9 GANGGUAN KEPRIBADIAN DEPENDEN.....................................................................34

3.10 GANGGUAN KEPRIBADIAN OBSESIF-KOMPULSIF..................................................37

3.11 GANGGUAN KEPRIBADIAN YANG TIDAK DITENTUKAN.......................................40

3.11.1 GANGGUAN KEPRIBADIAN PASIF-AGRESIF......................................................41

3.11.2 GANGGUAN KEPRIBADIAN DEPRESIF................................................................41

3.11.3 GANGGUAN KEPRIBADIAN SADOMASOKIS.....................................................42

3.11.4 GANGGUAN KEPRIBADIAN SADISTIK................................................................42

4. KESIMPULAN..........................................................................................................................43

5. KEPUSTAKAAN.......................................................................................................................44

ii
GANGGUAN KEPRIBADIAN

2. PENDAHULUAN
Seorang manusia dalam menjalani kehidupannya sejak kecil, remaja, dewasa hingga
lanjut usia memiliki kecenderungan yang relatif serupa dalam menghadapi suatu
masalah. Apabila diperhatikan, cara atau metode penyelesaian yang dilakukan
seseorang memiliki pola tertentu dan dapat digunakan sebagai ciri atau tanda untuk
mengenal orang tersebut. Hal ini dikenal sebagai karakter atau kepribadian.

Kepribadian adalah totalitas dari ciri perilaku dan emosi yang merupakan
karakter atau ciri seseorang dalam kehidupan sehari-hari, dalam kondisi yang biasa.
Sifatnya stabil dan dapat diramalkan[1].

Karakter adalah ciri kepribadian yang dibentuk oleh proses perkembangan dan
pengalaman hidup. Temperamen dipengaruhi oleh faktor genetik atau konstitusional
yang terbawa sejak lahir, bersifat sederhana, tanpa motivasi, baru stabil sesudah anak
berusia beberapa tahun.

Perkembangan kepribadian merupakan hasil interaksi dari faktor-faktor:


konstitusi (genetik, temperamen), perkembangan, dan pengalaman hidup (lingkungan
keluarga, budaya).

Gangguan kepribadian adalah kelainan yang umum dan kronis. Orang dengan
gangguan kepribadian umumnya dicap menjengkelkan, menganggu, dan bersifat parasit
dan secara umum dianggap memiliki prognosis yang buruk. Gangguan kepribadian
merupakan faktor predisposisi untuk gangguan psikiatrik lain (contoh penyalahgunaan
zat, bunuh diri, gangguan afektif, dan gangguan cemas) di mana hal ini meningkatkan
ketidakmampuan (cacat) personal, morbiditas, dan mortalitas pasien.

1
Lukas Mangindaan.. (2010). Buku Ajar Psikiatri: Gangguan Kepribadian. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
Hal 329.

1
DEFINISI GANGGUAN KEPRIBADIAN

Gangguan kepribadian adalah ciri kepribadian yang bersifat tidak fleksibel dan
maladaptif yang menyebabkan disfungsi yang bermakna dan penderitaan subjektif [1].
Orang dengan gangguan kepribadian memiliki respons yang benar-benar kaku terhadap
situasi pribadi, hubungan dengan orang lain ataupun lingkungan sekitarnya. Sikap
kepribadian yang terganggu itu akan semakin nyata pada saat remaja awal masa dewasa
dan terus berlanjut di sepanjang kehidupan dewasa, semakin lama semakin mendalam
dan mengakar sehingga semakin sulit diubah. Dapat disimpulkan bahwa seseorang
dengan gangguan kepribadian akan menunjukkan pola relasi dan persepsi terhadap
lingkungan dan dirinya sendiri yang bersifat tidak fleksibel, maladaptif, serta berakar
mendalam.

Gangguan kepribadian berbeda dari perubahan kepribadian dalam waktu dan


cara terjadinya: gangguan kepribadian adalah suatu proses perkembangan, yang muncul
ketika masa kanak-kanak atau remaja dan berlanjut sampai dewasa. Gangguan
kepribadian bukan keadaan sekunder dari gangguan jiwa lain atau penyakit otak,
meskipun dapat didahului dan timbul bersamaan dengan gangguan lain. Sebaliknya,
perubahan kepribadian adalah suatu proses yang didapat, biasanya pada usia dewasa,
setelah stress berat atau berkepanjangan, deprivasi lingkungan yang ekstrem, gangguan
jiwa yang parah atau penyakit/cedera otak.[2]

Terlepas dari konsekuensi perilaku yang bersifat self-defeating, orang dengan


gangguan kepribadian pada umumnya tidak merasa perlu untuk berubah. DSM IV
menyebutkan bahwa orang dengan gangguan kepribadian cenderung menganggap trait-
trait tersebut sebagai ego-syntonic – sebagai bagian alami dari diri mereka. Akibatnya,
orang dengan gangguan kepribadian lebih cenderung dibawa ke dokter spesialis
kejiwaan oleh orang lain daripada oleh diri mereka sendiri.

Gangguan kepribadian dicantumkan pada Aksis II dalam sistem diagnostik


multiaksial DSM-IV-TR.

2
Departemen Kesehatan R.I. (1993). Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia
III. Hal 260.

2
Pada umumnya gangguan kepribadian mempunyai pedoman diagnostik sebagai
berikut seperti :

 Sikap dan perilaku yang amat tak serasi dalam beberapa fungsi (afek, kesadaran,
pengendalian impuls, persepsi dan cara berpikir, hubungan dengan orang lain)
 Pola perilaku itu berlangsung lama, berjangka panjang, tidak terbatas pada
episode gangguan jiwa
 Bersifat pervasif, maladaptif terhadap keadaan pribadi dan hubungan sosial yang
luas.
 Menyebabkan penderitaan pribadi yang berarti
 Biasanya berhubungan dengan masalah pekerjaan dan kinerja sosial.

3. ETIOLOGI
A. Faktor genetik
 Kelompok A : Orang yang dianggap aneh atau eksentrik. Kelompok ini
mencakup gangguan kepribadian paranoid, skizoid, dan skizotipal.
 Kelompok B : Orang dengan perilaku yang terlalu dramatis, emosional, dan
eratik (tidak menentu). Kelompok ini terdiri dari gangguan kepribadian
antisosial, ambang (borderline), histrionik, dan narsistik.
 Kelompok C : Orang yang sering kali tampak cemas atau ketakutan.
Kelompok ini mencakup gangguan kepribadian menghindar, dependen, dan
obsesif-kompulsif.
B. Faktor biologi
 Hormon
Orang yang menunjukkan sifat impulsif juga sering menunjukkan tingkat
testosteron, 17-estradiol, dan estron yang tinggi. Pada primata, androgen
meningkatkan kemungkinan agresi dan perilaku seksual, tetapi peran
testosteron dalam agresi manusia tidak jelas. Hasil DST ditemukan abnormal
pada beberapa pasien dengan gangguan kepribadian borderline yang juga
memiliki gejala depresi.
 Monoamine Oksidase trombosit
Pada binatang monyet, rendahnya tingkat monoamine oksidase trombosit
berkaitan dengan aktifitas dan keakraban. Mahasiswa dengan kadar monoamine
oksidase trombosit rendah dilaporkan menghabiskan lebih banyak waktu dalam
kegiatan sosial dari siswa dengan kadar monoamine oksidase trombosit tinggi.
Tingkat monoamine oksidase trombosit yang rendah juga telah dicatat pada
beberapa pasien dengan gangguan skizotipal.

3
 Gerakan mata pursuit halus
Gerakan mata pursuit halus adalah saccadic (yaitu, gelisah) pada orang yang
introvert, yang memiliki rasa rendah diri dan cenderung untuk menarik diri, dan
yang memiliki gangguan kepribadian skizotipal. Temuan ini tidak memiliki
aplikasi klinis, tetapi mereka menunjukkan peran inheritance.
 Neurotransmiter
Endorfin memiliki efek yang sama dengan morfin eksogen, seperti analgesia
dan penekan gairah (arousal). Tingkat endorfin endogen yang tinggi mungkin
berhubungan dengan orang-orang yang phlegmatis. Studi sifat kepribadian dan
sistem dopaminergik dan serotonergik mengindikasikan fungsi gairah-
mengaktifkan untuk neurotransmitter. Tingkat 5-hydroxyindoleacetic asam (5-
HIAA), suatu metabolit serotonin, adalah rendah pada orang yang mencoba
bunuh diri dan pada pasien yang impulsif dan agresif.
Meningkatkan kadar serotonin dengan agen serotonergik seperti fluoxetine
(Prozac) dapat menghasilkan perubahan dramatis dalam beberapa karakter
kepribadian. Pada banyak orang, serotonin mengurangi depresi, impulsif, dan
dapat menghasilkan rasa kesejahteraan. Peningkatan konsentrasi dopamin
dalam sistem saraf pusat, yang diproduksi oleh psikostimulan tertentu
(misalnya, amfetamin) dapat menyebabkan euforia. Efek neurotransmitter pada
sifat kepribadian telah dihasilkan banyak perhatian dan kontroversi tentang
apakah sifat-sifat kepribadian bawaan atau diperoleh.
 Elektrofisiologi
Perubahan konduktansi listrik pada elektroensefalogram (EEG) terjadi pada
beberapa pasien dengan gangguan kepribadian, paling sering jenis antisosial
dan borderline; perubahan ini muncul sebagai gelombang lambat aktivitas di
EEG.
B. Faktor psikososial
Sigmund Freud menunjukkan bahwa sifat-sifat kepribadian berhubungan
dengan fiksasi pada satu tahap perkembangan psikoseksual. Misalnya, mereka
dengan karakter oral pasif dan dependen karena mereka terpaku pada tahap oral,
ketika ketergantungan pada orang lain untuk makanan adalah menonjol. Mereka
dengan karakter anal keras kepala, pelit, dan sangat teliti karena perebutan pelatihan
toilet selama periode anal. Wilhelm Reich kemudian menciptakan istilah character
armor untuk menggambarkan karakteristik gaya orang 'defensif untuk melindungi

4
diri dari impuls internal dan dari kecemasan interpersonal dalam hubungan yang
signifikan.
Ketika pertahanan bekerja secara efektif, orang dengan gangguan kepribadian
menguasai perasaan cemas, depresi, marah, malu, bersalah, dan lainnya
mempengaruhi. Mereka sering melihat perilaku mereka sebagai ego-syntonic.
Mereka juga mungkin enggan untuk terlibat dalam proses pengobatan, karena
pertahanan mereka adalah penting dalam mengendalikan mempengaruhi
menyenangkan, mereka tidak tertarik untuk menyerahkan mereka.

