PENDAHULUAN
a. Pompa Aksial
Prinsip kerja dari pompa ini adalah berputarnya impeler akan menghisap
fluida yang dipompakan dan menekannya ke sisi tekan dalam arah aksial. Pompa
ini cocok untuk aplikasi yang membutuhkan head rendah dan kapasitas tinggi,
seperti pada sistem pengairan. Contoh pompa aksial terdapat pada gambar 2.3.
Gambar 2.3 Pompa aksial
b. Pompa Sentrifugal
Elemen pokok dari pompa ini adalah sebuah rotor dengan sudu-sudu yang
berputar pada kecepatan tinggi. Fluida yang masuk dipercepat oleh impeler yang
menaikkan tekanan maupun kecepatannya, dan melempar fluida keluar melalui
volute atau rumah siput. Pompa ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan head
medium sampai tinggi dengan kapasitas aliran medium. Dalam aplikasinya, pompa
sentrifugal banyak digunakan untuk proses pengisian air pada ketel dan pompa
rumah tangga. Bagian-bagian dari pompa sentrifugal adalah stuffling box, packing,
shaft, shaft sleeve, vane, casing, eye of impeller, impeller, casing wear ring dan
discharge nozzle.
1. Impeler
Merupakan bagian yang berputar dari pompa dan memberikan daya pada air,
sehingga air akan mendapatkan energi spesifik berupa kecepatan dan tekanan. Di
dalam rumah siput, kecepatan air secara berangsur-angsur diubah menjadi tekanan
statis. Jenis-jenis impeler ditunjukkan pada gambar 2.8. Jenis-jenis impeler yaitu:
Impeler Tertutup
Disebut sebagai impeler tertutup karena baling-baling pada impeler tetutupi oleh
mantel di kedua sisi. Jenis impeler ini banyak digunakan pada pompa air dengan
tujuan mengurung air agar tidak berpindah dari sisi pengiriman ke sisi
penghisapan. Impeler jenis ini memiliki kelemahan pada kesulitan yang akan
didapat jika terdapat rintangan atau sumbatan.
Impeler Terbuka dan Semi Terbuka
Dengan kondisinya yang terbuka atau semi terbuka, maka kemungkinan adanya
sumbatan pun jauh berkurang. Hal ini memungkinkan adanya pemeriksaan impeler
dengan mudah. Namun, jenis impeler ini hanya dapat diatur secara manual untuk
mendapatkan setelan terbaik.
Impeler Pompa Berpusar/Vortex
Pompa yang digunakan untuk memompa bahan-bahan yang lebih padat ataupun
berserabut dari fluida cair, impeler vortex dapat menjadi pilihan yang baik. Pompa
jenis ini 50% kurang efisien dari rancangan konvensionalnya.
(b) (d)
Gambar 2.8 Bantalan praktis untuk pompa (a) rol, (b) horizontal, (c) vertikal dan
(d) kingsbury
6. Selongsong Poros
Berfungsi utuk mencegah kebocoran udara ke dalam pompa bila beroperasi
dengan tinggi isap (suction lift) dan untuk mendistribusikan cairan perapat secara
merata di sekeliling ruang cincin (anular space) antara lubang peti dan permukaan
selongsong poros. Selongsong poros disebut juga sangkar perapat atau cincin
lantern. Skema selongsong poros pompa ditunjukkan oleh gambar 2.11.
𝑚 𝑚𝑣 2
𝑚. 𝑔. 𝑧 + 𝑃. + =𝑐
𝜌 2
Sebagai contoh adalah aliran air di dalam pipa, pada posisi 1 air
mempunyai tekanan P1, luas penampang A1, dan kecepatan v1. Perubahan bentuk
energi akan terjadi bila pada posisi 2 penampangnya diperkecil. Dengan demikian,
kecepatan air akan naik menjadi v2 dan tekanan P2 akan berkurang. Hal ini dapat
terlihat jelas apabila letak pipa dalam keadaan horizontal (z1=z2).
Jadi, persamaan bernoulli dapat dinyatakan sebagai berikut:“pada tiap saat
dan tiap posisi yang ditinjau dari suatu aliran di dalam pipa tanpa gesekan yang
tidak bergerak akan mempunyai jumlah energi ketinggian tempat, tekanan, dan
kecepatan yang sama besarnya”.
