Contoh Rencana Program Audit Internal Puskesmas Tahunan
Contoh Rencana Program Audit Internal Puskesmas Tahunan
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa bahwa Direktorat
Pembinaan SMP, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan telah berhasil menyusun Panduan Pelaksanaan
Bimbingan Teknis dan Pendampingan Implementasi Kurikulum Jenjang SMP Tahun
2017. Kegiatan Bimbingan Teknis dan Pendampingan Implementasi Kurikulum di
SMP merupakan salah satu bentuk dukungan Direktorat Pembinaan SMP
(Pemerintah) untuk SMP dalam mempersiapkan dan melaksanakan Kurikulum.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................... 1
A. Latar Belakang....................................................................................................... 1
B. Landasan Hukum................................................................................................ 2
C. Tujuan Panduan................................................................................................... 4
D. Sasaran Panduan.................................................................................................. 4
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
penyelenggaraan pelatihan dan pendampingan tersebut dapat menjalankan
peran/tugasnya dengan baik, perlu dibuat panduan pelaksanaan pelatihan dan
pendampingan pelaksanaan K13 di SMP. Panduan tersebut antara lain
mengatur ketentuan mengenai tujuan, sasaran/peserta, struktur program,
materi, strategi, pendanaan, pengelolaan, dan pelaporan pelaksanaan pelatihan
dan pendampingan.
B. LANDASAN HUKUM
2
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik IndonesiaNomor
58 Tahun 2014TentangKurikulum 2013 SMP/MTs;
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik IndonesiaNomor
61 Tahun 2014TentangKurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah;
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
IndonesiaNomor62 Tahun 2014TentangKegiatan Ekstrakurikulerpada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah;
11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik IndonesiaNomor
63 Tahun 2014TentangPendidikan Kepramukaan Sebagai Kegiatan
Ekstrakurikuler Wajib pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah;
12. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik IndonesiaNomor
79 Tahun 2014 tentang Mutan Lokal Kurikulum 2013;
13. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah;
14. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
105 Tahun 2014 tentang Pendampingan Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah;
15. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
Standar Sarana dan Prasarana Sekolah/Madrasah Pendidikan Umum;
16. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 129a/U/2004 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan;
17. Peraturan Bersama Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Direktur
Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 5496/C/KR/2014 dan Nomor 7915/D/KP/2014 Tentang Petunjuk
Teknis Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013 pada
Sekolah Jenjang Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah;
18. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 23
Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti;
3
19. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 21
Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.
20. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan.
C. TUJUAN PANDUAN
D. SASARAN PANDUAN
4
BAB II
5
b. Berdasarkan kebutuhan, yaitu materi pelatihan adalah butir-butir yang
relevan dan masih belum dikuasai dan/atau memerlukan penguatan;
c. Integral, yaitu materi dan aktivitas pelatihan memfasilitasi peserta
memperoleh kesatuan kompetensi utuh yang diperlukan dalam
mengimplementasikan K13;
d. Kolegial, yaitu hubungan kesejawatan antara instruktur dan peserta
pelatihan; dan
e. Berkelanjutan, yaitu bahwa pelatihan pelaksanaan kurikulum dilanjutkan
oleh guru/sekolah sendiri dan/atau melalui MGMP, MGBK, MKKS, dan
forum lainnya yang relevan.
6
BIMBINGAN TEKNIS DIREKTORAT
PEMBINAAN
FASILITATOR KURIKULUM SMP
SMP
BIMBINGAN TEKNIS
LPMP
INSTRUKTUR KURIKULUM SMP
KABUPATEN/KOTA
PENDAMPINGAN KURIKULUM
DI SEKOLAH SASARAN
7
B. DURASI, STRUKTUR PROGRAM DAN MATERI BIMBINGAN TEKNIS
2. Struktur program
Struktur program Bimbingan Teknis dikelompokkan menjadi 3 (tiga) bagian,
yaitu materi umum, materi pokok, dan materi penunjang. Materi umum
diberikan kepada semua peserta dengan isi dan metode yang sama dalam
sidang/sesi pleno, materi pokok diberikan kepada kelompok-kelompok guru
mata pelajaran dengan materi sesuai kebutuhan mata pelajaran masing-
masing, dan materi penunjang merupakan pelengkap penyelenggaraan
pelatihan. Tabel berikut menyajikan struktur program Bimbingan Teknis
tersebut.
