PENDAHULUAN
3.1 Kesimpulan
1. Pengendalian hayati pada budidaya udang windu merupakan salah satu cara
penanggulangan penyakit yang perlu dikembangkan untuk menciptakan
sistem akuakulur yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, serta dapat
mengurangi penggunaan antibiotik
2. Pengembangan bakteri antagonis sebagai
langkah keamanan hayati dilakukan melalui tahap seleksi bakteri antagonis
nonpatogen, pengujian efektivitas dan uji lapang, serta komersialisasi agen
pengendali hayati.
3. Pemanfaatan bakteri antagonis sebagai agen pengendalian hayati akan
semakin penting, yaitu guna mempersiapkan sistem akuakultur organik
sehingga aplikasi bakteri antagonis pada budidaya udang windu dapat
dijadikan sebagai dasar budidaya udang organik Indonesia.
3.2 Saran
1. Beberapa jenis bakteri antagonis telah diketahui, namun bakteri antagonis
tersebut bersifat spesifik di setiap daerah. Oleh karena itu, perlu dilakukan
inventarisasi potensi agar bakteri antagonis dapat dimanfaatkan optimal.
2. Perlunya kerjasama terpadu antara berbagai pihak, pemerintah, perguruan
tinggi, dan pengusaha untuk memajukan budidaya udang windu Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Breed, R.S., E.G.D. Murray and A.P. Hitchens. 1948. Bergey’s Manual of
Determinative Bacteriology. 6 th ed. Baltimore: Wevereley Press.
FAO. 1988 Guidelines for the Registration of Biological Pest Control Agents.
Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome. 7 pp.
FAO. 1997. Code of Conduct For The Import And Release of Exotic Biological
Control Agents. Biocontrol News and Information 18(4): 119N-124N.
Fegan, D.F. and H.C. Clifford III. 2001. Health Management for Viral Diseases in
Shrimp Farms. In C.L. Browdy and D.E. Jory, editors. The New Wave,
Proceedings of the Special Seassion on Sustainable Shrimp Culture.
Aquaculture 2001. The World Aquaculture Society, Baton Rouge, Lousiana,
USA.
Gultom, D.M. 2003. Patogenisitas Bakteri Vibrio Harveyii Pada Larva Udang
Windu (Penaeus monodon Fabr.). Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Haris, E. 2007. Terobosan Baru dalam Produksi Udang yang Berkelanjutan dan
Aman. Makalah Presentasi Konferensi Aquaculture Indonesia. Surabaya, 5-7
Juni 2007. Masy. Akuakultur Indonesia. 7 hal.
Holt, J.G., N.R. Krieg, P.H.A. Sneath, J.T. Stanley, and S.T. Williams. 1994.
Bergey's Manual of Determinative Bacteriology. Ninth Edition_ Williams and
Wilkins, Balmore, Maryland, USA. 373.
Lightner, D.V. 2003. Exclusion of Specific Pathogens for Disease Control in a Penaid
Shrimp Biosecurity Program. In C.S. Lee and P.J. O’Bryen, editors. Biosecurity in
Aquaculture Production Systems; Exclusion of Pathogens and Other
Undesirables. The World Aquaculture Society, Baton Rouge, Lousiana, USA.
Muliani. 2002. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Asal Laut Sulawesi untuk
Biokontrol Penyakit Vibriosis pada Udang Windu. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
Prayitno, S.B. 1994. Studies of Bacteria Causing Prawn Disease in Indonesia with
Special Emphasis on Luminous Bacterial Disease. Bangor: School of Ocean
Science. University of North Wales.
Rahmatun, S. dan Ahmad Mujiman. 1989. Budidaya Udang Windu. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Roza, D. dan Zafran. 1998. Pengendalian Vibrio harveyi Secara Biologis pada
Larva Udang Windu (Penaeus monodon): Aplikasi Bakteri Penghambat. J.
Penelitian Perikanan Indonesia: 4 (2) : 24-30.
Roza, D. dan F. Johnny. 1999. Pengendalian Vibrio harveyi pads Larva Kepiting
Bakau (Scyila serrata Forsskal) Melalui Disinfeksi Induk Selama Fengeraman
Telur. J. Penelitian Perikanan Indonesia: 5 (2) : 28-34.
Suprapto, H. 2005. Studi Pendahuluan Bacillus sp. sebagai Probiotik untuk Mengurangi
Jumlah Bakteri Vibrio sp. pada Hepatopangkreas dan Air Pemeliharaan. Jurnal
Perikanan: Vol. VII (1): 54-59.
Tangko, A.M., A. Mansyur, dan Reski. 2007. Penggunaan Probiotik pada Pakan
Pembesaran Bandeng dalam Keramba Jaring Apung di Laut. J. Riset Akuakultur:
2: 33-40.
Tepu, I. 2006. Seleksi Bakteri Probiotik untuk Biokontrol Vibriosis pada Larva Udang
Windu Penaeus monodon Menggunakan Cara Kultur Bersama. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
Wyban, J.A., dan Sweeney, J.N., 1991. Intensive Shrimp Production Technology.
Hawai: The Oceanic Institute.
TUGAS INDIVIDU
MANAJEMEN AQUAKULTUR PAYAU
ISWANDI
L221 16 304