Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

PERSALINAN SPONTAN DI RUANG VK

KONSEP PERSALINAN NORMAL


1. Definisi
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar.
Persalinan normal dapat juga diartikan sebagai suatu proses dimana janin
cukup bulan dengan presentasi belakang kepala, masuk melalui jalan lahir
sesuai dengan kurva partograf normal dan lahir secara spontan (Manuaba,
2010).
Induksi persalinan adalah upaya memulai persalinan dengan cara-
cara buatan sebelum atau sesudah kehamilan cukup bulan dengan jalan
merangsang timbulnya his (Sinclair, 2009).

Adapun indikasi induksi persalinan yaitu ketuban pecah dini,


kehamilan lewat waktu, oligohidramnion, korioamnionitis, preeklampsi berat,
hipertensi akibat kehamilan, intrauterine fetal death (IUFD) dan
pertumbuhan janin terhambat (PJT), insufisiensi plasenta, perdarahan
antepartum, dan umbilical abnormal arteridoppler (Oxorn, 2010).

Induksi dimaksudkan sebagai stimulasi kontraksi sebelum mulai


terjadi persalinan spontan, dengan atau tanpa rupture membrane.
Argumentasi merujuk pada stimulasi terhadap kontraksi spontan yang
dianggap tidak adekuat karena kegagalan dilatasi serviks dan penurunan janin
(Cunningham, 2013).

Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh virus


Hepatitis B, suatu anggota famili hepadnavirus yang dapat menyebabkan
peradangan hati akut atau kronis yang dapat berlanjut menjadi sirosis hati
atau kanker hati. Hepatitis B akut jika perjalanan penyakit kurang dari 6
bulan sedangkan Hepatitis B kronis bila penyakit menetap, tidak
menyembuh secara klinis atau laboratorium atau pada gambaran patologi
anatomi selama 6 bulan (Mustofa & Kurniawaty, 2013).

2. Jenis-jenis Persalinan
Menurut Mitayani. (2009)
a. Persalinan spontan
Bila persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri melalui jalan
lahir
b. Persalinan buatan
Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi dengan
forceps atau dilakukan operasi cesarean.
c. Persalinan anjuran
Bila persalinan tidak dimulai dengan sendirinya, baru berlangsung setelah
pemecahan ketuban, pemberian phytomenadione

3. Sebab-Sebab Terjadinya Persalinan


Pada akhir kehamilan, uterus secara progresif lebih peka sampai akhirnya
mulai berkontraksi kuat secara ritmik dengan kekuatan sedemikian rupa
sehingga bayi dilahirkan. Penyebab peningkatan aktivitas uterus yang
sebenarnya tidak diketahui, tetapi sedikitnya ada 2 kategori pengaruh utama
yang menyebabkan timbulnya puncak kontraksi yang berperan dalam
persalinan :
a. Teori penurunan hormone
1 – 2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan hormone estrogen
dan progesterone.progetseron bekerja sebagai penenang otot-otot polos
rahim dan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbulk
his bila kadar progetsteron turun/rendah
b. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot
rahim sehingga mengganggu sikrulasi utero placenta.
c. Teori placenta menjadi tua
Akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesterone yang
menyebabkan kekejangan pada pembuluh darah.
d. Teori iritasi mekanik
Di belakang serviks terletak ganglon servikale,bila ganglion ini digeser
dan ditekan oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus
e. Induksi partus-partum dapat pula ditimbulkan dengan jalan
1) Bagang laminaria
Beberapa laminarian dimasukkan dalam kanalis servikalis dengan
tujuan rangsang pleksus frakenhouser.
2) Amniotomi
Pemecahan ketuban
3) Okstisosin drips
Pemberian oksitosin menurut tetesan/infuse
(Mitayani. 2009)

4. Macam-Macam Persalinan Menurut Usia Kehamilan


Persalinan berdasarkan usia kehamilan yaitu:

1) Abortus : pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup

diluar kandungan, berat janin <500 gram atau usia kehamilan

kurang dari 20 minggu (Fadlun, 2012).

2) Partus Immaturus : partus dari hasil konsepsi pada kehamilan

dibawah 28 minggu dengan berat janin kurang dari 1000 gram

3) Partus Prematurus : kelahiran hidup bayi dengan berat antara 1000

gram sampai 2500 gram sebelum usia 37 minggu


4) Partus Maturus atau Aterm : persalinan pada kehamilan 37-42

minggu, berat janin diatas 2500 gram.

