LI 1. FISIOLOGI KEHAMILAN
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional( FIGO ), kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan
dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.
(Prawirohardjo, Sarwono, 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo.)
Usia kehamilan
Kehamilan berlangsung selama 9 bulan menurut penanggalan international, 10 bulan menurut penanggalan luar, atau
sekitar 40 minggu. Kehamilan dibagi menjadi tiga periode bulanan atau trimester. Trimester pertama adalah periode
minggu pertama sampai minggu ke 13. Trimester kedua adalah periode minggu ke 14 sampai ke 26, Sedangkan
Trimester ke tiga, minggu ke 27 sampai kehamilan cukup bulan 38-40 minggu .
1. Usia kehamilan trimester I (0-3 bulan/ 1-13 minggu).
Dalam masa kehamilan trimester pertama terjadi pertumbuhan dan perkembangan pada sel telur yang telah dibuahi
dan terbagi dalam 3fase yaitu fase ovum, fase embrio dan fase janin. Fase ovum sejak proses pembuahan sampai
proses implamasi pada dinding uterus, fase ini di tandai dengan proses pembelahan sel yang kemudian disebut
dengan zigot. Fase ovum memerlukan waktu 10 – 14 hari setelah proses pembuahan. Fase embrio ditandai dengan
pembentukan organ organ utama,Fase ini berlangsung 2 sampai 8 minggu.
Fase janin berlangsung dari 8 minggu sampai tibanya waktu kelahiran, pada fase ini tidak ada lagi pembentukan
melainkan proses pertumbuhan dan perkembangan. Pemeriksaan dokteratau bidan secara rutin pada periode
kehamilan trimester II bertujuan untuk mengetahui riwayat kesehatan ibu yang sedang hamil, sehingga
memungkinkan kehamilannya dapat diteruskan atau tidak.
2. Usia kehamilan trimester II (4-6 bulan / 14 – 26 minggu)
Masa kehamilan trimester II merupakan suatu periode pertumbuhan yang cepat. Pada periode ini bunyi jantung janin
sudah dapat didengar, gerakan janin jelas, panjang janin kurang lebih 30 cm dan beratnya kurang lebih 600 gr. Pada
periode ini , dokter dan bidan biasanya mengadakan pemeriksaan terhadap berat dan tekanan darah, pemeriksaan
urin, detak jantung baik ibu maupun janin serta kaki dan tangan untuk melihat adanya pembekakan (odema) dan
gejaja gejala yang umum terjadi. Pemeriksaan tersebut bertujuan untuk mengetahui kemungkinan timbulnya suatu
penyakit yang membahayakan proses pertumbuhan dan perkembangan janin pada akhir masa kehamilan.
3. Usia kehamilan trimester III (7-9 bulan/ 27 -40 minggu).
Trimester III kehamilan adalah periode penyempurnaan bentuk dan organ organ tumbuh janin untuk siap dilahirkan.
Berat janin pada usia kehamilan trimester ini mencapai 2,5 Kg. Semua fungsi organ organ tubuh yang mengatur
kehidupan sudah berjalan dengan sempurna. Oleh karena adanya perubahan tersebut, pemeriksaan rutin lebih sering
dilakukan biasanya 2 kali seminggu. Hal ini dimaksudkan untuk memantau lebih teliti setiap perkembangan dan
pertumbuhan janin, kondisi fisik maupun psikis calon ibu, kemungkinan yang akan terjadi pada calon ibu maupun janin
selama sisa proses kehamilan serta dalam menghadapi proses persalinan.
TM 2 REPRO
Diagnosis kehamilan
Pemeriksaan harus akurat karena akan mempengaruhi secara emosional sosial dan medis, hal itu dapat dikoreksi
dengan hari pertama haid terakhir HPHT atau dengan mengukur suhu basal
Diagnosis pasti kehamilan :
1. Dapat dan kemudian dikenal bagian-bagian janin.
2. Dapat didengar bunyi jantung janin.
3. Dapat dsirasakan gerakan-gerakan janin dan baolotemen.
4. Pada pemeriksaan dengan sinar rontgen tampak kerangka janin
5. Dengan Ultrasonografi (scanning) dapat diketahui ukuran kantong janin, panjang janin, dan diameter biparietal
hingga dapat diperkirakan tuanya kehamilan dan dapat dipakai untuk menilai pertumbuhan janin
http://images.tutorvista.com/content/reproduction-in-animals/spermatogenesis-and-spermiogenesis-stages.jpeg
b. Ovum
Pertumbuhan embrional oogonium yang kelak menjadi ovum terjadi di genital ridge,tiap bulannya wanita melepaskan
1 atau 2 sel telur (ovum) dari indung telur,ovum dilepas oleh ovarium disapu oleh mikrofilamen-mikrofilamen fimbria
infundibulum kearah ostium tuba abdominale, dan disalurkan terus kearah medial,pada waktu dilahirkan, bayi
mempunyai sekurang-kurangnya 750.000 oogonium, jumlah ini berkurang akibat pertumbuhan dan degenerasi
folikelfolikel, pada anak berumur 6 – 15 tahun ditemukan 439.000 oogonium dan pada umur 6 – 15 tahun ditemukan
439.000 oogonium dan pada umur 16 – 25 tahun hanya 34.000 oogonium, pada masa menopause semua oogonium
menghilang.
http://hrsbstaff.ednet.ns.ca/morrison/Advanced%20Biology%2012/46.13%20Oogenesis..JPG
TM 2 REPRO
c. Fertilisasi
Fertilisasi (pembuahan) adalah penyatuan ovum (oosit sekunder) dan spermatozoa yang biasanya berlangsung di
ampula tuba,fertilisasi meliputi penetrasi spermatozoa ke dalam ovum, fusi spermatozoa dan ovum, diakhiri dengan
fusi materi genetik,hanya satu spermatozoa yang telah mengalami proses kapisitasi mampu melakukan penetrasi
membran sel ovum,untuk mencapai ovum sperma harus melewati korona radiate (lapisan sel di luar ovum) dan zona
pleusida (suatu bentuk glikoprotein ekstraselular), yaitu dua lapisan yang menutupi dan mencegah ovum mengalami
fertilisasi lebih dari satu spermatozoa.
Suatu komplemen khusus di permukaaan kepala spermatozoa kemudian mengikat glikoprotein di zonapelusida,
pengikatan ini memicu akrosom melepaskan enzim yang membantu spermatozoa menembuas zona pelusida. Pada
saat spermatozoa menembus zona pelusida terjadi reaksi korteks ovum.Granula korteks di dalam ovum berfusi
dengan membrane plasma sel, sehingga enzim di dalam granula-granula dikeluarkan secara eksositosis ke zona
pelusida. Spermatozoa yang telah masuk ke vitelus kehilangan membrane nukleusnya yang tinggal hanya
pronukleusnya, sedangkan ekor spermatozoa dan mitokondrianya berdegenerasi, masuknya spermatozoa
membangkitkan nukleus ovum yang masih dalam metafase untuk proses pembelahan selanjutnya (pembelahan
meiosis kedua),ovum sekarang hanya mempunyai pronukleus yang haploid,pronukleus spermatozoa juga telah
mengandung jumlah kromosom yang haploid.
Kedua pronukleus saling mendekati dan bersatu membentuk zigot yang terdiri atas bahan genetikdari perempuan dan
laki-laki.
Dari penyatuan itu mungkin menghasilkan:
1) XX – zigot akan menghasilkan bayi perempuan
2) XY – zigot akan menghasilkan bayi laki-laki
Dalam beberapa jam setelah pembuahan, mulailahpembelahan zigot yang berjalan lancar dan dalam 3 hari
sampaidalam stadium morula, hasil konsepsi ini dengan ukuran tetap bergerak kearah rongga rahim oleh arus dan
getaran silia serta kontraksi tuba, selama dalam perjalanan ke kavum uteri morula mengalami pembelahan -
pembelahan menjadi blastula.
TM 2 REPRO
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/0/06/HumanEmbryogenesis.svg/2000px-
HumanEmbryogenesis.svg.png
d. Nidasi
Nidasi adalah peristiwa tertanamnya atau bersarangnya sel telur yang telah dibuahi ke dalam endometrium, sel telur
yang telah dibuahi (zigot) akan segera menjadi blastomer, rada hari ketiga 16 blastomer disebut morula. Pada hari
keempat di dalam morula akan terbentuk rongga, bangunan ini disebut blastula.
Dua struktur penting di dalam blastula adalah:
1) Lapisan luar disebut trofoblast, yang akan menjadi plasenta
2) Emblastu (inner cell mass) yang akan menjadi janin
Pada hari ke-4 blastula masuk kedalam endrometrium dan pada hari ke-6 menempel pada endrometrium, pada hari
ke-10 seluruh blastula sudah terbenam dalam endometrium dengan demikian nidasi sudah selesaitempat nidasi
biasanya pada dinding belakang didaerah fundus uteri.
TM 2 REPRO
https://embryology.med.unsw.edu.au/embryology/images/thumb/4/4e/Week1_summary.jpg/700px-
Week1_summary.jpg
http://media-1.web.britannica.com/eb-media/78/1078-004-B1EC3604.jpg
Pada saat terjadi nidasi sel-sel endometrium telah berubah menjadi sel-sel desidua. Pertumbuhan dan perkembangan
desidua sejak terjadi konsepsi karena pengaruh hormon terus tumbuh sehingga makin lama menjadi tebal. Desidua
adalah mukosa rahim pada kehamilan yang terbagi atas:
1. Desidua basalis
Terletak diantara hasil konsepsi dan dinding rahim, disini plasentater bentuk
2. Desidua kapsularis
Meliputi hasil konsepsi ke arah rongga rahim yang lama kelamaan bersatu dengan desidua vera kosena obliterasi.
3. Desidua vera (parietalis)
TM 2 REPRO
Meliputi lapisan dalam dinding rahim lainnya.
Setelah implantasi, sel– sel trofoblas yang tertanam di dalam endometrium terus berkembang membentuk jaringan
bersama dengan sistem pembuluh darah maternal untuk menjadi plasenta, yang kemudian berfungsi sebagai sumber
nutrisi dan oksigenasi bagi jaringan embrioblas yang akan tumbuh menjadi janin.
1. Pembuatan Lapisan Lembaga
Setelah hari ke-12, tampak dua lapisan jaringan di sebelah luar disebut ektoderm, di sebelah dalam
endoderm. Endoderm tumbuh ke dalam blastosoel membentuk bulatan penuh. Dengan demikian terbentuklah usus
primitif dan kemudian terbentuk pula kantung kuning telur (Yolk Sac) yang membungkus kuning telur. Pada manusia,
kantung ini tidak berguna, maka tidak berkembang, tetapi kantung ini sangat berguna pada hewan ovipar (bertelur),
karena kantung ini berisi persediaan makanan bagi embrio.
Di antara lapisan ektoderm dan endoderm terbentuk lapisan mesoderm. Ketiga lapisan tersebut merupakan
lapisan lembaga (Germ Layer). Semua bagian tubuh manusia akan dibentuk oleh ketiga lapisan tersebut. Ektoderm
akan membentuk epidermis kulit dan sistem saraf, endoderm membentuk saluran pencernaan dan kelenjar
pencernaan, mesoderm membentuk antara lain rangka, otot, sistem peredaran darah, sistem ekskresi dan sistem
reproduksi.
2. Membran (Lapisan Embrio)
Terdapat 4 macam membran embrio, yaitu :
b. Kantung Kuning Telur (Yolk Sac)
Kantung kuning telur merupakan pelebaran endodermis berisi persediaan makanan bagi hewan ovipar, pada
manusia hanya terdapat sedikit dan tidak berguna.
c. Amnion
Amnion merupakan kantung yang berisi cairan tempat embrio mengapung, gunanya melindungi janin dari
tekanan atau benturan.
d. Alantois
Pada alantois berfungsi sebagai organ respirasi dan pembuangan sisa metabolisme. Pada mammalia dan
manusia, alantois merupakan kantung kecil dan masuk ke dalam jaringan tangkai badan, yaitu bagian yang akan
berkembang menjadi tali pusat.
e. Korion
Korion adalah dinding berjonjot yang terdiri dari mesoderm dan trofoblas. Jonjot korion menghilang pada hari ke-
28, kecuali pada bagian tangkai badan, pada tangkai badan jonjot trofoblas masuk ke dalam daerah dinding
uterus membentuk ari-ari (plasenta). Setelah semua membran dan plasenta terbentuk maka embrio disebut
janin/fetus. Chorion terdiri dari dua lapisan: yang luar dibentuk oleh primitif ektoderm atau trofoblas , dan dalam
dibentuk oleh somatik mesoderm , amnion yang bersentuhan dengan yang terakhir ini. Trofoblas ini terdiri dari
lapisan internal atau prismatik sel kubus, yang sitotrofoblas atau lapisan Langhans, dan lapisan bagian luar dari
bernukleus protoplasma kaya tanpa batas sel, sinsitiotrofoblas. Chorion yang mengalami proliferasi cepat dan
berbagai bentuk proses , vili chorionic, yang menyerang dan menghancurkan desidua uterus dan pada saat yang
sama menyerap dari itu bahan-bahan gizi untuk pertumbuhan embrio .
e. Plasentasi
Plasentasi adalah proses pembentukan struktur dan jenis plasenta. setelah nidasi embrio kedalam endometrium,
plasentasi dimulai,pada manusia plasentasi berlangsung sampai 12 -18 minggu setelah fertilisasi.