8
Tabel 1: Struktur Program
Bimbingan Teknis Fasilitator Kurikulum SMP
4 hari, 30 JP (@ 60 menit)
Alokasi Waktu
No. Materi
(JP @ 60 Menit)
A. Materi Umum (4 JP)
1. Kebijakan dan Dinamika Perkembangan 1
Kurikulum
2. Penguatan Pendidikan Karakter 1
3. Penerapan Literasi dalam Pembelajaran 1
4. Penyelenggaraan Bimbingan Teknis dan 1
Pendampingan
B. Materi Pokok (24 JP)
1. Kompetensi, Materi, Pembelajaran, dan Penilaian 1
9
Tabel 2 : Struktur Program
Bimbingan Teknis Instruktur Kurikulum 2013 Tingkat SMP
4 hari, 30 JP (@ 60 menit)
Alokasi Waktu
No. Materi
(JP @ 60 Menit)
A. Materi Umum (4 JP)
1. Kebijakan dan Dinamika Perkembangan 1
Kurikulum
2. Penguatan Pendidikan Karakter 1
3. Penerapan Literasi dalam Pembelajaran 1
4. Penyelenggaraan Pelatihan dan Pendampingan 1
B. Materi Pokok (24 JP)
1. Kompetensi, Materi, Pembelajaran, dan Penilaian 1
10
Tabel 3 : Struktur Program
Bimbingan Teknis Instruktur Kurikulum SMP Kabupaten/Kota
4 hari, 30 JP (@ 60 menit)
Alokasi Waktu
No. Materi
(JP @ 60 Menit)
A. Materi Umum (4 JP)
1. Kebijakan dan Dinamika Perkembangan Kurikulum 1
2. Penguatan Pendidikan Karakter 1
3. Penerapan Literasi dalam Pembelajaran 1
4. Penyelenggaraan Bimbingan Teknis dan 1
Pendampingan
TOTAL JAM 30
11
Tabel 4 : Struktur Program
Bimbingan Teknis Kurikulum SMP Guru Sasaran
6 hari, 39 JP (@60 menit)
Alokasi Waktu
No. Materi
(JP @ 60 Menit)
A. Materi Umum (7 JP)
1. Kebijakan dan Dinamika Perkembangan Kurikulum 2
2. Penguatan Pendidikan Karakter 2
3. Penerapan Literasi dalam Pembelajaran 2
4. Penyelenggaraan Bimbingan Teknis dan 1
Pendampingan
B. Materi Pokok (28 JP)
1. Kompetensi, Materi, Pembelajaran, dan Penilaian 2
12
3. Materi Bimtek
Untuk menjamin mutu pelaksanaan bimbingan teknis di setiap tingkat, telah
disusun silabus dan materi untuk setiap mata latih. Setiap materi mata latih
berisi rumusan tujuan, uraian materi, skenario/aktivitas bimbingan teknis
yang dilengkapi dengan LK, dan teknik penilaian kinerja peserta bimbingan
teknis.
13
b. Peserta
1) Jumlah dan unsur peserta
Peserta Bimbingan Teknis Fasilitator Kurikulum SMP adalah para
Instruktur Nasional (IN). Jumlah peserta Bimbingan Teknis Fasilitator
Kurikulum SMP adalah 88 orang yang terdiri unsur-unsur berikut:
a) Tim Pengembang Kurikulum (Penulis KI dan KD, Penulis Buku Mata
Pelajaran, Penulis Pedoman Penilaian);
b) Praktisi Pendidikan (Guru, Kepala Sekolah, Pengawas);
c) Akademisi ;
d) Manajemen (Direktorat, Puskurbuk, Puspendik, Dinas Pendidikan,
dan LPMP) serta unsur yang berasal dari Mitra Internasional; dan
2) Kriteria
Kriteria peserta Bimbingan Teknis Fasilitator Kurikulum adalah:
a) Telah mengikuti pelatihan pelaksanaan Kurikulum 2013;
b) Pendidikan sekurang-kurangnya S1/D4 di bidang pendidikan –
diutamakan S2 atau S3;
c) Telah mengajar sekurang-kurangnya 10 tahun;
d) Diutamakan memiliki prestasi akademik pada tingkat kabupaten/kota
atau lebih tinggi;
e) Diutamakan telah memiliki pengalaman sebagai
narasumber/pendamping/fasilitator pelaksanaan K13;
f) Bersedia melaksanakan bimbingan teknis dengan prosedur dan
mekanisme yang ditetapkan Direktorat Pembinaan SMP;
g) Berkepribadian baik; dan
h) Diijinkan oleh atasan yang berwenang.
14
d. Narasumber
Narasumber Bimbingan Teknis Fasilitator Kurikulum SMP adalah para
pejabat dan staf Direktorat PSMP, Puspendik, dan Puskurbuk, dan para
Narasumber Kurikulum Nasional yang terdiri atas unsur dosen, guru, kepala
sekolah dan pengawas.
e. Pelaksana
Bimbingan Teknis Fasilitator Kurikulum SMP dilaksanakan oleh Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Pertama, Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Biaya
kegiatan ini berasal dari Pemerintah Pusat (APBN) melalui Kegiatan
Pembelajaran Tahun Anggaran 2017.
15
8) mampu melatih pelaksanaan penilaian dan mengelola hasil penilaian
sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
9) mampu melatih penyelenggaraan bimbingan teknis yang terdiri atas
persiapan, pelaksanaan, evaluasi, dan pelaporan; dan
10) mampu melatih penyelenggaraan pendampingan yang terdiri atas
persiapan, pelaksanaan, evaluasi, dan pelaporan.
b. Peserta
1) Jumlah dan unsur peserta
Peserta Bimbingan Teknis Instruktur Kurikulum SMP merupakan
gabungan dari Instruktur Nasional (IN) dan Instruktur Provinsi (IP)
yang pada tahun 2016 sudah dinyatakan lulus. Secara keseluruhan
jumlah peserta Bimbingan Teknis Instruktur Kurikulum adalah 814
orang dengan latar belakang mata pelajaran Bahasa Indonesia, PPKn,
Matematika, IPA, Bahasa Inggris, IPS, Seni Budaya, PJOK, Prakarya,
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, Pendidikan Agama Kristen
dan Budi Pekerti, Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti,
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti, Pendidikan Agama Buddha
dan Budi Pekerti, Pendidikan Agama Konghucu dan Budi Pekerti.