5) Partus Postmaturus atau Postterm : persalinan yang terjadi 2

minggu atau lebih dari hari perkiraan lahir (Saifuddin, 2014)

5. Patofisiologi
( hafifah, (2011))

6. Tanda-Tanda Persalinan
Menurut Puspita ,Esa 2015 tanda – tanda persalinan terdiri dari
a. Kala I
Tanda dan gejala :
 His sudah Adekuat
 Penipisan dan pembukaan serviks sekurang – kurangnya 3 cm
 Keluar cairan dari vagina dalam bentuk lendir bercampur darah
His dianggap adekuat bila:
 His bersifat teratur, minimal 2x tiap 10 menit dan berlangsung
sedikitnya 40 detik
 Uterus mengeras pada waktu kontraksi, sehingga tidak didapatkan
cekungan lagi bila dilakukan penekanan diujung jari
 Serviks membuka.
Lama kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan pada
multigravida sekitar 8 jam. Proses membukanya serviks sebagai akibat
his dibagi dalam 2 fase:
1) Fase laten : berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat
lembut sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
2) Fase aktif : dibagi dalam 3 fase lagi, yakni :
 Fase akselerasi : dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi
4 cm
 Fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan
brlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
 Fase diselarasi : pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam
waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap ( 10 cm )
Fase – fase tersebut dijumpai pada primigavida. Pada multigrafida
pun terjadi demikian, akan tetapi fase laten, aktif, dan diselerasi
terjadi lebih pendek.
1) Monitoring keadaan janin selama persalinan, meliputi :
- Denyut jantung janin(N: 120-160)
- Kontraksi uterus
2) Monitoring ibu selama persalinan, meliputi
- Tanda vital (tensi, nadi, suhu)
- Kandung kemih
- Pemeriksaan vagina
- Asupan oral/intravena
- Analgesia
b. Kala II
Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10
cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga disebut sebagai
kala pengeluaran bayi.
1) Gejala dan Tanda:
 Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi.
 Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan/atau
vaginanya.
 Perineum menonjol.
 Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.
 Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
Tanda pasti kala dua ditentukan melalui periksa dalam (informasi
obyektif) yang hasilnya adalah:
 Pembukaan serviks telah lengkap, atau
 Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.

2) Batasan Waktu kala II


Proses ini biasanya berlangsung selama 2 jam pada primi dan 1 jam
pada multi .
3) Penanganan persalinan Kala II
Yang harus di lakukan bidan dalam fase ini adalah memeberikan
dukungan secara terus menerus kepada ibu pada saai ibu mengedan.
Penolong harus menjaga kebersihan dirinya, seprti menggunakan APD
( alat pelindung diri) supaya menghindari dirinya dari infeksi.
4) Penatalaksanaan Persalinan kala II
 Mulai mengejan
Jika sudah didapatkan tanda pasti kala dua tunggu ibu sampai
merasakan adanya dorongan spontan untuk
mengejan.Meneruskan pemantauan ibu dan bayi.
 Memantau selama penatalaksanaan kala II persalinan.
Melanjutkan penilaian kondisi ibu dan janin serta kemajuan
persalinan selama kala dua persalinan secara berkala.
Memerikasa dan mencatat nadi ibu setiap 30 menit. Frekuensi
dan lama kontraksi selama 30 menit, denyut jantung janin setiap
selesai meneran, penurunan kepala bayi melalui pemeriksaan
abdomen, warna cairan ketuban, apakah ada presentasi majemuk,
putaran paksi luar, adanya kehamilan kembar dan semua
pemeriksaan dan intervensi yang dilakukan pada catatan
persalinan.
 Posisi ibu saat mengejan
Membantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman
baginya. Ibu dapat berganti posisi secara teratur selama kala dua
persalinan karena hal ini sering kali mempercepat kemajuan
persalinan.

c. Kala III
Tahap ketiga persalinan dimulai sejak bayi lahir sampai plasenta
lahir,tujuan penanganan tahap ketiga persalinan adalah pelepasan dan
ekspulsi plasenta segera yang dicapai dengan cara yang paling mudah dan
paling aman, setelah bayi lahir dengan adanya kontraksi uterus yang
kuat,sisi plasenta akan jauh lebih kecil sehingga tonjolan vili akan pecah
dan plasenta akan lepas dari perlekatannya,dalam keadaan normal lima
sampai tujuh menit setelah kelahiran bayi plasenta akan lahir, pelepasan
plasenta di indikasikan dengan tanda-tanda sebagai berikut :
1) Fundus yang berkontraksi kuat
2) Perubahan bentuk uterus dari bentuk cakram menjadi bulat oval,
sewaktu plasenta bergeser ke bawah segmen rahim
3) Darah yang berwarna gelap tiba-tiba keluar dari introitus
4) Tali pusat bertambah panjang dengan mendekati introitus
5) Vagina akan penuh oleh plasenta
Waktu Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya
plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit pada ibu primi dan
multi.
Tujuan manajemen aktif kala III adalah untuk menghasilkan
kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu,
mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan darah kala tiga
persalinan jika dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis.

