Anda di halaman 1dari 18

DIPONEGORO LAW JOURNAL

Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016


Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG HAK MEREK DAGANG


TERKENAL ASING (WELL KNOWN MARK) DARI TINDAKAN PASSING
OFF (STUDI SENGKETA KASUS GS ATAS NAMA GS YUASA
CORPORATION)

Rifky Ardian Nugroho*, Budi Santoso, Siti Mahmudah


Program Studi S1 Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro
E-mail : Rifkynugroho94@gmail.com

Abstrak
Tidak adanya pengaturan tentang mengenai tindakan-tindakan apasaja yang disebut sebagai
tindakan passing off yang terdapat dalam penjelasan pasal 4 dan masih belum memadainya kriteria
merek terkenal dalam pasal 6 Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 Tentang Merek mengakibatkan
munculnya masalah peniruan merek asing terkenal yang menyebabkan kerugian pada pemilik merek
asing terkenal tersebut. Pada dasarnya perlindungan terhadap merek terkenal bisa menerapkan asas
itikad tidak baik kepada pemohon yang mendaftarkan mereknya secara tidak jujur karena
membonceng, meniru, atau menjiplak ketenaran suatu merek sehingga merugikan pihak lain atau
menimbulkan kondisi persaingan curang, mengecoh, atau menyesatkan konsumen. Namun,
pembuktian adanya itikad tidak baik juga merupakan pekerjaan yang sangat sulit karena harus
dikaitkan dengan pembuktian adanya persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya yang dalam
undang-undang merek juga belum diatur secara lengkap dan jelas. Selanjutnya pembuktian adanya
asas itikad tidak baik juga harus didahului dengan pembuktian keterkenalan merek tersebut. Oleh
karena itu, harus ada peraturan yang mengatur secara jelas mengenai keterkenalan suatu merek dan
mengenai peniruan merek yang mengakibatkan persaingan curang. Sehingga sengketa yang
berkaitan dengan peniruan merek terkenal dapat diselesaikan atau sedapat mungkin dihindari.

Kata kunci : Merek Terkenal. Itikad Baik, Passing Off

Abstract
The absence of regulation stipulating what actions constituting passing off contained in the
explanation of article 4 and the inadequate criteria of well- known mark which is stipulated in article
6 of Law Number 15 of 2011 concerning Trademark conduce to arousing a problem of imitation of
foreign well- known mark that causes disadvantage to the owner of foreign well- known mark.
Basically the protection of well-known mark can apply the principles of bad faith to an applicant
who registers his/her brands dihonestly because of membonceng, imitating, or tracing the fame of
the trademark that cause disadvantage to another party or arousing condition of unfair competition,
deceiving or misleading the consumers. However proving the existence of bad faith is also a very
hard job because it must be associated with proving the existence of the equation substantially or
wholly which Law on Trademark has not clearly and completely regulated. Furthermore, proving
the bad faith principles must be preceded by proving the fame of the trademark. Therefore, there
must be clear rules governing the fame of a trademark and the imitation trademark resulting in
unfair competition. So that disputes relating to pemboncengan well-known marks can be solved or
avoided wherever possible.

Key Words : Well-known trademark, good faith, unfair competition

1
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

I. PENDAHULUAN sistem pendaftaran merek yang


dianut oleh negara yang
Dalam Perdagangan barang bersangkutan. Sistem pendaftaran
atau jasa, merek sebagai salah satu merek di Indonesia menurut
bentuk karya intelektual yang Undang – Undang Nomor 15
penting bagi kelancaran dan Tahun 2001 menganut sistem
peningkatan perdagangan barang konstitutif, yang berarti hak atas
dan atau jasa. Merek memiliki nilai merek di berikan kepada pemilik
yang strategis dan penting baik merek yang telah terdaftar. Sistem
bagi produsen maupun konsumen. ini akan lebih menjamin adanya
Menurut David Aaker kepastian hukum. Bentuk jaminan
mengemukakan bahwa merek kepastian hukum ini yaitu adanya
adalah sebuah nama ataupun tanda bukti pendaftaran dalam
simbol yang bertujuan untuk bentuk Sertifikat sebagai bukti hak
membedakan dan mengidentifikasi atas merek sekaligus dianggap
barang atau jasa dari salah satu sebagi pemakai pertama merek
penjual ataupun sekelompok yang bersangkutan.
penjual yang merupakan pesaing
mereka.1 Lahirnya Sertifikat Merek
menandakan bahwa merek
Hermawan Kartawijaya tersebut telah siap di gunakan
menyatakan bahwa Merek adalah untuk menjadi ujung tombak
kelengkapan produk, jadi setiap penjualan suatu produk yang akan
produk harus memiliki merek, dilempar kepasaran. Bagi
sehingga konsumen tidak produsen, merek selain untuk
mengalami kesulitan dalam membedakan produknya dengan
mencari produk kembali produk produk perusahaan lain yang
tersebut.2 sejenis, juga dimaksudkan untuk
membangun citra perusahaan
Merek dalam hukum di
khususnya dalam pemasaran.3
Indonesia di atur di dalam Undang
Bagi konsumen, merek selain
– Undang Nomor 15 Tahun 2001
mempermudah pengidentifikasian
Tentang Merek yang di dalamnya
juga menjadi simbol harga diri.
secara umum mengatur tentang
Pengertian Merek, Cara Tahapan sebuah merek dari
Mendapatkan Hak Atas Merek, suatu produk menjadi sebuah
Pengalihan Hak Merek, Dan merek yang dikenal oleh
Perlindungan Bagi Pemegang Hak masyarakat konsumen dan
Merek. menjadi merek yang dikenal oleh
Dalam menentukan siapa yang masyarakat sebagai aset
berhak atas merek tergantung perusahaan adalah tahapan yang

1 3
Amin Widjaja, Internal Auditing Edisi Ke- Muhammad Djumhana, Perkembangan
5. Yogyakarta: BPFE. 2005, hlm 10 Doktrin dan Teori Perlindungan Hak
2 Kekayaan Intelektual, (Bandung: PT. Citra
Hermawan Kertawijaya, Marketing Plus
2000, Siasat Memenangkan Persaingan Aditya Bakti, 2000), hlm. 78.
Global,( PT. Gramedia Pustaka
Utama.1996) hlm. 443

