Anda di halaman 1dari 3

Tugas analisis Jurnal international Emergency nursing

Judul Jurnal :

Persepsi keperawatan dari indeks keparahan darurat sebagai alat triase di uni emirate arab : analisis
qualitatif

Penulis : Binoy mistri, MD, Kamna S. Balhara, MD, Jeremiah S. Hinson, MD ,PhD, Xavier Anton, MD, Iman
Yassin Othman, Maysoon Abdel Latif E’nouz, Norman Agustin Avila, BSN, RN, CEN, Sophia Henry, MS, RN,
Scott Levin, MS, PhD, dan Sarah Steward De Ramirez, MD, Baltimor , MD, San Antonio, TX, Abu Dhabi, Uni
Emirates Arab

Tahun : VOLUME 44 • EDISI 4 Juli 2018

A. Identifikasi Jurnal

Jurnal yang kami pilih berjudul “Nursing Perceptions Of The Emergency Severity Index As A Triage
Tool In The United Arab Emirates:A Qualitative Analysis” Oleh Binoy mistri, MD, Kamna S.
Balhara, MD, Jeremiah S. Hinson, MD ,PhD, Xavier Anton, MD, Iman Yassin Othman, Maysoon
Abdel Latif E’nouz, Norman Agustin Avila, BSN, RN, CEN, Sophia Henry, MS, RN, Scott Levin, MS,
PhD, dan Sarah Steward De Ramirez, MD, Baltimor , MD, San Antonio, TX, Abu Dhabi, Uni
Emirates Arab, dipublikasikan online di jurnal Emergency Nursing pada 20 November 2017

B. Masalah Jurnal
Masalah yang diambil dalam jurnal ini adalah tentang persepsi perawat dalam menerapkan sistem
triase di unit gawat darurat menggunakan indeks keparahan darurat ( ESI ) dengan meningkatnya
masalah kegawatdaruratan di seluruh dunia penting untuk memprioritaskan pasien sesuai triase
untuk mengurangi tingkat keparahan penyakit pada pasien
C. Latar belakang
Dengan semakin meningkatnya kejadian kegawatdaruratan di seluruh dunia, triase keperawatan
sangat penting digunakan untuk memprioritaskan pasien sesuai dengan masalah perawatan yang
diterima. ESI adalah sebuah sistem yang paling umum di terapkan kan di Amerika Serikat dan
semakin banyak digunakan di seluruh dunia. Dengan menggunakan studi kualitatif yang dapat
mengeksplorasi persepsi perawat darurat dari identifikasi ESI yakni tentang kelebihan,
kekurangan dan hambatan untuk pelaksanaan ESI
D. Tujuan Penulisan Jurnal
1. Melalui pendekatan analisis kualitatif peneliti ingin mengetahui pentingnya masukan
keperawatan ketika menerapkan sistem triase berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan
ketika menggunakan Emergency Severity Index ( ESI )
2. Bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan perawat dalam pengembangan dan
implementasi sistem triase dibagian gawat darurat diseluruh dunia
E. Metode penulisan Jurnal
1. Peneliti menggunakan pendekatan analisis kualitatif cross-sectional dengan menggunakan
wawancara terstruktur pada 27 perawat ahli triase di pelayanan unit gawat darurat.
2. Menggunakan wawancara dengan pertanyaan terbuka yang difokuskan pada eksplorasi
persepsi perawat terhadap ESI dan identifikasi umum dan konteks-spesifik hambatan untuk
menggunakan ESI dihasilkan dan divalidasi oleh kedua metodologi dan konten ahli.
Pertanyaan-pertanyaan terbuka tentang kekurangan, kelebihan, akurasi, dan hambatan dari
ESI.
3. Peneliti mengumpulkan data yang dilaporkan dari perawat yang berpengalaman
menggunakan ESI.
4. wawancara dilakukan selama periode 1 minggu dengan 2 pewawancara independen yang
tidak bekerja di lokasi penelitian dan tidak memiliki kewenangan lebih peserta.
F. Hasil Penelitian Jurnal
Dari hasil penelitian di atas peneliti dapat menyimpulkan penilaian masing-masing dari 7 poin
penilaian ESI adalah sebagai berikut :
1. Dari segi kemudahan penggunaan ESI, didapatkan hasil sistem triase ESI dianggap relatif
mudah dan juga mudah untuk digunakan
2. kecepatan dan efisiensi, sistem penilaian triase menggunakan ESI dianggap lebih cepat dan
tidak membutuhkan waktu yang lama untuk perawat berpengalaman untuk melakukan triase
yang cepat
3. dampak keselamatan pasien , didapatkan hasil yang beragam tentang persepsi perawat
terhadap pasien dengan menggunakan triase ESI
4. Hambatan, didapatkan hasil yang menjadi hambatan triase ESI adalah adanya hambatan yang
sudah menjadi “budaya” atau persepsi dimasyarakat terhadap keluhan yang diungkapkan
oleh pasien kepada perawat terkadang berbeda ketika mengungkapkan keluhan kepada
dokter dan yang kedua adalah jenis kelamin, sebagai contoh seorang pasien wanita terkadang
pasien kurang terbuka untuk mengungkapkan keluhannya terhadap perawat laki-laki
G. Kesimpulan
Peneliti menyimpulkan kesimpilan yang dapat diambil dari penggunaan ESI di unit gawat darurat
dalam menentukan triase prioritas pasien di Uni Emirate Arab ditemukan beberapa hambatan
seperti faktor budaya, bahasa ataupun jenis kelamin dan belum tentu sama jika diterapkan di
negara-negara diseluruh dunia lainnya