Terjadinya implantasimendorong sel blastula mengadakan deferensiasi, sel yang dekat dengan ruang eksoderm
membentuk “entoderm” dan yolk sac (kantung yolk) sedangkan sel yang lain membentuk”ectoderm” dan ruangan
amnion. Plat embrio (embryonal plate) terbentuk diantara dua ruangan yaitu ruangan amniondan kantung yolk, plat
embrio terdiri dari unsur ectoderm, endoderm, dan mesoderm, ruangan amnion dengan cepat mendekati korion
sehingga jaringan yang terdapat antara amnion dan embrio padat dan berkembang menjadi tali pusat.
Pada permulaan kantung yolk berfungsi sebagai pembentuk darah bersama dengan hepar, limfe, dan sumsum tulang,
pada minggu kedua sampai ketiga terbentuk bakal jantung dengan pembuluh darahnya yang menuju body stalk (bakal
tali pusat), jantung bayi mulai dapat dideteksipada minggu keenam sampai delapan dengan mempergunakan
ultrasonografi atau doppler,pembuluh darah pada body stalk terdiri dari arteri umbilikalis dan vena umbilikalis.Cabang
TM 2 REPRO
arteri dan vena umbilikalis masuk ke vili korialis sehingga dapat melakukan pertukaran nutrisi dan sekaligus
membuang hasil metabolisme yang tidak diperlukan.
Vili korialis menghancurkan desidua sampai pembuluh darah, mulai dengan pembuluh darah vena pada hari ke-10
sampai ke-11 setelah konsepsi. Bagian desidua yang tidak dihancurkan membagi plasenta menjadi sekitar 15 sampai
20 kotiledon maternal, sedangkan dari sudut fetus, maka plasenta dibagi menjadi 200 kotiledon fetus,setiap kotiledon
fetus terus bercabang dan bercabang di tengah aliran darah untuk menjalankan fungsinya memberikan nutrisi,
pertumbuhan, dan perkembangan janin dalam rahim ibu tetapi dipisahkan langsung oleh lapisan trofoblas dinding
pembuluh darah janin,fungsinya dilakukan berdasarkan sistem osmosis dan enzimatik serta pinositosis, situasi
plasenta demikian disebut system plasenta-hemokorial.
Hormon-hormon plasenta
b. Human Chorionic Gonadotropin (hCG) - hCG adalah hormon plasenta pertama. Hormon ini hanya diproduksi oleh
tubuh wanita saat dia hamil. hCG dapat memastikan bahwa wanita itu terus memproduksi progesteron dan
estrogen, dua hormon penting untuk menjaga bayi di selama 9 bulan. hCG juga menekan respon imunologi ibu
yang bayi dan plasenta adalah benda asing dan menolak mereka. hCG berfungsi mempertahankan korpus luteum
kehamilan.
c. Human Placental Lactogen (hPL)/Human chorionic somatomammotropin. Hormon ini memiliki sifat
mempromosikan pertumbuhan. Ini mendorong pertumbuhan kelenjar susu dalam persiapan untuk laktasi pada
ibu. Hal ini juga yang mengatur glukosa ibu, protein, lemak sehingga ini selalu tersedia untuk janin.
d. Estrogen. 'Hormon wanita' ini memberikan kontribusi terhadap pembangunan kelenjar susu wanita dalam
persiapan untuk menyusui dan merangsang pertumbuhan rahim (miometrium) untuk mengakomodasi
pertumbuhan janin. Hormon ini juga meningkatkan kekuatan uterus unuk persalinan.
e. Progesterone. Hormon ini diperlukan untuk menjaga lapisan endometrium rahim selama kehamilan. Hormon ini
mencegah persalinan prematur oleh kontraksi dan membentuk sumbat mukus di serviks untuk mencegah
kontaminasi uterus. Mempersiapkan kelenjar mamaria untuk laktasi.
f. Relaxin. Melunakkan serviks sebagai persiapan untuk dilatasi serviks saat persalinan dan melemaskan jaringan
ikat antara tulang-tulang panggul.
Dua komponen tambahan plasenta, neurokinin B (mengandung molekul fosfokholin) dan lymphocytic suppressor cells
/sel penekan limfositik, membantu plasenta untuk melindungi bayi dari sistem kekebalan wanita
Sirkulasi Janin
Pada perkembangan plasenta yang telah sempurna terdapat 2 sistim sirkulasi darah yaitu sirkulasi uteroplasental
(sirkulasi maternal) dan sirkulasi fetoplasental. Kedua sirkulasi ini dipisahkan oleh membrana plasenta (placental
berrier) yang terdiri dari lapisan sinsitiotrophoblas, sitotrophoblas, membrana basalis, stroma villi dan endotel kapiler.
Sirkulasi utero plasental yaitu sirkulasi darah ibu di ruang intervilus.
Diperkirakan aliran darah ini sebesar 500-600 ml permenit pada plasenta yang matur. Sirkulasi fetoplasental adalah
sirkulasi darah janin dalam villi-villi. Diperkirakan aliran darah ini sekitar 400 ml per menit. Aliran darah ibu dan janin
ini bersisian, tapi dalam arab yang berlawanan. Aliran darah yang berlawanan ini (counter current flow) ini
memudahkan pertukaran material antara ibu dan janin.
Darah dipompakan lewat janin oleh jantung janin. Darah meninggalkan janin melalui pembuluh-pembuluh arteri
pada funikulus umbilikalis dan berjalan ke plasenta. Pembuluh arteri umbilikalis ini bercabang di seluruh permukaan
plasenta, tebagi lagi dan kemudian berakhir dalam vili korialis. Vili korialis terendam dalam darah maternal namun
tidak terdapat hubungan langsung antara darah fetal dan darah maternal. Karbondioksida dan setiap produk limbah
akan diangkut keluar sementara oksigen dan nutrien diambil lewat sawar plasenta. Darah yang sudah diperbahrui
akan kembali ke janin lewat vena umbilikalis.
a. Darah berkadar oksigen tinggi yang berasal dari plasenta dibawa oleh vena umbilicalis kiri.
b. Sebagian besar darah dari plasenta melewati jaringan hati secara langsung “by pass” menuju vena cava caudalis
melalui vena cava caudalis.
c. Sebagian besar darah plasenta yang masuk ke atrium kanan masuk ke atrium kiri melalui foramen ovale
d. Darah ventrikel kanan dipompa menuju paru-paru, dan sebagian besar sisanya dipompa langsung menuju aorta
melalui ductus arteriosus.
e. Darah dari aorta dibawa kembali ke plasenta oleh sepasang arteri umbilicalis.
Setelah mencapai batas usia tertentu, plasenta mengalami penuaan, ditandai dengan terjadinya proses degeneratif
pada plasenta. Proses ini meliputi komponen ibu maupun janin. Perubahan pada villi meliputi : 1). Pengurangan
TM 2 REPRO
ketebalan sinsitium dan munculnya simpul sinsitium (agregasi sinsitium pada daerah kecil pada sisi villi, 2). Hilangnya
sebagian sel-sel Langhan’s, 3). Berkurangnya jaringan stroma termasuk sel Hofbauer, 4) obliterasi beberapa pembuluh
darah dan dilatasi kapiler, 5). Penebalan membrana basalis endotel janin dan sitotrophoblas, dan 6) deposit fibrin
pada permukaan villi. Perubahan pada desidua berupa deposit fibrinoid yang disebut lapisan Nitabuch pada bagian
luar sinsitiotrophoblas, sehingga menghalangi invasi desidua selanjutnya oleh trophoblas. Pada ruang intervillus juga
terjadi degenerasi fibrinoid dan membentuk suatu massa yang melibatkan sejumlah villi disebut dengan white infarct,
berukuran dari beberapa milimeter sampai satu sentimeter atau lebih. Klasifikasi atau bahkan pembentukan kista
dapat terjadi daerah ini. Dapat juga terjadi deposit fibrin yang tidak menetap yang disebut Rohr’s stria pada dasar
ruang intervillus dan disekitar villi.
http://nursingcrib.com/wp-content/uploads/fetal-circulation1-279x300.png
http://memo.cgu.edu.tw/shu-er/%A5%CD%AA%AB%BD%D2%B5%7B/chap46.files/slide0043_image088.jpg
Pembentukan kehamilan
Setelah terjadi fertilisasi, kehamilan yang berhasil harus berimplantasi di dalam dinding uterus dan memberikan
informasi kepada ibu terhadap terjadinya berbagai adaptasi akibat kehamilan. Tanpa kedua hal ini, zigot
dengan mudah keluar dari uterus bersama dengan menstruasi berikutnya. Zigot yang sedang membelah
mengapung di dalam saluran telur sekitar 1 minggu, berkembang dari tahap 16 sel melalui tahap morula (mulberri)
yang padat menjadi tahap blastokista yang memiliki 32-64 sel. Tahap yang terakhir ini memerlukan
pembentukan rongga blastokista yang berisi cairan. Blastokista yang mengandung 2 jenis sel embrionik yang telah
berdiferensiasi trofektoderm di bagian luar dan massa sel dalam. Sel trofektoderm nantinya akan membentuk
plasenta. Massa sel dalam akan membentuk janin dan membran janin. Pada tahap blastokista inilah hasil konsepsi
akan masuk ke dalam uterus.
Selama di dalam saluran telur, hasil konsepsi tetap dikelilingi oleh zonapelucida. Setelah 2 hari di dalam uterus,
blastokista akan lepas atau menetas dari zona pelucida. Dengan penetasan ini, sel trofektoderm blastokista mulai
berdiferensiasi menjadi sel trofoblas. Proses yang simultan ini memungkinkan sel trofoblas berhubungan langsung
dengan sel epitel lumen uterus. Blastokista menempel dan menginvasi dinding uterus. Dalam hitungan jam, epitel
permukaan yang berada tepat dibawah hasil konsepsi menjadi terkikis dan sel didekatnya menjadi lisis,
melepaskan substrat-substrat metabolik primer untuk digunakan oleh blastokista. Endometrium mengalami
perubahan biokimia dan morfologis yang hebat yang disebut dengan desidualisasi, suatu proses yang dimulai saat
terjadinya penempelan dan menyebar dalam bentuk gelombang konsentris dari tempat implantasi. Endometrium
akan menjadi pulih disekitar hasil konsepsi sehingga seluruh implantasi akan tertanam dalam endometrium.
Bersamaan dengan invasi embrio ke jaringan maternal, sel trofoblas kemudian berdiferensiasi menjadi dua
jenis sel yaitu sel sitotrofoblas dan sel sinsitiotrofoblas. Sel sinsitiotrofoblas merupakan sel yang berukuran besar
dan multinuklear yang berkembang dari lapisan sitotrofoblas. Sel ini aktif menghasilkan hormon plasenta dan
mentranspor zat makanan dari ibu ke janin. Sekelompok sel sitotrofoblas memiliki sifat invasif, melewati stroma
endometrium untuk mencapai pembuluh darah maternal, termasuk arteri spiralis endometrium. Invasi yang baik
pada arteri spiralis merupakan kunci pembentukan kehamilan yang normal. Sejumlah faktor pertumbuhan diperlukan
untuk implantasi yang baik.
Faktor ini meliputi leukimia inhibiting factor yang merupakan suatu sitokin ; integrin, yang memperantarai interaksi
antarsel ; dan transforming growth faktor beta (TGF-B), yang menstimulasi pembentukan sinsitium dan
TM 2 REPRO
menghambat invasi trofoblas. Faktor pertumbuhan epidermal dan interleukin 1B merupakan mediator penting pada
invasi trofoblas. Implantasi terjadi sekitar 7-10 hari setelah ovulasi. Jika hasil konsepsi bertahan hidup lebih dari 14 hari
setelah ovulasi, korpus luteum ovarium akan terus mensekresi progesteron. hCG yang dihasilkan oleh trofoblas
yang berkembang dan disekresi ke dalam aliran darah maternal bekerja menyerupai hormon luteinisasi, yaitu
menunjang korpus luteum dengan menghambat regresi luteal.
Periode embrionik dimulai sejak awal minggu ketiga setelah ovulasi/fertilisasi, yang bersamaan dengan waktu
perkiraan menstruasi berikutnya seharusnya dimulai. Sebagian besar uji kehamilan yang mngukur gonadotropin
korionik manusia (hCG) akan memberi hasil positif pada saat ini, dan lempeng embrionik sudah terbentuk sempurna.