2
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

sangat diharapkan baik oleh mengalami perluasan perdagangan


produsen maupun pemilik merek. melintasi batas – batas negara.
Dalam dunia perdagangan terdapat
perbedaan tingkat derajat sentuhan Merek terkenal sering menjadi
kemashuran yang dimiliki oleh obyek pelanggaran karena terkait
merek, tingkatan merek tersebut dengan reputasi yang dimiliki oleh
dimulai dari merek biasa atau merek terkenal tersebut, seringkali
normal mark, kemudian merek menggoda pihak-pihak lain yang
terkenal atau well-known mark, beritikad buruk untuk
dan yang tertinggi ialah merek membonceng dengan cara-cara
termashur atau famous mark. yang melanggar etika bisnis,
Merek produk (baik barang norma kesusilaan maupun hukum.
maupun jasa) tertentu yang sudah Perbuatan yang mencoba meraih
menjadi terkenal dan laku di pasar keuntungan dengan cara
tentu saja akan cenderung membonceng reputasi sehingga
membuat produsen atau pengusaha dapat menyebabkan tipu muslihat
lainnya memacu produknya atau penyesatan dikenal dengan
bersaing dengan merek terkenal, Passing Off. Dalam passing off
bahkan dalam hal ini akhirnya terkait erat dengan apa yang
muncul persaingan tidak sehat. disebut goodwill, goodwill sering
Merek terkenal merupakan digunakan dalam arti yang
merek yang memiliki reputasi bersamaan dengan kata reputasi
tinggi. Merek ini memiliki reputasi yaitu sebagai sesuatu yang melekat
tinggi. Merek ini memiliki dalam merek dan selain itu kata
kekuatan pancaran yang memukau goodwill sering juga diartikan
dan menarik, sehingga jenis sebagai “itikad baik”. Penjelasan
barang yang berada di bawah mengenai goodwill adalah
merek itu langsung menimbulkan sebagaimana dilukiskan oleh
sentuhan keakraban (familiar) dan MacNaghten sebagai berikut:5
ikatan mitos (mythical context) “goodwill merupakan suatu
kepada segala laposan konsumen.4 kebaikan yang bermanfaat dan
Terkenalnya suatu merek bersifat menguntungkan dari nama
menjadi suatu well-known/ famous baik, reputasi, dan keterkaitannya,
mark, dapat lebih memicu dalam usaha bisnis. Goodwill
tindakan – tindakan pelanggaran adalah daya kekuatan yang atraktif
merek baik yang berskala nasional yang timbul dari kegiatan usaha.”
maupun internasional. Merek Reputasi atau goodwill dalam
terkenal harus diberikan dunia bisnis dipandang sebagai
perlindungan baik dalam skala kunci sukses atau kegagalan dari
nasional maupun internasional, sebuah perusahaan. Banyak pelaku
karena suatu merek terkenal usaha berjuang untuk

4 Perbuatan Passing Off (Pemboncengan


Ibid, hlm. 82
5 Reputasi), Media HKI Buletin Informasi dan
Dwi Agustine Kurniasih, Perlindungan
Hukum Pemilik Merek Terdaftar Dari Keragaman HKI, Vol. V/No. 6/Desember
2008, hlm. 45

3
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

mendapatkan dan menjaga 3) Perbuatan pelanggaran merek


reputasi mereka dengan karena menggunakan tanda
mempertahankan kualitas produk yang dilindungi berdasarkan
dan memberikan jasa kelas satu indikasi geografis dan atau
kepada para konsumen. Kalangan indikasi asal yang dilakukan
pelaku usaha mengeluarkan uang secara sengaja dan tanpa hak,
dalam jumlah besar untuk 4) Perbuatan pelanggaran merek
keperluan periklanan dan yang dilakukan karena
membangun reputasi produk baru kelalaiannya.
atau mempertahankan reputasi dari
produk yang telah ada. Reputasi Dari keempat jenis pelanggaran
merupakan hasil aktivitas daya merek yang diatur dalam UU
intelektual manusia. Oleh karena Merek 2001, bentuk pelanggaran
itu, di negara – negara dengan yang kedua mengindikasikan
sistem Common Law, hukum adanya perbuatan membonceng
memberikan perlindnungan reputasi. Pelanggaran jenis inilah
kepada pemilik yang berhak atas yang disebut dengan peniruan.
segala sesuatu yang melekat Pelaku peniruan menggunakan
didalamnya reputasi atau goodwill merek yang tidak sama tetapi
terhadap pihak yang hendak terdapat persamaan dari sudut
memboceng reputasinya.6 pandang (secara visual), dalam
suara atau bunyi yang dapat
Istilah passing off atau diartikan ada persamaan walaupun
pemboncengan reputasi memang sesungguhnya artinya sendiri tidak
tidak dikenal di Indonesia, namun sama.
bukan berarti perbuatan seperti itu
tidak diatur dalam peraturan yang Perselisihan-perselisihan
ada di Indonesia. Pada prinsipnya, merek yang terjadi dewasa ini
UU Merek 2001 pada dasarnya adalah berpangkal pada masalah
membedakan jenis pelanggaran itikad baik pada merek yang
merek dalam 4 (empat) kategori, dilakukan oleh pelaku usaha. Jika
yaitu: masalah pemboncengan merek
ini kita kaitkan dengan
1) Perbuatan pelanggaran merek persaingan, pengaturan tentang
yang dilakukan secara sengaja persaingan di Indonesia belum
dan tanpa hak dengan efektif dalam menangani masalah
menggunakan merek yang sama sengketa merek yang timbul
pada keseluruhannya dengan akibat persaingan curang
merek milik pihak lain, terhadap merek terkenal. Kondisi
2) Perbuatan pelanggaran merek persaingan curang di bidang
yang dilakukan secara sengaja Merek belum sepenuhnya
dan tanpa hak dengan terjangkau oleh UU No 15 Tahun
menggunakan merek yang sama 2001 Tentang Merek.
pada pokoknya dengan merek
terdaftar milik pihak lain, Berdasarkan uraian di atas,
maka dapat dikemukakan
6
Ibid, hlm. 4.

4
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

beberapa permasalahan yang dokumen resmi yang berkaitan


perlu untuk diteliti, yaitu: dengan tema penelitian.