4. JENIS-JENIS GANGGUAN KEPRIBADIAN

4.1 GANGGUAN KEPRIBADIAN PARANOID

Definisi: kecurigaan dan ketidakpercayaan pada orang lain bahwa orang lain berniat
buruk kepadanya, bersifat pervasif, awitan dewasa muda, nyata dalam perlabagai
konteks.
Epidemiologi
Prevalensi gangguan kepribadian paranoid adalah 0,5 – 2,5% dari seluruh populasi.
Orang dengan gangguan ini jarang sekali mencari pengobatan atas kesadarannya
sendiri; ketika diantar oleh pasangan atau kerabatnya, mereka cenderung menarik diri
dan tampak tidak menderita. Memiliki saudara kandung yang skizofrenia menunjukkan
insiden lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Gangguan ini lebih sering pada
pria dibanding wanita dan tampak tidak berkaitan dengan model dalam keluarga.

Gambaranklinis
Tanda khas dari gangguan kepribadian paranoid adalah kecurigaan yang berlebihan dan
ketidakpercayaan orang lain yang dinyatakan sebagai kecenderungan pervasif untuk
menafsirkan tindakan orang lain sebagai sengaja merendahkan, jahat, mengancam,
mengeksploitasi, atau menipu. Kecenderungan ini dimulai dengan awal masa dewasa
dan muncul dalam berbagai konteks. Hampir selalu, orang-orang dengan gangguan ini
mengharapkan untuk dieksploitasi atau dirugikan oleh orang lain dalam beberapa cara.
Orang seperti ini sering cemburu dan, tanpa alasan mempertanyakan kesetiaan
pasangan mereka atau mitra seksual.

Diagnosis
Pada pemeriksaan psikiatrik, pasien dengan gangguan kepribadian paranoid seringkali
kaku dan mengagalkan untuk mencari pertolongan dari ahli psikiatrik. Ketegangan

5
muskular, ketidakmampuan untuk rileks, dan keharusan untuk mengamati lingkungan
dapat memberi petunjuk sebagai bukti, dan siap pasien cenderung kurang humoris dan
sangat serius. Walaupun pernyataan dari argumen mereka dapat salah, namun
kemampuan berbicara itu memiliki tujuan terarah dan logis. Isi pikiran menunjukkan
adanya proyeksi, prejudice, dan kadang-kadang ideas of reference.
Kriteria diagnostik gangguan kepribadian paranoid berdasarkan DSM IV:
A. Peka berlebihan terhadap penolakan dan kegagalan
B. Cendrung pendendam, menolak memaafkan suatu penghinaan atau masalah
kecil menyebabkan hatinya terluka
C. Kecurigaan yang pervasif yang bersifat menyalahartikan suatu tindakan netral
atau bersahabat dari seseorang sebagai suatu sikap permusuhan atau penghinaan.
D. Memertahankan dengan gigih hak pribadinya
E. Berulang kali curiga tanpa dasar akan kesetiaan seksual pasangannya
F. Mempunyai sikap menyangkut diri berlebih
G. Dirundung rasa “persekongkolan” terhadap dirinya
Catatan : Apabila kriteria ditemukan sebelum awitan Skizofrenia, ditambahkan
“premorbid”.

Diagnosis banding

Gangguan kepribadian paranoid dapat dibedakan dari gangguan waham dengan tidak
ditemukannya waham yang tidak terbantahkan (fixed). Tidak seperti orang dengan
skizofrenia paranoid, orang dengan gangguan kepribadian tidak memiliki halusinasi
atau gangguan pikiran. Dibandingkan dengan gangguan kepribadian ambang, pasien
dengan paranoid jarang mampu terlalu terlibat, relasi yang kacau balau dengan orang
lain. Pasien dengan paranoid tidak memiliki riwayat panjang perilaku antisosial seperti
orang dengan karakter antisosial. Orang dengan gangguan kepribadian skizoid
umumnya menarik diri dan menyendiri dan tidak memiliki pemikiran yang paranoid.

Tatalaksana

A. Psikoterapi

Psikoterapi adalah pengobatan pilihan untuk gangguan kepribadian paranoid.


Terapis harus jujur dalam menangani pasien ini. Apabila terapis melakukan
ketidaktetapan atau kesalahan, seperti terlambat, kejujuran dan permintaan maaf
lebih disukai untuk penjelasan defensif. Terapis harus ingat bahwa kepercayaan
dan toleransi keakraban adalah hal yang menjadi perhatian bagi pasien dengan
gangguan ini. Psikoterapi individual membutuhkan gaya yang profesional dan

6
hangat dari terapis. Pasien dengan gangguan ini kurang baik dalam psikoterapi
kelompok. Pasien memiliki perilaku merasa terancam sehingga terapis harus
mengatur atau membatasi tindakan mereka. Pasien yang paranoid sangat takut
ketika merasa bahwa terapis yang berusaha untuk membantu mereka (pasien) yang
lemah dan tak berdaya, karena itu, terapis tidak harus menawarkan untuk
mengambil kontrol kecuali pasien bersedia dan mampu melakukannya.

B. Farmakoterapi

Diberikan untuk gejala agitasi dan kecemasan. Dapat diberikan obat anticemas
seperti klobazam atau diazepam, dapat pula diberi obat antipsikotik seperti
haloperidol dalam dosis kecil dan untuk sementara waktu. Pimozide sering pula
memberi hasil yang memuaskan.

4.2 GANGGUAN KEPRIBADIAN SKIZOID


Definisi: Pola perilaku berupa pelepasan diri dari hubungan sosial disertai kemampuan
ekspresi emosi yang terbatas dalam hubungan interpersonal. Bersifat pervasif, berawal
sejak dewasa muda dan nyata dalam pelbagai konteks. Pasien umumnya dilihat oleh
orang lain sebagai orang yang aneh, terisolasi, dan kesepian.

Epidemiologi

Prevalensi gangguan kepribadian skizoid belum dibuktikan secara jelas, tetapi


gangguan ini mempengaruhi 7,5% dari seluruh populasi. Penelitian melaporkan ratio
pria:wanita adalah 2:1. Orang dengan gangguan ini tertarik pada pekerjaan yang
sendirian yang hanya mencakup sedikit bahkan tidak ada kontak dengan orang lain.
Banyak yang lebih memilih pekerjaan pada malam hari dibandingkan siang, sehingga
mereka tidak harus berhubungan dengan orang lain.

Gambaran klinis

Orang dengan gangguan kepribadian skizoid tampaknya menjadi dingin dan


menyendiri, mereka tampak terpencil dan menunjukkan tidak ada keterlibatan dengan
peristiwa sehari-hari dan keprihatinan terhadap orang lain. Mereka tampil tenang, jauh,
exclusive, dan tidak ramah. Mereka mungkin mengejar kehidupan mereka sendiri
dengan kebutuhan sangat sedikit.

7
Kehidupan seksual mereka mungkin ada secara eksklusif dalam fantasi, dan
mereka dapat menunda tanpa batas seksualitas dewasa. Pria mungkin tidak menikah
karena mereka tidak mampu mencapai keintiman; wanita pasif mungkin setuju untuk
menikah dengan pria yang agresif yang ingin pernikahan. Orang dengan gangguan
kepribadian skizoid biasanya mengungkapkan ketidakmampuan seumur hidup untuk
mengekspresikan kemarahan secara langsung. Meskipun orang-orang dengan gangguan
kepribadian skizoid muncul egois dan hilang dalam lamunan, mereka memiliki
kapasitas normal untuk mengenali realitas.

Diagnosis

Pada pemeriksaan psikiatrik, pasien dengan gangguan kepribadian skizoid dapat tampak
sakit dalam keadaan istirahat di tempat. Mereka jarang mengadakan kontak mata, dan
pewawancara dapat menduga bahwa pasien ingin sekali menyudahi wawancara. Afek
terbatas, menyendiri, atau tidak tepat serius, tetapi di balik sikap acuh tak acuh, dokter
yang sensitif dapat mengenali ketakutan. Pasien-pasien ini sulit untuk menjadi ceria.
Kemampuan bicara mereka terarah, tetapi mereka cenderung memberikan jawaban
singkat untuk pertanyaan dan untuk menghindari percakapan spontan. Mereka kadang-
kadang dapat menggunakan kiasan yang tidak biasa, seperti metafora aneh, dan
mungkin terpesona dengan benda mati atau konstruksi metafisik. Kriteria diagnostik
gangguan kepribadian skizoid berdasarkan DSM IV:

A. Hanya sedikit ada aktivitas yang memberinya kebahagiaan


B. Emosinya dingin, dan afek datar
C. Kurang mampu menyatakan kehangatan, kelembutan atau kemarahan pada
orang lain
D. Tidak peduli terhadap pujian atau kecaman
E. Kurang tertarik untuk menjalani pengalaman seksual dengan orang lain
F. Memilih aktivitas menyendiri
G. Dirundung oleh fantasi dan intropeksi yang berlebihan
H. Tidak ada keinginan untuk mempunyai teman dekat atau akrab
I. Tidak sensitif terhadap norma atau kebiasaan sosial yang berlaku

Diagnosa banding

Gangguan kepribadian skizoid dibedakan dari skizofrenia, gangguan delusi, dan


gangguan afektif dengan fitur psikotik berdasarkan periode dengan gejala psikotik yang
positif, seperti delusi dan halusinasi di bagian kedua. Walaupun pasien gangguan
kepribadian paranoid memiliki banyak kemiripan dengan pasien gangguan kepribadian

8
skizoid, pasien gangguan paranoid menunjukkan keterlibatan lebih ikatan sosial, sejarah
perilaku verbal agresif, dan kecenderungan lebih besar untuk proyeksi perasaan mereka
ke orang lain. Jika hanya secara emosional terbatas, pasien dengan obsesif-kompulsif
dan gangguan kepribadian menghindar mengalami kesepian sebagai dysphoric,
memiliki sejarah yang lebih kaya dari hubungan-hubungan objek masa lalu, dan tidak
terlibat sebanyak dalam lamunannya autis. Secara teoritis, perbedaan utama antara
pasien dengan gangguan kepribadian skizotipal dan satu dengan gangguan kepribadian
skizoid adalah bahwa pasien yang skizotipal lebih mirip dengan pasien dengan
skizofrenia dalam keanehan persepsi, pikiran, perilaku, dan komunikasi. Pasien dengan
gangguan kepribadian menghindar terisolasi tapi sangat ingin berpartisipasi dalam
kegiatan, karakteristik tersebut tidak ditemukan pada mereka dengan gangguan
kepribadian skizoid. Gangguan kepribadian skizoid dibedakan dari gangguan autistik
dan sindrom Asperger dengan lebih interaksi sosial sangat terganggu dan perilaku
stereotip.