𝑚 = 𝜌𝑉
𝑚1 = 𝜌𝑉1
𝑉1 = 𝐴1 𝐿1 = 𝐴1 𝑣1 ∆𝑡
𝑚̇1 = 𝜌 𝐴1 𝑣1
Mengingat bahwa dalam aliran tunak, massa fluida yang masuk sama
dengan massa fluida yang keluar, maka:
𝑚̇1 = 𝑚̇2
𝜌 𝐴1 𝑣1 = 𝜌 𝐴2 𝑣2
𝐴1 𝑣1 = 𝐴2 𝑣2
Keterangan:
𝐴1 =Luas penampang 1
𝐴2 =Luas penampang 2
𝑣1 = Kecepatan aliran fluida pada penampang 1
𝑣2 = Kecepatan aliran fluida pada penampang 2
𝐴𝑣 = Laju aliran volume V/t atau debit
2.3.3 Segitiga Kecepatan
Fluida mengalir kedalam pompa dikarenakan terhisap oleh impeler yang
berputar. Diasumsikan bahwa aliran fluida yang terjadi adalah aliran dua dimensi,
dan bahwa fluida mengikuti sudu-sudu impeler dengan tepat, maka kecepatan
masuk dan keluar untuk suatu impeler yang mempunyai sudu-sudu mengarah ke
belakang ditunjukkan pada gambar 2.12. u adalah kecepatan keliling suatu titik
pada impeler, w adalah kecepatan partikel fluida relatif terhadap impeler, dan c
adalah kecepatan absolut fluida (kecepatan relatif suatu titik pada impeler relatif
terhadap frame yang diam / tanah). c merupakan hasil penjumlahan secara vektor
dari u dan w. Diagram segitiga kecepatan masuk dan keluar impeler dapat dilihat
pada gambar 2.12.
𝟖 𝟏 𝟓
𝑸= . 𝑪𝒆 . (𝟐𝒈)𝟐 . (𝒉𝒆)𝟐
𝟏𝟓
Dimana:
Ce = 0,5765
He = Kh + h
Kh = 0,00085
H = ketinggian ukur air pada V noch
2.4.3 Daya (P)
Daya dibagi menjadi dua macam, yaitu daya poros yang merupakan daya
dari motor listrik, serta daya air yang dihasilkan oleh pompa. Satuan daya adalah
Watt.
𝝆𝑸𝑯
Water Horse Power (WHP) =
𝟏𝟎𝟐
Diaman:
𝜌 = masa jenis air (kg/m3)
𝑭.𝑳 𝟐𝝅𝒏
Motor House Power (MHP) = 𝟏𝟎𝟐 ( 𝟔𝟎 )
Diman:
F = beban timbangan (kg)
L = lengan torsi (m)
N = putaran mesin (rpm)
𝑩𝑯𝑷 = 𝑴𝑯𝑷 − 𝑭𝑯𝑷
Dimana:
FHP = Friction House Power (0,1)
Qtotal= Q 1 + Q2
b. Pompa Tunggal II
Perhituna Kapasitas Pompa Tunggal II
𝟖 𝟏 𝟓
𝑸= . 𝑪𝒆 . (𝟐𝒈)𝟐 . (𝒉𝒆)𝟐
𝟏𝟓
1 5
8 𝑚3
𝑄1 = × 0,5765 × (2 × 9,81)2 × (0,07585)2 = 0,002158
15 𝑠
1 5
8 𝑚3
𝑄2 = × 0,5765 × (2 × 9,81)2 × (0,7885)2 = 0,002378
15 𝑠
1 5
8 𝑚3
𝑄3 = × 0,5765 × (2 × 9,81) × (0,08285) = 0,002691
2 2
15 𝑠
1 5
8 𝑚3
𝑄4 = × 0,5765 × (2 × 9,81)2 × (0,08485)2 = 0,002856
15 𝑠
1 5
8 𝑚3
𝑄5 = . 0.5765 × (2 × 9,81) × (0.08785) = 0.003115
2 2
15 𝑠
0.1214
𝜂1 = × 100% = 25,05%
0,3849
0.2339
𝜂2 = × 100% = 48,24%
0,3849
0,1294
𝜂1 = × 100% = 26,68%
0,3849
0,2363
𝜂2 = × 100% = 48,753
0,3849
0,1443