1. Bagaimana pengaturan Metode analisis data yang


perlindungan tentang merek digunakan dalam penelitian ini
dagang terkenal asing (well adalah metode kualitatif. Metode
known mark) di dalam kualitatif yaitu analisis yang
peraturan perundang – didasarkan dengan tulisan–tulisan
undangan tentang merek di yang dikaitkan dengan perundang–
Indonesia ? undangan yang berlaku maupun
2. Bagaimana Undang – pendapat ahli sebagai bahan
Undang Merek Indonesia perbandingan teori.7
melindungi hak atas merek
terhadap tindakan passing III. HASIL DAN PEMBAHASAN
off (studi kasus sengketa
merek GS atas nama GS A. Pengaturan Tentang Merek
Corporation)? Dagang Terkenal Asing (Well
Known Mark) Dalam
Peraturan Perundang –
II. METODE Undangan Tentang Merek di
Berdasarkan permasalahan Indonesia
dalam penelitian ini, maka
penelitian ini termasuk jenis 1. Pengaturan Perlindungan
penelitian hukum doktrinal. Merek Terkenal di Indonesia
Metode pendekatan yang Pengertian ataupun batasan
digunakan yaitu metode merek terkenal dalam Undang -
pendekatan undang-undang dan Undang Nomor 15 Tahun 2001
pendekatan komparatif. Selain itu ditemukan hanya di dalam
sifat dan tujuan penelitian ini penjelasan salah satu pasal yaitu
adalah penelitian hukum Pasal 6 ayat 1 huruf a yang
deskriptif. mengatur tentang penolakan
terhadap pendaftaran suatu
Data yang digunakan adalah merek. Berdasarkan penjelasan
data sekunder yaitu data yang Pasal 6 ayat (1) huruf b Undang -
diperoleh melalui studi Undang No. 15 Tahun 2001 di
kepustakaan. Studi kepustakaan atas dapat diketahui hal - hal yang
dilakukan dengan cara meneliti berkaitan dengan merek terkenal
data sekunder atau data tertulis, sebagai berikut :
berupa bukti-bukti, buku-buku, 1) Pengetahuan umum
peraturan perundang-undangan, masyarakat mengenai merek
majalah ilmiah, arsip, dan tersebut di bidang usaha yang
bersangkutan,

7
Abdul Kadir Muhammad, Hukum dan
Penelitian Hukum,(Bandung : Citra Aditya
Bakti, 2004), Halaman 127.

5
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

2) Reputasi merek terkenal yang perlindungan hukum yang di


diperoleh karena promosi berikan disini berdasarkan sistem
yang gencar dan besar – first to file principle.
besaran,
3) Investasi di beberapa negara Perlindungan hukum
di dunia yang dilakukan oleh berdasarkan sistem first to file
pemiliknya, principle diberikan kepada
4) Merek terkenal dapat pemegang hak merek terdaftar
dibuktikan dengan adanya yang ‘beritikad baik’ bersifat
bukti pendaftaran merek preventif maupun represif.
tersebut di beberapa Negara. Perlindungan hukum preventif
Untuk memenuhi dilakukan melalui pendaftaran
komitmennya sebagai salah satu merek, dan perlindungan hukum
negara anggota Konvensi Paris represif diberikan jika terjadi
dan penanda tangan Perjanjian pelanggaran merek melalui
TRIPs, pemerintah Indonesia gugatan perdata maupun tuntutan
sejak 1997 telah melakukan pidana dengan mengurangi
beberapa kali perubahan terhadap kemungkinan penyelesaian
Undang – Undang Merek dan alternatif diluar pengadilan.
melengkapinya dengan pasal -
pasal yang memberi wewenang
kepada otoritas terkait yakni 1.1 Bentuk Perlindungan Yang Di
Direktorat Jenderal Hak Berikan Terhadap Merek
Kekayaan Intelektual (“Ditjen Terkenal
HKI”), dalam hal ini Direktorat Bentuk perlindungan hukum
Merek, untuk melindungi merek yang di berikan oleh pengaturan
terkenal. perundang – undangan tentang
merek mengenai perlidungan
Perlindungan terhadap merek hukum terhadap merek terkenal
terkenal di dalam hukum di akan penulis uraikan sebagai
Indonesia terlertak pada Undang berikut:
– Undang Nomor 15 Tahun 2001
Tentang Merek. Dalam Pasal 3 1) Perlindungan Secara Preventif
Undang - Undang Nomor 15
Perlindungan hukum preventif
Tahun 2001 disebutkan, hak
di sini ialah perlindungan sebelum
merek diberikan kepada pemilik
terjadi tindak pidana atau
merek terdaftar, dengan
pelanggaran hukum terhadap
demikian jelas bahwa sistem
merek dan merek terkenal. Dalam
merek yang dipakai di Indonesia
hal ini sangat bergantung pada
adalah sistem konstitutif (aktif)
pemilik merek untuk
sehingga pemilik merek terdaftar
mendaftarkan mereknya agar
adalah sebagai pemegang hak
mendapat perlindungan hukum.
merek. Pemilik merek terdaftar
sebagai pemegang merek Pasal 3 Undang - Undang
menggunakan merek itu sendiri Nomor 15 Tahun 2001
atau memberi ijin pihak lain menyatakan bahwa hak atas merek
menggunakannya. Itu berarti

6
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

adalah eksklusif yang diberikan menyatakan bahwa pemilik merek


oleh negara kepada pemilik merek tidak terdaftar dapat mengajukan
yang terdaftar dalam daftar umum gugatan pembatalan pendaftaran
merek untuk jangka tertentu merek berdasarkan alasan dalam
dengan menggunakan sendiri Pasal 4, 5, dan 6 setelah
merek tersebut atau memberikan mengajukan permohonan kepada
ijin kepada pihak lain untuk Direktorat Jenderal.8
menggunakannya.
2) Perlindungan Secara Represif
Setelah diterimanya Sertifikat
Merek dan didaftarkannya merek Perlindungan hukum represif
yang bersangkutan di dalam Daftar yang dimaksud di sini ialah
Umum Merek maka pemilik merek perlindungan hukum terhadap
terdaftar tersebut memiliki hak merek manakala ada tindak pidana
eksklusif tersebut dapat berupa hak merek atau pelanggaran hak atas
menikmati secara eksklusif untuk merek. Bahwa pemilik merek
mengeksploitasi keuntungan terdaftar mendapat perlindungan
(exclusive financial exploitation). hukum atas pelanggaran hak atas
Selain itu, pemilik merek merek baik dalam wujud gugatan
mendapatkan perlindungan hukum ganti rugi atau penghentian semua
untuk merek yang telah di perbuatan yang berkaitan dengan
daftarkan. Dengan demikian, penggunaan merek tersebut
perlindungan merek diberikan maupun berdasarkan tuntutan
kepada pemilik merek terdaftar. hukum pidana melalui aparat
Namun demikian, dimungkinkan penegak hukum.
pula perlindungan terhadap merek
tidak terdaftar dengan syarat Pemilik merek terdaftar juga
bahwa merek tersebut termasuk memiliki hak untuk mengajukan
dalam kategori merek terkenal. permohonan pembatalan
pendaftaran merek terhadap merek
Mekanisme perlindungan yang ia miliki yang didaftarkan
merek terkenal selain melalui orang lain secara tanpa hak.
inisiatif pemilik merek tersebut
dapat juga ditempuh melalui Dalam hal ini peran lembaga
penolakan oleh kantor merek peradilan dan aparat penegak
terhadap permintaan pendaftaran hukum lainnya seperti kepolisian,
merek yang sama pada pokoknya penyidik pegawai negeri sipil
dengan merek terkenal. Dalam (PPNS), dan kejaksaan sangat
Undang - Undang Merek diperlukan. Pemilik merek
mekanisme perlindungan merek terdaftar mendapat perlindungan
atas inisiatif pemilik merek dapat hukum atas pelanggaran hak atas
dilihat dalam ketentuan Pasal 68 merek baik dalam wujud gugatan
ayat (2) yang apabila disimpulkan ganti rugi maupun berdasarkan

