Anda di halaman 1dari 9

Abstrak

Perceraian yang dilakukan oleh seorang suami dan istri menimbulkan akibat terhadap anak-
anaknya baik secara moril maupun mteriil. Secara moril bahwa anak-anaknya terssebut
menanggung konsekuensi bahwa kedua orang tuanya tidak bersama lagi dalam ssuatu rumah
tangga yang otomatis perhatian dan kasih sayang yang tercurah pada anak tidak seperti saat
berkumpul dahulu. Secara materiil diberikan nafkah, yang menjadi hak seorang anak yang
didapat dari orang tuanya.
Ketika perkawinan tidak dapat dipertahankan daan berakhir pada perceraian, maka anak tetap
memiliki hak mendapat kasih sayang, pendidikan, perhatian dan tempat tinggal yang layak
dari kedua orang tua sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

Kata kunci : hak anak, perceraian.

A. Pendahuluan
1. Latar belakang masalah
Anak merupakan persoalan yang selalu menjadi perhatian berbagi elemen
masyakarat, bagaimana kedudukan dan hak-haknya dalam keluarga dan
bagaimana seharusnya ia diperlakukan oleh kedua orang tuanya, bahkan juga
dalam kehidupan masyarakat dan negara melalui kebijakan-kebijakannya dalam
mengayomi anak.
Diantara kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah memberi nafkah,
seorang ayah berkewajiban untuk memberikan jaminan nafkah terhadap anaknya,
baik pekaian, tempat tinggal maupun kebutuhan lainnya, meskipun hubungan
perkawinan orang tua sianak putus. Suatu perceraian berakibat hilangnya
kewajiban orang tua untuk tetap memberi nafkah kepada anak-anaknya sampai
dewasa atau dapat berdiri sendiri.
Undang-undang memberikan hak yang sama kepada ibu dan bapak untuk
melaksanakan pemeliharaan dan pendidikan atau perwalian terhadap anak-anak
mereka setelah perceraian. Artinya sama-sam berhak bertanggung jawab
membiayai pemeliharaan, pendidikan dan pengajaran serta kesejahteraan anak-
anak tersebut. Akan tetapi hal ini sulit dilaksanakan karena mereka sudah
bercerrai. Dapat dibayangkan akan timbulnya perselisihan di antara mereka yang
akan membawa kesan yang lebih buruk lagi bagi pertumbuhan jiwa anak-anak
tersebut.1
Perceraian yang dilakukan oleh seorang suami dan istri menimbulkan akibat
terhadap anak-anaknya baik secara moril maupun mteriil. Secara moril bahwa
anak-anaknya terssebut menanggung konsekuensi bahwa kedua orang tuanya
tidak bersama lagi dalam ssuatu rumah tangga yang otomatis perhatian dan kasih
sayang yang tercurah pada anak tidak seperti saat berkumpul dahulu. Secara
materiil diberikan nafkah, yang menjadi hak seorang anak yang didapat dari orang
tuanya. Perceraian akan menimbulkan akibat-akibat hukum yang begitu banyak
dan rumit, baik itu mengenai hak asuh anak yang masih minderjarig, warisan,
pembagaian harta gono-gini dan sebagainya.
Dengan terjadinya perceraian, pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas
suami untuk memberikan biaya penghidupan dan atau menentukan sesuatu
kewajiban bagi bekas isteri maupun anak. Sebagai ibu atau bapak mereka tetap
bekewajiban memlihara dan medidik anak-anak dan jika ada perselisihan
mengenai penguasaan anak pengadila memberi putusan dengan semata-mata
mendasarkan kepada kepentingan anak. Seorang bapak bertanggung jawab atas
semua biaya pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan anak jika bapak
ternyata tidak dapat memenuhi kewajibannya pengadilan dapat menentukan ibu
ikut memikulnya.2
2. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalah sebagai
berikut :
1) Bagaimanakah duduk perkara kasus perceraian nomor
1686/AC/2017/PA.Mt?
2) Apa hak-hak anak korban perceraian perspektif undang-undang
perkawinan?