𝜂1 = × 100% + 29,7%
0,3849
0,2373
𝜂2 = × 100% = 48,94%
0,3849
0,1686
𝜂1 = × 100% = 34,77%
0,3849
0,2407
𝜂2 = × 100% = 49,64%
0,3849
Perhitungan Efisiensi Total
𝑯𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍
𝜼𝒕𝒐𝒕 = × 𝟏𝟎𝟎%
𝑯𝟏 𝑯𝟐
( 𝜼 )+( 𝜼 )
𝟏𝟐,𝟒𝟗𝟗𝟎
𝜼𝒕𝒐𝒕 𝟏 = 𝟏𝟔,𝟖𝟒𝟓𝟓+𝟏𝟔,𝟖𝟓 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟑𝟕, 𝟎𝟗%
𝟏𝟐,𝟑𝟐𝟒𝟎
𝜼𝒕𝒐𝒕 𝟐 = 𝟏𝟔,𝟖𝟏𝟓𝟕+𝟏𝟔,𝟖𝟐 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟑𝟔, 𝟔𝟒%
𝟏𝟏,𝟗𝟕𝟏𝟎
𝜼𝒕𝒐𝒕 𝟑 = 𝟏𝟓,𝟖𝟕𝟒𝟖+𝟏𝟓,𝟖𝟕 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟑𝟕, 𝟕%
𝟏𝟏,𝟒𝟖𝟔𝟐
𝜼𝒕𝒐𝒕 𝟒 = 𝟏𝟒,𝟓𝟗𝟔𝟔+𝟏𝟒,𝟔 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟑𝟗, 𝟑𝟒%
𝟏𝟏,𝟑𝟓𝟗𝟗
𝜼𝒕𝒐𝒕 𝟓 = 𝟏𝟑,𝟒𝟓𝟖𝟎+𝟏𝟑,𝟒𝟔 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟒𝟐, 𝟐%
0.2332
𝜂1 = × 100% = 43,29%
0,4387
0.2393
𝜂2 = × 100% = 44,42%
0,4387
0,2539
𝜂1 = × 100% = 42,84%
0,429
0,2506
𝜂2 = × 100% = 42,28%
0,429
0,2772
𝜂1 = × 100% + 46,77%
0,429
0,2394
𝜂2 = × 100% = 38,70%
0,429
0,2805
𝜂1 = 0,429
× 100% = 47,34%
0,2034
𝜂2 = × 100% = 34,31%
0,429
Perhitungan Efisiensi Total
𝑯𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍
𝜼𝒕𝒐𝒕 = × 𝟏𝟎𝟎%
𝑯𝟏 𝑯𝟐
( 𝜼 )+( 𝜼 )
𝟎,𝟎𝟎𝟓𝟗
𝜼𝒕𝒐𝒕 𝟏 = 𝟎,𝟎𝟎𝟕𝟏+𝟎,𝟎𝟎𝟔𝟔 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟒𝟑%
𝟎,𝟎𝟎𝟔𝟐
𝜼𝒕𝒐𝒕 𝟐 = 𝟎,𝟎𝟎𝟕𝟐+𝟎,𝟎𝟎𝟕𝟎 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟒𝟑, 𝟖𝟓%
𝟎,𝟎𝟎𝟔𝟖
𝜼𝒕𝒐𝒕 𝟑 = 𝟎,𝟎𝟎𝟕𝟗+𝟎,𝟎𝟎𝟖𝟎 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟒𝟐, 𝟓𝟔%
𝟎,𝟎𝟎𝟕𝟎
𝜼𝒕𝒐𝒕 𝟒 = 𝟎,𝟎𝟎𝟕𝟒+𝟎,𝟎𝟎𝟗𝟎 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟒𝟐,35%
𝟎,𝟎𝟎𝟕𝟐
𝜼𝒕𝒐𝒕 𝟓 = 𝟎,𝟎𝟎𝟕𝟔+𝟎,𝟎𝟏𝟎𝟒 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟑𝟗, 𝟕𝟖%
0,2464
𝜂2 = × 100% = 49,14%
0,4015
0,2443
𝜂1 = × 100% = 44,08%
0,4541
0,2515
𝜂2 = × 100% = 45,38%
0,4541
0,2489
𝜂1 = × 100% = 38,82%
0,4413
10,2679
𝜂2 = × 100% = 41,78%
0,4413
Perhitungan Efisiensi Total
𝑯𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍
𝜼𝒕𝒐𝒕 = × 𝟏𝟎𝟎%
𝑯𝟏 𝑯𝟐
( 𝜼 )+( 𝜼 )
𝟏𝟒,𝟏𝟕𝟏𝟎
𝜼𝒕𝒐𝒕 𝟏 = 𝟏𝟐,𝟑𝟒𝟕𝟏+𝟏𝟐,𝟑𝟒𝟕𝟏 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟓𝟕, 𝟑𝟗%
𝟏𝟒,𝟎𝟒𝟏𝟓
𝜼𝒕𝒐𝒕 𝟐 = 𝟏𝟑,𝟏𝟎𝟎𝟔+𝟏𝟑,𝟏𝟎𝟎𝟔 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟓𝟑, 𝟓𝟗%
𝟏𝟑,𝟗𝟑𝟕𝟑
𝜼𝒕𝒐𝒕 𝟑 = 𝟏𝟒,𝟔𝟗𝟏𝟎+𝟏𝟒,𝟔𝟗𝟏𝟎 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟒𝟕, 𝟒𝟑%
𝟏𝟑,𝟕𝟓𝟗𝟗
𝜼𝒕𝒐𝒕 𝟒 = 𝟏𝟓,𝟑𝟖𝟎𝟓+𝟏𝟓,𝟑𝟖𝟎𝟓 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟒𝟒, 𝟕𝟑%
𝟏𝟑,𝟔𝟏𝟏𝟑