8 ika-perlindungan-merek-di-indonesia/ di
Prasetyo Hadi Purwandoko,
https://prasetyohp.wordpress.com/problemat akses pada tanggal 16/05/2016, pada pukul
04:20

7
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

tuntutan hukum pidana melalui Pada perlindungan merek


aparat penegak hukum. represif, di samping adanya
tuntutan ganti rugi melalui gugatan
Secara singkat bentuk perdata maupun penjatuhan sanksi
perlindungan represif yang pidana, pemilik merek memiliki
pemegang hak merek dapat hak mengajukan pembatalan
lakukan jika ada pihak yang merek. Gugatan pembatalan merek
melakukan praktek persaingan ini dilakukan apabila ternyata
curang yakni dengan: merek yang dimiliki seseorang
1) Mengajukan permohonan (termasuk merek terkenal) telah
Penetapan Sementara ke didaftdarkan pada Kantor Merek.
Pengadilan Niaga dengan Gugatan pembatalan tersebut
menunjukkan bukti-bukti kuat menurut Pasal 68 ayat (1) Undang
sebagai pemegang hak dan bukti – Undang Merek harus diajukan
adanya pelanggaran. Penetapan oleh pihak yang berkepentingan
Sementara ditujukan untuk: a. berdasarkan alasan seperti
Mencegah berlanjutnya dimaksud Pasal 4 ayat, Pasal 5,
pelanggaran hak merek. atau Pasal 6. Gugatan Pembatalan
Khususnya mencegah masuknya tersebut tidak hanya dapat
barang yang diduga melanggar hak diajukan oleh pemilik terdaftar
merek atau hak terkait ke dalam tetapi juga pemilik merek tidak
jalur perdagangan, termasuk terdaftar (termasuk merek
tindakan importansi b. Menyimpan terkenal) setelah mengajukan
bukti yang berkaitan dengan permohonan kepada Direktorat
pelanggaran hak merek atau hak Jenderal (Kantor Merek).9
terkait tersebut guna menghindari
terjadinya penghilangan barang
bukti. B. Perlindungan Hukum Hak
2) Mengajukan gugatan ganti Atas Merek Terhadap
rugi ke pengadilan niaga atas Tindakan Passing Off (Studi
pelanggaran hak mereknya dan Kasus Sengketa Merek GS
meminta penyitaan terhadap benda Atas Nama GS Yuasa
yang diumumkan atau hasil Corporation)
perbanyakannya. Untuk mencegah
kerugian yang lebih besar, hakim
1. Tindakan Passing Off Sebagai
dapat memerintahkan pelanggar
Pelanggaran
untuk menghentikan kegiatan
pengumuman dan/atau
perbanyakan ciptaan atau barang 1.1 Pengertian Passing Off
yang merupakan hasil pelanggaran Passing Off berkaitan
hak merek (putusan sela). dengan merek sebagai pranata
3) Melaporkan pelanggaran yang dikenal dalam Common
tersebut kepada pihak penyidik Law sering diartikan sebagai
POLRI dan/atau PPNS DJ KI tindakan pemboncengan reputasi
9
Pasal 68 Ayat (2), Undang – Undang
Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek

8
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

suatu merek untuk mendapatkan sehingga dikenal luas di


keuntungan bagi pihak yang masyarakat.12
melakukan tindakan tersebut.
Passing off juga diartikan adalah 2. Perlindungan Hukum Yang
tindakan yang mencoba meraih Diberikan Akibat Tindakan
keuntungan melalui jalan pintas Passing Off Ditinjau Dari
dengan segala cara dan dalih Kasus Sengeketa Merek GS
melanggar etika bisnis, norma Atas Nama GS Yuasa
kesusilaan maupun hukum.10 Corporation
Tindakan ini bisa terjadi dengan
mendompleng secara meniru atau 2.1 Kasus Posisi
memirip-miripkan kepada Sengketa Merek GS Atas
kepunyaan pihak yang telah Nama GS Yuasa Corporation
memiliki reputasi baik dan cara Dengan Merek Gisi Atas Nama
mendompleng reputasi (good PT. Gramitrama Battery
will) ini bisa terjadi pada bidang Indonesia. GS Yuasa
merek, paten, desain industri Corporation merupakan
maupun bidang hak cipta.11 perusahaan asal Jepang
berkedudukan di 1, Inobaba-Cho,
1.2 Bentuk Passing Off Nishinosho, Kisshoin, Minami-
Passing Off merupakan ku, Kyoto-shi, Kyoto, 601-8520,
pelanggaran merek yang akan Japan. GS Yuasa Corporation
mengakibatkan kerugian bagi merupakan perusahaan yang
pemilik merek sehingga perlu terbentuk pada tahun 2004 hasil
upaya untuk melindungi merek peleburan antara Yuasa Storage
yang telah mempunyai reputasi Battery Co., Ltd. Yang berdiri
tinggi. Dalam sistem Common sejak tahun 1918 dengan Japan
Law pihak yang merasa Storage Battery Co., Ltd. Yang
dirugikan dapat mengadakan berdiri sejak tahun 1917. GS
suatu aksi yang biasa dikenal Yuasa Corporation merupakan
dengan the action for passing off. pemegang merek GS terdaftar
Melalui gugatan atas adanya dengan nomor IDM000195665,
passing off, pihak yang dirugikan IDM000195666,
bisa menggugat pihak yang IDM000205166,
curang yaitu orang yang IDM000205167,
“membonceng” atas ketenaran IDM000000458 perpanjangan
dari nama, merek, orang lain (IDM)(Doc 2013/1859)(R
yang telah diciptakan dan 2013/449), IDM000163184,
dibentuk dengan susah payah IDM000000457 perpanjangan
serta mengeluarkan banyak (IDM)(Doc 2013/1863)(R
tenaga dan pembiayaan untuk 2013/451), IDMoooooo456
promosi nama atau merek perpanjangan (IDM)(Doc
tersebut yang kualitasnya tinggi, 2013/1861)(R 2013/450),