2) Kriteria
Kriteria peserta Bimbingan Teknis Instruktur Kurikulum adalah:
a) Telah mengikuti pelatihan pelaksanaan Kurikulum 2013;
b) Pendidikan sekurang-kurangnya S1/D4 di bidang pendidikan –
diutamakan S2 atau S3;
c) Telah mengajar sekurang-kurangnya 10 tahun;
d) Diutamakan memiliki prestasi akademik pada tingkat
kabupaten/kota atau lebih tinggi;
e) Diutamakan telah memiliki pengalaman sebagai
narasumber/pendamping/fasilitator pelaksanaan K13;
16
f) Bersedia melaksanakan bimbingan teknis dengan prosedur dan
mekanisme yang ditetapkan Direktorat Pembinaan SMP;
g) Berkepribadian baik; dan
h) Diijinkan oleh atasan yang berwenang.
4) Narasumber
Narasumber Bimbingan Teknis Instruktur Kurikulum SMP adalah para
pejabat dan staf Direktorat PSMP, Puspendik, dan Puskurbuk, dan para
fasilitator Kurikulum SMP yang terdiri atas unsur dosen, guru, kepala
sekolah dan pengawas.
5) Pelaksana
Bimbingan Teknis Instruktur Kurikulum SMP dilaksanakan oleh
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama, Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Biaya kegiatan ini berasal dari Pemerintah Pusat (APBN)
melalui Kegiatan Pembelajaran Tahun Anggaran 2017.
17
5) mampu melaksanakan pembelajaran antara lain dengan pendekatan
saintifik, problem-based learning, project-based learning, dan discovery learning
dengan integrasi penumbuhan budi pekerti;
6) mampu melatih pelaksanaan pembelajaran antara lain dengan pendekatan
saintifik, problem-based learning, project-based learning, dan discovery learning
dengan integrasi penumbuhan budi pekerti
7) mampu melaksanakan penilaian dan mengelola hasil penilaian sikap,
pengetahuan, dan keterampilan;
8) mampu melatih pelaksanaan penilaian dan mengelola hasil penilaian
sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
9) mampu melatih penyelenggaraan bimbingan teknis yang terdiri atas
persiapan, pelaksanaan, evaluasi, dan pelaporan;
10) mampu melatih penyelenggaraan pendampingan In yang terdiri atas
persiapan, pelaksanaan, evaluasi, dan pelaporan; dan
11) mampu melatih penyelenggaraan pendampingan On yang terdiri atas
persiapan, pelaksanaan, evaluasi, dan pelaporan.
b. Peserta
1) Jumlah dan unsur
Jumlah peserta Bimbingan Teknis Instruktur Kurikulum SMP
Kabupaten/Kota seluruh Indonesia adalah 17.520 orang (1.168 tim
Instruktur Kabupaten/Kota @ 15 orang). Satu tim Instruktur
Kabupaten/Kota terdidi atas unsur guru, kepala sekolah dan/atau
pengawas dengan latar belakang mata pelajaran Bahasa Indonesia, PPKn,
Matematika, IPA, Bahasa Inggris, IPS, Seni Budaya, Penjasorkes, Prakarya,
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, Pendidikan Agama Kristen
dan Budi Pekerti, Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti,
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti, Pendidikan Agama Buddha
dan Budi Pekerti, Pendidikan Agama Konghucu dan Budi Pekerti @ satu
orang.
18
Peserta Bimbingan Teknis dari masing-masing Kabupaten/Kota adalah 1
(satu) hingga 3 (tiga) tim Instruktur Kab/Kota, proporsional dengan
jumlah sekolah yang telah mengimplementasikan K13.
2) Kriteria
Kriteria peserta Bimbingan Teknis Instruktur Kurikulum SMP
Kabupaten/Kota adalah guru, kepala sekolah, dan pengawas dengan
kriteria:
a) Telah mengikuti pelatihan pelaksanaan Kurikulum 2013;
b) Pendidikan sekurang-kurangnya S1/D4 di bidang pendidikan –
diutamakan S2 atau S3;
c) Telah mengajar sekurang-kurangnya 10 tahun;
d) Diutamakan memiliki prestasi akademik pada tingkat kabupaten/kota
atau lebih tinggi;
e) Diutamakan telah memiliki pengalaman sebagai
narasumber/pendamping/fasilitator pelaksanaan K13;
f) Berasal dari sekolah yang telah mengimplementasikan K13;
g) Bersedia melaksanakan pelatihan dengan prosedur dan mekanisme
yang ditetapkan Direktorat Pembinaan SMP;
h) Berkepribadian baik; dan
19
i) Diijinkan oleh atasan yang berwenang.
d. Narasumber
Narasumber Bimbingan Teknis Instruktur Kurikulum SMP Kabupaten/Kota
adalah Instruktur Kurikulum yang sudah mengikuti penyegaran dalam
kegiatan Bimbingan Teknis Instruktur Kurikulum.
e. Pelaksana
Bimbingan Teknis Instruktur Kurikulum SMP Kabupaten/Kota dilaksanakan
oleh LPMP. Biaya kegiatan ini berasal dari DIPA LPMP tahun anggaran 2017.
20
7) menyelenggarakan pendampingan On yang terdiri atas persiapan,
pelaksanaan, evaluasi, dan pelaporan.
c. Peserta
1) Guru sasaran
Peserta Bimbingan Teknis Kurikulum SMP Guru Sasaran adalah guru-
guru di sekolah sasaran pelaksana Kurikulum 2013 tahun 2017 berjumlah
13.731 sekolah di seluruh Indonesia.