Tatalaksana

A. Psikoterapi

Tatalaksana pasien dengan gangguan kepribadian skizoid mirip dengan penanganan


pada orang dengan gangguan kepribadian paranoid. Pasien dengan skizoid cenderung
mengarah introspeksi, bagaimanapun juga, kecenderungan ini bersifat konsisten dengan
harapan psikoterapis, dan pasien menjadi sangat setia. Seiring berkembangnya
kepercayaan, pasien dengan skizoid dapat dengan kegaduhan yang hebat, menunjukkan
fantasi yang sangat banyak, teman imaginer, dan ketakutan atas ketergantungan yang
tidak tertahankan meskipun bersatu dengan terapis.

Dalam keadaan terapi kelompok, pasien dengan gangguan kepribadian skizoid dapat
diam untuk waktu yang lama; meskipun demikian, mereka nantinya akan berpartisipasi.
Pasien harus dilindungi terhadap serangan agresif dari anggota kelompok karena
kecenderungannya untuk diam. Seiring waktu, anggota kelompok akan menjadi penting
bagi pasien dengan skizoid dan menumbuhkan satu-satunya interaksi sosial dalam
kehidupannya yang terisolasi.

B. Farmakoterapi

9
Farmakoterapi dengan dosis kecil anti-psikotik, anti-depresan, dan psikostimulan
memberikan keuntungan bagi beberapa pasien. Agen serotonergik membuat pasien
kurang sensitif terhadap penolakan. Benzodiazepine dapat mengurangi kecemasan
interpersonal.

Perjalanan Gangguan dan prognosis

Timbulnya gangguan kepribadian skizoid biasanya terjadi pada anak usia dini. Seperti
dengan semua gangguan kepribadian, gangguan kepribadian skizoid adalah tahan lama,
tetapi belum tentu seumur hidup. Proporsi pasien yang dikenakan skizofrenia tidak
diketahui.

4.3 GANGGUAN KEPRIBADIAN SKIZOTIPAL


Definisi: pola defisit dalam hubungan sosial dan interpersonal; merasa tidak nyaman
dan kurang mampu untuk membina hubungan akrab, disertai distorsi kognitif atau
persepsi dan perilaku yang eksentrik, bersifat pervasif, awitannya dewasa muda, dan
nyata dalam pelbagai konteks atau situasi kehidupan.

Epidemiologi

Gangguan kepribadian skizotipal terjadi sekitar 3% dari populasi. Ratio berdasarkan


gender tidak diketahui. Hubungan yang lebih kuat pada kasus dengan hubungan
biologis anggoa keluarga pasien menderita skizofrenia dibandingkan dengan kontrol.

Gambaran Klinis

Pasien dengan gangguan kepribadian schizotypal menunjukkan terganggunya


proses berpikir dan berkomunikasi. Meskipun gangguan pikiran jelas tidak ada,
kemampuan berbicara mereka mungkin khas atau aneh, mungkin memiliki arti hanya
untuk mereka, dan sering perlu interpretasi. Seperti dengan pasien dengan skizofrenia,
orang-orang dengan gangguan kepribadian schizotypal mungkin tidak tahu perasaan
mereka sendiri dan namun peka atau sensitif, dan sadar, mengenai perasaan orang lain,
terutama dampak negatif seperti kemarahan. Pasien-pasien ini mungkin mempercayai
kekuatan takhayul dan mungkin percaya bahwa mereka memiliki kekuatan khusus
lainnya pemikiran dan tilikan. Dunia batin mereka dapat diisi dengan hubungan
imajiner dan ketakutan seperti anak dan fantasi. Mereka mungkin mengakui ilusi

10
perseptual atau macropsia dan mengakui bahwa orang lain tampak kaku dan semua
sama.
Karena orang-orang dengan gangguan kepribadian schizotypal memiliki
hubungan interpersonal yang buruk dan dapat bertindak tidak tepat, mereka terisolasi
atau memiliki sedikit teman-teman.

Diagnosis

Gangguan kepribadian skizotipal didiagnosa berdasarkan keganjilan/keanehan pada


cara berpikir, perilaku, dan penampilan pasien. Dalam mengali informasi mungkin
ditemukan kesulitan karena cara komunikasi pasien yang tidak biasa.

Pedoman diagnostik gangguan kepribadian skizotipal:

a) Pola pervasif mengenai defisit sosial dan interpersonal yang ditandai dengan
ketidaknyamanan akut dengan, dan berkurangnya kapasitas untuk hubungan
dekat seperti pada distorsi kognitif dan persepsi dan keganjilan pada perilaku,
yang muncul pada awal masa dewasa dan terdapat dalam pelbagai konteks, yang
ditandai dengan lima (atau lebih) ciri berikut:
1. Ideas of reference (kecuali delusion of reference)
2. Keyakinan yang aneh atau pikiran magis yang mempengaruhi perilaku
dan tidak sesuai dengan norma budaya (contoh percaya pada tahyul,
kepercayaan kemampuan supranatural, telepati, atau indera keenam;
pada anak-anak dan remaja, fantasi yang berlebihan)
3. Pengalaman persepsi yang tidak biasa, mencakup ilusi secara fisik
4. Cara berpikir dan berbicara yang aneh
5. Curiga atau pemikiran paranoid
6. Afek yang tidak sesuai atau terbatas
7. Perilaku atau penampilan yang ganjil, eksentrik, atau khas
8. Tidak memiliki teman dekat atau orang kepercayaan selain dari kerabat
derajat satu (first degree relatives)
9. Kecemasan sosial berlebihan yang tidak dapat dikurangi dengan
keakraban dan cenderung berhubungan dengan ketakutan paranoid
dibadingkan penilaian negatif tentang diri sendiri
b) Tidak berlangusng selama perjalanan gangguan skizofrenia, gangguan mood
dengan ciri psikotik, gangguan psikotik lainnya, atau gangguan perkembangan
pervasif.

Diagnosis banding

11
Secara teoritis, orang dengan gangguan kepribadian skizotipal dapat dibedakan dengan
yang mengalami gangguan kepribadian skizoid dan menghindar (cemas) dengan adanya
keganjilan/keanehan dari perilaku, cara berpikir, persepsi, dan komunikasi dan mungkin
dengan riwayat keluarga yang jelas adanya skizofrenia. Pasien dengan skizotipal
dibedakan dengan skizofrenia dengan tidak adanya psikosis. Apabila gejala psikosis itu
muncul, terjadinya singkat dan terfragmentasi. Beberapa pasien memenuhi kriteria
untuk gangguan kepribadian skizotipal dan ambang. Pasien dengan gangguan
kepribadian paranoid memiliki karakteristik kecurigaan, tetapi tidak ada perilaku yang
aneh pada pasien dengan skizotipal.

Tatalaksana

A. Psikoterapi

Prinsip tatalaksana gangguan kepribadian skizotipal tidak berbeda dengan penanganan


skizoid, tetapi dokter harus bertindak secara sensitif dibanding sebelumnya. Pasien ini
memiliki keganjilan pada cara berpikir, dan beberapa berkaitan dengan pemujaan,
praktik keagamaan yang aneh, dan ilmu gaib. Terapis tidak boleh mencemooh aktivitas
terssebut dan menghakimi kepercayaan atau akhtivitas tersebut.

B. Farmakoterapi

Medikasi anti-psikotik dapat berguna dalam menangani ideas od reference, ilusi, dan
gejala lain dan dapat digabungkan dengan psikoterapi. Anti-depresan juga berguna
ketika komponen depresif dari kepribadian ditemukan.

4.4 GANGGUAN KEPRIBADIAN ANTISOSIAL


Definisi : pola perilaku pengabaian dan perlanggaran pelbagai hak orang lain, bersifat
pervasif, berawal sejak usia dewasa muda dan nyata dalam pelbagai konteks.

Epidemiologi
Prevalensi gangguan kepribadian antisosial adalah 3% pada pria dan 1% pada wanita.
Hal ini paling umum ditemukan di daerah perkotaan miskin dan antara penduduk yang
sering berpindah-pindah. Timbulnya gangguan adalah sebelum usia 15. Gadis biasanya
memiliki gejala sebelum pubertas, dan anak laki-laki bahkan lebih awal.