Tangkai tubuh (body stalk) berdiferensiasi ; kantung korion berdiameter sekitar 1cm. Terdapat ruang antar-villus sejati
yang mengandung darah ibu dan villus yang berisi mesoderm korion angioblastik. Pada akhir minggu keempat
setelah ovulasi, kantung korion berdiameter 2 sampai 3 cm, dan mudigah memiliki panjang sekitar 4 sampai 5
mm. Pembentukan sekat pada jantung primitif dimulai pada pertengahan minggu keempat. Tampak tonjolan bakal
lengan dan tungkai, dan amnion mulai mengeluarkan tangkai tubuh, yang kemudian menjadi tali pusat. Pada
akhir minggu keenam setelah fertilisasi, mudigah memiliki panjang 22 sampai 24 mm, dan kepala cukup besar
dibandingkan dengan badan. Jantung sudah terbentuk lengkap. Jari tangan dan jari kaki sudah terbentuk, dan lengan
menekuk disiku. Bibir atas telah lengkap dan telinga luar membentuk tonjolan definitif di kedua sisi kepala. Ini adalah
akhir periode mudigah dan awal dari periode janin ditentukan secara tegas oleh sebagian besar ahli embriologi terjadi
8 minggu setelah fertilisasi, atau 10 minggu setelah awitan menstruasi terakhir. Pada saat ini, mudigah-janin memiliki
panjang hampir 4 cm. Sebagian besar perkembangan paru belum terjadi, tetapi beberapa struktur tubuh
utama sudah terbentuk setelah waktu ini.
Perkembangan selama periode gestasi janin terdiri dari pertumbuhan dan pematangan struktur-struktur yang
telah terbentuk pada masa mudigah.
Pada akhir minggu ke 12 kehamilan, saat uterus biasanya teraba tepat di atas simfisis pubis, maka panjang ubun-
ubun bokong (crown-rump length) janin adalah 6 sampai 7 cm. Pusat-pusat osifikasi telah tampak pada sebagian
besar tulang janin, dan jari tangan dan kaki telah mulai berdiferensiasi. Kulit dan kuku telah tumbuh dan
disana-sini muncul bakal rambut; genitalia eksterna telah mulai memperlihatkan tanda-tanda definitif jenis kelamin
pria atau wanita. Janin mulai melakukan gerakan spontan. Pada akhir minggu ke 16, panjang ubun-ubun bokong
telah mencapai 12 cm dan beratnya 110 g. Jenis kelamin telah dapat ditentukan dengan tepat oleh pemeriksa yang
berpengalaman melalui inspeksi genitalia eksterna pada minggu ke 14.
Akhir minggu ke 20 merupakan titik pertengahan kehamilan sesuai perkiraan dari awal menstruasi normal terakhir.
Berat janin sekarang telah lebih sedikit dari 300 g, dan berat mulai meningkat secara linier. Kulit janin mulai
kurang transparan, lanugo halus menutupi seluruh tubuhnya, dan mulai tumbuh rambut kepala. Dibawah lapisan
vernix, kulit bayi mulai membuat lapisan dermis, epidermis dan subcutaneous. kuku tumbuh pada minggu ini. Proses
penyempurnaan paru-paru dan system pernafasan. Pigmen kulit mulai terlihat Pada akhir minggu ke 24, janin
memiliki berat sekitar 630 g. Kulit memperlihatkan keriput yang khas, dan mulai terjadi penimbunan lemak. Kepala
masih relatif cukup besar; bulu mata dan alis biasanya sudah dapat dikenali. Periode kanalikular perkembangan
paru, yaitu saat bronkus dan bronkiolus membesar dan duktus alveolaris terbentuk, sudah hampir selesai. Janin yang
lahir pada periode ini akan berusaha bernapas, tetapi sebagian besar akan meninggalkarena sakus terminalis yang
dibutuhkan untuk pertukaran gas belum terbentuk.
Pada akhir minggu ke 28, panjang ubun-ubun bokong adalah sekitar 25 cm dan berat janin sekitar 1100 g.
Kulit tipis, merah, dan ditutupi oleh verniks kaseosa. Membran pupil baru lenyap dari mata. Plasenta masih
memberikan nutrisi yang dibutuhkan bayi. Aliran darah di plasenta memungkinkan bayi menghasilkan air seni. Ia
berkemih hampir sebanyak 500 ml sehari di dalam air ketuban. Bayi yang lahir pada waktu ini dapat
menggerakkan ekstremitasnya dengan cukup energik dan menangis lemah. Bayi normal yang lahir pada usia ini
memiliki kemungkinan 90 persen untuk bertahan hidup. Pada akhir minggu ke 32 gestasi, janin memiliki panjang
ubun-ubun bokong sekitar 28 cm dan berat sekitar 1800 g. Jari tangan dan kaki telah tumbuh sempurna, begitu pula
dengan bulu mata, alis dan rambut di kepala bayi yang semakin jelas. Lanugo yang menutupi tubuh bayi mulai
rontok tetapi sebagian masih ada di bahu dan punggung saat dilahirkan. Permukaan kulit masih merah dan
berkeriput. Tanpa adanya keadaan penyulit, bayi yang lahir pada periode ini biasanya akan bertahan hidup.
Pada akhir minggu ke 36 gestasi, rata-rata panjang ubun-ubun bokong janin adalah 32 cm dan berat sekitar 2500 g.
Karena pengendapan lemak subkutis, tubuh menjadi lebih bulat, dan gambaran keriput di wajah yang sebelumnya
ada telah menghilang. Ginjal dari bayi sudah bekerja dengan baik dan livernya pun telah memproduksi
TM 2 REPRO
kotoran. Saat ini paru-paru bayi sudah bekerja baik. Bayi yang lahir pada waktu ini memiliki kemungkinan yang
sangat baik untuk bertahan hidup dengan perawatan yang benar.
Aterm dicapai pada minggu ke 40 dari awitan menstruasi terakhir. Pada waktu ini, janin sudah berkembang sempurna,
dengan gambaran khas neonatus yang akan dijelaskan berikut ini. Rata-rata panjang ubun-ubun bokong janin aterm
adalah sekitar 36 cm, dan berat sekitar 3400 g, dengan variasi.
(Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, et al, 2005, Preterm Labour in “William Obstetrics “ ,21nd ed, McGraw-Hill)
(Linda J.Heffner, Danny J. Schust, 2008 At glance sistem reproduksi . Edisi 2. Jakarta : Penerbit Erlangga EMS)
(Sulistyoningsih, H. 2011. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta. Graha Ilmu )
(Prawirohardjo, Sarwono, 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo.)
Pertumbuhan Janin
Kehidupan janin di dalamrahim ibu (intrauterus) dibagi menjadi tiga fase pertumbuhan yaitu fase germinal, embrional
dan fetus (janin) :
1. Fase Germinal
Berlangsung pada waktu 10 -14 harisetelah pembuahan. Zigot (hasil pembuahan) berkembang cepat 72 jam setelah
pembuahan, membelah diri menjadi 32 sel dan sehari kemudian sudah 72 sel. Pembelahan ini berlangsung terus
sampai menjadi 800 milyar sel ataulebih, dan dari sinilah manusia tumbuh berkembang.
Dalam fase germinal ini terbentuklah saluran yang menempel pada uterus yang dicapai selama 3-4 hari yang
kemudian berubah bentuk menjadi “blastocyst“yang terapung bebas dalam uterus selama satu atau dua hari.
Beberapa sel sekitar pinggiran blastocyst membentuk piringan embrionik (embryonic disk) merupakan massa sel yang
tebal dan dari sinilah bayi akan tumbuh. Massa ini mengalami deferensiasimenjadi tiga lapisan, bagian atas yaitu
ektoderm, bagian bawah endoderm dan lapisan tengah mesoderm.
a. Ektoderm
Lapisan ini nantinya akan membentuk lapisan kulit luar, kuku, rambut gigi, organ perasa dan system syaraf termasuk
otak dan sumsum tulang belakang.
b. Endoderm
Lapisan bagian bawah ini akanmembentuk system pencernaan, hati, pancreas, kelenjar ludah, system pernafasan.
c. Mesoderm
Lapisan tengah (mesoderm) merupakan lapisan yang akan berkembang dan berdeferensiasi menjadi lapisan kulit
bagian dalam, urat daging, kerangka, sistem ekskresi dan system sirkulasi.
berikut menunjukkan proses pembuahan sampai terjadi impalantasi di dalam rahim ibu.
TM 2 REPRO
Bagian lain dari blastocyst tumbuh menjadi plasenta, tali pusat dan kantong empedu. Pada masa ini pula yaitu pada
usia embrio 4 minggu, embrio mengeluarkan hormone yang menyebabkan berhentinya siklus haid ibu.
2. Fase Embrional
Berkembang mulai pada 2 – 8 minggu setelah pembuahan. Selama fase ini system pernafasan, pencernaan, system
syaraf dan tubuh tumbuh dan berkembang cepat. Pada periode pertumbuhan embrional ini sangatlah peka terhadap
pengaruh lingkungannya. Keadaan tidak normal atau cacat pada waktu lahir dapat terjadi karena adanya gangguan
pada masa kandungan tiga bulan pertama.
Selama periode pertumbuhan embrio terjadi pembelahan sel, dan relatif lebih cepat dari periode lainnya.
Pertumbuhan embrio yang cepat tersebut menunjukkan kebutuhan oksigen dan zat gizi tinggi untuk setiap unit massa
embrio. Hal ini menyebabkan embrio sensitif terhadap perubahan suplai gizi dan oksigen. Pada saat ketersediaan
oksigen menurun atau kekurangan zat gizi tertentu dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan yang permanen.
3. Fase Fetus (Janin)
Berkembang delapan minggu setelah pembuahan. Sel tulang pertama mulai tumbuh dan embrio menjadi janin. Dari
periode ini sampai saat kelahiran bentuk tubuh makin sempurna, bagian-bagian tubuh tumbuh dengan laju yang
berbeda-beda dan janin sendiri tumbuh memanjang sampai kira-kira 20 kalinya.
Selama janin tumbuh dan berkembang, total cairan tubuh menurun dari 92 menjadi 72 persen. Perubahan ini diikuti
oleh peningkatan protein dan lemak terutama selama dua bulan terkahir kehamilan, dimana peningkatan protein
lebih banyak dari pada lemak. Selain itupada janin terjadi pula pertambahan yang nyata pada natrium, kalsium dan
besi. Natrium terutama terdapat dalam cairan ekstraseluler dan dalam tulang, sedang kalium terdapat dalam cairan
intraseluler berkaitan dengan massa sel.
Kegiatan janin selama dalam kandungan selain menghisap zat gizi dan bernafas, janin juga bergerak aktif seperti
menyepak, berputar, melengkung dan menggenggam. Selain itu janin mampu melakukan respon terhadap rangsangan
suara atau getaran. Janin juga peka terhadap kondisi kejiwaan ibunya, misalnya ibu yang mengandung merasa takut,
sedih atau cemas maka janin akan melakukan gerakan-gerakan yang lebih cepat. Demikian pula apabila si ibu
kelelahan. Respon tersebut diduga karenaadanya perubahan sekresi kelenjar yang terjadi dalam tubuh ibunya.
Pertumbuhan dan perkembangan janin dapat dibagi berdasarkan trimester :
1. Trimester pertama
Pada trimester pertama atau tiga bulan pertama masa kehamilan merupakan masa dimana system organ prenatal
dibentuk dan mulai berfungsi. Pada minggu ke 3 sel-sel mulai membentuk organ-organ spesifik dan bagianbagian
TM 2 REPRO
tubuh. Minggu ke 13, jantung telah lengkap dibentuk dan mulai berdenyut, sebagian besar organ telah dibentuk,dan
janin mulai dapat bergerak (Gambar 2.2) Bagi wanita hamil tentu saja masa trimester pertama ini merupakan masa
penyesuaiannya baik secara fisik maupun emosi dengan segala perubahan yang terjadi dalam rahimnya. Pada
trimester pertama ini ibu sering mengalami mual atau, ingin muntah, tidak selera makan yang sering dikenal dengan
“morning sickness”, yang dapat menyebabkan berkurangnya intik makanan ibu.
Defisiensi gizi dan pengaruh-pengaruh lain yang membahayakan janin seperti penggunaan obat, vitamin A dosisi
tinggi, radiasi atautrauma dapat merusak atau menghambat perkembangan janin selanjutnya. Sebagain besar
keguguran terjadi pada masa ini, bahkan sekitar sepertiga darikejadian keguguran terjadi karena wanita tidak
menyadari bahwa dia sedang benar-benar hamil. Masa trimester pertama merupakan masa yang kritis, sehingga harus
dihindari hal-hal yang memungkinkan kegagalan pertumbuhan dan perkembangan janin.
2. Trimester kedua
Pada awal trimester kedua, berat janin sudah sekitar 100 g. Gerakangerakan janin sudah mulai dapat dirasakan ibu.
Tangan, jari, kaki dan jari kaki sudah terbentuk, janin sudah dapat mendengar dan mulai terbentuk gusi, dan tulang
rahang. Organ-organ tersebut terus tumbuh menjadi bentuk yang sempurna, dan pada saat ini denyut jantung janin
sudah dapat dideteksi dengan stetoskop.
Bentuk tubuh janin saat ini sudah menyerupai bayi.