d. Kala IV
Kala IV adalah kala pemulihan masa yang kritis ibu dan anaknya,
bukan hanya proses pemulihan secara psikis setelah melahirkan. Kala IV
dimulai dari saatnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum pada ibu
primi dan multi. Pada kala IV ibu masih membutuhkan pengawasan yang
intensive karena perdarahan dapat terjadi, misalnya karena atonia, uteri,
robekan pada serviks dan perineum. Rata rata jumlah perdarahan normal
100-300 cc, bila perdarahan diatas 500 cc maka dianggap patologi. Perlu
diingat ibu tidak perlu ditinggalkan sendiri dan belum boleh dipindahkan
ke kamarnya.
Pengkajian dimulai dengan meninjau kembali catatan prenatal dan
persalinan hal yang paling penting adalah keadaan-keadaan yang dapat
menyebabkan predisposisi perdarahan pada ibu, misalnya:
 Persalinan yang cepat
 Bayi yang besar
 Grande multipara
 Persalinan dengan induksi
Obeservasi yang harus dilakukan :
1) Kesadaran penderita, mencerminkan kebahagiaan karena
tugasnya untuk melahirkan bayi telah selesai.
2) Pemeriksaan yang dilakukan : tekanan darah , nadi,
pernafasan, dan suhu: kontraksi rahim yang keras, perdarahan
yang mungkin serviks, kandung kemih dikosongkan, karena
dapat mengganggu kontaksi rahim.
3) Bayi yang telah dibersihkan diletakkan di samping ibunya agar
dapat memulai pemebrian ASI
4) Observasi dilakukan selama 2 jam dengan interval
pemeriksaan setiap 2 jam.
5) Bila keadaan baik, parturien di pindahkan keruangan inap
bersama –sama bayinya.
(Sinta, Janing.2013)

7. Faktor-Faktor dalam Persalinan


a. Power (kekuatan yang mendorong janin keluar):
- His (kontraksi uterus): gerakan memendek dan menebal otot-otot
rahim yang terjadi untuk sementara waktu.
- Retraksi: pemendekan otot-otot rahim yang menetap setelah terjadi
kontraksi
- Tenaga sekunder (mengejan): kontraksi otot-otot dinding perut dan
diafragma serta ligmentous action terutama ligament rotundum
b. Passages (jalan lahir): tulang panggul, serviks, vagina dan dasar panggul
c. Passenger (janin): kepala janin, plasenta, selaput dan cairan ketuban.
(Sinta, Janing.2013)

8. PSIKIS (PSIKOLOGIS)
Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah
benar-benar terjadi realitas “kewanitaan sejati” yaitu munculnya rasa bangga
bias melahirkan atau memproduksi anaknya. Mereka seolah-olah
mendapatkan kepastian bahwa kehamilan yang semula dianggap sebagai
suatu “keadaan yang belum pasti“sekarang menjadi hal yang nyata.
Psikologis meliputi:
 Melibatkan psikologis ibu, emosi dan persiapan intelektual
 Pengalaman bayi sebelumnya
 Kebiasaan adat
 Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu
Sikap negatif terhadap persalinan dipengaruhi oleh:
 Persalinan sebagai ancaman terhadap keamanan
 Persalinan sebagai ancaman pada self-image
 Medikasi persalinan
 Nyeri persalinan dan kelahiran