B. Pembahasan
1. Duduk perkara

1
R. Soetojo Prawirohamidjojo Dan Marthalena Pohan, Sejarah Perkembangan Hukum Perceraian Di
Indonesia Dan Belanda, (Surabaya : Airlangga University Press, 1996), hlm. 164.
2
Undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan pasal 41
Putusan No.1686/AC/2017/PA.Mt. adalah berkas putusan pembatal
perkawinan atas perkara permohonan cerai talak yang didaftarkan di kepanitreraan
Pengadilan Agama Metro tertanggal 23 September 2017.
Pokok perkara yang terdapat didalam berkas putusan
No.1686/AC/2017/PA.Mt adalah seorang suami yang bernama Aan Extrada Bin
Darmin mengajukan permohonan cerai talak terhadap istri yang bernama Norry
Chintiya Ayudha Pratama yang dinikahinya pada tanggal 30 September 2016
sesuai Kutipan Akta Nikah Nomor 0270/040/IX/2016 yang dikeluarkan Kantor
Urusan Agama (KUA) Kecamatan Metro Pusat Kota Metro dengan duduk
perkaranya
1. Bahwa Pemohon dan termohon adalah suami istri yang sah menikah pada hari
Jum’at tanggal 30 Septemer 2016 dihadapan pejabat Kantor Urusan Agama
Kecamatan Metro Pusat Kota Metro, sebagaimana tertera dalam Kutipan Akta
Nikah Nomor 0270/040/IX/2016. Tertanggal 30 September 2016
2. Bahwa Pemohon dan termohon melaksanakan pernikahan atas dasar senang
sama senang, pemoho besetatus jejaka dan termohon berstatus perawan.
3. Bahwa setelah menikah pemohon dan termohon kadang tinggal bersama
dirumah orang tua pemohon terkadang tinggal dirumah termohon di
Hadimulyo.
4. Bahwa Pemohon dan termohon telah tercampur sebagaimana layaknya sumi
istri, namun telah dikaruniai anak 1 orang bernama ABILQIS NADIFATMA
EXTRADA berumur 2 bulan.
5. Bahwa semula rumah tangga pemohon dan termohon rukun dan harmonis,
awal bulan Juli 2017 mulai ada pertengkaran anatara pemohon dan termohon
adapun penyebabnya yaitu bila pemohon mengajak tinggal dirumah orang tua
pemohon, termohon selalu minta pulang kerumah orangtuanya, bila termohon
sudah dirumah orangtuanya, pemohon mengajak pulang kerumah orang tua
pemohon, termohon tidak mau sehingga sering terjadi pertengkaran.
6. Bahwa pada tanggal 21 Agustus 2017 anak berumur 35 hari termohon dirumah
orang tuanya, pemohon mengajak termohon untuk pulang kersumah orang tua
pemohon di Kampung Purwodadi tetapi termohon malah menolak dengan
berbagai alasan, akhirnya terjadi pertengkaran, pada saat bertengkar tersebut
termohon malah mengatakan saya tidak mau pulang kerumah orang tua
pemohon lebih baik kita bercerai saja, karena pemohon sangat kesal atas
jawaban termohon tersebut pemohon mengatakan ya sudah kalo itu kehendak
termohon akan saya urus perceraiannya di pengadilan agama, sejak saat itu
antara pemohon dengan termohon tidak saling berkomunikasi lagi.
7. Bahwa pada tanggal 11 September 2017 termohon bersema orang tua
termohon datang kerumah pemohon mengambil seluruh pakaian serta motor
tanpa sepengetahuan pemohon dikarenakan pada saat itu pemohon sedang
berdagang, hanya ketemu dengan ibu pemohon.
8. Bahwa pihak keluarga sudah berupaua untuk mendamaikan pemohon dengan
termohon tetapi tidak berhasil, dikarenakan termohon tetap saja ingin bercerai
dengan pemohon.