3. Trimester ketiga
Memasuki trimester ketiga, berat janin sekitar 1-1,5 kg. Pada periode ini uterus semakin membesar sampai beradadi
bawah tulang susu. Uterus menekan keatas kearah diafragma dan tulang panggul. Hal ini sering membuat ibu hamil
merasa jantung sesak dan kesulitan pencernaan. Seringkali ibu juga mengalami varises pada pembuluh darah sekitar
kaki, wasir, dan lutut keram karena meningkatnya tekanan kepada perut,rendahnya laju darah balik dari limbs, dan
efek dari progesterone, yang menyebabkan kendurnya saluran darah.
Setelah usia kehamilan mencapai sekitar 28 –30 minggu, bayi yang lahir disebut prematur (sebelum minggu ke37
kehamilan), mempunyai kesempatan untuk hidup baik bila dirawat dalam suatu perawatan “bayi baru lahir risiko
tinggi”. Namun, mineral dan cadangan lemak pada bayi tidak normal, yang seharusnya dibentu pada bulan terakhir
kehamilan. Masalah medis lain pada bayi prematur adalah masih belum mampu mengisap dan menelan dengan baik,
sehingga perawatan bayi ini sangat sulit.
TM 2 REPRO
Sumber: http://www.w-cpc.org/pictures/adam/mo8.jpg. Time Life Fetus.
http://411something.files.wordpress.com/2009/03/fetaldevelopment-copy.jpg
Mekanisme Persalinan
Menurut Prawirohardjo (2009), pada minggu- minggu terakhir kehamilan, segmen bawah lahir meluas untuk
menerima kepala janin, terutama pada primipara. Supaya janin dapat dilahirkan, janin harus beradaptasi dengan jalan
lahir selama proses penurunan. Putaran dan penyesuaian lain yang terjadi pada proses kelahiran disebut mekanisme
persalinan, yang terdiri dari :
1) Engagement
Apabila diameter biparietal kepala melewati pintu atas panggul, kepala dikatakan telah menancap (engaged) pada
pintu atas panggul. Pada wanita multipara hal ini terjadi sebelum persalinan aktif dimulai karena otot-otot abdomen
masih tegang, sehingga bagian presentasi terdorong ke dalam panggul.
2) Penurunan (decent)
Penurunan adalah gerakan bagian presentasi melewati panggul. Penurunan terjadi akibat tiga kekuatan, yaitu :
a) Tekanan dari cairan amnion
b) Tekanan langsung kontraksi fundus pada janin
c) Kontraksi diafragma dan otot-otot abdomen ibu pada tahap kedua persalinan. Pada kehamilan pertama,
penurunan berlangsung lambat, tetapi kecepatan sama.
3) Fleksi
Segera setelah kepala yang turun tertahan oleh serviks, dinding panggul, atau dasar panggul, dalam keadaan normal
fleksi terjadi dan dagu didekatkan ke arah dada janin. Dengan fleksi, suboksipitobregmatika yang berdiameter lebih
kecil (9,5 cm) dapat masuk ke dalam pintu bawah panggul.
4) Putaran Paksi Dalam
Putaran paksi dalam dimulai pada bidang setinggi spina iskiadika, tetapi putaran ini belum selesai sampai bagian
presentasi mencapai panggul bagian bawah.
5) Ekstensi
TM 2 REPRO
Saat kepala janin mencapai perineum, kepala akan defleksi ke arah anterior oleh perineum. Mula-mula oksiput
melewati permukaan bawah simfisis pubis, kemudian kepala muncul keluar akibat ekstensi, pertama-tama oksiput,
kemudian wajah dan akhirnya dagu.
6) Restitusi dan putaran paksi luar
Setelah kepala lahir, bayi berputar hingga mencapai posisi yang sama dengan saat ia memasuki pintu atas, gerakan ini
dikenal sebagai restitusi. Putaran 450 membuat kepala janin kembali sejajar 18dengan punggung dan bahunya.
Putaran paksi luar terjadi saat bahu engaged dan turun dengan gerakan kepala.
7) Ekspulsi
Setelah bahu keluar, kepala dan bahu diangkat ke atas tulang pubis ibu dan badan bayi dikeluarkan dengan gerakan
fleksi lateral ke arah simfisis pubis. Ketika seluruh tubuh bayi keluar, persalinan bayi selesai. Ini merupakan akhir tahap
kedua persalinan.
Komplikasi persalinan.
Komplikasi persalinan adalah suatu keadaan yang mengancam jiwa ibu atau janin, karena gangguan sebagai akibat
langsung dari kehamilan dan persalinan misalnya perdarahan, pre-eklampsi, eklampsi, infeksi jalan lahir, persalinan
lama, letak lintang dan letak sungsang. Komplikasi persalinan merupakan komplikasi yang terjadi pada saat persalinan,
baik yang muncul pada saat persalinan maupun yang telah diketahui pada masa kehamilan seperti distocia, pre-
eklampsia/ eklampsia (hipertensi) dan perdarahan. Klasifikasi komplikasi persalinan yaitu : 1. Perdarahan; 2. Infeksi; 3.
Pre-eklampsia/ eklampsia, pre-eklampsia; 4. Ruptur uteri; 5. Distosia/ persalinan macet; 6. Persalinan lama.
(Bratakoesoema., S.D. (2004). Patologi persalinan (Ilmu kesehatan reproduksi), Jakarta : EGC.)
(Prawirohardjo, Sarwono, 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo.)
INDUKSI PERSALINAN
Pengertian induksi persalinan
Menurut Saifuddin (2002) pengertian induksi persalinan dibedakan dengan akselerasi persalinan. Akselerasi persalinan
merupakan suatu tindakan untuk meningkatkan frekuensi, lama, dan kekuatan kontraksi uterus dalam persalinan.
Sedangkan induksi persalinan menurut Saifuddin (2002) yaitu suatu tindakan merangsang uterus untuk memulai
terjadinya persalinan. Pengertian induksi persalinan menurut Gilbert (2003) yaitu semua usaha memulai kontraksi
uterus sebelum kejadian persalinan spontan sebagai fasilitas persalinan pervaginam. Pengertian induksi persalinan
menurut Cuningham (2006) yaitu terjadinya kontraksi uterus disebabkan oleh pengaruh hormone-hormon (adenosine
triphospate, estrogen dan progesterone) dan meningkatnya kadar beberapa elektrolit seperti kalsium, sodium dan
potassium, kontraksi protein yang spesifik (actin dan myosin), ephinephrine dan norephinephrine, oxytocin dan
prostaglandin. Berdasarkan pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa induksi persalinan adalah upaya
memfasilitasi persalinan pervaginam dengan cara menimbulkan kontraksi uterus sebelum tanda dan gejala persalinan
terjadi. Induksi persalinan dilakukan sebelum tanda dan gejala persalinan terjadi, sedangkan pada akselerasi tanda dan
gejala persalinan telah terjadi.
Jika dari hasil pemeriksaan di atas belum dapat dipastikan apakah persalinan sejati atau palsu maka dilakukan
observasi ibu tersebut sambil memeriksa keadaan umum ibu dan janin melalui anamnesis dan pemeriksaan
fisik (tekanan darah, suhu, dan denyut nadi). Setiap ibu yang masuk ke unit bersalin dilakukan suatu surveillans janin
(pemeriksaan janin waktu masuk) meliputi:
- uji nonstress (NST): penilaian ada tidaknya akselerasi denyut jantung janin dengan gerakan janin
- uji stress kontraksi (CST): penilaian frekuensi denyut jantung janin sebelum, selama, dan setelah kontraksi
uterus jika psaien telah in partu
Dengan pemeriksaan di atas dapat ditentukan apakah terdapat gawat janin atau tidak. Pada kasus persalinan palsu
dan telah dilakukan tes di atas dan hasilnya normal maka ibu dapat dipulangkan dari unit bersalin. Jika terdapat hasil
yang tidak normal maka ibu harus dirawat untuk memperbaiki keadaan ibu dan janinnya.
(Cunningham, et. al. (2006). Obstetri Williams. Jakarta. Jakarta: EGC.)
Persalinan normal terbagi dalam 4 fase (kala), yaitu:
Kala 1 : waktu untuk pembukaan serviks sampai pada pembukaan lengkap10 cm. Mengawasi wanita in-partu
sebaik-baiknya. Serta menanamkan semangat diri kepada wanita ini bahwa proses persalinan adalah fisiologis.
Tanamkan rasa percaya diri dan percaya pada penolong
Kala 2 : kala pengeluaran janin, waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengedan mendorong
janin keluar hingga lahir. Pada umumnya kepala janin telah masuk ruang panggul. Ketuban yang menonjol biasanya
akan pecah sendiri. Bila belum pecah, harus dipecahkan. His datang lebih sering dan lebih kuat, lalu timbullah his
mengedan. Penolong harus telah siap untuk memimpin persalinan
Kala 3 : waktu untuk pelepasan dan pengeluaran uri. Pengawasan pada kala pelepasan dan pengeluaran ini cukup
penting, karena kelalaian dapat mengakibatkan resiko pendarahan yang dapat engakibatkan kematian. Biasanya,
uri akan lahir spontan dalam 15-30 menit, dapat ditunggu hingga 1 jam, tetapi tidak boleh ditunggu bila terjadi
banyak pendarahan
Kala 4 : mulai dari lahirnya uri selama 1-2 jam. Merupakan kala pengawasan seteah uri lahir 1-2 jam. Darah
yang keluar harus ditakar sebaik-baiknya. Kehilangan darah pada persalinan adalah biasa disebabkan oleh luka
karena pelepasan uri dan perobekan pada serviks dan perinium. Rata-rata dalam batas normal jumlah pendarahan
adalah 250cc. Biasanya 100-300cc. Bila pendarahan sudah lebih dari 500cc, ini sudah dianggap abnormal. Harus
dicari sebabnya.
(Cunningham, et. al. (2006). Obstetri Williams. Jakarta. Jakarta: EGC.)
Pemeriksaan Vagina
Pemeriksaan ini harus dilakukan secara halus dan hati-hati serta menyeluruh dalam keadaan aseptis
menggunakan sarung tangan. Sementara pasien berada dalam posisi lithotomi atau posisi dorsal oleh karena
dengan posisi tersebut pemeriksaan dan orientasi akan lebih mudah dilakukan. Selain itu pula, posisi ini juga
merupakan posisi terbaik untuk menentukan imbangan antara bagian terendah janin dengan panggul. Dalam
pemeriksaan vagina ada beberapa hal yang dapat diperiksa diantaranya :
1. Palpasi Cervix,
Dengan melakukan palpasi cervix kita dapat menentukan:
- Apakah cervix lunak / kenyal?
- Apakah cervix tipis dan mendatar atau tebal dan panjang?
- Apakah cervix mudah di dilatasikan / tidak?
- Apakah cervix tertutup atau terbuka? Kalau terbuka, perkirakan lebarnya diameter cincin cervix.
2. Presentasi, yaitu dapat ditentukan :
- Apakah presentasinya – kepala, bokong, atau bahu?
- Apakah ada caput succendaneum? Dan apakah kecil atau besar?
- Sampai dimana turunnya bagian terendah janin? Dimanakah kedudukan bagian terendah janin (bukan caput
succendaneum) terhadap garis spina ischiadica kanan – kiri ?
- Kalau di atas garis, maka stasiunnya : -1, -2, atau -3 cm. Kalau di bawahnya : +1, +2, atau +3 cm.
3. Kedudukan, dapat diketahui :
- Kalau presentasinya bokong, dimanakah sacrumnya? Dan kaki dalam keadaan fleksi atau extensi?
- Pada presentasi kepala carilah sutura sagitalisnya. Bagaimanakah arahnya? Pada diameter panggul
anteroposterior, oblique atau transversa?
- Apakah sutura sagitalis ada di tengah antara pubis dengan sacrum (synclitismus) ; dekat promontorium
(asynclitismus anterior) ; atau dekat symphysis pubis (asynclitismus posterior)?
- Apakah bregma di kanan ata kiri ? anterior atau posterior ? (bregma berbentuk baji dan merupakan
pertemuan empat buah suture).
- Dimanakah fontanella posterior ? (fontanella berbentuk huruf Y dan mempunyai tiga suturae).
- Apakah kepala dalam keadaan fleksi (occiput lebih rendah daripada sinciput) atau ekstensi (sinciput lebih
rendah dari occiput) ?
- Pada kasus-kasus kesulitan dalam mencari suturae, palpasi telinga dapat membantu menetapkan arah
sutura sagitalis dan dengan demikian juga diameter anteroposterior sumbu panjang kepala. Tragus
menunjuk kearah muka.
4. Ketuban
- Terabanya kantung ketuban merupakan bukti bahwa ketuban masih utuh.
- Keluarnya cairan, meconium, dan rambut janin yang dapat dijepit dengan sebuah klem, semua itu
menunjukkan bahwa ketuban telah pecah.
5. Penilaian panggul secara umum, adalah untuk menilai :
- Dapatkah promontorium diraba? Conjugata diagonalis dapat diukur secara klinis. Conjugata diagonalis
adalah jarak antara tepi bawah symphysis pubis dengan promontorium dan panjang rata-ratanya adalah
12,5 cm. Pada pemeriksaan vaginal diraba promontorium. Setelah ujung jari distal jari-jari mencapai
promontorium maka titik tempat bagian proksimal jari-jari bersentuhan dengan angulus subpubicus diberi
tanda. Kemudian jari-jari dikeluarkan dari vagina dan kemudian kedua titik tersebut diukur. Dengan
TM 2 REPRO
mengurangi panjang conjugata diagonalis 1,5 cm, maka diperoleh ukuran conjugata obstetrica.