Gambaran klinis

12
Pasien dengan gangguan kepribadian antisosial seringkali dapat tampak normal dan
bahkan menawan dan manis. Riwayat mereka mengungkapkan banyak bidang
kehidupan berfungsi teratur. Berbohong, pembolosan, lari dari rumah, pencurian,
perkelahian, penyalahgunaan zat, dan kegiatan ilegal adalah pengalaman khas yang
pasien laporkan sebagai awal di masa kecil. Pasien-pasien ini seringkali terhadap dokter
dengan jenis kelamin berlawanan memberikan kesan kepribadian yang berwarna-warni
dan bergairah, tetapi terhadap dokter yang berjenis kelamin sama mungkin mereka
tampak manipulatif dan menuntut. Pasien dengan gangguan kepribadian antisosial tidak
menunjukkan kecemasan atau depresi, tampak secara kasar tidak sesuai dengan situasi
mereka, meskipun ancaman bunuh diri dan keluhan somatik mungkin umum.
Penjelasan mereka sendiri mengenai perilaku antisosial mereka membuatnya tampak
ceroboh, tapi konten mental mereka mengungkapkan tidak adanya delusi dan tanda-
tanda lain dari berpikir irasional. Bahkan, mereka sering memiliki rasa tinggi pengujian
realitas dan seringkali terkesan memiliki kecerdasan lisan yang baik.

Orang dengan gangguan kepribadian antisosial sangat mewakili apa yang disebut para
penipu. Pergaulan bebas, penyalahgunaan pasangan, penganiayaan anak, dan
mengemudi dalam keadaan mabuk adalah kejadian umum dalam hidup mereka. Temuan
penting adalah kurangnya penyesalan atas tindakan ini, yaitu, mereka tampak kurang
memiliki hati nurani.

Diagnosa

Sebuah pemeriksaan diagnostik harus mencakup pemeriksaan neurologis menyeluruh.


Karena pasien sering menunjukkan hasil EEG abnormal dan tanda-tanda neurologis
ringan yang menunjukkan kerusakan otak minimal dalam masa kanak-kanak, temuan
ini dapat digunakan untuk mengkonfirmasi kesan klinis.

Kriteria diagnostik gangguan kepribadian antisosial:

A. Tidak peduli dengan perasaan orang lain


B. Secara menetap tidak bertanggung jawab terhadap norma, peraturan, kewajiban
sosial
C. Tidak mampu mempertahankan hubungan interpersonal walaupun tidak ada
kesulitan
D. Mudah frustasi dan bertindak agresif atau kekerasan
E. Tidak mampu menerima kesalahan atau belajar dari pengalaman atau hukuman

13
F. Bila ia mengalami konflik sosial, ia cenderung menyalahkan orang lain, atau
memberikan rasionalisasi dari perbuatannya.

Diagnosis Banding

Gangguan kepribadian antisosial dapat dibedakan dari perilaku ilegal yang melibatkan
banyak bidang kehidupan seseorang. Dorothy Lewis menemukan bahwa banyak orang-
orang ini memiliki gangguan neurologis atau mental yang diabaikan atau tidak
terdiagnosis. Lebih sulit membandingkan gangguan kepribadian antisosial dari
penyalahgunaan zat. Ketika kedua penyalahgunaan zat dan perilaku antisosial dimulai
di masa kecil dan berlanjut ke kehidupan dewasa, kedua gangguan harus didiagnosa.
Ketika perilaku antisosial jelas manifestasi sekunder dari penyalahgunaan alkohol atau
penyalahgunaan zat lain sebelumnya, diagnosis gangguan kepribadian antisosial tidak
dibenarkan. Dalam mendiagnosis gangguan kepribadian antisosial, dokter harus
menyesuaikan untuk efek distorsi dari status sosial ekonomi, latar belakang budaya, dan
seks. Selanjutnya, diagnosis gangguan kepribadian antisosial tidak dibenarkan ketika
keterbelakangan mental, skizofrenia, atau mania dapat menjelaskan gejala.

Pengobatan

A.Psikoterapi
Lebih efektif bila dirawat, karena dengan hidup diantara sebayanya, sering akan
bertambah motivasinya, jadi biasanya kelompok ‘self help’ akan lebih berguna
dibandingkan bila mereka masuk penjara untuk berubah. Penting diadakannya
pembatasan (limits) dengan aturan yang menetap.
B.Farmakoterapi
Farmakoterapi digunakan untuk menangani gejala-gejala seperti kecemasan,
kemarahan, dan depresi, namun karena pasien sering menyalahgunakan zat, obat-
obatan harus digunakan secara bijaksana. Jika pasien menunjukkan bukti gangguan
atensi atau gangguan hiperaktif, psikostimulan seperti methylphenidate (Ritalin)
mungkin berguna. Upaya telah dilakukan untuk mengubah metabolisme
katekolamin dengan obat-obatan dan untuk mengontrol perilaku impulsif dengan
obat antiepilepsi, misalnya, carbamazepine (Tegretol) atau valproate (Depakote),
terutama jika bentuk gelombang abnormal dicatat pada EEG. β-adrenergic reseptor
antagonis telah digunakan untuk mengurangi agresi.

14
4.5 GANGGUAN KEPRIBADIAN EMOSIONAL TIDAK STABIL
Definisi : bertindak impulsif tanpa mempetimbangkan dampaknya, afek atau emosi
tidak stabil atau kurang pengendalian diri, dapat menjurus kepada ledakan kemarahan
atau perilaku kekerasan. Dua varian dari gangguan kepribadian ini telah ditentukan
odan keduanya mempunyai persamaan motif umum berupa impulsivitas dan
kekurangan pengendalian diri.

F60.30 Tipe Impulsif

Ciri khas yang predominan adalah ketidakstabilan emosional dan kekurangan


pengendalian impuls (dorongan hati). Ledakan kekerasan atau perilaku mengancam
lazim terjadi, khususnya sebagai tanggapan terhadap kritik orang lain.

F60.31 Tipe ambang (borderline)

Ciri khas ketidakstabilan emosi, citra diri, tujuan hidup, serta preferensi internalnya
sering tidak jelas atau terganggu. Ia sering melakukan ancaman bunuh diri atau perilaku
mencederai dirinya.

Diagnosis

Gangguan kepribadian emosional tidak stabil dapat dibuat awal masa dewasa ketika
pasien menunjukkan setidaknya lima kriteria yang tercantum pada kriteria diagnostik.
Studi biologi dapat membantu dalam diagnosis, beberapa pasien dengan gangguan
kepribadian emosional tidak stabil menunjukkan memendeknya latensi REM dan
gangguan tidur kontinuitas, hasil DST yang abnormal, dan hasil hormon yang abnormal
thyrotropin-releasing test. Perubahan tersebut juga terlihat pada beberapa pasien dengan
gangguan depresi.

Pola pervasif ketidakstabilan hubungan interpersonal, citra diri, dan afek, dan impulsif
dengan awitan awal masa dewasa dan hadir dalam berbagai konteks, seperti yang
ditunjukkan oleh lima (atau lebih) sebagai berikut:

1. Upaya yang penuh kegelisahan untuk menghindari keadaan ditinggalkan yang


nyata maupun yang hanya dibayangkan. Catatan: Tidak meliputi perilaku bunuh
diri atau mutilasi diri tercakup dalam Kriteria 5.
2. pola hubungan interpersonal erat namun tidak stabil
3. gangguan identitas: citra diri atau kesadaran diri yang secara nyata dan terus
menerus tidak stabil
15
4. impulsif dalam setidaknya dua wilayah yang berpotensi merusak diri (misalnya,
pengeluaran, seks, penyalahgunaan zat, mengemudi sembrono, makan pesta).
Catatan: Tidak meliputi perilaku bunuh diri atau mutilasi diri tercakup dalam
Kriteria 5
5. perilaku bunuh diri berulang, gestur, atau ancaman, atau perilaku mutilasi diri
6. Ketidakstabilan perasaan atau afek yang disebabkan oleh suasana hati
(misalnya, dysphoria episodik intens, lekas marah, atau kecemasan biasanya
berlangsung beberapa jam dan jarang lebih dari beberapa hari)
7. Perasaan kosong yang kronis
8. Kemarahan yang tidak pantas, intens atau kesulitan mengendalikan marah
(misalnya, menampilkan sering marah, kemarahan yang konstan, perkelahian
fisik berulang)
9. Pemikiran paranoid yang berkaitan dengan stres berlangsung singkat gejala
disosiatif yang parah

Diagnosis Banding

Gangguan ini dibedakan dari skizofrenia berdasarkan bahwa pasien dengan kepribadian
emosional tidak stabil tidak memiliki episode psikotik yang berkepanjangan, gangguan
berpikir, dan tanda-tanda skizofrenia klasik. Pasien dengan gangguan kepribadian
schizotypal menunjukkan keanehan ditandai berpikir, pikiran aneh, dan ideas of
references. Mereka dengan gangguan kepribadian paranoid ditandai oleh kecurigaan
yang ekstrem. Pasien dengan gangguan kepribadian emosional tidak stabil pada
umumnya memiliki perasaan kekosongan kronis dan episode psikotik singkat; mereka
bertindak impulsif dan menuntut hubungan yang luar biasa, mereka mungkin
memutilasi diri mereka sendiri dan membuat usaha bunuh diri manipulatif.