2) Peserta dari setiap sekolah
a) Jumlah
Jumlah peserta dari setiap sekolah adalah 11 orang yang terdiri dari
guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, PPKn, Matematika, IPA, Bahasa
Inggris, IPS, Seni Budaya, Penjasorkes, Prakarya, Pendidikan Agama
Islam dan Budi Pekerti (@ 1 orang) dan 1 (satu) orang guru Pendidikan
Agama Kristen dan Budi Pekerti, Pendidikan Agama Katolik dan Budi
Pekerti, Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti, Pendidikan
Agama Buddha dan Budi Pekerti, atau Pendidikan Agama Konghucu
dan Budi Pekerti. Guru Pendidikan Agama dan Budi Pekerti selain
Islam yang dikirim adalah salah satu Pendidikan Agama yang peserta
didiknya paling banyak di sekolah sasaran yang bersangkutan.
b) Kriteria
Peserta bimbingan teknis dari masing-masing sekolah sasaran dipilih
dengan ketentuan berikut:
1) Guru mata pelajaran yang mengajar kelas VII;
2) Kepala sekolah yang sekaligus mewakili guru mata pelajaran yang
diampunya;
21
3) Pendidikan sekurang-kurangnya S1/D4 di bidang pendidikan;
4) Dapat menggunakan komputer (laptop) terutama Word, PPt, dan
internet;
5) Diutamakan PNS;
6) Berkepribadian baik;
7) Sehat; dan
8) Diijinkan oleh atasan yang berwenang.
e. Narasumber
Narasumber Bimbingan Teknis Kurikulum SMP Guru Sasaran adalah
Instruktur Kabupaten/Kota (IK) yang telah mengikuti penyegaran pada
Bimbingan Teknis Instruktur Kabupaten/Kota. Instruktur Kurikulum tingkat
pusat juga dapat berkontribusi menjadi narasumber pada kegiatan ini.
f. Pelaksana
D. Pendanaan
Biaya yang diperlukan untuk Bimbingan Teknis Instruktur Kurikulum
bersumber dari APBN Pusat melalui DIPA Kegiatan Pembelajaran, Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Pertama Tahun Anggaran 2017. Biaya Bimbingan
22
Teknis Instruktur Kabupaten/Kota dan pelatihan Guru Sasaran berasal dari
DIPA LPMP Tahun Anggaran 2017.
23
e. Menyiapkan dan menandatangani Surat Perjanjian Pemberian Bantuan
Pemerintah bersama-sama dengan sekolah induk klaster atau sasaran
pelaksana kurikulum;
f. Menyalurkan Bantuan Pemerintah kepada sekolah induk atau sasaran
pelaksana kurikulum tahun 2017 setelah persyaratan dipenuhi;
g. Melakukan koordinasi pelaksanaan bimbingan teknis dengan Direktorat
Pembinaan SMP dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota; dan
h. Melaporkan pelaksanaan bimbingan teknis dan pendampingan
kurikulum.
3. Kabupaten/Kota
a. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota melakukan tugas-tugas koordinasi
sesuai dengan kewenangannya;
b. Mengusulkan sekolah-sekolah pelaksana K13 tahun 2016 kepada
Direktorat Pembinaan SMP melalui LPMP;
c. Mengajukan sekolah-sekolah yang diusulkan sebagai sekolah induk dan
imbas kepada LPMP; dan
d. Melakukan penjaminan kualitas pelaksanaan pendampingan kurikulum.
1. Monitoring
a. Tujuan
Tujuan monitoring adalah untuk:
1) mengetahui apakah Bimbingan Teknis yang dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan; dan
2) membantu memecahkan masalah/hambatan pelaksanaan Bimbingan
Teknis (bila ada).
b. Cakupan/aspek
Monitoring dilakukan untuk semua tingkatan bimbingan teknis dengan
cakupan/aspek monitoring minimal meliputi:
24
1) materi bimbingan teknis;
2) metode/aktivitas bimbingan teknis;
3) waktu pelaksanaan dan durasi bimbingan teknis ;
4) instruktur;
5) peserta;
6) pendanaan;
7) akomodasi dan konsumsi; dan
8) manajemen.
d. Pelaksana
Pelaksana monitoring adalah:
1) Direktorat Pembinaan SMP untuk monitoring pelaksanaan Bimbingan
Teknis Fasilitator, Bimbingan Teknis Kurikulum, Bimbingan Teknis
Instruktur Kabupaten/Kota, dan Bimbingan Teknis Guru sasaran.
2) LPMP untuk monitoring pelaksanaan Bimbingan Teknis Instruktur
Kabupaten/Kota, Bimbingan Teknis Guru sasaran.
3) Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untuk monitoring pelaksanaan
Bimbingan Teknis Instruktur Kabupaten/Kota dan Bimbingan Teknis
Guru sasaran.
e. Waktu pelaksanaan
Monitoring dilaksanakan pada saat kegiatan Bimbingan Teknis dan
pendampingan sedang berlangsung.