𝜼𝒕𝒐𝒕 𝟓 = 𝟏𝟔,𝟖𝟖𝟕𝟒+𝟏𝟔,𝟖𝟖𝟕𝟒 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟒𝟎, 𝟑%
0,3129
𝜂2 = × 100% = 55,82%
0,4605
0,2082
𝜂1 = × 100% = 32,21
0,5465
0,3079
𝜂2 = × 100% = 47,63%
0,5465
0,183
𝜂1 = × 100% = 24,81
0,6375
10,3113
𝜂2 = × 100% = 42,21%
0,6375
Perhitungan Efisiensi Total
𝐻𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝜂𝑡𝑜𝑡 = × 100%
𝐻1 𝐻2
( 𝜂 )+( 𝜂 )
0,0084
𝜂𝑡𝑜𝑡 1 = 0,0068+0,0057 × 100% = 66,42%
0,0088
𝜂𝑡𝑜𝑡 2 = 0,0085+0,0066 × 100% = 58,47%
0,0090
𝜂𝑡𝑜𝑡 3 = 0,0110+0,0081 × 100% = 47,17%
0,0092
𝜂𝑡𝑜𝑡 4 = 0,0143+0,0097 × 100% = 38,43%
0,0097
𝜂𝑡𝑜𝑡 5 = 0,0195+0,0115 × 100% = 51,25%
2. Pompa Tunggal II
Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Pompa Tunggal II Variabel Load
Kapasitas Head WHP BHP Effisiensi
No 3/
(m s) (mka) (KW) (KW) (%)
1 0.002158 6.0448 0.1279 0.357917 35.73
2 0.002378 5.9614 0.1390 0.384853 36.11
3 0.002691 5.4471 0.1437 0.384853 37.34
4 0.002856 5.3544 0.1499 0.384853 38.96
5 0.003115 5.3355 0.1630 0.384853 42.34
0.001
y = -0.0072x + 0.0354
0 R² = 0.9323
4.5800 4.6000 4.6200 4.6400 4.6600 4.6800 4.7000
H
Q
0.001
0
0.0000 0.0200 0.0400 0.0600 0.0800 0.1000 0.1200 0.1400
WHP
R² = 0.9529
0.001
0.0005
0
25 26 27 28 29 30 31
Effisiensi
y = -0.001x + 0.0085
0.001
R² = 0.892
0
5.2000 5.4000 5.6000 5.8000 6.0000 6.2000
H
0.001
0
0.0000 0.0500 0.1000 0.1500 0.2000
WHP
Q
y = 0.0001x - 0.0024
0.001 R² = 0.8795
0
34 36 38 40 42 44
Effisiensi
y = -0.0007x + 0.0115
0.001 R² = 0.9564
0
11.2 11.4 11.6 11.8 12 12.2 12.4 12.6
H
0.002
q
0.001
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2
WHP
Gambar 4.8 Grafik Hubungan Q dan WHP Pada Pompa Ganda Seri
Grafik Hubungan Q dan Effisiensi
0.004
Q 0.001
0
36 37 38 39 40 41 42 43
Effisiensi
Gambar 4.9 Grafik Hubungan Q dan Effisiensi Pada Pompa Ganda Seri
4. Pompa Ganda Paralel
0.003
R² = 0.746
0.001
0
13.5 14 14.5 15 15.5 16 16.5
H
0.001
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3
WGP
Gambar 4.11 Grafik Hubungan Q Dan WHP Pada Pompa Ganda Paralel
Grafik Hubungan Q dan Effisiensi
45
44
Effisiensi
43
42 y = -3741.8x + 54.827
41 R² = 0.3449
40
39
0 0.0005 0.001 0.0015 0.002 0.0025 0.003 0.0035 0.004
Q
Gambar 4.12 Grafik Hubungan Q dan Effisiensi pada Pompa Ganda Paralel
b. Pompa Variabel Speed
1. Pompa Tungga I
2200
2100
2000
4.2000 4.4000 4.6000 4.8000 5.0000 5.2000