Umumnya promontorium tidak dapat diraba dan ini diterima sebagai bukti bahwa diameter
anteroposterior PAP adekuat. Apabila promontorium teraba dan conjugata obstetrica diduga pendek maka
harus dilakukan pelvimetri dengan sinar tembus.
- Apakah bentuk PAP simetris?
- Apakah spina ischiadica menonjol dan posterior?
- Apakah sacrum panjang dan lurus atau pendek dan cekung?
- Apakah dinding samping sejajar atau konvergen?
- Apakah incisura ischiadica lebar / sempit?
- Apakah ada penonjolan tulang atau jaringan lunak ke dalam cavum pelvis?
- Bagaimana lebarnya angulus subpubicus ? Jarak antara tuber ischiadicum (rata-rata 10, 5 cm) secara kasar
dapat diukur dengan meletakkan tinju diantara tuber ischiadicum kanan dan kiri. Kalau ini dapat
dikerjakan maka diameter transversa PBP dianggap adekuat.
- Apakah jaringan-jaringan lunak dan perineum lemas dan elastis atau keras dan kaku?
6. Hubungan Fetopelvik
Bagaimana persesuaian antara bagian terendah dan panggul?
Apabila engagement belum terjadi, maka dapatkah bagian terendah didorong masuk panggul dengan
tekanan pada fundus dan suprapubis?
Apakah bagian terendah menonjol diatas symphysis?
C. Penatalaksanaan Partus Kala 1
Pemeriksaan fisik umum yang belum dilakukan harus diselesaikan sesegera mungkin setelah pasien masuk
rawat inap. Yang paling baik, seorang dokter dapat membuat kesimpulan tentang normalnya kehamilan
tersebut apabila semua pemeriksaan, termasuk tinjauan ulang rekan medis dan laboratium, sudah dilaksanakan.
Sebuah rencana yang rasional untuk memantau persalinan kemudian dapat ditegakkan berdasarkan kepentingan
janin dan ibunya. Bila tidak ada kelainan yang ditemukan atau diduga, si ibu harus diyakinkan bahwa semuanya
beres. Meskipun durasi rata-rata persalinan kala satu pada wanita nulipara adalah sekitar 7 jam dan wanita
para sekitar 4 jam, terdapat variasi individual yang besar. Oleh karena itu, pernyataan pasti lamanya persalinan
tidaklah bijaksana.
Pemantauan kesejahteraan janin selama persalinan. Untuk mendapatkan hasil akhir kehamilan yang optimal, harus
dibuat program yang tersusun rapi untuk memberikan surveilans ketat tentang kesejahteraan ibu dan janin
selama persalanin. Semua observasi harus dicatat secara tepat. Frekuensi, intesitas, dan lamanya kontraksi
uterus, serta respons denyut jantung janin terhadap kontraksi tersebut harus diperhatikan benar. Aspek-aspek ini
dapat dievaluasi dengan tepat dalam urutan yang logis.
Frekuensi Denyut Jantung Janin. Frekuensi denyut jantung janin dapat diketahui dengan stetoskop yang sesuai
atau salah satu di antara berbagai macam alat ultrasonik Doppler. Perubahan frekuensi denyut jantung janin
yang kemungkinan besar berbahaya bagi janin hampir selalu dapat ditemukan setelah kontraksi uterus. Karena itu,
jantung janin wajib diperiksa dengan auskultasi segera setalah terjadi kontraksi. Untuk menghindari
kebingungan antara kerja jantung ibu dan janinnya, denyut nadi ibunya hendaknya dihitung pada saat menghitung
frekuensi denyut jantung janin. Bila tidak, takikardia ibu mungkin disalahartikan sebagai frekuensi denyut jantung
janin normal. Resiko, bahaya, atau gawat janin-yaitu hilangnya kesejahteraan janin-dicugai apabila frekuensi denyut
jantung janin yang diukur segera setelah kontraksi berulang kali berada di bawah 110 denyut per menit. Gawat
janin sangat mungkin terjadi apabila denyut jantung terdengar kurang dari 100 denyut per
menit sekalipun ada perbaikan hitung detak jantung menjadi 110 sampai 160 denyut per menit sebelum kontraksi
berikutnya. Apabila setelah kontraksi ditemukan deselerasi semacam ini, persalinan tahap selanjutnya, jika
dimungkinkan, paling baik dimonitor secara elektronik America Academy of Pediatrics dan America College of
Obstetricians and Gynecologists (1997) merekomendasikan bahwa selama persalainan kala I, bila tidak ditemukan
adanya kelainan, jantung janin harus diperikasa segera setelah kontraksi setidaknya setiap 30 menit, kemudian setiap
15 menit pada persalinan kala II. Jika digunakan pemantauan elektronik kontinu, grafik dinilai sekurangnya setiap
30 menit selama persalinan kala I dan setidaknya setiap 15 menit selama persalinan kala II. Untuk ibu hamil yang
beresiko, auskultasi dilakukan setiap 15 menit selama persalinan kala I dan setiap 5 menit selama persalinan
kala II. Pemantauan elektronik kontinu dapat digunakan dengan penilaian grafik setiap 15 menit selama persalinan
kala II.
TM 2 REPRO
KONTRAKSI UTERUS. Dengan melakukan penekanan ringan oleh telapak tangan diatas uterus, pemeriksa dapat
menentukan waktu dimulainya kontraksi. Intensitas kontraksi diukur berdasarkan derajat ketegangan yang
dicapai uterus. Pada puncak kontraksi efektif, jari atau ibu jari tangan tidak dapat menekan uterus. Selanjutnya,
dicatat waktu ketika kontraksi tersebut menghilang. Urutan ini diulangi untuk mengevaluasi frekuensi, durasi,
dan intensitas kontraksi uterus. Yang paling baik adalah mengukur kontraksi uterus dengan menyebut derajat
ketegangan atau resistensi terhadap indentasi.Pemantauan Dan Penatalaksanaan Ibu Dan Selama Persalinan
TANDA VITAL IBU. Suhu, denyut nadi, tekanan darah ibu dievaluasi setidaknya setiap 4 jam (Tabel13-3). Jika
selaput ketuban telah pecah lama sebelum awitan persalinan, atau jika terjadi kenaikan suhu ambang, suhu
diperiksa tiap jam. Selain itu, bila terjadi pecah ketuban yang lama-lebih dari 18 jam-disarankan untuk memberikan
antibiotik profilaksis terhadap infeksi steptokokus grup B. (American College of Obstetricians and
Gynecologists,1996).
PEMERIKSAAN VAGINA SELANJUTNYA. Pada persalinan kala satu, perlunya pemeriksaan vagina selanjutnya untuk
mengetahui status serviks dan station serta posisi bagian terbawah akan sangat bervariasi. Bila selaput ketuban
pecah, pemeriksaan hendaknya diulangi secara cepat jika pada pemeriksaan sebelumnya kepal janin belum cakap
(engaged). Frekuensi denyut jantung janin harus diperiksa segera dan pada kontrasi uterus
berikutnya untuk mendeteksi kompresi tali pusat yang tidak diketahui. Di Parkland Hospital, pemeriksaan
panggul sering dilakukan secara periodik dengan interval 2-3 jam untuk menilai kemajuan persalinan
ASUPAN ORAL. Makanan harus ditunda pemberiannya selama proses persalainan aktif. Waktu pengosongan
lambung memanjang secara nyata saat proses persalinan berlangsung dan diberikan obat analgesik. Sebagai
akibatnya, makanan dan sebagian besar obat yang dimakan tetap berada di lambung dan tidak diabsorpsi;
melainkan, dapat dimuntahkan dan teraspirasi. Terdapat kecenderungan memberikan cairan dengan jumlah yang
terbatas untuk wanita in partu .
CAIRAN INTRAVENA. Meskipun telah menjadi kebiasaan di banyak rumah sakit untuk memasang sistem infus
intravena secara rutin pada awal persalinan, jarang ada ibu hamil normal yang benar-benar memerlukannya,
setidaknya sampai analgesia diberikan. Sistem infus intravena menguntungkan selama masa nifas dini untuk
memberikan oksitosin profilaksis dan seringkali bersifat terapeutikketika terjadi atonia uteri. Selain itu, persalinan
yang lebih lama, pemberian glukosa, natrium dan air untuk wanita yang sedang berpuasa dengan kecepatan 60
sampai 120 ml per jam, efektif untuk mencegah dehidrasi dan asidosis.
Rekomendasi Pimpinan Persalinan Kala I dan II Normal pada
Wanita tanpa Faktor Risiko Anestetik, Medis atau Obstetris
1. Tanda vital ibu diperiksa sekurang-kurangnya setiap 4 jam.
2. Pemeriksaan vagina periodik menggunakan pelumas larut-air dan steril; hindari antiseptik povidon-iodin dan
heksaklorofen.
3. Diizinkan untuk minim cairan jernih, kadang-kadang potongan es batu, sedikit demi sedikit dan memakai
pelembab bibir. Hidrasi intravena diindikasikan bila persalinan memanjang.
4. Si ibu harus mempunyai pilihan untuk dapat berjalan-jalan selama persalinan kala I.
5. Pereda nyeri harus bergantung pada kebutuhan dan keinginan si ibu.
Dari American Academy of Pediatrics dan American College of Obstetricians and Gynecologists, 1997, dengan
izin.
POSISI IBU SELAMA PERSALINAN. Ibu yang dalam proses bersalin tidak perlu berbaring di tempat tidur pada awal
persalinan. Sebuah kursi yang nyaman mungkin lebih bermanfaat secara psikologis. Di tempat tidur, ibu
hendaknya diperolehkan mengambil posisi yang rasanya enak, paling sering adalah berbaring miring. Ibu tidak
harus ditahan pada posisi terlentang.
ANALGESIA. analgesi paling sering mulai diberikan berdasarkan rasa nyeri pada wanita yang bersangkutan. Jenis
analgesia, jumlahnya, dan frekuensi pemberian hendaknya didasarkan pada kebutuhan untuk menghilangkan
nyeri di satu pihak, dan kemungkinan melahirkan bayi yang sakit di lain pihak. Penetapan waktu, metoda
pemberian, dan ukuran dosis awal serta lanjutan obat-obat analgesik yang bekerja secara sistemik sangat
didasarkan pada interval waktu yang diharapkan sampai pelahiran. Oleh karenanya, pemeriksaan vagina
berulang sebelum memberikan analgetik lebih banyak sering kali dapat diterima. Dengan munculnya gelaja-
gejala khas persalinan kala dua, yaitu dorongan untuk mengejan, status serviks dan bagian terbawah janin harus
dievaluasi kembali.
TM 2 REPRO
AMNIOTOMI. Bila selaput ketuban masih utuh, ada dorongan yang besarbahkan pada persalinan normal
sekalipun-untuk melakukan amniotomi. Manfaat yang diperkirakan adalah persalinan bertambah cepat, deteksi
dini kasus pencemaran mekonium pada cairan amnion, dan kesempatan untuk memasang elektroda ke janin
serta memasukkan pressure catheter ke dalam rongga uterus. Jika amniotomi dilakukan, harus diupayakan
menggunakan teknik aseptik. Yang penting, kepala janin harus tetap berada di serviks dan tidak dikeluarkan dari
panggul selama prosedur; karena tindakan seperti itu akan menyebabkan prolaps tali pusat.
FUNGSI KANDUNG KEMIH. Distensi kandung kemih harus dihindarkan karena dapat mengakibatkan persalinan
macet dan selanjutnya menimbulkan hipotonia serta infeksi kandung kemih. Setiap melakukan pemeriksaan
abdomen, daerah suprapubik hendaknya diinspeksi dan dipalpasi untuk mendeteksi pengisian kandung kemih.
Jika kandung kemih dengan mudah dapat dilihat dan dipalpasi di atas simfisis, wanita tersebut dianjurkan untuk
berkemih. Sewaktu-waktu ibu diperbolehkan untuk berjalan dengan bantuan ke toilet dan berhasil berkemih,
sekalipun ibu tidak dapat berkemih di tempat tidur. Jika kandung kencing terdistensi dan tidak dapat berkemih,
diindikasikan kateterisasi intermiten
D. Kala II
Kala II mulai bila pembukaan serviks lengkap. Umumnya pada akhir kala I atau permulaan kala II dengan kepala
janin sudah masuk dalam ruang panggul, ketuban pecah sendiri. Bila ketuban belum pecah spontan, ketuban
harus dipecahkan (amniotomi). Kadang-kadang pada permulaan kala II ini wanita tersebut ingin muntah disertai
rasa ingin mengedan kuat. His akan timbul lebih sering dan merupakan tenaga pendorong janin. Disamping
his, wanita tersebut harus dipimpin meneran (untuk membuat kontraksi dinding abdomen dan diafragma
menekan uterus) pada waktu his. Di luar his denyut jantung janin harus sering diawasi. Ada 2 cara mengedan :
1. Wanita tersebut dalam letak berbaring merangkul kedua pahanya sampai batas siku. Kepala sedikit
diangkat, sehingga dagu mendekati dada dan ia dapat melihat perutnya.