Tatalaksana

A. Psikoterapi
Psikoterapi untuk pasien dengan gangguan kepribadian emosional tidak stabil
adalah penyelidikan intensif dan telah menjadi terapi pilihan. Untuk hasil terbaik,
farmakoterapi telah ditambahkan ke rejimen pengobatan.
Psikoterapi sulit bagi pasien dan terapis. Pasien regresi dengan mudah, bertindak
impuls, dan menunjukkan transferences negatif atau positif labil atau tetap, yang
sulit untuk dianalisis. Identifikasi proyektif juga dapat menyebabkan masalah

16
kontra-transferensi ketika terapis tidak menyadari bahwa pasien secara tidak sadar
mencoba untuk memaksa mereka untuk bertindak perilaku tertentu. Mekanisme
pertahanan splitting menyebabkan pasien untuk bergantian menyukai dan membenci
terapis dan lain-lain di lingkungan. Pendekatan yang berorientasi pada realitas
cukup efektif.
Terapis telah menggunakan terapi perilaku untuk mengendalikan impuls pasien dan
ledakan marah dan untuk mengurangi kepekaan mereka terhadap kritik dan
penolakan. Pelatihan keterampilan sosial, terutama dengan pemutaran rekaman
video, membantu memungkinkan pasien untuk melihat bagaimana tindakan mereka
mempengaruhi orang lain dan dengan demikian meningkatkan perilaku
interpersonal mereka.
Pasien dengan gangguan kepribadian emosional tidak stabil sering melakukannya
dengan baik di rumah sakit di mana mereka menerima psikoterapi intensif pada
psikoterapi individual dan secara kelompok. Di rumah sakit, mereka juga dapat
berinteraksi dengan anggota staf terlatih dari berbagai disiplin ilmu dan dapat
diberikan dengan terapi okupasi, rekreasi, dan profesi. Program-program tersebut
sangat membantu ketika lingkungan rumah merugikan rehabilitasi pasien karena
konflik dalam keluarga atau tekanan lain. Dalam lingkungan yang terlindung di
rumah sakit, pasien yang terlalu impulsif, merusak diri sendiri, atau mutilasi diri
dapat dibatasi, dan tindakan mereka dapat diamati. Dalam situasi yang ideal, pasien
tetap di rumah sakit sampai mereka menunjukkan tanda perbaikan, sampai dengan 1
tahun di beberapa kasus. Pasien kemudian dapat dikeluarkan ke sistem suportif
khusus, seperti rumah sakit, rumah sakit malam, dan rumah transisi.
Bentuk khusus dari psikoterapi yang disebut terapi perilaku dialektis (dialectical
behavior therapy - DBT) telah digunakan untuk pasien dengan gangguan ini,
terutama mereka dengan perilaku parasuicidal, seperti sering memotong.
B. Farmakoterapi
Farmakoterapi berguna untuk menangani dengan fitur kepribadian tertentu yang
mengganggu fungsi keseluruhan pasien. Antipsikotik telah digunakan untuk
mengendalikan kemarahan, permusuhan, dan episode psikotik singkat. Antidepresan
meningkatkan mood depresi umum pada pasien dengan gangguan kepribadian ini.
MAO inhibitor (MAOI) dapat digunakan pada beberapa pasien dengan perilaku
impulsif. Benzodiazepin, khususnya alprazolam (Xanax), membantu kecemasan dan
depresi, tetapi beberapa pasien menunjukkan disinhibisi dengan kelas obat ini.
Antikonvulsan, seperti carbamazepine, dapat meningkatkan fungsi global untuk

17
beberapa pasien. Agen serotonergik seperti serotonin reuptake inhibitor (SSRI) telah
membantu dalam beberapa kasus.

Perjalanan gangguan dan prognosis

Gangguan kepribadian borderline cukup stabil, pasien sedikit perubahan dari waktu ke
waktu. Studi longitudinal tidak menunjukkan perkembangan ke arah skizofrenia, tetapi
pasien memiliki insidensi tinggi dari episode depresi utama. Diagnosis biasanya dibuat
sebelum usia 40, ketika pasien sedang berusaha untuk membuat pilihan pekerjaan,
perkawinan, dan lainnya dan tidak dapat berurusan dengan tahap normal dari siklus
hidup.

4.6 GANGGUAN KEPRIBADIAN HISTRIONIK


Definisi: pola perilaku berupa emosionalitas berlebih dan menarik perhatian, bersifat
pervasif, berawal sejak usia dewasa muda, dan nyata dalam pelbagai konteks.

Epidemiologi
Menurut DSM-IV-TR, data terbatas dari studi populasi umum menunjukkan prevalensi
gangguan kepribadian histerik sekitar 2-3%. Sekitar 10-15 % telah dilaporkan di rawat
inap dan rawat jalan pusat kesehatan mental saat penilaian terstruktur digunakan.
Kelainan ini didiagnosis lebih sering pada wanita dibandingkan pada pria. Beberapa
studi telah menemukan hubungan dengan gangguan somatisasi dan gangguan
penggunaan alkohol.

Gambaran klinis

Orang dengan gangguan kepribadian histerik menunjukkan tingkat tinggi


perilaku mencari perhatian. Mereka cenderung melebih-lebihkan pikiran dan perasaan
mereka dan membuat segalanya terdengar lebih penting daripada yang sebenarnya.
Mereka menampilkan amarah, air mata, dan tuduhan ketika mereka tidak menjadi pusat
perhatian atau tidak menerima pujian atau persetujuan.

Perilaku menggoda adalah umum pada kedua jenis kelamin. Fantasi seksual
tentang orang dengan siapa pasien yang terlibat adalah umum, tetapi pasien tidak
konsisten tentang verbalisasi fantasi ini dan mungkin malu atau genit daripada agresif
secara seksual. Bahkan, pasien histerik mungkin memiliki disfungsi psikoseksual;
wanita mungkin anorgasmic, dan laki-laki mungkin impoten. Mereka perlu untuk

18
jaminan tak ada habisnya. Mereka dapat bertindak atas dorongan seksual mereka untuk
meyakinkan diri bahwa mereka menarik bagi jenis kelamin lain. Hubungan mereka
cenderung dangkal, bagaimanapun, dan mereka dapat sia-sia, egosentris, dan berubah-
ubah. Kebutuhan mereka yang kuat membuat mereka terlalu ketergantungan percaya
dan mudah tertipu.

Pertahanan utama dari pasien dengan gangguan kepribadian histerik adalah


represi dan disosiasi. Dengan demikian, pasien tersebut tidak menyadari perasaan
mereka yang sebenarnya dan tidak dapat menjelaskan motivasi mereka. Di bawah stres,
uji realitas dengan mudah menjadi terganggu.

Diagnosa
Dalam wawancara, pasien dengan gangguan kepribadian histrionik umumnya
kooperatif dan ingin memberikan sejarah rinci. Isyarat dan tanda baca yang dramatis
dalam pembicaraan mereka adalah umum. Tampilan afektif adalah umum, namun, saat
ditekan untuk mengakui perasaan-perasaan tertentu (misalnya, kemarahan, kesedihan,
dan keinginan seksual), mereka mungkin merespon dengan kejutan, kemarahan, atau
penolakan. Hasil pemeriksaan kognitif biasanya normal, meskipun kurangnya
ketekunan dapat ditampilkan pada aritmatika atau tugas konsentrasi.

Kriteria diagnostik gangguan kepribadian histrionik berdasarkan DSM-IV:

Pola pervasif dari emosionalitas yang berlebihan dan mencari perhatian, dimulai dengan
awal masa dewasa dan hadir dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh
lima (atau lebih) sebagai berikut:

1. tidak nyaman dalam situasi di mana dia bukan pusat perhatian


2. interaksi dengan orang lain yang sering ditandai oleh perilaku seksual menggoda
atau provokatif yang tidak sepantasnya
3. menampilkan pergeseran cepat dan ekspresi emosi yang dangkal
4. konsisten menggunakan penampilan fisik untuk menarik perhatian kepada
dirinya
5. memiliki gaya bicara yang terlalu impresionis dan kurang rinci
6. menunjukkan dramatisasi diri, sandiwara, dan ekspresi berlebihan dari emosi
7. mudah dipengaruhi oleh orang lain atau keadaan
8. menganggap hubungan menjadi lebih intim daripada yang sebenarnya

Diagnosis Banding

19
Membedakan antara gangguan kepribadian histrionik dan gangguan kepribadian
emosional tidak stabil sulit, tetapi dalam gangguan kepribadian emosional tidak stabil,
mencoba bunuh diri, difusi identitas, dan episode psikotik singkat lebih mungkin.
Meskipun kedua kondisi dapat didiagnosis pada pasien yang sama, dokter harus
memisahkan keduanya. Gangguan somatisasi (sindrom Briquet) dapat terjadi
bersamaan dengan gangguan kepribadian histrionik. Pasien dengan gangguan psikotik
singkat dan gangguan disosiatif mungkin memerlukan diagnosis bersamaan gangguan
kepribadian histrionik.

Tatalaksana

A. Psikoterapi
Pasien dengan gangguan kepribadian histrionik seringkali tidak menyadari perasaan
mereka sendiri yang nyata; klarifikasi dari perasaan batin mereka adalah proses
terapeutik penting. Psikoterapi dengan orientasi psikoanalitik, baik kelompok atau
individu, mungkin adalah pilihan perawatan untuk gangguan kepribadian histerik.
B. Farmakoterapi
Farmakoterapi dapat adjunctive bila gejala ditargetkan (misalnya, penggunaan
antidepresan untuk depresi dan keluhan somatik, agen anti ansietas untuk
kegelisahan, dan antipsikotik untuk derealisasi dan ilusi).

Perjalanan gangguan dan prognosis

Seiring bertambahnya usia, orang dengan gangguan kepribadian histrionik


menunjukkan gejala yang lebih sedikit. Orang dengan gangguan ini adalah pencari
sensasi, dan mereka mungkin mendapatkan masalah dengan hukum, penyalahgunaan
zat, dan bertindak sembarangan.

4.7 GANGGUAN KEPRIBADIAN NARSISTIK


Definisi : terdapatnya pola rasa kebesaran diri (dalam fantasi atau perilaku), kebutuhan
untuk dikagumi atau disanjung, kurang mampu berempati. Bersifat pervasif, berawal
sejak dewasa muda dan nyata dalam pelbagai konteks.

Epidemiologi
Menurut DSM-IV-TR, perkiraan prevalensi gangguan kepribadian narsistik berkisar 2-
16 % dalam populasi klinis dan kurang dari 1 % di populasi umum. Orang dengan
gangguan dapat memberikan rasa yang tidak realistis tentang kemahakuasaan,

20
kemegahan, keindahan, dan bakat untuk anak-anak mereka, dengan demikian,
keturunan dari orang tua tersebut mungkin memiliki resiko lebih tinggi daripada
biasanya untuk mengembangkan gangguan itu sendiri. Jumlah kasus gangguan
kepribadian narsistik yang dilaporkan terus meningkat.