10 11
Djumhana, dan R. Djubaedillah, Op.cit, Ibid.
hlm. 235. 12
Djumhana, dan R. Djubaedillah, Op.cit.

9
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

IDM000000455 perpanjangan Merek GS terdaftar dengan


(IDM)(Doc 2013/1856)(R nomor 852,622 sejak tanggal 16
2013/1856), IDM000150906 Juli 1968, untuk melindungi jenis
(IDM)(Doc 2014/83288)(R – jenis barang yang termasuk
2014/10689), dan dalam kelas 9;
IDM000421358). GS Yuasa 6. Taiwan;
Corporation mendaftarkan Merek GS terdaftar dengan
produk-produknya di Indonesia nomor 00094118 sejak tanggal
sebagai berikut: Baterai otomotif, 21 Februari 1995, untuk
sistem penyuplai daya, baterai melindungi jenis – jenis barang
industry, pencahayaan yang termasuk dalam kelas 9
(penerangan, baterai ion litium Selama perjalanan
untuk EV, baterai ion litium usahanya di Indonesia, GS Yuasa
untuk HEV, baterai ion litium Corporation menemukan adanya
berukuran besar, charger untuk pelanggaran merek Passing Off
baterai ion litium. Selain di (pemboncengan reputasi) atas
Indonesia Merek GS milik GS merek GS untuk barang yang
Yuasa Corporation juga terdaftar termasuk dalam kelas 9,
di beberapa Negara sebagai khususnya jenis barang accu.
berikut, yaitu: Merek yang terindikasi
1. Jepang ; melakukan passing off
Merek GS terdaftar dengan (pemboncengan reputasi) teradap
nomor 0580382 sejak tanggal 15 merek GS milik GS Yuasa
september 1969, untuk Corporation adalah merek GiSi
melindungi jenis – jenis barang atas nama PT. Gramitrama
yang termasuk dalam kelas 9; Battery Indonesia yang dalam
2. Republik Rakyat Cina (RRC); kenyataannya di lapangan merek
Merek GS terdaftar dengan tersebut terdiri dari kata GS yang
nomor 99890 sejak tanggal 27 merupakan pokok merek,
Desember 1979, untuk sedangkan huruf I setelah G dan
melindungi jenis – jenis barang S hampir tidak terlihat sehingga
yang termasuk dalam kelas 9; tidak dapat dibedakan antara
3. Perancis; merek GS milik GS Yuasa
Merek GS terdaftar dengan Corporation dengan GS milik PT.
nomor 1487155 sejak tanggal 15 Gramitrama Battery Indonesia,
September 1979, untuk disamping itu secara umum jelas
melindungi jenis – jenis barang terlihat persamaan yang
yang termasuk dalam kelas 9; mencolok pada huruf G dan S.
4. Kanada; Dengan demikian tampilan kata
Merek GS terdaftar dengan GS pada merek GiSi sangat
nomor TMA 620,718 tanggal 27 dominan.
September 2004, untuk Contoh Gambar Merek Produk
melindungi jenis – jenis barang GS Milik GS Yuasa Corporation
yang termasuk dalam kelas 9; Dan Merek GiSi Milik PT.
5. Amerika Serikat; Gramitrama Battery Indonesia :

10
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

“pendaftaran harus ditolak


apabila mempunyai
persamaan pada pokoknya
atau keseluruhannya dengan
merek yang sudah terkenal
milik pihak lain untuk barang
dan/atau sejenisnya”.
Merek GS milik GS Yuasa Corporation Selanjutnya, Pasal 4
menambahkan bahwa
“Merek tidak dapat didaftar
atas dasar permohonan yang
diajukan oleh pemohon yang
beritikad tidak baik.”
Pendaftaran merek GiSi
menurut hakim di dasarkan
dengan itikad tidak baik maka
Merek GiSi milik PT GBI sesuai Pasal 4 Jo. Pasal 68
Undang – Undang Nomor 15
Tahun 2001 merek GiSi atas
3. Analisa Perlindungan Hukum
nama PT. Gramitrama Battery
Diberikan Akibat Tindakan
Indonesia harus dibatalkan
Passing Off Ditinjau Dari
karena didaftarkan dengan itikad
Kasus Sengeketa Merek GS
tidak baik.
Atas Nama GS Yuasa
Ditinjau dari aspek
Corporation
hukum masalah passing off
terhadap merek terkenal menjadi
3.1 Perlindungan Hukum sangat penting. Sehubungan
Terhadap Passing Off Menurut dengan itu, perlu adanya
Undang–Undang Merek perlindungan hukum dan
Singkat kata, dalam kepastian hukum bagi pemilik
kasus posisi yang di sajikan atau pemegang hak merek
dalam penulisan hukum ini terkenal dan perlindungan hukum
hakim menggunakan terhadap masyarakat sebagai
beberapa pasal dalam konsumen atas suatu barang atau
Undang – Undang Nomer 15 jasa yang memakai suatu merek
Tahun 2001 Tentang Merek agar tidak terkecoh oleh merek-
dalam memperkuat merek lain.
pertimbangan hukum yang Secara tegas pengaturan
menjadi dasar putusan yang passing off dalam undang-
di keluarkannya. undang merek Indonesia belum
Pertama, Pasal 6 ayat ada. Akan tetapi unsur - unsur
1 huruf b Undang-undang passing off telah terdapat dalam
No. 15 tahun 2001 tentang beberapa pasal seperti adanya
Merek. Pasal itu itikad baik, persamaan pada
menyebutkan bahwa pokoknya maupun
keseturuhannya, gugatan