2. Sikap seperti di atas, tetapi badan dalam posisi miring ke kanan atau kiri tergantung pada letak punggung
anak. Hanya satu kaki dirangkul, yakni kaki yang berada di atas. Posisi yang menggulung ini memang fisiologis.
Posisi ini baik dilakukan bila putaran paksi dalam belum sempurna. Dokter atau penolong persalinan berdiri pada sisi
kanan wanita tersebut.Bila kepala janin telah sampai pada dasar panggung, vulva mulai membuka. Rambut
kepala janin mulai tampak. Perineum dan anus tampak mulai meregang. Perineum mulai lebih tinggi,
sedangkan anus mulai membuka. Anus pada mulanya bulat berubah berbentuk "D" dan tampak dinding depan
rektum. Perineum ditahan dengan tangan kanan sebaiknya dengan kassa steril, bila tidak ditahan akan robek
(Ruptura perinei).
(Cunningham, et. al. (2006). Obstetri Williams. Jakarta. Jakarta: EGC.)
(Prawirohardjo, Sarwono, 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo.)
Dianjurkan untuk melakukan episiotomi (insisi pada perineum dengan gunting) pada primigravida dan pada
perineum kaku. Episiotomi dilakukan pada saat perineum tipis dan kepala tidak masuk kembali ke dalam
vagina. Ketika kepala janin akan mengadakan defleksi dengan suboksiput di bawah simfisis sebagai hipomoklion,
sebaiknya tangan kiri menahan bagian belakang kepala dengan maksud agar gerakan defleksi tidak terlalu cepat.
Dengan demikian, ruptura perinei dapat dihindarkan. Untuk mengawasi ruptura perineum ini posisi miring (Sims
position) lebih menguntungkan dibandingkan posisi biasa. Akan tetapi, bila perineum jelas telah tipis dan
menunjukkan akan timbul ruptura perinei, maka sebaiknya dilakukan epistotomi,. Dikenal :
a). epistotomi mediana (pada garis tengah, baik dilakukan pada multipara), b). epistotomi mediolateralis (pada garis
tengah dan diperluas ke lateral saat mendekati anus, baik dilakukan pada primi), dan c). epistotomi lateralis
(langsung miring terhadap sumbu perineum, dapat memberikan pembukaan yang terbesar, kadang dilakukan
pada keadaan direncanakan ekstraksi forceps atau ekstraksi vakum)
Keuntungan epistotomi mediana ialah tidak menimbulkan perdarahan
banyak dan penjahitan kembali lebih mudah, sehingga sembuh per
primam dan hampir tidak berbekas. Bahayanya ialah dapat
menimbulkan ruptura perinei totalis (robekan perineum tembus
sampai m.sfingter ani, bahkan kadang sampai mukosa
rektum).Perawatan ruptura perinei totalis harus dikerjakan serapi-
rapinya, agar jangan sampai gagal dan timbul inkontinensia alvi. Untuk
menghindarkan robekan perineum dapat dilakukan perasat Ritgen : bila
perinuem meregang dan menipis, tangan kiri menahan dan
TM 2 REPRO
menekan bagian belakang kepala janin ke arah anus. Tangan kanan pada perineum, dengan ujung-ujung jari
tangan kanan tersebut melalui kulit perineum dicoba menggait dagu janin dan ditekan ke arah simfisis dengan
hati-hati. Dengan demikian, kepala janin dilahirkan perlahan-lahan ke luar. Setelah kepala lahir diperhatikan apakah
tali pusat melilit leher janin. Lilitan dapat dilonggarkan dan bila sukar dapat dilepaskan dengan menjepit tali
pusat dengan 2 cunam Kocher kemudian dipotong diantaranya dengan gunting yang tumpul ujungnya.
(Prawirohardjo, Sarwono, 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo.)
E. Kelahiran spontan
Pada waktu kepala meregangkan vulva dan perineum pada saat kontraksi sehingga cukup untuk membuka
introitus vagina menjadi berdiameter sekitar 5 cm, perlu memasang duk steril dengan satu tangan untuk melindungi
introitus dari anus dan kemudian menekan ke depan pada dagu janin melalui perineum tepat di depan
coccygis, sementara tangan lainnya memberikan tekanan di atas pada occiput. Kepala dilahirkan secara berlahan
dengan basis occiput berputar di tepi bawah symphisis pubis sebagai titik tumpu, sementara bregma
(fontanela anterior), dahi dan wajah berturut-turut terlihat di perineum. Setelah kepala lahir, kepala
mengadakan putaran paksi luar ke arah letak punggung janin. Usaha selanjutnya melahirkan bahu janin.
Mula-mula lahirkan bahu depan, dengan kedua telapak tangan pada samping kiri dan kanan kepala janin. Kepala
janin ditarik perlahan kearah anus sehingga lahir bahu depan, tarikan tidak boleh terlalu keras dan kasar oleh
karena dapat menimbulkan robekan pada muskulus sternokleidomastoidues. Kemudian, kepala janin diangkat
kearah simfisis untuk melahirkan bahu belakang.
Setelah kedua bahu janin dapat dilahirkan, maka usaha selanjutnya ialah melahirkan badan janin, trokanter anterior
dan disusul trokanter posterior. Dengan kedua tangan di bawah ketiak janin dan sebagaian di atas dipunggung atas
berturut-turut dilahirkan badan janin, trokanter anterior dan trokanter posterior.
Setelah janin lahir, bayi sehat dan normal akan segera menarik napas dan langsung menangis keras. Kemudian
bayi diletakkan dengan kepala ke bawah kira-kira membentuk sudut 30 derajat dengan bidang datar.Lendir pada
jalan napas segera dibersihkan atau diisap dengan pengisap lendir. Tali pusat dipotong 5-10 cm dari umbilikus
diantara 2 cunam Kocher. Bila kemungkinan akan melakukan exchange transfusion pada bayi maka pemotongan
tali pusat diperpanjang sampai antara 10-15cm. Ujung tali pusat bagian bayi didesinfeksi dan diikat kuat. Hal ini
harus diperhatikan benar karena bila ikatan kurang kuat, ikatan dapat terlepas dan perdarahan dari tali pusat masih
dapat terjadi yang membahayakan bayi tersebut. Kemudian diperhatikan kandung kencing ibu. Bila penuh,
dilakukan pengosongan kandung kencing, sedapat-dapatnya wanita bersangkutan disuruh kencing sendiri.
Kandung kencing yang penuh dapat menimbulkan atonia uteri dan mengganggu pelepasan plasenta yang
berarti menimbulkan perdarahan postpartum.
Penanganan
Memberikan oksigen pada ibu dalam posisi miring. Namun, bila persalinan masih akan berlangsung lama dan
detak jantung janin semakin lambat (bradikardia), persalinan harus segera diakhiri dengan tindakan operasi
caesar. Melalui pemeriksaan teratur dengan bantuan USG untukk melihat apakah ada gambaran tali pusat di
sekitar leher. Namun, tidak dapat dipastikan sepenuhnya bahwa tali pusat tersebut melilit leher janin atau tidak.
Apalagi untuk menilai erat atau tidaknya lilitan. Namun, dengan USG berwarna (collor dopper) atau USG 3
dimensi, Anda dapat lebih memastikan tali pusat tersebut melilit atau tidak di leher janin, serta menilai erat tidaknya
lilitan tersebut.
G. Pelahiran Bahu
Setelah lahir, kepala jatuh ke posterior, sehingga wajah hampir menempel ke anus. Oksiput segera memutar
kearah salah satu paha ibunya sehingga kepala mengambil posisi melintang. Gerakan-gerakan restitusi
selanjutnya (rotasi eksterna) menunjukkan bahwa diameter biakromion (diameter transversal dada) telah
memutar menyesuaikan dengan diameter anteroposterior panggul. Paling sering, bahu terlihat di vulva tepat
setelah rotasi eksternal dan lahir spontan. Kadangkala, terjadi pelambatan dan tampaknya perlu dianjurkan
ekstraksi segera. Pada keadaan itu, sisi kepala dipegang dengan kedua tangan dan lakukan traksi kearah bawah
secara perlahan, dilakukan sampai bahu anterior terlihat dibawah arkus pubis.
Beberapa praktisi lebih memilih melahirkan bahu anterior sebelum menghisap nasofaring atau memeriksa tali pusat
untuk menghindari distosia bahu. Lalu, dengan gerakan keatas bahu posterior dilahirkan. (Cunningham, et.al, 2006)
Sisa badan hampir selalu mengikuti bahu tanpa kesulitan, tetapi pada kasus persalinan yang berkepanjangan,
pelahiran badan dapat dipercepat dengan tarikan sedang pada kepala dan tekanan sedang pada fundus uteri.
Mengaitkan jari-jari di aksila hendaknya dihindari, karena akan mencederai saraf ekstremitas superior sehingga
menimbulkan paralisis sementara atau mungkin permanen. Selanjutnya, traksi hendaknya hanya dikerjakan
searah sumbu panjang bayi karena kalau ditarik miring dapat menyebabkan tertekuknya leher dan peregangan
belebihan pleksus brakialis.
H.Membersihkan nasofaring
Membersihkan nasofaring dilakukan untuk meminimalkan kemungkinan aspirasi debris cairan amnion dan darah
yang mungkin terjadi setelah dada lahir dan bayi menarik nafas, wajah cepat-cepat diusap dan lubang hidung
serta mulut bayi diaspirasi.
Teknik Intubasi
Kepala janin dalam posisi menghadap ke atas. Laringoskop dimasukkan ke dalam sisi dalam mulut, kemudian
diarahkan ke posterior ke arah orofaring kemudian laringoskop digerakkan secara perlahan ke dalam ruangan di
antara dasar lidah dan epiglottis. Elevasi perlahan ujung laaringoskop akan mengangkat ujung epiglotis serta
memajankan glottis dan pita suara. Pipa endotrakeal dimasukkan melaui sisi kanan mulut dan dimasukkan melalui
pita suara sampai bahu pipa mencapai glotis. Ukuran pipa endutrakeal harus sesuai dengan janin. Langkah yang
diambil untuk memastikan pipa berada dalam trakea dan bukan di esofagus adalah dengan mendengarkan bunyi
napas atau suara gurgling jika udara dimasukkan ke dalam lambung. Setiap benda asing yang menghalangi pipa
endotrakea harus segera disingkirkan dengan cara pengisapan. Mekonium, darah, mucus dan debris tertentu pada
cairan amnion atau pada jalan lahir mungkin telah dihisap in utero atau saat melalui jalan lahir.
I. Pemotongan Tali Pusat
TM 2 REPRO
Tali pusat dipotong di antara dua klem seperti yang dipasang 4 atau 5 cm dari abdomen janin dan kemudian satu klem
tali pusat dipasang 2 atau 3 cm dari abdomen janin. Sebaiknya dalam memilih klem, gunakan klem plastik yang
aman, efisien, mudah disterilkan dan tidak terlalu mahal.
Kelahiran plasenta
TM 2 REPRO
Pengeluaran plasenta jangan dipaksakan sebelum pelepasan plasenta karena ditakutkan menyebabkan inversio
uteri. Pada saat uterus ditekan, tali pusat tetap tegang. Uterus diangkat ke arah atas dengan tangan diatas
abdomen. Manuver ini diulangi beberapa kali sampai plasenta mencapai introitus. Saat plasenta melewati
introitus, penekanan pada uterus dihentikan. Plasenta kemudian secara perlahan dikeluarkan dari introitus.
Traksi pada tali pusat tidak dibenarkan untuk menarik plasenta keluar dari uterus. Membran yang melekat
dilepaskan dari perlekatannya untuk mencegah terjadi robek atau tertahan di jalan lahir. Apabila membran mulai
robek, pegang robekan tersebut dengan klem dan tarik perlahan. Permukaan maternal plasenta harus diperiksa
dengan hati-hati untuk memastikan bahwa tidak ada bagian plasenta yang tertinggal di uterus
K. Kala IV
Plasenta, selaput ketuban, dan tali pusat hendaknya diperiksa kelengkapannya dan kelainan – kelainan yang
ada. Satu jam segera setelah kelahiran plasenta adalah masa kritis dan disebut oleh beberapa ahli obstetri
sebagai persalinan “kala empat”.
Hal ini dimasudkan agar dokter, bidan, atau penolong persalinan masih mendampingi wanita selesainya
bersalin, sekurang – kurangnya 1 jam postpartum. Dengan cara ini diharapkan kecelakaan – kecelakaan karena
perdarahan postpartum dapat dikurangi atau dihindarkan. Sebelum meninggalkan wanita postpartum, harus
diperhatikan 7 pokok penting:
1. Kontraksi uterus harus baik
2. Tidak ada perdarahan dari vagina atau perdarahan – perdarahan dalam alat genitalia lainnya
3. Plasenta dan selaput ketuban harus telah lahir lengkap
4. Kandung kencing harus kosong
5. Luka –luka pada perineum terawat dengan baik dan tidak ada hematoma
6. Bayi dalam keadaan baik
7. Ibu dalam keadaan baik. Nadi dan tekanan darah normal, tidak ada pengaduan sakit kepala atau enek.
Adanya frekuensi nadi yang menurun dengan volume yang baik adalah suatu gejala baik. Sekalipun diberikan
oksitosin, perdarahan postpartum akibat atonia uterus paling mungkin terjadi pada saat ini (satu jam setelah plasenta
lahir lengkap). Uterus harus sering diperiksa selama masa ini. Demikian pula, daerah perineum harus sering
diperiksa untuk mendeteksi perdarahan yang banyak. American Academy of Pediatrics dan American College of
Obsetricians and Gynecologist (1997) merekomendasikan untuk mencatat tekanan darah dan denyut nadi
segera setelah melahirkan dan setiap 15 menit selama satu jam pertama setelah melahirkan.