Melihat keadaan rumah tangga pemohon yaang tidak bisa dipertahankan lagi,
maka pemohon mengambil jalan yang terbaik adalah menceraikan termohon.
Pemohon mengajukan permohonan cerai talaknya yang terdaftar di kepaniteraan
pengadian agama dengan No.1686/AC/2017/PA.Mt. dalam dalil permohonannya,
pemohon menceritakan keadaan rumah tangganya dengan termohon untuk
meneguhkan dalil permononannya.
Selama persidangan berlangsung, pemohon selalu datang menghadap di
muka persidangan sedangkan termohon tidak datang dan tidak menyuruh orang
lain sebagai kuasanya atau wakilnya untuk menghadap sidang. Walaupun
pengadilan telah memanggil termohon secara patut dan resmi, namun ketidak
hadirannya tidak disebabkan oleh adanya alasan yang sah. Walaupun termohon
tidak pernah hadir, persidangan tetap berjalan dengan upaya damai yang dilakukan
majelis hakim terhadap pemohon, supaya pemohon rukun kembali dengan
termohon. Upaya damai tersebut tidak berhasil, kemudian pemeriksaan perkara
dimulai dengan membacakan surat permohonan pemohon yang isinya
dipertahankan oleh pemohon. Karena termohon tidak pernah menghadiri
panggilan ke persidangan tiga kali berturut-turut maka majelis hakim
memutuskan :
1) Menyatakan termohon telah dipanggil decara resmi dan patut untuk
menghadap ke persidangan, tidak hadir;
2) Mengabulkan permohonan pemohon dengan verstek;
3) Memberi izin kepada pemohon untuk menjatuhkan talak satu (roj’i)
terhadap termohon dihadapan sidang Pengadilan Agama Metro;
4) Memerintahkan panitera pengadilan agama metro untuk menyampaikan
salinan penetapan ikrar talak perkara ini kepada Pegawai Pencatat Nikah
Kantor Urusan Agama Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah
dan Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan Metro
Pusat, Kota Metro untuk dicatat dalam daftar yang disediakan untuk itu;
5) Membebankan biaya kepada pemohon.
Panitera pengadilan agama menerangkan bahwa, pada hari senin, 27
Nopember 2018, pemohon dan termohon telah bercerai sesusai dengan akta cerai
Nomor: 1686/AC/2017/PA.Mt.
2. Akibat perceraian
Dalam kompilasi hukum islam bagian ketiga pasal 156 tentang akibat perceraian
yaitu:
Akibat putusnya perkawinan karena perceraian ialah :
a. anak yang belum mumayyiz berhak mendapatkan hadhanah dan ibunya,
kecuali bila ibunya telah meninggal dunia, maka kedudukannya digantikan
oleh:
1. wanita-wanita dalam garis lurus ke atas dari ibu;
2. ayah;
3. wanita-wanita dalam garis lurus ke atas dari ayah;
4. saudara perempuan dari anak yang bersangkutan;
5. wanita-wanita kerabat sedarah menurut garis samping dari ayah.
b. anak yang sudah mumayyiz berhak memilih untuk mendapatkan hadhanah
dari ayahatau ibunya;
c. apabila pemegang hadhanah ternyata tidak dapat menjamin keselamatan
jasmanidan rohanianak, meskipun biaya nafkah dan hadhanah telah dicukupi,
maka atas permintaann kerabat yang bersangkutan Pengadilan Agama dapat
memindahkan hak hadhanah kepada kerabat lain yang mempunyai hak
hadhanah pula;
d. semua biaya hadhanah dan nafkah anak menjadi tanggung jawab ayah
menurut kemampuannya,sekurang-kurangnya sampai anak tersebut dewasa
dapat mengurus diri sendiri (21 tahun)
e. bilamana terjadi perselisihan mengenai hadhanah dan nafkah anak, Pengadilan
Agama membverikan putusannya berdasrkan huruf (a),(b), dan (d);
f. pengadilan dapat pula dengan mengingat kemampuan ayahnya menetapkan
jumlah biaya untuk pemeliharaan dan pendidikan anak-anak yang tidak turut
padanya.
Menurut ketentuan pasal 41 sub a UU no. 1/1974 :
Akibat putusnya perkawinan karena perceraian ialah :
a. Baik ibu atau bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak-
anaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan anak; bilamana ada
perselisihan mengenai penguasaan anak-anak, Pengadilan memberi
keputusannya;
b. Bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan
yang diperlukan anak itu; bilamana bapak dalam kenyataan tidak dapat
memenuhi kewajiban tersebut, Pengadilan dapat menentukan bahwa ibu ikut
memikul biaya tersebut;
c. Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan biaya
penghidupan dan/atau menentukan sesuatu kewajiban bagi bekas isteri.

Dari ketentuan-ketentuan diatas maka hak asuh anak yang bernama ABILQIS
NADIFATMA EXTRADA jatuh pada ibunya/termohon.

3. Hak anak korban perceraian


Adanya suatu kecenderungan bahwa yang menjadi dasar hukum dalam
menentukan pemeliharaan dan pendidikan anak sesudah perceraian hampir selalu
diserahkan kepada ibu, adalah berdasarkan kriterium kepentingan anak. Oleh
karena itu, dalam menentukan kriterium kepentingan anak harus dipertimbangkan
faktor-faktor yang menyangkut keadaan individu yang memelihara dan anak yang
akan dipelihara, dengan suatu evaluasi yang sedapat mungkin memperlihatkan
perbedaan antara kedua orang tua yang menjadi sebab mengapa pengadilan
menjatuhkan pilihan kepada ibu atau bapak.3
Mengenai biaya pemeliharaan dan pendidikan anak setelah perceraian, diatur
dalam pasal 41 huru b Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan:
a. Bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan
pendidikan yang diperlukan anak