25
2. Evaluasi pelaksaaan Bimbingan Teknis
a. Tujuan
Tujuan dilaksanakannya evaluasi pelaksanaan Bimbingan Teknis adalah:
1) mengetahui apakah Bimbingan Teknis telah dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan;
2) mengetahui kesesuaian desain (terutama tujuan, meteri, metode,
durasi) Bimbingan Teknis dengan kebutuhan peserta;
3) mengetahui tingkat ketercapaian tujuan Bimbingan Teknis;
4) mengidentifikasi kelebihan-kelebihan Bimbingan Teknis yang telah
dilaksanakan untuk; dan
5) mengidentifikasi kekurangan-kekurangan Bimbingan Teknis yang
telah dilaksanakan.
b. Cakupan/aspek
Aspek-aspek yang dicakup dalam evaluasi pelaksanaan Bimbingan Teknis
sekurang-kurangnya meliputi:
1) kesesuaian tujuan Bimbingan Teknis
2) kesesuaian materi Bimbingan Teknis;
3) kesesuaian metode/aktivitas Bimbingan Teknis;
4) kesesuaian waktu pelaksanaan Bimbingan Teknis
5) kecukupan durasi Bimbingan Teknis;
6) kompetensi instruktur;
7) kinerja peserta;
8) kelayakan pendanaan;
9) kelayakan akomodasi dan konsumsi;
10) kelayakan manajemen;
11) ketercapaian tujuan Bimbingan Teknis;
12) kelebihan-kelebihan pelaksanaan Bimbingan Teknis;
13) kekurangan-kekurangan pelaksanaan Bimbingan Teknis;
14) saran-saran perbaikan pelaksanaan Bimbingan Teknis; dan
15) best practice.
26
c. Teknik dan instrumen pengumpulan data
Pengumpulan data dapat menggunakan satu atau lebih teknik, yaitu angket,
pengamatan, wawancara, dan studi dokumen. Instrumen yang digunakan
adalah kuesioner, lembar pengamatan, petunjuk wawancara, dan rubrik
analisis dokumen.
d. Pelaksana
Pelaksana evaluasi adalah panitia pelaksana Bimbingan Teknis.
e. Waktu pelaksanaan
Evaluasi pelaksanaan Bimbingan Teknis dilaksanakan pada setiap akhir
pelaksanaan kegiatan.
3. Pelaporan
Sebagai salah satu bentuk akuntabilitas, pelaksana Bimbingan Teknis pada
setiap tingkat kegiatan menyusun laporan, yaitu:
a. laporan pelaksanaan kegiatan, dan
b. laporan keuangan.
Kedua laporan tersebut selesai disusun dan diserahkan kepada Direktorat
PSMP selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah kegiatan diselesaikan.
4. Sanksi
Sanksi terhadap penyelenggaraan bimbingan teknis yang tidak sesuai dengan
ketentuan akan dijatuhkan oleh aparat/pejabat yang berwenang. Sanksi
kepada oknum yang melakukan pelanggaran dapat diberikan dalam berbagai
bentuk sesuai tingkat keseriusan pelanggaran. Berikut adalah beberapa
contoh sanksi yang dapat diberikan:
a. Penerapan sanksi kepegawaian sesuai dengan peraturan dan undang-
undang yang berlaku (pemberhentian, penurunan pangkat, mutasi kerja).
b. Penerapan tuntutan perbendaharaan dan ganti rugi, yaitu dana yang
terbukti disalahgunakan agar dikembalikan kepada kas negara.
27
c. Penerapan proses hukum, yaitu mulai proses penyelidikan, penyidikan
dan proses peradilan bagi pihak yang diduga atau terbukti melakukan
penyimpangan dana.
d. Pemblokiran dana dan penghentian sementara seluruh bantuan
pendidikan yang bersumber dari APBN pada tahun berikutnya kepada
LPMP dan sekolah bilamana terbukti pelanggaran tersebut dilakukan
secara sengaja dan tersistem untuk memperoleh keuntungan pribadi,
kelompok, atau golongan.
28
BAB III
PENDAMPINGAN KURIKULUM SMP
2. Tujuan pendampingan
Sasaran utama pendampingan adalah guru mata pelajaran dan kepala
sekolah. Bagi guru, tujuan utamanya adalah bahwa guru meningkat
keterampilan operasionalnya dalam:
a. menyusun RPP;
b. menyusun instrumen penilaian;
c. melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan saintifik, problem-based
learning, project-based learning, dan discovery learning dengan integrasi
penumbuhan budi pekerti;
d. melaksanakan penilaian dan mengelola hasil penilaian sikap,
pengetahuan, dan keterampilan; dan
e. menyelesaikan hambatan-hambatan pelaksanaan pembelajaran dan
penilaian.
29
d. menyelesaikan hambatan-hambatan pengelolaan pelaksanaan Kurikulum
2013.
3. Prinsip-prinsip pendampingan
Pendampingan pelaksanaan kurikulum diberikan oleh Instruktur
Kabupaten/Kota dengan prinsip-prinsip berikut:
a. Profesional, yaitu instruktur memiliki kompetensi (penguasaan mengenai
pelaksanaan kurikulum) yang memadai dan memberikan pendampingan
dengan baik;
b. Berdasarkan kebutuhan, yaitu aspek-aspek pendampingan adalah butir-
butir yang guru atau kepala sekolah secara riil perlu memperoleh
asistensi praktis;
c. Integral, yaitu aspek-aspek dan aktivitas pendampingan memfasilitasi
guru dan kepala sekolah mengimplementasikan K13 secara utuh;
d. Kolegial, yaitu hubungan kesejawatan antara instruktur, guru, dan kepala
sekolah; dan
e. Berkelanjutan, yaitu bahwa pendampingan pelaksanaan kurikulum
dilanjutkan oleh sekolah sendiri melalui mekanisme yang
dikembangkannya.
B. Pelaksanaan Pendampingan
30
dan (mulai) melaksanakannya. Gambar 2 menyajikan letak pelaksanaan
pendampingan kurikulum dalam rangkaian kegiatan fasilitasi tersebut.