(Cunningham, et. al. (2006). Obstetri Williams. Jakarta. Jakarta: EGC.)
(Prawirohardjo, Sarwono, 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo.)
Perubahan kebutuhan gizi ibu hamil tergantung dari kondisi kesehatan si ibu. Dasar pengaturan gizi ibu hamil adalah
adanya penyesuaian faali selama kehamilan, yaitu sebagai berikut :
a. Peningkatan basal metabolisme dan kebutuhan kalori. Metabolisme basal pada masa 4 bulan pertama
mengalami peningkatanan kemudian menurun 20-25% pada 20 minggu terakhir.
b. Perubahan fungsi alat pencernaan karena perubahan hormonal, peningkatan HCG, estrogen, progesteron
menimbulkan berbagai perubahan seperti mual muntah, motilitas lambung sehingga penyerapan makanan
lebih lama, peningkatan absorbsi nutrien, dan motilitas usus sehingga timbul masalah obstipasi.
c. Peningkatan fungsi ginjal sehingga banyak cairan yang dieksresi pada pertengahan kehamilan dan sedikit cairan
dieksresi pada bulan-bulan terakhir kehamilan.
d. Peningkatan volume dan plasma darah hingga 50%, jumlah erytrosit 20-30% sehingga terjadi penurunan
hemodilusi dan konsentrasi hemoglobin. Ibu hamil harus mendapatkan gizi yang adekuat baik jumlah maupun
susunan menu serta mendapat akses pendidikan kesehatan tentang gizi. Malnutrisi kehamilan akan
TM 2 REPRO
menyebabkan volume darah menjadi berkurang, aliran darah ke uterus dan plasenta berkurang dan transfer
nutrien melalui plasenta berkurang sehingga janin pertumbuhan janin menjadi terganggu.
Adapun faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam meningkatkan kebutuhan gizi pada ibu hamil adalah :
1. Buruknya status gizi ibu
2. Usia ibu yang masih sangat muda
3. Kehamilan kembar
4. Jarak kehamilan yang rapat
5. Tingkat aktivitas fisik yang tinggi
6. Penyakit-penyakit tertentu yang menyebabkan malabsorbsi
7. Konsumsi rokok dan alkohol
8. Konsumsi obat legal (antibiotik dan phenytoin) maupun obat ilegal (narkoba).
Peningkatan berat badan sangat menentukan kelangsungan hasil akhir kehamilan. Bila ibu hamil sangat kurus makan
akan melahirkan bayi dengan berat badan rendah (BBLR) dan bayi prematur. Sebab-sebab terjadinya penurunan atau
peningkatan berat badan pada ibu hamil yaitu edema, hipertensi kehamilan, dan makan yang banyak/berlebihan.
Proporsi kenaikan berat badan selama hamil adalah sebagai berikut :
a. Pada trimester I kenaikan berat badan ibu lebih kurang 1 kg yang hampir seluruhnya merupaka kenaikan berat
badan ibu.
b. Pada trimester II sekitar 3 kg atau 0,3 kg/minggu. Sebesar 60% dari kenaikan berat badan ini disebabkan
pertumbuhan jaringan ibu.
c. Pada Trimester III sekitar 6 kg atau 0,3-0,5 kg/minggu. Sebesar 60% dari kenaikan berat badan ini karena
pertumbuhan jaringan janin.
(Kusmiyati, Y. 2009. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta : Fitramaya)
1. Energi
Seorang wanita selama kehamilan memiliki kebutuhan energi yang meningkat. Energi ini digunakan untuk
pertumbuhan janin, pembentukan plasenta, pembuluh darah, dan jaringan yang baru. Selain itu, tambahan kalori
dibutuhkan sebagai cadangan lemak serta untuk proses metabolisme jaringan baru. Ibu hamil memerlukan sekitar
80.000 tambahan kalori pada kehamilan. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi 2004 menganjurkan penambahan
sebesar 300 kkal/hari untuk ibu hamil trimester ketiga. Dengan demikian dalam satu hari asupan energi ibu hamil
trimester ketiga dapat mencapai 2300 kkal/hari.
Kebutuhan energi yang tinggi paling banyak diperoleh dari bahan makanan sumber lemak, seperti lemak dan minyak,
kacang-kacangan, dan biji-bijian. Setelah itu bahan makanan sumber karbohidrat seperti padi-padian, umbi-umbian,
dan gula murni.
2. Protein
Pada saat hamil terjadi peningkatan kebutuhan protein yang disebabkan oleh peningkatan volume darah dan
pertumbuhan jaringan baru. Jumlah protein yang harus tersedia sampai akhir kehamilan adalah sebanyak 925 gr yang
tertimbun dalam jaringan ibu, plasenta, serta janin. Widyakarya Pangan dan Gizi VIII 2004 menganjurkan penambahan
sebanyak 17 gram untuk kehamilan pada trimester ketiga atau sekitar 1,3 g/kg/hr. Dengan demikian, dalam satu hari
asupan protein dapat mencapai 67-100 gr.
Perkiraan faktorial protein terhadap komponenkomponen pertambahan pada kehamilan normal cukup bulan dapat
dilihat dalam
Perencanaan gizi untuk ibu hamil sebaiknya mengacu pada AKI (Angka Kecukupan Gizi), Kebutuhan ibu hamil
akan protein meningkat sampai 68%, asam folat 100%, kalsium 50% dan zat besi 200%-300%. Bahan makanan
yang dianjurkan harus meliputi 6 kelompok yaitu makanan yang mengandung protein (hewani dan nabati), susu
dan olahannya, roti dan biji-bijian, buah dan sayuran yang kaya akan vitamin C, sayuran berwarna hijau tua dan
buah.
(Riset Kesehatan Dasar. 2010. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Jakarta.)
Gizi kurang pada ibu hamil
Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkanmasalah, baik pada ibu maupun janin, seperti
diuraikan berikut ini :
1. Terhadap Ibu
Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan risiko dan komplikasi pada ibu antara lain: anemia, perdarahan,
berat badan ibu tidak bertambah secara normal, dan terkena penyakit infeksi.
2. Terhadap Janin
TM 2 REPRO
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan
keguguran, kematian terhadap janin, cacat bawaan, anemia pada bayi, lahir dengan berat badan lahir rendah
(BBLR). Wanita yang mulai hamil ketika kondisi gizinya buruk berisiko melahirkan melahirkan dengan berat badan
lahir rendah sebesar 2-3 kali lebih besar dibanding meraka yang berstatus gizi baik, dan kemungkinan bayi mati
sebesar 1, 5 kali lebih besar. Gizi dan Faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan gizi zat-zat gizi adalah
senyawa-senyawa kimia yang terkandung dalam makanan yang pada gilirannya diserap dan digunakan untuk
meningkatkan kesehatan.
Faktor yang mempengaruhi gizi ibu hamil, yaitu:
1. Faktor langsung
Pada umumnya para ahli berpendapat, bahwa gizi secara langsung ditentukan oleh asupan makanan dan
penyakit, khususnya penyakitinfeksi. Berbagai faktor yang melatarbelakangi kedua faktor tersebut :
a) Keterbatasan ekonomi, keterbatasan ekonomi yang berarti
tidak mampu membeli bahan makanan yang berkualitas baik, maka pemenuhan gizinya juga akan terganggu.
Produk pangan (jenis dan jumlah makanan), jumlah macam makanan dan jenis serta banyaknya bahan makanan
dalam pola pangan di suatu negara atau daerah tertentu biasanya berkembang dari pangan setempat atau dari
pangan yang telah ditanam di tempat tersebut untuk jangka waktu yang panjang.
b) Sanitasi makanan (penyiapan, penyajian, penyimpanan), dimulai dari penyiapan, penyajian dan penyimpanan
makanan atau pangan hendaknya jangan sampai kadar gizi yang terkandung dalam bahan makanan tersebut
tercemar atau tidak higienis dan mengandung banyak kuman penyakit.
c) Pembagian makanan dan pangan, pembagian makanan dan pangan di dalam masyarakat indonesia
umumnya masih dipengaruhi oleh adat atau tradisi, misalnya mereka masih percaya bahwa ayah adalah orang
yang harus diutamakan dalam segala hal.
d) Akseptabilitas (daya terima), akseptabilitas menyangkut penerimaan atau penolakan terhadap makanan yang
terkait dengan cara memilih dan menyajikan pangan. Setiap masyarakat mengembangkan cara yang turun-
temurun untuk mencari, memilih, menangani, dan menyajikan makanan. Adat dan tradisi merupakan dasar
perilaku tersebut. Kebiasaan pangan seseorang tidak didasarkan atas keperluan fisik akan zat-zat gizi yang
terkandung didalam pangan.
e) Prasangka buruk pada bahan makanan tertentu, dalam hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan
dan persepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan.
f) Kesukaan terhadap jenis makanan, dalam pemenuhan makanan apabila berdasarkan pada makanan kesukaan
saja akan berakibat menurunnya pemenuhan gizi, atau sebaliknya akan berlebih.
g) Pantangan pada makanan tertentu, sehubungan dengan pangan yang biasanya dipandang pantas untuk
dimakan, dijumpai banyak pola pantangan. Tahayul dan larangan yang beragam yang didasarkan kepada
kebudayaan dan daerah yang berlainan di dunia, misalnya pada ibu hamil, ada sebagian masyarakat yang masih
percaya ibu hamil tidak boleh makan ikan.
h) Kebiasaan makan, pada umumnya kebiasaan makan seseorang tidak didasarkan atas keperluan fisik akan zat-
zat gizi yang terkandung dalam makanan. Kebiasaan ini berasal dari pola makan yang didasarkan pada budaya
kelompok dan diajarkan pada seluruh keluarga.
i) Selera makan, selera makan juga akan mempengaruhi dalam pemenuhan kebutuhan gizi untuk energi,
pertumbuhan, perkembangan dan kesehatannya. Selera makan dipicu oleh sistem tubuh misal dalam keadaan
lapar, dan dipicu oleh pengolahan pangan serta penyajian makanan.
j) Pengetahuan gizi, kurangnya pengetahuan dan salah persepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan
juga dapat mempengaruhi status gizi seseorang.
2. Faktor Tidak Langsung
a. Pendidikan Keluarga
Tingkat pendidikan keluarga bukan satu-satunya faktor yangmenentukan kemampuan seseorang dalam
memenuhikebutuhan gizi keluarganya, namun faktor pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan menyerap
pengetahuan gizi yang diperolehnya melalui berbagai informasi.
b. Faktor Budaya
TM 2 REPRO
Masih ada kepercayaan untuk melarang memakan tertentu yang dipandang dari segi gizi sebenarnya mengandung
zat gizi bagi ibu hamil.
c. Faktor Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan sangat penting untuk menyokong status kesehatan dan gizi ibu hamil. Dimana sebagai
tempat masyarakat memperoleh informasi tentang gizi dan informasi kesehatan lainnya, bukan hanya dari segi
kuratif, tetapi juga preventif dan rehabilitatif.
d. Asupan Gizi Ibu Hamil Pada Kehamilan Trimester III
Kehamilan adalah suatu keadaan istimewa bagi seorang wanitasebagai calon ibu, karena pada masa kehamilan
akan terjadi perubahan fisik yang mempengaruhi kehidupannya. Pola makan dan gaya hidup sehat dapat
membantu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim ibu.
Kehamilan pada Remaja
Pada prinsipnya kehamilan remaja tidak berbeda dengan kehamilan pada usia dewasa dengan beberapa pengecualian.
Penambahan berat badan dan protein yang direkomendasikan tidak berbeda akan tetapi kehamilan pada remaja
membutuhkan lebih banyak kalori untuk mendukung pertumbuhan bayi yang dikandungnya serta kebutuhan kalsium
1300 mg/hari. Kehamilan remaja lebih beresiko dengan anemia, kelahiran prematur, dan pendarahan post
partum.
(Arisman M.B. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Cetakan I, Jakarta : EGC.)
(Path, dkk. 2004. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC)
(Lubis, Zulhaida. 2003. Jurnal Status Gizi Ibu Hamil Serta Pengaruhnya Terhadap Bayi Yang Dilahirkan.)
Dari uraian tersebut disimpulkan bahwa untuk meningkatkan mutu kehamilan dan menyusui laktasi) diperlukan: (a)
pengaturan gizi sebelum, selama, dan sesudah kehamilan; (b) pemeriksaan kesehatan yang teratur selama
TM 2 REPRO
kehamilan dapat mencegah terjadinya komplikasi; (c) pentingnya tambahan zat gizi, karena ibu hamil tidak
hanya makan untuk dirinya, tetapi untuk bayi yang dikandungnya dan ketika menyusui.