H. Aplikasi Emergency Severity Index ( ESI ) di Indonesia


Sebagian besar rumah sakit di Indonesia masih menggunakan sistem triase "klasik". Sistem triase
ini sebenarnya mengadaptasi sistem triase bencana, dengan membuat kategori cepat dengan
warna hitam, merah, kuning, dan hijau. Hitam untuk pasien meninggal, merah untuk pasien gawat
(ada gangguan jalan nafas, pernafasan, atau sirkulasi), kuning untuk pasien darurat, dan sisanya
hijau. Sistem tiga level ini tidak cocok bagi IGD rumah sakit modern yang perlu
mempertimbangkan evidence-based medicine atau kedokteran berbasis bukti
ejauh penelusuran yang bisa dilakukan penulis, ada beberapa sistem triase berbasis bukti yang
bisa diacu. Sistem tersebut antara lain Canadian Triage and Acuity Scale (CTAS) dari Canada,
Manchester Triage Scale (MTS) dari Inggris, Austraian Triage Scale (ATS) dari Australia, dan
Emergency Severity Index (ESI) dari Amerika Serikat. Berbeda dengan sistem triase "klasik",
sistem-sistem ini mengelompokkan pasien ke dalam lima level berjenjang. Sistem penjenjangan
lima level ini lebih terpercaya dibanding dengan pengelompokan tiga level seperti pada sistem
triase "klasik"
Menarik untuk membahas ESI dalam konteks IGD rumah sakit di Indonesia. Ada sedikitnya tiga
alasan mengapa ESI lebih cocok diterapkan di sebagian besar IGD di Indonesia.
1. Perawat triase dipandu untuk melihat kondisi dan keparahan tanpa harus menunggu
intervensi dokter.
2. Pertimbangan pemakaian sumber daya memungkinkan IGD memperkirakan utilisasi tempat
tidur.
3. Sistem triase ESI menggunakan skala nyeri 1-10 dan pengukuran tanda vital yang secara
umum dipakai di Indonesia.
Berbagai fakta di atas meyakinkan kita bahwa sistem triase ESI berpotensi diaplikasi di IGD rumah
sakit di Indonesia untuk meningkatkan keselamatan pasien dan efisiensi pelayanan. Kepala IGD
perlu merencanakan waktu dan strategi untuk dapat berpindah dari sistem triase "klasik" menjadi
sistem triase ESI ini

Anda mungkin juga menyukai