31
1. Kementerian 9. Analisis terhadap hasil monev
Pendidikan dan dan laporan pelaksanaan
Kebudayaan menetapkan pendampingan
sekolah pelaksana
Kurikulum tahun 2017 Implementasi Kurikulum 2013
2. LPMP menetapkan
SMP induk kluster 8. Sekolah Induk
Kluster dan
Pendampingan
Sekolah Imbas
melaksanakan
Pendampingan
3. Dit. PSMP
melaksanakan Bimbingan
Teknis Instruktur
Kurikulum
7. LPMP Menyalurkan
Bantuan Pemerintah
untuk Pendampingan K 13
4. LPMP
menyelenggarakan
Bimbingan Teknis
Instruktur Kabupaten
(IK)
6. LPMP
menyelenggarakan
5. LPMP
Workshop Asistensi
menyelenggarakan
Bantuan Pemerintah untuk
Bimbingan Teknis Guru
Pendampingan K 13
Sasaran (GS)
32
2. Workshop Asistensi Bantuan Pemerintah bagi SMP Induk Klaster atau
Sekolah Imbas untuk Pendampingan Kurikulum dilaksanakan oleh LPMP.
Pemetaan Induk Klaster dilakukan oleh LPMP bekerjasama Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota dengan memperhatikan geografis sekolah imbas. Workshop
dilaksanakan selama 3 (tiga) hari dengan narasumber dari LPMP.
3. Strategi
Pendampingan implementasi K13 pada jenjang SMP dilaksanakan dengan
strategi kegiatan In dan kegiatan On. Pendampingan In sekurang-kurangnya
diberikan 2 (dua) kali, sementara pendampingan On paling tidak 1 (satu) kali.
Satu kali pendampingan diberikan satu hari dengan 7 jam pelatihan. Berikut
adalah urutan pelaksanaan pemberian pendampingan In dan On:
In 1 –On 1 – In 2 (– Dst.)
33
Dalam hal penguatan strategi pendampingan dapat menggunakan konsep dan
praktik Lesson Study. Lesson Study sebagaimana dimaksud bukanlah suatu
strategi atau metode dalam pembelajaran, tetapi merupakan salah satu upaya
pembinaan untuk meningkatkan proses pembelajaran melalui pengkajian
pembelajaran yang dilakukan oleh sekelompok guru secara kolaboratif dan
berkesinambungan, dalam merencanakan, melaksanakan, mengobservasi,
mendiskusikan hasil observasi untuk memperbaiki pembelajaran, serta
menuliskan pengalaman pembelajaran menjadi suatu suatu karya tulis.
34
2) Proses pembelajaran dilakukan dalam setting yang wajar dan natural.
3) Pengamat tidak mengganggu jalannya kegiatan pembelajaran dan
tidak menintervensi guru maupun siswa.
4) Pengamat melakukan pengamatan secara teliti terhadap proses belajar
siswa, bagaimana siswa berfikir atau bagaimana jalannya siswa
berfikir dalam memahami konsep, bagaimana siswa berkomunikasi
dalam memahami konsep, serta bagaimana pemahaman konsep oleh
siswa.
5) Pengamat harus belajar dari pembelajaran yang berlangsung dan
bukan untuk menilai bagus atau kurangnya pembelajaran.
6) Pengamat dapat melakukan perekaman melalui video camera atau
photo digital untuk keperluan dokumentasi atau bahan analisis
pembelajaran. Kegiatan perekaman tidak menggunakan blitz agar
mengganggu jalannya proses pembelajaran.
7) Pengamat mencatat semua hasil pengamatan bagaimana siswa belajar
selama pembelajaran berlangsung.
c. Tahapan Refleksi
Kegiatan refleksi dilakukan dalam bentuk diskusi yang dimulai dari
penyampaian kesan-kesan guru yang telah melaksanakan pembelajaran
(guru model), dengan menyampaikan komentar atau kesan umum maupun
kesan khusus atas proses pembelajaran yang dilakukannya, misalnya
mengenai kesulitan dan permasalahan yang dirasakan dalam merealisasikan
rancangan pembelajaran yang telah disusun.
Selanjutnya, pengamat menyampaikan temuan hasil observasi pembelajaran
dengan menyampaikan data/fakta yang ditemukannya. Tanggapan atau
saran perbaikan disampaikan secara bijak untuk meningkatkan kualitas
belajar siswa. Kegiatan refleksi bukan untuk menilai baik atau kurangnya
guru mengajar. Kegiatan refleksi harus menginspirasi para guru untuk
meningkatkan kualitas pembelajarannya masing-masing.
35
d. Tahapan Tindak Lanjut
Diskusi dalam kegiatan refleksi seharusnya menghasilkan: 1) perbaikan atas
rancangan pembelajaran yang telah disusun sebelumnya; 2) diperoleh
sejumlah pengetahuan dan pengalaman baru atau keputusan-keputusan
penting untuk perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran; dan 3)
pemahaman tentang karakteristik konsep materi ajar, cara belajar siswa,
maupun cara evaluasi yang sangat berguna untuk perbaikan proses
pembelajaran.
Melalui kegiatan Lesson Study perbaikan proses pembelajaran akan terjadi
pada tataran individual maupun menajerial. Pada tataran individual,
berbagai temuan dan masukan berharga yang disampaikan pada saat
diskusi dalam tahapan refleksi menjadi modal bagi para guru, baik yang
bertindak sebagai pengajar maupun observer untuk mengembangkan proses
pembelajaran ke arah lebih baik.