11
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Prinsip itikad baik ini 3.2 Perlindungan Hukum


merupakan masalah etika moral Terhadap Passing Off Dilihat
sehingga pemohon yang ingin Dari Putusan Hakim
mernperoleh hak atas merek guna Sengketa merek GS atas
rnelakukan bisnis harus nama GS Yuasa Corporation
berlandaskan kejujuran dan tidak dengan merek GiSi atas nama
menghaialkan segala cara PT. Gramitrama Battery telah
sehingga dapat membingungkan dianggap selesai dengan Putusan
konsumen maupun merugikan Pengadilan Niaga pada
pihak lain. Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
No.
Mengenai persamaan 83/Merek/2012/PN.Niaga.Jkt.Pst
pada pokoknya atau tanggal 3 April 2013 yang di
keseluruhannya adalah kuatkan dengan Putusan
merupakan alasan terhadap Mahkamah Agung RI No. 130
penolakan merek oleh Ditjen PK/Pdt.Sus-HKI/2014 tanggal
HKI. Pada merek terkenal, 21 Januari 2015.
dinyatakan mempunyai Pendaftaran merek GiSi
persamaan pada pokoknya atau oleh PT Gramitrama Battery
keseluruhannya dengan merek Indonesia juga di nilai adanya
pihak lain, tidak hanya berdasar itikad tidak baik yang ingin
pada barang sejenis dan satu membonceng keterkenalan
kelas tetapi dapat berlainan jenis merek GS milik GS Yuasa
dan berbeda kelas serta tidak Corporation dengan mengambil
mensyaratkan merek tersebut keuntungan sebanyak –
terdaftar atau tidak. Terdaftar banyaknya secara tidak
atau tidak terdaftar, pemilik selayaknya.
merek terkenal dapat
mengajukan gugatan pembatalan Perbuatan para pesaing
ke Pengadilan. melakukan jalan pintas (free
riding) dengan membonceng
Gugatan pembatalan juga keterkenalan merek pihak lain
merupakan bentuk perlindungan dapat dikatakan sebagai tindakan
hukum hak atas merek dari passing off. Tindakan tersebut
perbuatan curang termasuk harus dicegah agar terjadi
passing off. Gugatan pembatalan persaingan yang jujur. Namun
dapat diajukan oleh pemilik Undang - Undang Merek
merek terdaftar maupun pemilik Indonesia belum mengatur secara
merek yang belum terdaftar tegas mengenai passing off
sebagaimana tersebut dalam Undang - Undang Merek hanya
Pasal 68 Undang - Undang mengenal jenis upaya - upaya
Nomor 15 Tahun 2001. hukum untuk melaksanakan
suatu merek dimana perbuatan -
perbuatan yang dapat dikatakan
sebagai pelanggaran merek harus
memenuhi syarat - syarat yaitu
perbuatan tersebut dilakukan

12
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

tanpa hak dengan menggunakan menjatuhkan putusannya. Oleh


merek untuk barang dan atau jasa karenanya, jika Undang - Undang
yang rnempunyai persamaan tidak memberi peraturan yang
pada pokoknya atau dipakai untuk menyelesaikan
keseluruhannya. perkara, maka hakim harus
membuat peraturan sendiri.
Apabila perkara passing Dengan demikian putusan
off diselesaikan melalui Pasal perkara passing off dapat
1365 KUH Perdata sebagai lex menggunakan yurisprudensi
generalis, hal ini kurang bisa sebagai dasar atau dalil hukum.
memberikan perlindungan
hukum karena unsur - unsur yang Agar dapat menjadi
ada dalam passing off tidak bisa yurisprudensi yang baik maka
diterapkan dalam Pasal 1365 putusan-putusan di bidang hak
KUH Perdata. Demikian juga kekayaan intelektual perlu
dalam Pasal .382. bis KUHP dibukukan baik dalam tingkat
sudah tidak mampu lagi untuk Pengadiran Negeri/Niaga
menangani perkara passing off maupun tingkat kasasi di
karena hanya mencakup unsur - Mahkamah Agung. Hal ini
unsur yang dikategorikan sebagai dimaksudkan agar dapat
persaingan curang. diketahui oleh umum dan
ditelaah apakah putusan tersebut
Kondisi demikian sesuai dengan ketentuan yang
mengakibatkan adanya berlaku dan bersendikan pada
kekosongan hukum sehingga Moral justice dan legal justice.
hakim harus mengisinya dengan
cara menemukan hukum atau Dalam perkara merek,
bahkan menurut paham legal putusan Pengadilan Negeri tidak
realism, hakim dituntut untuk dapat dilakukan banding. Upaya
membentuk hukum. Pasal 22 hukumnya adalah melalui kasasi.
A.B. (Algemene Bepalingen van Hal ini dimaksudkan untuk
Wetgeving voor Indonesia - mempercepat penyelesaian
Ketentuan-ketentuan Umum perkara merek. Di samping itu
tentang Peraturan Perundang - juga dimaksudkan untuk
undangan untuk Indonesia) juga mencegah kerugian yang lebih
memberikan kewenangan pada besar apabila perkara merek tidak
hakim untuk membuat peraturan segera diselesaikan.
guna menyelesaikan suatu
perkara. Pasal 27 Undang - Putusan - putusan
Undang Nomor 14 Tahun 1970 Pengadilan sangat berperan
jo. Undang - Undang Nomor 35 dalam memberikan perlindungan
Tahun 1999 tentang Ketentuan - hukum hak atas merek. Melalui
ketentuan Pokok Kekuasaan putusan Pengadilan dapat
Kehakiman juga memberikan dilakukan kontrol terhadap
kewenangan kepada hakim untuk Ditjen HKI yang telah
menggali dan menemukan memberikan hak atas merek.
hukum sebagai dasar dalam Kontrol tersebut bisa berupa