Diagnosa
Kriteria diagnostik gangguan kepribadian narsistik berdasarkan DSM-IV:

Sebuah pola bersifat pervasif tentang kebesaran (dalam khayalan atau perilaku),
membutuhkan kekaguman, dan kurangnya empati, dimulai dengan awal masa dewasa
dan hadir dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh lima (atau lebih)
sebagai berikut:

1. secara berlebih merasa dirinya sangat penting (misalnya, melebih-lebihkan


prestasi dan bakat, mengharapkan untuk diakui sebagai yang unggul tanpa
prestasi sepadan)
2. sibuk dengan fantasi kesuksesan tak terbatas, kekuasaan, kecerdasan,
kecantikan, atau kekasih ideal
3. percaya bahwa ia adalah istimewa dan unik dan hanya dapat dipahami oleh, atau
harus bergaul dengan orang-orang khusus atau tinggi status lainnya (atau
lembaga)
4. membutuhkan pemujaan berlebihan
5. merasa dirinya “mempunyai hak istimewa” (contoh menuntut agar mendapat
perlakuan khusus, atau orang lain harus menurut kehendaknya)
6. tidak memiliki empati: tidak bersedia untuk mengenali atau mengidentifikasi
dengan perasaan dan kebutuhan orang lain
7. sering iri kepada orang lain atau percaya bahwa orang lain iri kepadanya
8. bersikap sombong

Gambaran klinis

Orang dengan gangguan kepribadian narsistik memiliki rasa megah diri penting,
mereka menganggap diri mereka spesial dan mengharapkan perlakuan khusus. Rasa
memiliki hak istimewa mencolok. Mereka tidak dapat menerima kritikan dan mungkin
menjadi marah ketika seseorang berani mengkritik mereka, atau mereka mungkin
tampak sama sekali tidak peduli terhadap kritik. Orang dengan gangguan ini ingin cara
mereka sendiri dan sering ambisius untuk mencapai ketenaran dan keberuntungan.
Hubungan mereka yang rapuh, dan mereka dapat membuat orang lain marah dengan

21
penolakan mereka untuk mematuhi aturan-aturan konvensional perilaku. Mereka tidak
dapat menunjukkan empati, dan mereka berpura-pura simpati hanya untuk mencapai
tujuan egois mereka sendiri. Karena harga diri mereka rapuh, mereka rentan terhadap
depresi. Kesulitan interpersonal, masalah pekerjaan, penolakan, dan kehilangan adalah
hasil dari perilaku narsistik mereka.

Diagnosis Banding

Gangguan kepribadian emosional tidak stabil, gangguan kepribadian histrionik, dan


antisosial sering menyertai gangguan kepribadian narsistik, sehingga diagnosis
diferensial sulit. Pasien dengan gangguan kepribadian narsistik memiliki kecemasan
kurang dari mereka dengan gangguan kepribadian emosional tidak stabil; kehidupan
mereka cenderung kurang kacau, dan mereka cenderung untuk mencoba bunuh diri.
Pasien dengan gangguan kepribadian antisosial memiliki riwayat perilaku impulsif,
sering dikaitkan dengan alkohol atau penyalahgunaan zat lainnya, yang sering membuat
mereka menjadi bermasalah dengan hukum. Pasien dengan gangguan kepribadian
histrionik menunjukkan fitur eksibisionisme dan manipulatif interpersonal yang mirip
dengan pasien dengan gangguan kepribadian narsisistik.

Pengobatan

A. Psikoterapi
Karena pasien harus meninggalkan narsisme mereka untuk membuat kemajuan,
pengobatan gangguan kepribadian narsisistik adalah sulit. Psikiater seperti Kernberg
dan Heinz Kohut menganjurkan menggunakan pendekatan psikoanalitik untuk efek
berubah, tetapi banyak penelitian diperlukan untuk membuktikan diagnosis dan
untuk menentukan pengobatan terbaik. Beberapa dokter menganjurkan terapi
kelompok bagi pasien mereka sehingga mereka dapat belajar bagaimana berbagi
dengan orang lain dan, dalam keadaan yang ideal, dapat mengembangkan respon
empatik kepada orang lain.
B. Farmakoterapi
Lithium (Eskalith) telah digunakan dengan pasien yang gambaran klinis mencakup
perubahan suasana hati. Karena pasien dengan gangguan kepribadian narsistik
mentoleransi penolakan secara buruk dan rentan terhadap depresi, antidepresan,
obat-obatan terutama serotonergik, juga dapat digunakan.

22
Perjalanan gangguan dan prognosis

Gangguan kepribadian narsisistik adalah kronis dan sulit untuk diobati. Pasien dengan
gangguan terus-menerus harus berurusan dengan pukulan narsisme mereka yang
dihasilkan dari perilaku mereka sendiri atau dari pengalaman hidup. Penuaan ditangani
buruk; pasien menilai keindahan, kekuatan, dan atribut muda, yang mereka pegang
teguh tidaklah tepat. Mereka mungkin lebih rentan mengalami krisis setengah baya
(midlife crises) daripada kelompok lain.

4.8 GANGGUAN KEPRIBADIAN MENGHINDAR


Definisi : adanya pola perasaan tidak nyaman serta keengganan untuk bergaul secara
sosial, rasa rendah diri, hipersensitif terhadap evaluasi negatif. Bersifat pervasif, awitan
sejak dewasa muda, nyata dalam pelbagai konteks.

Epidemiologi
Gangguan kepribadian menghindar adalah umum. Prevalensi gangguan adalah 1 sampai
10 % dari populasi umum. Tidak ada informasi mengenai rasio berdasarkan gender atau
pola keluarga. Bayi diklasifikasikan sebagai memiliki temperamen pemalu mungkin
lebih rentan terhadap gangguan dibandingkan mereka yang mendapat skor tinggi pada
skala pendekatan aktivitas.

Gambaran klinis

Hipersensitif terhadap penolakan oleh orang lain adalah fitur klinis utama dari
gangguan kepribadian menghindar, dan sifat kepribadian yang utama pasien adalah
timidity. Orang-orang keinginan kehangatan dan keamanan persahabatan manusia,
tetapi membenarkan mereka menghindari hubungan karena takut diduga mereka
penolakan. Ketika berbicara dengan seseorang, mereka mengungkapkan ketidakpastian,
menunjukkan kurangnya kepercayaan diri, dan dapat berbicara dengan cara
merendahkan diri. Karena mereka waspada tentang penolakan, mereka takut untuk
berbicara di depan umum atau untuk membuat permintaan orang lain. Mereka
cenderung salah menafsirkan komentar orang lain 'sebagai merendahkan atau mengejek.
Penolakan dari permintaan apapun membuat mereka menarik diri dari orang lain dan
merasa terluka.

Di bidang pekerjaan, pasien dengan gangguan kepribadian menghindar


seringkali mengambil pekerjaan di sela-sela. Mereka jarang mencapai kemajuan pribadi

23
banyak atau otoritas banyak, tapi kelihatan malu dan bersemangat untuk
menyenangkan. Orang-orang umumnya tidak memasukkan hubungan kecuali mereka
diberi jaminan luar biasa kuat penerimaan tidak kritis. Akibatnya, mereka sering tidak
memiliki teman dekat atau kepercayaan.

Diagnosa
Dalam wawancara klinis, aspek pasien yang paling mencolok adalah kecemasan tentang
berbicara dengan seorang pewawancara. Cara mereka gugup dan tegang muncul pasang
surut dengan persepsi mereka apakah pewawancara menyukai mereka. Mereka
tampaknya rentan terhadap komentar pewawancara dan saran dan mungkin
menganggap klarifikasi atau interpretasi sebagai kritik. Kriteria diagnostik untuk
gangguan kepribadian menghindar berdasarkan DSM-IV:

Sebuah pola pervasif inhibisi sosial, perasaan tidak mampu, dan hipersensitivitas
terhadap evaluasi negatif, dimulai dengan awal masa dewasa dan hadir dalam berbagai
konteks, seperti yang ditunjukkan oleh empat (atau lebih) sebagai berikut:

1. menghindari kegiatan kerja yang melibatkan kontak interpersonal yang


signifikan, karena takut kritik, ketidaksetujuan, atau penolakan
2. tidak mau untuk terlibat dengan orang-orang kecuali merasa yakin disukai
3. menunjukkan pengendalian diri dalam hubungan intim karena takut
dipermalukan atau ditertawakan
4. Kuatir dengan dikritik atau ditolak dalam situasi sosial
5. terhambat dalam interaksi antarpribadi baru karena perasaan tidak mampu
6. Memandang diri sendiri sebagai tidak layak secara sosial, secara pribadi tidak
menarik, atau lebih rendah daripada orang lain
7. enggan untuk mengambil risiko pribadi atau untuk terlibat dalam kegiatan yang
baru karena mereka mungkin terbukti memalukan

Diagnosis Banding

Pasien dengan gangguan kepribadian menghindar keinginan interaksi sosial, tidak


seperti pasien dengan gangguan kepribadian skizofrenia, yang ingin sendirian. Pasien
dengan gangguan kepribadian menghindar tidak seperti menuntut, marah, atau tidak
terduga seperti yang dengan gangguan kepribadian emosional tidak stabil dan
histrionik. Gangguan kepribadian menghindar dan gangguan kepribadian dependen
serupa. Pasien dengan gangguan kepribadian dependen yang dianggap lebih takut

24
ditinggalkan atau dicintai dibandingkan dengan gangguan kepribadian menghindar,
tetapi gambaran klinis tidak dapat dibedakan.

