Anda di halaman 1dari 17

DOA BELAJAR

“Aku ridho Allah SWT sebagai Tuhanku, Islam sebagai


agamaku, dan Nabi Muhammad sebagai Nabi dan
Rasul, Ya Allah, tambahkanlah kepadaku ilmu dan
berikanlah aku kefahaman”
(SPIRITUALITAS LANSIA)
MENUJU JALAN TERANG

Iwan Setiawan M.S.I.


2018
Dialog Nabi Dawud dan Malaikat Izrail

Dawud : Wahai Izrail, apakah engkau datang kali ini murni untuk bersilaturrahim ?
Izrail : Bukan, tetapi aku datang karena membawa amanat Allah untuk mencabut
nyawamu.
Dawud : Tidakkah kita sudah membuat perjanjian, yaitu bilamana engkau datang
untuk mencabut nyawaku maka jauh-jauh hari engkau harus memberitahuku terlebih
dahulu?
Izrail : Yaa, benar ... ! Tetapi tidakkah engkau ingat bahwa uban yang telah bertebaran
di rambutmu itu adalah peringatanku kepadamu. Tatkala gigimu tanggal satu persatu,
tatkala stamina tubuhmu sudah mulai berkurang, tatkala sakit yang bermacam-macam
silih berganti menghampirimu, tidakkah semua itu termasuk bukti bahwa jauh-jauh
hari aku sudah memberitahumu. Nah saat inilah Allah telah memerintahkanku untuk
mencabut nyawamu.
GERONTIK PERSPEKTIF NEGARA
Menurut UU Kesejahteraan Lanjut Usia (UU No 13/1998) pasal 1 ayat 1:
Kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial baik material
maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan
ketenteraman lahir batin yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk
mengadakan pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial yang sebaik-
baiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak dan
kewajiban asasi manusia sesuai dengan Pancasila.

Pada ayat 2 disebutkan, lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60
(enam puluh) tahun ke atas. Mereka dibagi ke dalam dua kategori, yaitu lanjut
usia potensial (ayat 3) dan lanjut usia tidak potensial (ayat 4). Lanjut usia
potensial adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan
kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan jasa. Sedangkan lanjut usia tidak
potensial adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga
hidupnya tergantung pada bantuan orang lain.
Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia
menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia
menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia
menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui
lagi Maha Kuasa (Q.S Ruum 30:54)
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah
seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana
mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil" (Al Isra 17:23-24)
KEWAJIBAN ANAK TERHADAP ORANG TUA:

a. Tidak mendapatkan at-taklif, yakni ungkapan-ungkapan yang menunjukkan


kebosanan, kekesalan, dan ketidaksukaan, seperti semakna dengan ungkapan “uff”
(ah!) apalagi yang lebih kasar daripada itu.

b. Tidak mendapatkan teriakan, bentakan, atau hardikan.

c. Mendapatkan percakapan dengan kata-kata yang manis, lembut, santun, enak


didengar sesuai dengan adat kesopanan.

d. Mendapatkan penghormatan dan kasih sayang dalam suasana kerendahan hati.


Ungkapan “merendahkan sayap...” dalam ayat tersebut merupakan sindiran
(kinayah) – atau mungkin lebih tepat, metafora atau majaz – untuk rendah hati
sebagaimana burung ketika akan hinggap atau berhenti terbang maka sayapnya
dilipat dari bentangan.

e. Didoakan agar senantiasa memperoleh rahmat dari Allah Subnahu wata’ala atas
jerih payahnya merawat dan membesarkan anaknya.
SPIRITUALITAS LANSIA
Spiritual adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang
Maha Kuasa dan Maha Pencipta (Hamid, 1999).

Spiritual juga disebut sebagai sesuatu yang dirasakan


tentang diri sendiri dan hubungan dengan orang lain, yang
dapat diwujudkan dengan sikap mengasihi orang lain, baik
dan ramah terhadap orang lain, menghormati setiap orang
untuk membuat perasaan senang seseorang. Spiritual adalah
kehidupan, tidak hanya doa, mengenal dan mengakui Tuhan
(Nelson, 2002).
7 Aspek Spiritualitas pada Lansia
(Menurut Ibn Abbas)

Pertama, Qalbun syakirun atau hati yang selalu bersyukur.


Memiliki jiwa syukur berarti selalu menerima apa adanya (qona’ah), sehingga
tidak ada ambisi yang berlebihan, tidak ada stress, inilah nikmat bagi hati yang
selalu bersyukur. Seorang yang pandai bersyukur sangatlah cerdas memahami
sifat-sifat Allah SWT, sehingga apapun yang diberikan Allah ia malah terpesona
dengan pemberian dan keputusan Allah.

Bila sedang kesulitan maka ia segera ingat sabda Rasulullah SAW :


“Kalau kita sedang sulit perhatikanlah orang yang lebih sulit dari kita”. Bila
sedang diberi kemudahan, ia bersyukur dengan memperbanyak amal
ibadahnya, kemudian Allah pun akan mengujinya dengan kemudahan yang
lebih besar lagi. Bila ia tetap “bandel” dengan terus bersyukur maka Allah akan
mengujinya lagi dengan kemudahan yang lebih besar lagi.
Kedua. Al azwaju shalihah, yaitu pasangan hidup yang
sholeh.