13
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

pembatalan merek. Selain itu Bahwa merek sebagaimana


putusan Pengadilan juga dapat tersebut di atas adalah
digunakan sebagai pedoman merupakan merek yang
terhadap putusan berikutnya mempunyai reputasi tinggi. Tak
melalui pertimbangan dapat dipungkiri bahwa semua
hukumnya. tindakan passing off bermula dari
adanya merek yang telah
Bertitik tolak dari putusan mempunyai reputasi tinggi
pengadilan tersebut di atas sehingga menjadi merek
ternyata dapat memberikan terkenal. Kondisi ini diakibatkan
perlindungan hukum hak atas karena para kompetitor ingin
merek terhadap tindakan passing meraih keuntungan dengan
off. Pertimbangan hukum menggunakan merek terkenal.
putusan Pengadilan dalam kasus
merek tersebut dapat disebutkan Penggunaan merek
pertama adanya unsur persamaan terkenal tanpa hak merupakan
pada pokoknya maupun penipuan pada masyarakat
keseluruhannya sehingga karena mereka akan mengira dan
menimbulkan penyesatan pada menggambarkan bahwa merek
masyarakat tentang asal barang. tersebut bermutu baik. Padahal
Kedua merek yang ditiru adalah barangnya bukan berasal dari
merek terkenal yang telah pemilik merek terkenal
memunyai reputasi dan ketiga sesungguhnya. Penggunaan
adalah bahwa peniruan tersebut merek terkenal tanpa hak juga
menimbulkan kerugian pada akan membawa kerugian tidak
pemilik merek sesungguhnya. hanya kepada pemilik itu sendiri
tetapi juga kepada masyarakat
Persamaan pada luas, kerugian tersebut juga tidak
pokoknya (Misrepresentation) hanya mengenai hasil penjualan
sering dibuat oleh para pihak tetapi juga kehilangan
yang ingin mengeruk keuntungan penggunaan hak eksklusif atas
dengan jalan pintas sehingga suatu merek.
masyarakat terkecoh yaitu
dengan membuat atau meniru
merek pihak lain untuk
membonceng reputasi merek IV. KESIMPULAN
lain. Masyarakat akan bingung A. Kesimpulan
atas penggunaan merek tanpa hak Berdasarkan uraian dari
karena masyarakat akan pembahasan penelitian hukum
menyimputkan bahwa pemilik ini, maka dapat ditarik
merek tersebut saling kesimpulan sebagai berikut:
berhubungan atau barang/jasa 1. Pengaturan Perlindungan
berasal dari pihak yang sama atau terhadap merek terkenal di dalam
setidak - tidaknya dilisensikan. hukum di Indonesia tidak diatur
Unsur lain dari passing secara khusus, namun bukan
off adalah adanya reputasi. berarti merek terkenal tersebut
tidak mendapatkan perlindungan

14
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

di Indonesia. Perlindungan yang diuraikan, maka dapat


diberikan berupa perlindungan dikemukakan saran sebagai
yang sama dengan merek pada berikut:
umumnya yang di berikan di 1. Penilaian terhadap keterkenalan
dalam Undang – Undang No. 15 suatu merek sangat bergantung
Tahun 2001. pada subjektifitas hakim yang
2. Passing Off belum begitu memeriksa perkara tersebut.
dikenal di Indonesia, oleh karena Sedangkan pertimbangan hakim
itu pengaturan tentang passing sangat dipengaruhi oleh berbagai
off belum di atur secara khusus di faktor lain di luar pengetahuan
dalam UU No. 15 Tahun 2001. yang dimilikinya. Oleh sebab itu,
Namun, Undang - Undang Merek perlu dilakukan suatu mekanisme
Indonesia dalam beberapa dan upaya untuk mengatasinya
ketentuan pasalnya telah dimana keterkenalan suatu merek
melindungi hak atas merek tidak lagi menjadi perdebatan.
terhadap tindakan passing off Penulis menyarankan agar dibuat
dengan indikasi perbuatan itu suatu register merek-merek yang
masuk kedalam perbuatan terkenal yang harus diakui oleh
pelanggaran merek. negara - negara anggota dan
Prinsip itikad baik yang mengaharuskan negara-negara
terkandung dalam Pasal 4 anggota tersebut tunduk pada
Undang - Undang Merek kesepakatan ini.
mempunyai pengertian bahwa 2. Untuk meminimalisasi terjadinya
pemohon yang mendaftar sengketa merek sepeti passing
mereknya harus dilandasi off, penulis menyarankan agar
kejujuran, itikad baik, dan tanpa Direktorat Merek lebih berhati-
niat apapun untuk membonceng, hati dalam menerima pendaftaran
meniru dan menjiplak ketenaran suatu merek dalam daftar umum
merek pihak lain sehingga dapat merek. Sistem yang ada dalam
menyesatkan masyarakat. Jadi Kantor Merek sebaiknya segera
prinsip itikad baik dapat diperbaiki sehingga daftar merek
melindungi hak atas merek yang sudah diregister dalam
terhadap tindakan passing off daftar umum merek dapat diakses
karena terkandung unsur dengan mudah dan cepat dan
misrepresentation. Selain itu didapat informasi yang tepat
penggunaan merek dengan sebelum menerima sebuah
dilandasi itikad tidak baik akan pendaftaran merek apakah
mengakibatkan kerugian dalam mempunyai persamaan pada
bisnis perdagangan yang pokoknya ataupun
dilakukan oleh pedagang. Hal ini keseluruhannya dengan merek
pun merupakan unsur passing off. pihak lain yang sudah terdaftar.
Hal ini semata-mata untuk
B. Saran menghindari precedent buruk
Didasarkan atas hasil atas perlindungan HKI dimata
penelitian dan pembahasan dunia internasional.
sebagaimana yang telah Perlindungan hak dan kekayaan