Pengobatan

A. Psikoterapi
Pengobatan psikoterapi tergantung pada memperkuat aliansi dengan pasien. Sebagai
kepercayaan berkembang, terapis harus menyampaikan sikap menerima terhadap
ketakutan pasien, terutama takut ditolak. Terapis akhirnya mendorong pasien untuk
pindah ke dunia untuk mengambil apa yang dianggap sebagai risiko besar
penghinaan, penolakan, dan kegagalan. Tetapi terapis harus berhati-hati ketika
memberikan tugas untuk latihan keterampilan sosial baru di luar terapi; kegagalan
dapat memperkuat pasien sudah miskin harga diri. Terapi kelompok dapat
membantu pasien memahami bagaimana kepekaan mereka terhadap penolakan
mempengaruhi mereka dan lain-lain. Pelatihan ketegasan adalah bentuk terapi
perilaku yang dapat mengajarkan pasien untuk mengekspresikan kebutuhan mereka
secara terbuka dan untuk memperbesar harga diri mereka.
B. Farmakoterapi
Farmakoterapi telah digunakan untuk mengelola kecemasan dan depresi ketika
mereka berhubungan dengan gangguan tersebut. Beberapa pasien yang dibantu oleh
Î ²-adrenergik reseptor antagonis, seperti atenolol (Tenormin), untuk mengelola
hiperaktivitas sistem saraf otonomik, yang cenderung tinggi pada pasien dengan
gangguan kepribadian menghindar, terutama ketika mereka mendekati situasi takut.
Agen serotonergik dapat membantu sensitivitas penolakan. Secara teoritis, obat
dopaminergik bisa menimbulkan hal-hal baru-mencari perilaku pada pasien, namun
pasien harus secara psikologis siap untuk setiap pengalaman baru yang mungkin
timbul.

Perjalanan gangguan dan prognosis

Banyak orang dengan gangguan kepribadian menghindar mampu berfungsi di


lingkungan yang terlindung. Beberapa menikah, memiliki anak, dan hidup mereka
dikelilingi hanya oleh anggota keluarga. Harus mendukung apabila mereka mengalami
kegagalan, namun, mereka cenderung mudah mengalami depresi, kecemasan, dan
kemarahan. Penghindaran fobia adalah umum, dan pasien dengan gangguan dapat

25
memberikan sejarah fobia sosial atau fobia sosial dikenakan dalam perjalanan penyakit
mereka.

4.9 GANGGUAN KEPRIBADIAN DEPENDEN


Definisi : suatu pola perilaku berupa kebutuhan berlebih agar dirinya dipelihara, yang
menyebabkan seorang individu berperilaku submisif, bergantung kepada orang lain, dan
ketakutan akan perpisahan dengan orang tempat ia bergantung, Besifat pervasif,
berawal sejak usia dewasa muda, dan nyata dalam pelbagai situasi.

Epidemiologi
Gangguan kepribadian dependen lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pada
pria. Satu studi didiagnosis 2,5% dari semua gangguan kepribadian jatuh ke dalam
kategori ini. Hal ini lebih umum pada anak-anak daripada yang lebih tua. Orang dengan
penyakit fisik kronis di masa kecil mungkin paling rentan terhadap gangguan ini.

Gambaran klinis

Gangguan kepribadian dependen ditandai oleh pola perilaku meresap tergantung


dan tunduk. Orang dengan gangguan tersebut tidak dapat membuat keputusan tanpa
saran dan kepastian dari orang lain dengan jumlah berlebihan. Mereka menghindari
posisi tanggung jawab dan menjadi cemas jika diminta untuk mengambil peran
kepemimpinan. Mereka lebih suka untuk tunduk. Ketika mereka sendiri, mereka merasa
sulit untuk bertahan pada tugas-tugas, tetapi mungkin merasa mudah untuk melakukan
tugas-tugas untuk orang lain.

Karena orang-orang dengan gangguan tersebut tidak suka sendirian, mereka


mencari orang lain pada siapa mereka dapat bergantung; hubungan mereka, dengan
demikian, terdistorsi oleh kebutuhan mereka harus terpasang ke orang lain. Dalam folie
à deux (gangguan psikotik bersama), salah satu anggota pasangan biasanya mengalami
gangguan kepribadian dependen; pasangan yang taat mengambil sistem delusi dari
mitra, lebih agresif tegas pada siapa dia bergantung.

Pesimisme, keraguan diri, pasif, dan ketakutan untuk mengekspresikan perasaan


seksual dan agresif semua melambangkan perilaku orang-orang dengan gangguan

26
kepribadian dependen. Pasangan yang kasar, tidak setia, atau alkohol dapat ditoleransi
untuk waktu yang lama untuk menghindari mengganggu rasa keterikatan.

Diagnosa
Dalam wawancara, pasien tampak penurut. Mereka mencoba untuk bekerja sama,
menyambut pertanyaan spesifik, dan mencari bimbingan. Kriteria diagnostik gangguan
kepribadian dependen berdasarkan DSM-IV:

Sebuah kebutuhan yang luas dan berlebihan harus diambil untuk mengarah ke perilaku
tunduk dan kelekatan dan ketakutan pemisahan, dimulai dengan awal masa dewasa dan
hadir dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh lima (atau lebih) sebagai
berikut:

1. memiliki kesulitan membuat keputusan sehari-hari tanpa saran dan jaminan dari
orang lain dalam jumlah yang berlebihan
2. kebutuhan orang lain untuk bertanggung jawab atas bidang utama sebagian
besar hidupnya
3. mengalami kesulitan mengekspresikan ketidaksetujuan dengan orang lain
karena takut kehilangan dukungan atau persetujuan.
4. mengalami kesulitan memulai proyek-proyek atau melakukan hal-hal sendiri
(karena kurangnya kepercayaan diri dalam penilaian atau kemampuan daripada
kurangnya motivasi atau energi)
5. usaha berlebihan untuk memperoleh pengasuhan dan dukungan dari orang lain,
ke titik sukarela untuk melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan
6. merasa tidak nyaman atau tak berdaya ketika sendirian karena takut yang
berlebihan tidak mampu untuk merawat dirinya sendiri
7. segera mencari hubungan lain sebagai sumber perawatan dan dukungan ketika
hubungan dekat berakhir
8. preokupasi yang tidak realistis dengan kekhawatiran ditinggal untuk mengurus
dirinya sendiri

Diagnosis Banding

Sifat-sifat ketergantungan ditemukan dalam gangguan kejiwaan banyak, sehingga


diagnosis diferensial sulit. Ketergantungan merupakan faktor yang menonjol pada
pasien dengan gangguan kepribadian histrionik dan emosional tidak stabil, tetapi
mereka dengan gangguan kepribadian dependen biasanya memiliki hubungan jangka

27
panjang dengan satu orang, bukan serangkaian orang pada siapa mereka bergantung,
dan mereka tidak cenderung terang-terangan manipulatif. Pasien dengan gangguan
kepribadian skizofrenia dan schizotypal dapat dibedakan dari orang-orang dengan
gangguan kepribadian menghindar. Perilaku dependen dapat terjadi pada pasien dengan
agoraphobia, tapi pasien ini cenderung memiliki tingkat kecemasan tinggi terang-
terangan atau bahkan panik.

Pengobatan

A. Psikoterapi
Pengobatan gangguan kepribadian dependen sering berhasil. Terapi berdasarkan
tilikan memungkinkan pasien untuk memahami anteseden perilaku mereka, dan
dengan dukungan dari terapis, pasien dapat menjadi lebih mandiri, tegas, dan
mandiri. Terapi perilaku, pelatihan ketegasan, terapi keluarga, dan terapi kelompok
semuanya telah digunakan, dengan hasil yang sukses dalam banyak kasus.
Sebuah kesulitan mungkin timbul dalam pengobatan ketika terapis mendorong
pasien untuk mengubah dinamika hubungan patologis (misalnya, mendukung istri
disiksa secara fisik dalam mencari bantuan dari polisi). Pada titik ini, pasien
mungkin menjadi cemas dan tidak mampu bekerja sama dalam terapi, mereka
mungkin merasa terpecah antara sesuai dengan terapis dan kehilangan hubungan
eksternal patologis. Terapis harus menunjukkan rasa hormat besar bagi perasaan
dependen pasien, tidak peduli seberapa patologis perasaan ini mungkin tampak.
B. Farmakoterapi
Farmakoterapi telah digunakan untuk menangani gejala-gejala spesifik, seperti
kecemasan dan depresi, yang merupakan fitur yang berhubungan umum dari
gangguan kepribadian dependen. Pasien yang mengalami serangan panik atau yang
memiliki tingkat kecemasan perpisahan dapat dibantu dengan imipramine
(Tofranil). Benzodiazepin dan agen serotonergik juga telah berguna. Jika depresi
pasien atau gejala penarikan menanggapi psikostimulan, mereka dapat digunakan.

Perjalanan gangguan dan Prognosis

Sedikit yang diketahui tentang perjalanan gangguan kepribadian dependen. Berfungsi


kerja cenderung dirugikan, karena orang-orang dengan gangguan tersebut tidak dapat
bertindak secara independen dan tanpa pengawasan ketat. Hubungan sosial terbatas
pada orang-orang pada siapa mereka dapat bergantung, dan banyak menderita

28
pelecehan fisik atau mental karena mereka tidak dapat menyatakan diri mereka sendiri.
Mereka risiko gangguan depresi besar jika mereka kehilangan orang pada siapa mereka
bergantung, tetapi dengan pengobatan, prognosis menguntungkan.

4.10 GANGGUAN KEPRIBADIAN OBSESIF-KOMPULSIF


Definisi: pola perilaku berupa preokupasi dengan keteraturan, peraturan,
perfeksionisme, kontrol mental dan hubungan interpersonal, dengan
mengenyampingkan: fleksibilitas, keterbukaan, efisiensi, bersifat pervasif, awitan sejak
dewasa muda nyata dalam pelbagai konteks.

Epidemiologi
Prevalensi obsesif-kompulsif gangguan kepribadian tidak diketahui. Hal ini lebih sering
terjadi pada pria dibandingkan pada wanita dan didiagnosis paling sering pada anak
tertua. Gangguan juga terjadi lebih sering pada tingkat pertama keluarga biologis dari
orang-orang dengan gangguan daripada populasi umum. Pasien sering memiliki latar
belakang disiplin yang keras.

Gambaran klinis

Orang dengan gangguan obsesif-kompulsif kepribadian disibukkan dengan


aturan, peraturan, ketertiban, kerapian, rincian, dan pencapaian kesempurnaan. Mereka
bersikeras bahwa aturan harus diikuti secara kaku dan tidak bisa mentolerir apa yang
mereka anggap pelanggaran. Oleh karena itu, mereka kekurangan fleksibilitas dan tidak
toleran. Mereka mampu bekerja lama, asalkan rutin dan tidak memerlukan perubahan
yang mereka tidak dapat beradaptasi.