9. Penatalaksanaan Persalinan Normal (APN)

Asuhan Persalinan Normal (APN) terdiri dari 60 langkah, sebagai


berikut :
1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua.
2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk
mematahkan ampul oksitosin dan memasukan alat suntik sekali pakai 2½ ml ke
dalam wadah partus set.
3. Memakai celemek plastik.
4. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan degan
sabun dan air mengalir.
5. Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan
digunakan untuk pemeriksaan dalam.
6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan
oksitosin dan letakan kembali ke dalam wadah partus set.
7. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan
vulva ke perineum.
8. Melakukan pemeriksaan dalam (pastikan pembukaan sudah lengkap dan
selaput ketuban sudah pecah).
9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan
klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya
dalam larutan klorin 0,5%.
10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai (pastikan
DJJ dalam batas normal (120 – 160 x/menit).
11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik,
meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin
meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran
(pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia
merasa nyaman.
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat
untuk meneran.
14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
15. Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika
kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm.
16. Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu.
17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat
dan bahan.
18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 – 6 cm,
memasang handuk bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu.
20. Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin.
21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar
secara spontan.
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental.
Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut
gerakan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah
arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu
belakang.
23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk
menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas.
24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung ke arah
bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari
telunjuk tangan kiri di antara kedua lutut janin).
25. Melakukan penilaian selintas : (a) Apakah bayi menangis kuat dan atau
bernafas tanpa kesulitan? (b) Apakah bayi bergerak aktif ?
26. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh
lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah
dengan handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi di atas perut ibu.
27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam
uterus.
28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus
berkontraksi baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM
(intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikan oksitosin).
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3
cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit
kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
31. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut
bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut.
32. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi
kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan
simpul kunci pada sisi lainnya.
33. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di
kepala bayi.
34. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva.
35. Meletakan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis,
untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
36. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan
kanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah
dorsokrainal. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, hentikan
penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan
mengulangi prosedur.
37. Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta
terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah
sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap
lakukan tekanan dorsokranial).
38. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan
hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan
dan lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan
mencegah robeknya selaput ketuban.
39. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase (pemijatan) pada fundus
uteri dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian
palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
40. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan
untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir
lengkap, dan masukan ke dalam kantong plastik yang tersedia.
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan
penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
42. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
43. Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan
klorin 0,5%, bersihkan noda darah dan cairan tubuh, lepaskan secara terbalik
dan rendam sarung tangan dalam larutan klorin 0,5 % selama sepuluh menit.
Cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir, keringkan tangan dengan
tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering. Kemudian pakai sarung
tangan untuk melakukan pemeriksaan fisik bayi.
44. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling
sedikit 1 jam.
45. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata
antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri
anterolateral.
46. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi
Hepatitis B di paha kanan anterolateral.
47. Celupkan tangan dilarutan klorin 0,5% ,dan lepaskan secara terbalik dan
rendam, kemudian cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir,
keringkan dengan handuk bersih dan pakai sarung tangan.
48. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan
pervaginam.
49. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi.
50. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
51. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit
selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua
pasca persalinan.
52. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan
baik.
53. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di
dekontaminasi.
54. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
55. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Membersihkan sisa
cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih
dan kering.
56. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu
apabila ibu ingin minum.
57. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
58. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan
sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin
0,5%.
59. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
60. Melengkapi partograf.

A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
a. Biodata klien
b. Keluhan utama: Keluar cairan warna putih, keruh, jernih, kuning,
hijau / kecoklatan sedikit / banyak, pada periksa dalam selaput
ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering, inspeksikula tampak air
ketuban mengalir / selaput ketuban tidak ada dan air ketuban sudah
kering
c. Riwayat haid
Umur menarchi pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar,
konsistensi, siklus haid, hari pertama haid dan terakhir, perkiraan
tanggal partus.
d. Riwayat Perkawinan
e. Riwayat Obstetris
Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, hasil laboraturium : USG ,
darah, urine, keluhan selama kehamilan termasuk situasi emosional
dan impresi, upaya mengatasi keluhan, tindakan dan pengobatan
yang diperoleh.
f. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah di diderita pada masa lalu, bagaimana cara
pengobatan yang dijalani nya, dimana mendapat pertolongan, apakah
penyakit tersebut diderita sampai saat ini atau kambuh berulang –
ulang.
g. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan
secara genetic seperti panggul sempit, apakah keluarga ada yg
menderita penyakit menular, kelainan congenital atau gangguan
kejiwaan yang pernah di derita oleh keluarga.
h. Kebiasaan sehari –hari
Pola nutrisi, pola istirahat tidur, pola eliminasi, personal hygiene,
aktivitas, rekreasi, dan hiburan.
i. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan kesadaran klien, BB / TB, tekanan darah, nadi,
pernafasan dan suhu. Head To Toe

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, pecah ketuban,
kerusakan kulit, penurunan hemoglobin, pemajanan pada patogen.
b. Nyeri berhubungan dengan terjadinya ketegangan otot rahim.
c. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan atau informasi
tentang proses persalinan.
d. Gangguan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan adanya nyeri,
peningkatan HIS.
e. Intoleransi aktifitas b.d. kelemahan fisik