Pada tataran manajerial, dengan keikutsertaan langsung kepala sekolah
maupun pengawas dalam kegiatan Lesson Study, sebagai peserta dalam
merancang pembelajaran maupun melakukan pengamatan, tentunya akan
memperoleh sejumlah masukan yang berharga bagi kepentingan
pengembangan manajemen pendidikan di sekolahnya secara keseluruhan.
Kalau selama ini kepala sekolah banyak disibukkan dengan hal-hal di luar
pendidikan, dengan keterlibatannya secara langsung dalam kegiatan Lesson
Study sebagai manager dalam peningkatan mutu proses pembelajaran, maka
dia akan lebih dapat memahami apa yang sesungguhnya dialami oleh guru
dan siswanya dalam proses pembelajaran, sehingga diharapkan kepala
sekolah dapat semakin lebih fokus lagi dalam mewujudkan dirinya sebagai
pemimpin pendidikan di sekolah.
4. Pendampingan In
a. Pengertian
Pendampingan In adalah asistensi implementasi Kurikulum 2013 yang
diberikan kepada guru dan kepala sekolah (sebagai wakil guru mata
36
pelajaran yang diampunya) pada semua sekolah dalam satu kluster secara
klasikal di induk kluster.
b. Peserta
Peserta pendampingan In sekurang-kurangnya sama dengan peserta
pelatihan sekolah sasaran. Jumlah peserta pendampingan In dari setiap
sekolah minimal 11 orang yang terdiri dari guru mata pelajaran Bahasa
Indonesia, PPKn, Matematika, IPA, Bahasa Inggris, IPS, Seni Budaya,
PJOK, Prakarya, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (@ 1 orang)
dan 1 (satu) orang guru Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti,
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti, Pendidikan Agama Hindu
dan Budi Pekerti, Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti, ATAU
Pendidikan Agama Konghucu dan Budi Pekerti. Guru Pendidikan Agama
dan Budi Pekerti SELAIN Islam yang dikirim adalah yang peserta
didiknya paling banyak di sekolah yang bersangkutan.
Salah satu dari 11 peserta tersebut adalah kepala sekolah yang mewakili
guru mata pelajaran yang diampu sesuai dengan latar belakang
pendidikannya.
c. Instruktur
Instruktur pendampingan In adalah Instruktur Kabupaten/Kota (IK) yang
telah mengikuti Bimbingan Teknis Instruktur Kabupaten/Kota.
37
Tabel 2: Struktur Program Pendampingan In 1
No. Materi JP
JUMLAH 7
No. Materi JP
JUMLAH 7
e. Output
38
Tabel 4: Output Pendampingan In
f. Pelaksana
Pelaksana pendampingan In adalah Sekolah Induk yaitu oleh panitia
pelaksana yang dibentuk melalui rapat pembentukan panitia pelaksana
pendampingan In yang dihadiri oleh semua kepala sekolah dalam satu
kluster, wakil kepala sekolah sekolah induk, dan para guru serta kepala
dan staf TU sekolah induk.
39
g. Waktu dan tempat pelaksanaan
Pendampingan In dilaksanakan pada Juli s.d September 2017.
Pendampingan In dilaksanakan di sekolah induk kluster.
5. Pendampingan On
a. Pengertian Pendampingan On
Pendampingan On adalah asistensi pelaksanaan kurikulum yang
diberikan guru secara individual di sekolah yang bersangkutan.
b. Peserta Pendampingan On
Peserta pendampingan On sekurang-kurangnya sama dengan peserta
pendampingan In. Jumlah peserta pendampingan On dari setiap sekolah
minimal 11 orang yang terdiri dari guru mata pelajaran Bahasa Indonesia,
PPKn, Matematika, IPA, Bahasa Inggris, IPS, Seni Budaya, Penjasorkes,
Prakarya, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (@ 1 orang) dan 1
(satu) orang ATAU LEBIH guru Pendidikan Agama Kristen dan Budi
Pekerti, Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti, Pendidikan Agama
Hindu dan Budi Pekerti, Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti,
ATAU Pendidikan Agama Konghucu dan Budi Pekerti. Guru Pendidikan
Agama dan Budi Pekerti selain Islam yang mengikuti adalah yang peserta
didiknya paling banyak di sekolah yang bersangkutan.
Salah satu dari 11 peserta tersebut adalah kepala sekolah yang mewakili
guru mata pelajaran yang diampun sesuai dengan latar belakang
pendidikannya.
c. Instruktur Pendampingan On
Instruktur pendampingan On adalah Instruktur Kabupaten/Kota yang
telah mengikuti Bimbingan Teknis Instruktur Kabupaten/Kota.
40
d. Materi dan aktivitas Pendampingan On
Materi (fokus) pendampingan On adalah pelaksanaan pembelajaran dan
penilaian sebagaimana disajikan pada Tabel 5.
JUMLAH 7
JUMLAH 7
41
e. Output Pendampingan On
Produk yang diharapkan dihasilkan dari pendampingan On disajikan
dalam Tabel 7.
Tabel 7: Output Pendampingan On
f. Pelaksana Pendampingan On
Pelaksana pendampingan On adalah Sekolah Imbas yaitu oleh panitia
pelaksana yang dibentuk melalui rapat pembentukan panitia pelaksana
pendampingan On yang dihadiri oleh kepala sekolah semua wakil kepala
sekolah, dan para guru serta kepala dan staf TU.
42
g. Waktu dan tempat pelaksanaan Pendampingan On
Pendampingan On dilaksanakan pada Juli s.d Desember 2017.