H
y = 20156x - 54.948
2200
R² = 0.9828
2100
2000
0.1050 0.1100 0.1150 0.1200 0.1250 0.1300
WHP
2200
2000
5.6 5.8 6 6.2 6.4 6.6 6.8 7
H
2200
2100
2000
0.185 0.19 0.195 0.2 0.205 0.21 0.215 0.22 0.225
WHP
2200
2000
13.5 13.6 13.7 13.8 13.9 14 14.1 14.2
H
2200
2100
2000
0.2 0.21 0.22 0.23 0.24 0.25 0.26
WHP
Gambar 4.21 Grafik Hubungan n dan Effisiensi Pada Pompa Ganda Seri
4. Pompa Ganda Paralel
2200
2000
0 4 8 12 16
H
0.2
WHP
y = 0.0002x - 0.2234
0.1 R² = 0.9852
0
2000 2100 2200 2300 2400 2500 2600
n
Gambar 4.23 Grafik Hubungan n dan WHP pada Pompa Ganda Paralel
Grafik Hubungan n dan Effisiensi
2600
Axis Title
2400
Gambar 4.24 Grafik Hubungan n dan Effisiensi Pada Pompa Ganda Paralel
4.3.3 Analisa Grafik Hubungan Paramer
Dari grafik diatas dapat diamati bawasanya semakin meningkat putaran
pompa , nilai kapasitas pada pompa akan ikut naik, hal itu menyebabkan nilai Head
pada pompa turun karena Head merupakan fungsi terbalik dari kapasitas. Hal
tersebut terjadi pada semua percobaan. Pada pompa seri terjadi peningkatan Head
dibandingkan dengan pompa parallel, tetapi kapsitas kecil, sedangkan pada pompa
parallel nilai kapasitas lebih besar, dan nilai Head kecil dibandingkan pompa
parallel, hal itu sesuai dengan grafik operasi pada pompa susun ganda.
BAB V
KEDIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum diatas dapat diambil kesimbulan:
1. Apabila kapasitas pompa besar maka diperoleh nilai Head yang kecil
2. Semakin cepat putan poros maka kapasitas pompa akan mengalami
peningkatan, hal tersebut sesuai, karena kecepatan berbanding urus dengan
debit atau kapsitas pompa. Tetapi nilai hHead akan menurun
3. Pompa dengan susunan parallel akan memiliki kapasitas yang nesar
dibandingkan dengan pompa seri, akan tetapi Head akan kecil, dan sebaliknya
pada pompa parallel
4. Efisiensi pada pompa dengan variable load akan mengalami kenaikan
sedangkan sebaliknya pada variable kecepatan
5. Efisiensi pompa susuna parallel ternyata lebih kecil dari dibandingkan dengan
pompa seri.
5.2 Saran
Seharusnya perawatan peralatan praktikum lebih diperhatikan lagi supaya kita bisa
melaksanakan praktikum yang sebenarnya tidak hanya mendapat data, sehingga kta
bisa memahami langsyung fenomena fenomena pompa sentrifugal.