15
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

intelektual yang tidak baik tentu TRIPS, GATT, Macron


akan dapat membawa dampak Uruguay (1994). Bandung:
yang kurang baik juga bagi Citra Aditya Bakti.
bangsa dan negara kita
khususnya dalam perkembangan Hadjon, P. M. (2007). Perlindungan
sektor ekonomi yang sampai saat Hukum Bagi HaKI di
ini masih membutuhkan investasi Indonesia Edisi Khusus.
dari para investor luar negeri. Bandung: Peradaban.
Harahap, M. Y. (1996). Tinjauan
V. DAFTAR PUSTAKA Merek Secara Umum dan
Hukum Merek di Indonesia
A. Buku Literatur Berdasarkan Undang -
Adisumarto, H. (1990). Hak Milik Undang No. 19 Tahun 1992.
Intelektual Khususnya Paten Bandung: PT. Citra Aditya
dan Merek: Hak Milik Bakti.
Perindustrian (Industrial Imam Syahputra, e. (1997). Hukum
Property). Jakarta: CV. Merek Baru Indonesia : Seluk
Akademika Pressindo. Beluk Tanya Jawab. Jakarta:
Ali, Z. (2000). Metode Penelitian Harvarindo.
Hukum. Jakarta: Sinar Kertawijaya, H. (1996). Marketing
Grafika. Plus 2000, Siasat
Amiruddin, H. Z. (2004). Pengantar Memenangkan Persaingan
Metode Penelitian Hukum. Global. Jakarta: PT. Gramedia
Jakarta: PT Raja Grafindo Pustaka Utama.
Persada. Kurnia, T. S. (2011). Perlindungan
Ashsofa, B. ( 2007). Metode Hukum Terhadap Merek
Penelitian Hukum. Jakarta: Terkenal di Indonesia Pasca
Rineka Cipta. Perjanjian TRIPs. Bandung:
PT. Alumni.
Djumhana, M. ( 2000).
Perkembangan Doktrin dan Margono, S. (2010). Aspek Hukum
Teori Perlindungan Hak Komersialisasi Aset
Kekayaan Intelektual. Intelektual. Bandung: CV
Bandung: PT. Citra Aditya Nuasa Aulia.
Bakti. Margono, S. (2010). Aspek Hukum
dkk, T. L. (2011). Hak Milik Komersialisasi Aset
Intelektual Suatu Pengantar, Intelektual. Bandung: CV
cet ke-6. Bandung: Asean Law Nuasa Aulia.
Group Pty. Ltd bekerjasama Marzuki, P. M. (2005). Penelitian
dengan alumni. Hukum. Jakarta: Prenada
Gautama, S. (1994). Hak Milik Media.
Intelektual Indonesia don Maulana, I. B. (1999). Perlindungan
Perjanjian Internasional: Merek Terkenal Di Indonesia

16
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Dari Masa Ke Masa. Usman, R. (2003). Hukum hak atas


Bandung: PT. Citra Aditya kekayaan intelektual:
Bakti. perlindungan dan dimensi
hukumnya di Indonesia.
Muhamad Djumhana, R. ( 1997). Hak Bandung: Alumni.
Milik Intelektual Sejarah
Teori dan Prakteknya Di Widjaja, A. (2005). Internal Auditing
Indonesia. Bandung: PT. Citra Edisi Ke- 5. Yogyakarta:
Aditya Bakti. BPFE.
Muhamad Djumhana, R. (2014). Hak Widjaja, G. (2001). Waralaba Seri
Milik Intelektual Sejarah hukum Bisnis. Bandung:
Teori dan Prakteknya Di Rajawali Pers.
Indonesia. Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti. Winarno. (1973). Dasar Dan Teknik
Research : Pengertian
Muhammad, A. (2001). Kajian Metodologi Ilmiah. Bandung:
Hukum Ekonomi Hak CV. Tarsito.
Kekayaan Intelektual.
Bandung: PT. Citra Aditya Winata, W. G. (1997). Pernbaharuan
Bakti. Hukum Merek di Indonesia
(Datum rangka WTO. TRIPS)
Muhammad, A. K. (2004). Hukum 1997. Bandung: Citra Aditya
dan Penelitian Hukum. Sakti.
Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti. B. Peraturan Perundang –
undangan
PS, D. (1996). Pokok – Pokok Metode
Riset dan Bimbingan Teknis
Penulisan Skripsi. Undang – Undang Republik
Yogyakarta: Liberti. Indonesia Nomor 19 Tahun
1992 Tentang Merek
Santoso, B. (2011). HKI Hak Undang – Undang Republik
Kekayaan Intelektual. Indonesia Nomor 14 Tahun
Semarang: Pustaka Magister. 1997 Tentang Merek
Soerjono Soekanto, S. M. (2010). Undang – Undang Republik
Penelitian Hukum Normatif Indonesia Nomor 15 Tahun
Suatu Tinjauan Singkat. 2001 Tentang Merek
Jakarta: Radjawali Pers. Keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor 17 Tahun 1997
Sutedi, A. (2013). Hak Atas tentang pengesahan Trademark Law
Kekayaan Intelektual. Jakarta: Treaty
Sinar Grafika. Keputusan Menteri Kehakiman
Usman, R. (2003). Hukum hak atas Republik Indonesia Nomor M.03-
kekayaan intelektual: Hc.02.01 Tahun 1991
perlindungan dan dimensi Yurispudensi Mahkamah Agung
hukumnya di Indopnesia. Republik Indonesia Nomor 1486
Bandung: Alumni.

17
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

K/Pdt/1991, Tanggal 28 November Intelektual


1995 Indonesia.dansur.blogster.com/sejar
Yurispudensi Mahkamah Agung ah_dan_perkembangan.html - 46k di
Republik Indonesia Nomor 426 akses pada tanggal 21 april 2016
PK/Pdt/1994, Tanggal 03 November pukul 14.34 WIB
1995

( HYPERLINK
C. Artikel "http://www.hukumonline.com/berita/
baca/hol20887/dapatkah-doktrin-
passing-off-diaplikasikan-di-indonesia"
Bharat Baksharti, Enforcement of http://www.hukumonline.com/berita/
Trademark Rights in Indio : baca/hol20887/dapatkah-doktrin-
Recent Development, passing-off-diaplikasikan-di-
Trademark World, June/July indonesia ) diakses pada tanggal 22
2000 No.128 maret 2016 pada pukul 22.15 WIB

Frans. H. Winata, Pemboncengan Ratih Amalia, “hak merek” HYPERLINK


Reputasi Merek (Passing Off) "https://rateymal.wordpress.com/2014/05/
sebagai Tindakan Persaingan 01/hak-merek/"
Curang, https://rateymal.wordpress.com/2014
http://yphindonesia.org/index. /05/01/hak-merek/ di akses pada
php/publikasi/artikel/ diakses tanggal 18 april 2016 pada pukul
tanggal 5 Maret 2016 16:48

Kurniasih, Dwi Agustine. Prasetyo Hadi Purwandoko,


Perlindungan Hukum Pemilik HYPERLINK
Merek Terdaftar Dari "https://prasetyohp.wordpress.com/proble
Perbuatan Passing Off matika-perlindungan-merek-di-indonesia/"
(Pemboncengan Reputasi), https://prasetyohp.wordpress.com/pr
Media HKI Buletin Informasi oblematika-perlindungan-merek-di-
dan Keragaman HKI, Vol. indonesia/ di akses pada tanggal
V/No. 6/Desember 2008. 16/05/2016, pada pukul 04:20

Raharjo, Satjipto. Penyelenggaraan


Keadilan dalam Masyarakat
yang Sedang Berubah. Jurnal
Masalah Hukum. 1993

D. Internet

Daniel Suryana, Sejarah dan


Perkembangan Hak Kekayaan

18

Anda mungkin juga menyukai