Pendampingan On dilaksanakan di semua sekolah pelaksana K13 (induk
kluster dan sekolah imbas) yang berjumlah 13.731 SMP di seluruh
Indonesia.
43
C. Monitoring, Evaluasi, Pelaporan, dan Layanan Informasi
b. Cakupan/aspek
Monitoring dilakukan untuk pelaksanaan pendampingan In maupun On
dengan cakupan/aspek monitoring minimal meliputi:
1) fokus pendampingan;
2) metode/aktivitas pendampingan;
3) waktu pelaksanaan dan durasi pendampingan;
4) instruktur;
5) kinerja peserta;
6) pendanaan;
7) konsumsi; dan
8) manajemen.
d. Pelaksana
Pelaksana monitoring pelaksanaan pendampingan adalah:
44
1) Direktorat Pembinaan SMP untuk monitoring pengelolaan
pendampingan oleh LPMP dan pelaksanaan pendampingan di sekolah
induk dan sekolah imbas;
2) LPMP untuk monitoring pelaksanaan pendampingan di sekolah induk
dan sekolah imbas; dan
3) Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untuk monitoring pelaksanaan
pendampingan di sekolah induk dan sekolah imbas.
c. Waktu pelaksanaan
Monitoring dilaksanakan pada saat pendampingan sedang berlangsung.
b. Cakupan/aspek
Aspek-aspek yang dicakup dalam evaluasi pelaksanaan pendampingan
sekurang-kurangnya meliputi:
1) kesesuaian tujuan pendampingan;
2) kesesuaian fokus pendampingan;
3) kesesuaian metode/aktivitas pendampingan;
4) kesesuaian waktu pelaksanaan pendampingan;
45
5) kecukupan durasi pendampingan;
6) kompetensi instruktur;
7) peserta;
8) kelayakan pendanaan;
9) kelayakan konsumsi;
10) kelayakan manajemen;
11) ketercapaian tujuan pendampingan;
12) kelebihan-kelebihan pelaksanaan pendampingan;
13) kekurangan-kekurangan pelaksanaan pendampingan;
14) saran-saran perbaikan pelaksanaan pendampingan; dan
15) best practice.
d. Pelaksana
Pelaksana evaluasi adalah panitia pelaksana pendampingan.
e. Waktu pelaksanaan
Evaluasi pelaksanaan pendampingan dilaksanakan pada setiap akhir
pelaksanaan setiap pendampingan.
3. Pelaporan
Sebagai salah satu bentuk akuntabilitas, pelaksana pendampingan menyusun
laporan, yaitu:
a. laporan pelaksanaan kegiatan, dan
b. laporan keuangan.
46
Kedua laporan tersebut selesai disusun selambat-lambatnya 1 (satu) bulan
setelah kegiatan diselesaikan. Laporan kemudian diserahkan kepada
pengelola kegiatan di atasnya dengan ketentuan:
a. Sekolah imbas menyerahkan laporan kepada sekolah induk kluster;
b. Sekolah induk menyusun laporan dengan mengintegrasikan laporan
pelaksanaan pendampingan dari sekolah imbas;
c. Sekolah induk kluster menyerahkan laporan kepada LPMP; dan
d. LPMP menyusun laporan pelaksanaan bimbingan teknis dan
pendampingan secara keseluruhan dan menyerahkan laporan kepada
Direktorat Pembinaan SMP.
4. Sanksi
Sanksi terhadap penyelenggaraan pendampingan yang tidak sesuai dengan
ketentuan akan dijatuhkan oleh aparat/pejabat yang berwenang. Sanksi
kepada oknum yang melakukan pelanggaran dapat diberikan dalam berbagai
bentuk sesuai tingkat keseriusan pelanggaran. Berikut adalah beberapa
contoh sanksi yang dapat diberikan:
a. Penerapan sanksi kepegawaian sesuai dengan peraturan dan undang-
undang yang berlaku (pemberhentian, penurunan pangkat, mutasi kerja).
b. Penerapan tuntutan perbendaharaan dan ganti rugi, yaitu dana yang
terbukti disalahgunakan agar dikembalikan kepada kas negara.
c. Penerapan proses hukum, yaitu mulai proses penyelidikan, penyidikan
dan proses peradilan bagi pihak yang diduga atau terbukti melakukan
penyimpangan dana.
d. Pemblokiran dana dan penghentian sementara seluruh bantuan
pendidikan yang bersumber dari APBN pada tahun berikutnya kepada
LPMP dan sekolah bilamana terbukti pelanggaran tersebut dilakukan
secara sengaja dan tersistem untuk memperoleh keuntungan pribadi,
kelompok, atau golongan.
47
5. Layanan informasi
Layanan informasi dan aduan tentang bimbingan teknis dan Pendampingan
dapat menghubungi :
48
BAB IV
PENUTUP
Melalui pedoman ini diharapkan semua pihak yang terkait dengan Bimbingan
Teknis dan pendampingan implementasi Kurikulum dapat melaksanakan tugas
dan perannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sekolah pelaksana kurikulum
dapat mengembangkan lebih lanjut kegiatan pendampingan sesuai dengan
kebutuhan dengan tetap mengikuti rambu-rambu yang ada dalam panduan ini. Bila
menemukan permasalahan ataupun pertanyaan yang terkait dengan pelaksanaan
Bimbingan Teknis dan pendampingan dapat menghubungi Tim Kurikulum LPMP
setempat dan/atau Direktorat Pembinaan SMP melalui Subdit Kurikulum di nomor
telepon 021- 57900083.
49