C. INTERVENSI

Diagnosa Tujuan/KH Intervensi Rasional


Keperawaan
Resiko infeksi Tujuan : 1. Tinjau ulang 1. Kondisi dasar ibu,
berhubungan dengan Infeksi tidak kondisi/faktor seperti diabetes atau
prosedur invasif, terjadi pada ibu risiko yang ada hemoragi,
pecah ketuban, Kriteria hasil : sebelumnya. menimbulkan
kerusakan kulit, Pencapaian tepat Catat waktu potensial resiko
penurunan waktu pada pecah ketuban. infeksi atau
hemoglobin, pemulihan luka 2. Kaji terhadap penyembuhan luka
pemajanan pada tanpa komplikasi tanda dan gejala yang buruk.
patogen infeksi 2. Pecah ketuban
(misalnya: terjadi 24jam
peningkatan sebelum
suhu, nadi, pembedahan dapat
jumlah sel darah menyebabkan
putih, atau amnionitis sebelum
bau/warna rabas intervensi bedah dan
vagina). dapat mengubah
3. Berikan penyembuhan luka.
perawatan
perineal 3. Untuk mencegah
sedikitnya setiap agar tidak terjadi
4 jam bila infeksi
ketuban telah
pecah

Nyeri berhubungan Tujuan : 1. Monitor tanda – 1. Nyeri dapat


dengan terjadi nya Rasa nyeri tanda vital : TD, mengakibatkan
ketegangan otot rahim berkurang pernafasan, nadi peningkatan
Kriteria hasil : dan suhu frekuesni pernafasan
- klien tampak 2. Atur posisi klien dan nadi
tenang 2. Untuk memberikan
- klien tampak 3. Berikan kenyamanan pada
nyaman lingkungan yang klien
nyaman dan 3. Agar klien dapat
batasi beristirahat
pengunjung
4. Ajarkan klien 4. Untuk mengurangi
teknik relaksasi rasa nyeri yang
dirasakan klien
Ansietas berhubungan Tujuan : 1. Tinjau proses 1. Memberikan
dengan kurang nya klien pengetahuan penyakit dan pengetahuan dasar
pengetahuan atau klien bertambah harapan masa dimana klien dapat
informasi tentang setelah diberikan depan membuat pilihan
proses persalinan informasi 2. Dorong periode 2. Agar klien tidak
mengenai proses istirahat yang merasa jenuh dan
persalinannya adekuat dengan mempercepat proses
- Kriteria hasil aktifitas penyembuhan
klien tidak terjadwal 3. Agar klien mengerti
resah lagi 3. Berikan dengan bahaya nya
dengan pelayanan infeksi dan penyakit
peyakit nya kesehatan nya
- menunjukkan mengenai 4. Menunjukkan
pemahaman penyakit nya realitas situasi yang
akan proses 4. Jelaskan kepada dapat membantu
penyakit dan klien apa yg klien atau orang
prognosis terjadi, berikan terdekat menerima
kesempatan realitas dan mulai
untuk bertanya menerima apa yang
dan berikan terjadi
jawaban yang
terbuka dan
jujur
Gangguan kebutuhan Tujuan : 1. Lakukan 1. agar dapat
istirahat tidur kebutuhan pengkajian memberikan
berhubungan dengan istirahat tidur terhadap gambaran sampai
adanya nyeri , klien terpenuhi gangguan sejauh mana
peningkatan HIS Kriteria hasil : kebutuhan tidur kebutuhan tidur
- klien dapat 2. Motivasi klien terganggu
tidur dengan agar 2. Dengan
tenang dan mengalihkan mengalihkan
tidak gelisah perhatian perhatian, maka
- klien 3. Monitor perhatian klien tidak
menunjukkan kebutuhan tidur hanya tertuju pada
pola tidur yang 4. Ciptakan rasa nyeri sehingga
adekuat suasana membantu relaksasi
nyaman pada klien sewaktu
tidur
3. untuk mengetahui
apakah kebutuhan
tidur klien terpenuhi
seperti biasa atau
belum
4. suasana yang tenang
dapat membantu
relaksasi sehingga
nyeri berkurang dan
klien bisa tidur

Intoleransi aktifitas Tujuan: 1. Bantu pasien 1. agar klien merasa


b.d. kelemahan fisik - aktivitas kembali dalam nyaman dan tenang
sesuai memenuhi 2. kelelahan dapat
kemampuan kebutuhan menyebabkan lama
pasien. sehari-hari nya proses
Kriteria hasil: seminimal penyembuhan klien,
-pasien bisa 2. mungkin. jadi dengan
beraktivitas 3. Beri posisi menghindari
seperti biasa. nyaman. kegiatan yang
4. Anjurkan melelahkan dapat
menghemat membantu proses
energy hindari penyembuhan
kegiatan yang 3. proses
melelahkan. penyembuhan
5. -Jelaskan
pentingnya
mobilisasi diri.

Anda mungkin juga menyukai