3
R. Soetojo Prawirohamidjojo Dan Marthalena Pohan, Sejarah Perkembangan Hukum Perceraian Di
Indonesia Dan Belanda, (Surabaya : Airlangga University Press, 1996), hlm. 166-167
b. Akan tetapi bila bapak dalam kenyataan tidak dapat memenuhi kewajiban
tersebut, Pengadilan dapat menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya
tersebut.4
Hak-hak anak undang-undang no 4 tahun 1979, bab II Pasal 2 sampai dengan 9,
mengatur hak-hak anak atas kesejahteraan, diperkuat dalam Undang-Undang no
23/2002 dalam bab III Pasal 4 sampai 18 sebagai berikut :
a. Hak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan. Anak berhak atas
kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan berdasarkan kasih sayang,
baik dalam keluarganya maupun di dalam asuhan khusus untuk tumbuh dan
berkembang dengan wajar. Dimaksud dengan asuhan adalah berbagau upaya
yang dilakukan kepada anak yang tidak mempunyai orang tua dan terlanta,
anak terlantar dan anak yang mengalami masalah kelainan yang bersifat
sementara sebagai pengganti orang tua atau keluarga agar dapat tumbuh dan
berkembeng dengan wajar, baik secara rohana, jasmani maupun sosial.
b. Hak atas pelayanan anak, anak berhak atas pelayanan mengembangkan
kemampuan dan kehidupan sosialnya seseuai dengan kebudayaan dan
kepribadian bangsa untuk menjadi warga negara yang baik dan berguna.
Hak atas pemeliharaan dan perlindungan anak berhak atas pemeliharaan dan
perlinduangan, baik semasa dalam kandungan maupun sesudah dilahirkan.
c. Hak atas perlindungan lingkungan hidup, anak berhak atas perlindungan
terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat
pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar.
d. Hak mendapat pertolongan pertama, dalam keadaan yang membahayakan
anaklah yang pertama-tama berhak mendapat pertolongan dan bantuan dan
perlindungan.
e. Hak memperoleh aduhan, anak yang tidak mempunyai orang tua berhak
memperoleh asuhan oleh negara, atau orangan atau badan lain. Dengan
demikian anak yang tidak mempunyai orang tua itu dapat tumbuh dan
berkembang secara wajar baik jasmani, rohani maupun sosial.
f. Hak memperolej bantuan. Anak yang tidak mampu berhak memperoleh
bantuan, agar dalam lingkungan keluarganya dapat tumbuh dan berkembang

4
Uu no 1 tahun 1974 tentang perkawinan pasal 41 huruf b
dengan wajar. Menurut PP No. 2 tahun 1988, bantuan itu bersifat tidak tetap
dan diberikan dalam jangka waktu tertentu kepada anak yang mampu. 5

C. Penutup
1. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas penulis dapat menyimpulakan bahwa perceraian itu
adalah hal yang dapat menimbulkan masalah terhadap hak-hak anak. kewajiban
orang tua terhadap anaknya adalah memberi nafkah, seorang ayah berkewajiban
untuk memberikan jaminan nafkah terhadap anaknya, baik pekaian, tempat tinggal
maupun kebutuhan lainnya, meskipun hubungan perkawinan orang tua sianak
putus. Suatu perceraian berakibat hilangnya kewajiban orang tua untuk tetap
memberi nafkah kepada anak-anaknya sampai dewasa atau dapat berdiri sendiri.
Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan biaya
penghidupan dan atau menentukan sesuatu kewajiban bagi bekas isteri maupun
anak. Sebagai ibu atau bapak mereka tetap bekewajiban memlihara dan medidik
anak-anak dan jika ada perselisihan mengenai penguasaan anak pengadila
memberi putusan dengan semata-mata mendasarkan kepada kepentingan anak.
Seorang bapak bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan
yang diperlukan anak jika bapak ternyata tidak dapat memenuhi kewajibannya
pengadilan dapat menentukan ibu ikut memikulnya

2. Saran
Setiap masalah pasti ada jalan keluarnya jika dibicarakan secara baik-baik.
Sebagai orang tua seharusnya dapat membicarakan semua masalahnya dengan
baik dan tidak memutuskan ikatan perkawinan agar anak tidak menjadi korban
dari perceraian.

5
Paraturan pemerintah nomor 2 tahun 1988 pasal 1 angka 32

Anda mungkin juga menyukai