Pasangan hidup yang sholeh akan menciptakan suasana rumah dan


keluarga yang sholeh pula. Di akhirat kelak seorang suami (sebagai
imam keluarga) akan diminta pertanggungjawaban dalam mengajak
istri dan anaknya kepada kesholehan. Berbahagialah menjadi seorang
istri bila memiliki suami yang sholeh, yang pasti akan bekerja keras
untuk mengajak istri dan anaknya menjadi muslim yang sholeh. Maka
berbahagialah menjadi seorang suami yang memiliki seorang istri
yang sholeh.
Ketiga, al auladun abrar, yaitu anak yang soleh.

Saat Rasulullah SAW lagi thawaf. Rasulullah SAW bertemu dengan seorang
anak muda yang pundaknya lecet-lecet. Setelah selesai thawaf Rasulullah
SAW bertanya kepada anak muda itu : “Kenapa pundakmu itu ?” Jawab anak
muda itu : “Ya Rasulullah, saya dari Yaman, saya mempunyai seorang ibu
yang sudah udzur. Saya sangat mencintai dia dan saya tidak pernah
melepaskan dia. Saya melepaskan ibu saya hanya ketika buang hajat, ketika
sholat, atau ketika istirahat, selain itu sisanya saya selalu
menggendongnya”. Lalu anak muda itu bertanya: ” Ya Rasulullah, apakah
aku sudah termasuk kedalam orang yang sudah berbakti kepada orang tua
?”
Nabi SAW sambil memeluk anak muda itu dan mengatakan: “Sungguh Allah
ridho kepadamu, kamu anak yang soleh, anak yang berbakti, tapi anakku
ketahuilah, cinta orangtuamu tidak akan terbalaskan olehmu”
Keempat, albiatu sholihah, yaitu lingkungan yang
kondusif untuk iman kita.

Yang dimaksud dengan lingkungan yang kondusif ialah, kita boleh


mengenal siapapun tetapi untuk menjadikannya sebagai sahabat karib kita,
haruslah orang-orang yang mempunyai nilai tambah terhadap keimanan
kita. Dalam sebuah haditsnya, Rasulullah menganjurkan kita untuk selalu
bergaul dengan orang-orang yang sholeh. Orang-orang yang sholeh akan
selalu mengajak kepada kebaikan dan mengingatkan kita bila kita berbuat
salah.
Orang-orang sholeh adalah orang-orang yang bahagia karena nikmat iman
dan nikmat Islam yang selalu terpancar pada cahaya wajahnya. Insya Allah
cahaya tersebut akan ikut menyinari orang-orang yang ada disekitarnya.
Berbahagialah orang-orang yang selalu dikelilingi oleh orang-orang yang
sholeh.
Kelima, al malul halal, atau harta yang halal.

Paradigma dalam Islam mengenai harta bukanlah banyaknya harta tetapi


halalnya. Ini tidak berarti Islam tidak menyuruh umatnya untuk kaya.

Dalam riwayat Imam Muslim di dalam bab sadaqoh, Rasulullah SAW


pernah bertemu dengan seorang sahabat yang berdoa mengangkat
tangan. “Kamu berdoa sudah bagus”, kata Nabi SAW, “Namun sayang
makanan, minuman dan pakaian dan tempat tinggalnya didapat secara
haram, bagaimana doanya dikabulkan”.
Keenam, Tafakuh fi dien, atau semangat untuk
memahami agama.
Semangat memahami agama diwujudkan dalam semangat memahami
ilmu-ilmu agama Islam. Semakin ia belajar, maka semakin ia terangsang
untuk belajar lebih jauh lagi ilmu mengenai sifat-sifat Allah dan ciptaan-
Nya.

Semangat memahami agama akan meng “hidup” kan hatinya, hati yang
“hidup” adalah hati yang selalu dipenuhi cahaya nikmat Islam dan nikmat
iman. Maka berbahagialah orang yang penuh semangat memahami ilmu
agama Islam.
Ketujuh, yaitu umur yang baroqah.
Umur yang baroqah itu artinya umur yang semakin tua semakin sholeh,
yang setiap detiknya diisi dengan amal ibadah. Seseorang yang mengisi
hidupnya untuk kebahagiaan dunia semata, maka hari tuanya akan diisi
dengan banyak bernostalgia (berangan-angan) tentang masa mudanya,
iapun cenderung kecewa dengan ketuaannya (post-power syndrome).
Disamping itu pikirannya terfokus pada bagaimana caranya menikmati sisa
hidupnya, maka iapun sibuk berangan-angan terhadap kenikmatan dunia
yang belum ia sempat rasakan, hatinya kecewa bila ia tidak mampu
menikmati kenikmatan yang diangankannya.
DOA SESUDAH BELAJAR
‫ِيم‬
ِ ‫الرح‬
‫الر ْح َم ِن ه‬ ِ ‫ِب ْس ِم ه‬
‫َّللا ه‬

ْ ‫اَلله ُه هم أَ ِر َنا ا ْل َح هق َح ًّقا َو‬


ْ ‫ار ُز ْق َنا ا ِّتـ َبا َعه ُ َوأَ ِر َنا ا ْل َباطِ ل َ َباطِ الًّ َو‬
‫ار ُز ْق َنا ا ْجتِ َنا َب ُه‬

Ya Allah, Tunjukkanlah kepada kami kebenaran


sehinggga kami dapat mengikutinya Dan
tunjukkanlah kepada kami kejelekan
sehingga kami dapat menjauhinya

Anda mungkin juga menyukai