Orang dengan gangguan obsesif-kompulsif kepribadian memiliki keterampilan


interpersonal yang terbatas. Mereka bersikap formal dan serius dan sering kurang rasa
humor. Mereka mengasingkan orang, tidak mampu untuk berkompromi, dan bersikeras
bahwa orang lain tunduk kepada kebutuhan mereka. Mereka ingin menyenangkan orang
yang mereka lihat sebagai lebih kuat dari mereka, bagaimanapun, dan mereka
melaksanakan keinginan orang-orang ini secara otoriter. Karena mereka takut membuat
kesalahan, mereka ragu-ragu dan memikirkan tentang membuat keputusan. Meskipun
pernikahan yang stabil dan kecukupan pekerjaan umum, orang dengan kepribadian
obsesif-kompulsif memiliki beberapa teman. Apa pun yang mengancam untuk
mengganggu stabilitas atau rutinitas kehidupan mereka dirasakan dapat memicu

29
kecemasan yang dinyatakan terikat dalam ritual yang mereka paksakan pada kehidupan
mereka dan mencoba untuk memaksakannya pada orang lain.

Diagnosa
Dalam wawancara, pasien dengan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif mungkin
memiliki sikap kaku. Afek mereka tidak tumpul atau datar, tetapi dapat digambarkan
sebagai yang terbatas. Mereka kekurangan spontanitas, dan suasana hati mereka
biasanya serius. Pasien tersebut mungkin cemas tentang tidak terkendali dalam
wawancara. Jawaban mereka untuk pertanyaan luar biasa rinci. Mekanisme pertahanan
yang mereka gunakan adalah rasionalisasi, isolasi, intelektualisasi, pembentukan reaksi,
dan kehancuran. Kriteria diagnostik untuk gangguan kepribadian obsesif-kompulsif :

Sebuah pola meresap keasyikan dengan keteraturan, perfeksionisme, dan kontrol mental
dan interpersonal dengan mengorbankan fleksibilitas, keterbukaan, dan efisiensi,
dimulai dengan awal masa dewasa dan hadir dalam berbagai konteks, seperti yang
ditunjukkan oleh empat (atau lebih) berikut :

1. terpaku terhadap rincian, aturan, daftar, urutan, organisasi, atau jadwal


2. menunjukkan perfeksionisme yang mengganggu penyelesaian tugas
3. teliti, berhati-hati berlebihan dan lebih mengutamakan produktivitas sehingga
mengeyampingkan kesenangan dan hubungan interpersonal
4. teliti dan tidak fleksibel tentang hal-hal moral, etika, atau nilai (tidak
diperhitungkan dengan identifikasi budaya atau agama)
5. tidak mampu untuk membuang benda-benda usang atau tidak berharga bahkan
ketika mereka tidak memiliki nilai
6. enggan untuk mendelegasikan tugas atau bekerja dengan orang lain kecuali
mereka tunduk dengan tepatnya atau cara dia melakukan sesuatu
7. mengadopsi gaya belanja kikir baik terhadap diri dan orang lain, uang
dipandang sebagai sesuatu yang harus ditimbun bagi bencana di masa depan
8. menunjukkan kekakuan dan keras kepala

Diagnosa Banding

Ketika obsesi berulang atau dorongan yang hadir, obsesif-kompulsif harus dicatat pada
Axis I. Mungkin perbedaan yang paling sulit adalah antara pasien rawat jalan dengan
beberapa sifat obsesif-kompulsif dan mereka dengan gangguan kepribadian obsesif-
kompulsif. Diagnosis gangguan kepribadian diperuntukkan bagi mereka dengan

30
gangguan signifikan dalam efektivitas mereka pekerjaan atau sosial. Dalam beberapa
kasus, gangguan delusi berdampingan dengan gangguan kepribadian dan harus dicatat.

Pengobatan

A. Psikoterapi
Berbeda pasien dengan gangguan kepribadian lainnya, orang-orang dengan
gangguan kepribadian obsesif-kompulsif sering menyadari penderitaan mereka, dan
mereka mencari pengobatan sendiri. Pengobatan sering berlangsung panjang dan
rumit.
Terapi kelompok dan terapi perilaku kadang-kadang menawarkan keuntungan
tertentu. Dalam kedua konteks, mudah untuk menginterupsi pasien di tengah-tengah
interaksi atau penjelasan maladaptif mereka. Mencegah penyelesaian perilaku
kebiasaan mereka menimbulkan kecemasan pasien dan membuat mereka rentan
terhadap strategi belajar mengatasi yang baru. Pasien juga dapat menerima hadiah
langsung untuk perubahan dalam terapi kelompok, sesuatu yang kurang sering
mungkin dalam psikoterapi individu.
B. Farmakoterapi
Clonazepam (Klonopin), benzodiazepin dengan penggunaan antikonvulsan, telah
mengurangi gejala pada pasien dengan obsesif-kompulsif berat. Clomipramine
(Anafranil) dan agen serotonergik seperti fluoxetine, biasanya pada dosis 60 sampai
80 mg sehari, mungkin berguna jika tanda dan gejala obsesif-kompulsif muncul.
Nefazodone (Serzone) mungkin mendapat manfaat beberapa pasien.

Perjalanan gangguan dan prognosis

Perjalanan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif adalah bervariasi dan tak terduga.


Dari waktu ke waktu, orang dapat mengembangkan obsesi atau dorongan dalam
perjalanan gangguan mereka. Beberapa remaja dengan gangguan kepribadian obsesif-
kompulsif berkembang menjadi orang dewasa yang hangat, terbuka, dan penuh kasih;
pada orang lain, gangguan dapat berupa pertanda skizofrenia pada dekade kemudian
dan diperburuk oleh proses penuaan atau gangguan depresi mayor.

Orang dengan gangguan obsesif-kompulsif kepribadian dapat berkembang dalam


posisi menuntut kerja metodis, deduktif, atau rinci, namun mereka rentan terhadap

31
perubahan yang tak terduga, dan kehidupan pribadi mereka mungkin tetap tidak
bertumbuh. Gangguan depresi, terutama onset terlambat, umum terjadi.

4.11 GANGGUAN KEPRIBADIAN YANG TIDAK DITENTUKAN (Not


otherwise specified)
Dalam DSM-IV, gangguan kepribadian yang tidak ditentukan dibentuk apabila
ada gangguan yang tidak masuk ke salah satu kategori ganguan kepribadian yang telah
dijelaskan di atas. Gangguan kepribadian pasif-agresif dan gangguan kepribadian
depresif sekarang terdaftar sebagai contoh dari gangguan kepribadian tidak ditentukan.
Sebuah spektrum sempit perilaku atau sikap tertentu "seperti oppositionalism, sadisme,
atau masochism" juga dapat diklasifikasikan dalam kategori ini. Seorang pasien dengan
fitur lebih dari satu gangguan kepribadian tetapi tanpa kriteria lengkap dari setiap
gangguan yang dapat diberikan klasifikasi ini.

Kategori ini untuk gangguan fungsi kepribadian yang tidak memenuhi kriteria
untuk gangguan kepribadian tertentu. Sebuah contoh adalah adanya fitur lebih dari satu
gangguan kepribadian tertentu yang tidak memenuhi kriteria penuh untuk gangguan
kepribadian seseorang (mixed personality). Tetapi bersama-sama menyebabkan distress
klinis signifikan atau gangguan dalam satu atau lebih penting area fungsi (misalnya,
sosial atau pekerjaan). Kategori ini juga dapat digunakan ketika hakim dokter bahwa
gangguan kepribadian tertentu yang tidak termasuk dalam klasifikasi yang sesuai.

5. KESIMPULAN
Gangguan kepribadian digambarkan sebagai gangguan berat kepribadian dan
perilaku yang dinilai sebagai suatu bentuk penyimpangan dari pola budaya yang
normal. Pedoman diagnostik gangguan kepribadian termasuk gangguan dengan durasi
yang lama pada beberapa fungsi, bersifat pervasif dan maladaptif, onset pada masa kecil
atau remaja; kelanjutan menjadi dewasa; kepribadian distres yang cukup besar
(meskipun kadang-kadang hanya terlihat pada akhir kursus gangguan itu); dan biasanya
, tetapi tidak selalu, masalah yang signifikan dalam pekerjaan dan dalam perilaku sosial.
Pada seorang individu dengan gangguan kepribadian, terjadi disfungsi dalam hubungan
keluarga, pekerjaan, fungsi sosial. Dapat pula berkaitan dengan tindak kriminal,
penyalahgunaan zat, pembunuhan, bunuh diri, kecelakaan, perceraian, dan lain-lain.
Tatalaksana biasanya sulit karena gangguan ini bersifat pervasif, egosintonik, awitannya
sejak dewasa muda (di atas 17 tahun) dan seringkali individu bangga dengan ciri

32
kepribadiannya. Tatalaksana terdiri dari 2 jenis, yaitu psikoterapi (terapi dengan prinsip
menyadarkan pasien mengenai dampak gangguan kepribadian yang ia derita) dan
psikofarmaka (penggunaan psikotropika yang bersifat pengobatan simptomatis).

6. KEPUSTAKAAN
Mangindaan, Lukas. Ed: Elvira, S. D., & Hadisukanto, G. (2010). Buku Ajar Psikiatri:
Gangguan Kepribadian. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. Hal 329-334.

Nevid, Jeffrey S., Rathus, Spencer A., Grenne Beverly. (2003). Psikologi Abnormal.
Edisi ke-v. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Departemen Kesehatan R.I. (1993). Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan


Jiwa di Indonesia III. Jakarta: Direktorat Jenderal Pelayanan Medik.

Sadock, B. J., & Sadock, V. A. (2007). Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry:
Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition. New York: Lippincott
William&Wilkins.

33

Anda mungkin juga menyukai