2. Pertambahan berat badan yang dianjurkan
Sebelum dekade tujuh puluhan, banyak paramedis (termasuk dokter) yang menganut semi kelaparan, yaitu
pembatasan pertambahan berat badan untuk membantu mencegah toksemia. Mereka menganjurkan agar
pertambahan berat badan hingga kehamilan berakhir tidak lebih dari 8,2 kg dan menganjurkan pertambahan
berat sekitar 9 – 11,3 kg. Pada tahun 1983 usulan ini diubah menjadi 10 – 12,2 kg, dan pada tahun 1990
bersama Institute of Medical angka tersebut diperbaiki menjadi 11,3 – 15,9 kg untuk wanita yang berat
terhadap tingginya normal.
Total kenaikan berat badan yang disarankan selama kehamilan
(Riset Kesehatan Dasar. 2010. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Jakarta.)
3. Kehamilan pada Usia Dewasa
Selama trimester I kisaran pertambahan berat badan sebaiknya 1-2 kg (350-400 g/mg), sementara trimester II
dan III sekitar 0,34-0,5 kg tiap minggu. Berat badan ibu hamil akan bertambah sampai 12,5 kg, bergantung
berat badan sebelum hamil. Sesuai dengan angka kecukupan gizi bagi orang Indonesia pada tahun 2004, maka
didapat kebutuhan energi wanita dewasa usia 30-39 tahun adalah 1900 kkal. Kebutuhan energi tambahan bila
dalam keadaan hamil pada trimester I sebesar 180 kkal, trimester II dan trimester III sebesar 300 kkal (antara 2080
kkal sampai 2200 kkal). Laju pertambahan berat badan selama kehamilan merupakan petunjuk yang sama
pentingnya dengan pertambahan berat itu sendiri. Oleh karena itu, sebaiknya ditentukan patokan besaran
pertambahan berat sampai kehamilan berakhir, sekaligus memantau prosesnya dan dituliskan dalam KMS ibu
hamil.
(Brown. Judith E, 2005. Nutrition Through The Life Cycle. Second Edition. International Thomson Company:
Wadsworth.)
(Suryani. 2002. Gizi – Kesehatan Ibu dan Anak. Dirjen Dikti. Depdiknas. Jakarta.)
(Proverawati.,Kusumawati., 2009. Buku Ajar Gizi untuk Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika)
(Purwitasari, D., Maryanti D., 2009. Buku Ajar Gizi dalam kesehatan Reproduksi Teori dan Praktikum. Yogyakarta: Nuha
Medika)
(Kavle A Justin, Rebecca J. Stolztus, Water Frank, James M Tielsch, Sabra S. Kalfat, Laura Ranfield E., 2008,
Assosiation between Anaemia during Pregnancy and Blood Loos at after Delivery Among Women With Vaginal
Births In Pemba, Island, Zanzibar, Tanzania ; 2008 Journal List “JpopulNutr” w 26 (2) Juni.)
(Manuaba, IBG., 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta:EGC)
Manifestasi klinik
1. Anemia defisiensi besi
Terjadi sekitar 62,3 % pada kehamilan. Merupakan anemia yang paling sering dijumpaipada kehamilan. Hal ini
disebabkan oleh kurang masuknya unsur besi dan makanan, karena gangguan resorpsi, ganguan penggunaan atau
karena terlampaui banyaknya besi keluar dari badan, misalnya pada perdarahan. Keperluan besi bertambah dalam
kehamilan terutama pada trimester terakhir. Keperluan zat besi untuk wanita tidak hamil 12 mg, wanita hamil 17 mg
dan wanita menyusui 17 mg.
Tanda dan gejala:
Memiliki rambut yang rapuh dan halus serta kuku tipis,rata, dan mudah patah
Lidah tampak pucat, licin dan mengkilat, berwarna merah daging, stomatitis angularis, pecah-pecah disertai
kemerahan dan nyeri sudut mulut
Ciri-ciri anemia defisiensi besi:
Mikrositosis
Hipokromasia
Anemia ringan tidak selalu menimbulkan ciri khas bahkan banyak yang bersifat normositer dan normokrom
Kadar besi serum rendah
Daya ikat besi serum meningkat
Protoporfirin meningkat
Tidak dtemukan hemosiderin dalam sumsum tulang.
Dampak anemia defisiensi zat besi pada kehamilan
Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan
oksigen. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Risiko
kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Di
samping itu, perdarahan antepartum dan postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering
berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah.
Dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan
kehamilan abortus, partus imatur/prematur), gangguan proses persalinan (inertia, atonia, partus lama, perdarahan
atonis), gangguan pada masa nifas (subinvolusi rahim, daya tahan terhadap infeksi dan stress kurang, produksi ASI
rendah), dan gangguan pada janin (abortus, dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian perinatal, dan lain-lain).
2. Anemia megaloblastik
Terjadi pada sekitar 29 % pada kehamilan. disebabkan oleh defisiensi asam folat, jarang sekali karena defisensi vitamin
B12. Hal itu erat hubungannya dengan defisensi makanan.
Gejala-gejalanya:
Malnutrisi
Glositis berat(Lidah meradang, nyeri)
Diare
Kehilangan nafsu makan
Ciri-ciri anemia megaloblastik:
Megaloblast
Promegaloblast dalam darah atau sumsum tulang
TM 2 REPRO
Anemia makrositer dan hipokrom dijumpai bila anemianya sudah berat. Hal itu disebabkan oleh defisiensi
asam folat sering berdampingan denagn defisiensi besi dalam kehamilan
3. Anemia hipoplastik
Terjadi pada sekitar 8 % kehamilan. Disebabkan oleh sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah baru.
Etiologi anemia hipoplastik karena kehamilan belum diketahui dengan pasti. Biasanya anemia hipoplstik karena
kehamilan, apabila wanita tsb telah selesai masa nifas akan sembuh dengan sendirinya. Dalam kehamilan berikutnya
biasanya wanita mengalami anemia hipoplastik lagi.
Ciri-ciri:
Pada darah tepi terdapat gambaran normositer dan normokrom, tidak ditemukan ciri-ciri defisiensi besi, asam
folat atau vitamin B12.
Sumsum tulang bersifat normoblastik dengan hipoplasia eritropoesis yang nyata
4. Anemia hemolitik
Terjadi pada sekitar 0,7 % kehamilan. Disebabkan oleh pengancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat
daripada pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik sukar menjadi hamil, apabila hamil maka biasanya anemia
menjadi berat. Sebaliknya mungkin pula kehamilan menyebabkan krisis hemolitik pada wanita yang sebelumnay tidak
menderita anemia.
Anemia hemolitk dibagi menjadi 2 golongan besar:
Disebabkan oleh faktor intrakorpuskuler seperti thalassaemia, anemia sel sabit, sferositosis, eliptositosis, dll.
Disebabkan oleh faktor ekstrakorpuskuler seperti defisiensi g-6 fosfat dehidrogenase, leukemia, limfosarkoma,
penyakit hati dll.
Gejala proses hemolitik
Anemia
Hemoglobinemia
Hemoglobinuria
Hiperbilirubinuria
Hiperurobilirubinuria
Kadar sterkobilin dalam feses tinggi, dll
2. Untuk Ibu Hamil dan Menyusui yang Mengkhawatirkan Keadaan Dirinya dan Buah Hati Bila Berpuasa
Sebagaimana keadaan pertama, sang ibu dalam keadaan ini wajib mengqadha (saja) sebanyak hari-hari puasa yang
ditinggalkan ketika sang ibu telah sanggup melaksanakannya.
Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, “Para sahabat kami (ulama Syafi’iyah) mengatakan, ‘Orang yang hamil dan
menyusui, apabila keduanya khawatir dengan puasanya dapat membahayakan dirinya, maka dia berbuka dan
mengqadha. Tidak ada fidyah karena dia seperti orang yang sakit dan semua ini tidak ada perselisihan (di antara
Syafi’iyyah). Apabila orang yang hamil dan menyusui khawatir dengan puasanya akan membahayakan dirinya dan
TM 2 REPRO
anaknya, maka sedemikian pula (hendaklah) dia berbuka dan mengqadha, tanpa ada perselisihan (di antara
Syafi’iyyah).’” (al-Majmu’: 6/177, dinukil dari majalah Al Furqon)
3 .Untuk Ibu Hamil dan Menyusui yang Mengkhawatirkan Keadaan si Buah Hati saja
Dalam keadaan ini, sebenarnya sang ibu mampu untuk berpuasa. Oleh karena itulah, kekhawatiran bahwa jika sang
ibu berpuasa akan membahayakan si buah hati bukan berdasarkan perkiraan yang lemah, namun telah ada dugaan
kuat akan membahayakan atau telah terbukti berdasarkan percobaan bahwa puasa sang ibu akan membahayakan.
Patokan lainnya bisa berdasarkan diagnosa dokter terpercaya – bahwa puasa bisa membahayakan anaknya seperti
kurang akal atau sakit -. (Al Furqon, edisi 1 tahun 8)
Untuk kondisi ketiga ini, ulama berbeda pendapat tentang proses pembayaran puasa sang ibu. Berikut sedikit paparan
tentang perbedaan pendapat tersebut.
Dalil ulama yang mewajibkan sang ibu untuk membayar qadha saja.
Dalil yang digunakan adalah sama sebagaimana kondisi pertama dan kedua, yakni sang wanita hamil atau menyusui ini
disamakan statusnya sebagaimana orang sakit. Pendapat ini dipilih oleh Syaikh Bin Baz dan Syaikh As-Sa’di
rahimahumallah
Dalil ulama yang mewajibkan sang Ibu untuk membayar fidyah saja.
Dalill yang digunakan adalah sama sebagaimana dalil para ulama yang mewajibkan qadha dan fidyah, yaitu perkataan
Ibnu Abbas radhiallahu’anhu, “Wanita hamil dan menyusui, jika takut terhadap anak-anaknya, maka mereka berbuka
dan memberi makan seorang miskin.” ( HR. Abu Dawud)
dan perkataan Ibnu ‘Umar radhiallahu’anhu ketika ditanya tentang seorang wanita hamil yang mengkhawatirkan
anaknya, maka beliau berkata, “Berbuka dan gantinya memberi makan satu mud gandum setiap harinya kepada
seorang miskin.” (al-Baihaqi dalam Sunan dari jalan Imam Syafi’i, sanadnya shahih)
Dan ayat Al-Qur’an yang dijadikan dalil bahwa wanita hamil dan menyusui hanyaf membayar fidyah adalah, “Dan
wajib bagi orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar diyah (yaitu) membayar makan
satu orang miskin.” (Qs. Al-Baqarah [2]: 184)
Hal ini disebabkan wanita hamil dan menyusui yang mengkhawatirkan anaknya dianggap sebagai orang yang tercakup
dalam ayat ini.
Pendapat ini adalah termasuk pendapat yang dipilih Syaikh Salim dan Syaikh Ali Hasan hafidzahullah.
Dalil ulama yang mewajibkan sang Ibu untuk mengqadha dengan disertai membayar fidyah
Dalil sang ibu wajib mengqadha adalah sebagaimana dalil pada kondisi pertama dan kedua, yaitu wajibnya bagi orang
yang tidak berpuasa untuk mengqadha di hari lain ketika telah memiliki kemampuan. Para ulama berpendapat tetap
wajibnya mengqadha puasa ini karena tidak ada dalam syari’at yang menggugurkan qadha bagi orang yang mampu
mengerjakannya.
Sedangkan dalil pembayaran fidyah adalah para ibu pada kondisi ketiga ini termasuk dalam keumuman ayat berikut,
“…Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu)
memberi makan seorang miskin…” (Qs. Al-Baqarah [2]:184)
Hal ini juga dikuatkan oleh perkataan Ibnu Abbas radhiallahu’anhu, “Wanita hamil dan menyusui, jika takut terhadap
anak-anaknya, maka mereka berbuka dan memberi makan seorang miskin.” (HR. Abu Dawud, dishahihkan oleh Syaikh
Al Bani dalam Irwa’ul Ghalil). Begitu pula jawaban Ibnu ‘Umar radhiallahu’anhu ketika ditanya tentang wanita hamil
yang khawatir terhadap anaknya, beliau menjawab, “Hendaklah berbuka dan memberi makan seorang miskin setiap
hari yang ditinggalkan.”
Adapun perkataan Ibnu Abbas dan Ibnu ‘Umar radhiallahu’anhuma yang hanya menyatakan untuk berbuka tanpa
menyebutkan wajib mengqadha karena hal tersebut (mengqadha) sudah lazim dilakukan ketika seseorang berbuka
saat Ramadhan.
Keterangan ini menjelaskan makna : “Allah menggugurkan kewajiban puasa dari wanita hamil dan menyusui” yang
terdapat dalam hadits yang lalu, yakni dibatasi “Kalau mengkhwatirkan diri dan anaknya” dia bayar fidyah tidak
mengqadha.
TM 2 REPRO