Latar Belakang
Kelenjar tiroid, yang terletak di daerah cervical, anterior terhadap laring,
terdiri atas 2 lobus yang dihubungkan oleh suatu isthmus. Tiroid merupakan
organ yang sangat vaskular, dengan jalinan kapiler darah, dan limfe
disekeliling folikel. Sel endotel kapiler-kapiler ini bertingkap seperti pada
kelenjar endokrin lain. Konfigurasi tersebut memudahkan transpor molekul
antara sel-sel kelenjar dan kapiler darah. Pengatur utama status anatomi dan
fungsional kelenjar tiroid adalah hormon perangsang-tiroid, yang dihasilkan
hipofisis anterior.
Hormon tiroid mengatur ekspresi gen, diferensiasi jaringan dan
perkembangan umum. Hormon tiroid memiliki keunikan yaitu hormon
tersebut memerlukan unsur renik yodium bagi aktivitas biologiknya.
Mekanisme yang kompleks telah berkembang dalam mendapatkan serta
mempertahankan unsur yang sangat penting ini dan mengubahnya menjadi
bentuk yang sesuai untuk disatukan ke dalam senyawa organik.
Kelenjar tiroidea terdiri atas lobus kanan dan kiri yang dihubungkan
oleh istmus yang sempit. Kelenjar ini merupakan organ vascular yang
terbungkus oleh selubung yang berasal dari lamina pretrachealis fasciae
profundae. Selubung ini melekatkan kelenjar pada larynx dan trachea. Setiap
lobus berbentuk seperti buah alpukat, dengan apexnya menghadap ke atas
sampai linea oblique cartilage tiroidea sedangkan basisnya terletak di bawah
setinggi cincin trachea keempat atau kelima.2
Isthmus meluar melintasi garis tengah di depan cincin trachea 2,3, dan
4, sering terdapat lobus pyramidalis, yang menonjol ke atas dari isthmus,
biasanya di sebelah kiri garis tengah. Sebuah pita fibrosa atau muscular sering
menghubungkan lobus pyramidalis dengan os. Hyoideum. Bila pita ini
muscular, disebut m. levator kelenjare tiroideae.2
Anterolateral:
M. Sternotiroideus, venter superior m. omohyoideus, m. Sternohyoideus,
dan pinggir anterior M. Sternocleidomastoideus.
Posterolateral
Selubung carotis dengan a. Carotis communis, v. Jugularis interna, dan n.
Vagus.
Medial: larynx, trachea, pharynx, dan oesophagus. Dekat dengan
struktur-struktur ini adalah M. Cricotiroideus dan suplai sarafnya, N.
laryngeus externus. Di alur antara oesophagus dan trachea terdapat n.
laryngeus recurrns.
Pinggir posterior masing-masing lobus yang bulat berhubungan di
posterior dengan kelenjar paratiroidea superior dan inferior dan
anastomosis antara a. tiroidea superior dan inferior.2
Arteri tiroidea superior, cabang dari a. Carotis externa, berjalan turun menuju
kutub atas setiap lobus, bersama dengan n. Laryngeus externus. A. Tiroidea
inferior, cabang dari truncus thyrocervicalis, berjalan ke atas di belakang
kelenjar sampai setinggi cartilago cricoidea. Kemudian membelok ke medial
dan bawah untuk mencapai pinggir posterior kelenjar.2
Pembuluh limfe kelenjar tiroid melintas di dalam jaringan ikat antar lobulus
dan berhubungan dengan anyaman pembuluh limfe kapsular. Dari sini
pembuluh limfe menuju ke lymphonodus cervicalis anterior profunda
prelaryngealis, lymphonodus cervicalis anterior profunda pretrachealis dan
lymphonodus cervicalis anterior profunda paratrachealis. Di sebelah lateral,
pembuluh limfe mengikuti vena tiroidea superior dan melintas ke
lymphonodus cervicalis profunda.1
Pengatur utama status anatomi dan fungsional kelenjar tiroid adalah hormon
perangsang-tiroid, yang dihasilkan hipofisis anterior.4
Epitel tiroid terdapat diatas lamina basal. Epitel folikel memiliki semua ciri sel
yang secara serentak menyintetis, menyekresi, mengabsorbsi, dan mencerna
protein. Bagian basal sel-sel ini kaya akan retikulum endoplasma kasar. Inti
biasanya bulat dan terletak di pusat sel. Kutub apikal memiliki kompleks golgi
yang jelas dan granula sekresi kecil dengan ciri morfologi koloid folikel.
Didaerah ini terdapat banyak lisosom yang berdiameter 0,5-0,6 µm, dan
beberapa fagosom besar. Membran sel kutub apikal memiliki cukup banyak
mikrovili. Mitokondria dan sisterna retikulum endoplasma kasar tersebut di
seluruh sitoplasma.4
Jenis sel lain, yaitu sel parafolikel atau sel C, terdapat sebagai bagian dari epitel
folikel atau sebagai kelompok tersendiri diantara folikel-folikel tiroid. Sel para
folikel agak lebih besar dan terpulas kurang kuat dibandingkan dengan sel
folikel tiroid. Sel parafolikel mengandung sedikit retikulum endoplasma kasar,
mitokondria panjang, dan kompleks golgi yang besar. Ciri yang paling
mencolok dari sel ini adalah banyaknya granula kecil berisi –hormon. Sel-sel
ini berfungsi membuat dan menyekresikan calsitonin, yakni suatu hormon
yang pengaruh utamanya adalah penurunan kadar kalsium darah dengan cara
menghambat reabsorbsi tulang. Sekresi calsitonin dipacu oleh peningkatan
kadar kalsium darah.4
Hasil akhir dari penggabungan ini ialah tiroksin yang tetap merupakan bagian
dari tiroglobulin. Atau dapat juga terjadi penggandengan antara
monoiodotirosin dengan diiodotironin yang akan menghasilkan
triiodotironin yang merupakan seperlima bagian dari seluruh hormone yang
akan disimpan.6
Sesudah disintesis hormone tiroid akan akan memulai perjalanannya, setiap
molekul tiroglobulin mangandung sekitar 1-3 molekul tiroksin dan rata-rata
terdapat satu triiiodotironin untuk setiap 14 molekul tiroksin. Dalam bentuk
ini hormone tiroid disimpan di dalam folikel dalam jumlah yang cukup banyak
untuk mensupplai kebutuhan tubuh akan hormone tiroid selama 2-3 bulan.
Oleh karena itu bila sintesis hormone tiroid mengalami defisiensi maka
pengaruhnya baru akan terlihat setelah beberapa bulan.6
Mekanisme kerja hormon tiroid ada yang bersifat genomik melalui pengaturan
ekspresi gen, dan non genomik melalui pengaruh langsung pada sitosol sel,
membran dan mitokondria.
Mekanisme kerja yang bersifat genomik dapat dijelaskan sebagai berikut,
hormon tiroid yang tidak terikat melewati membran sel, kemudian masuk ke
dalam inti sel dan berikatan dengan reseptor tiroid (TR). T3 dan T4 masing-
masing berikatan dengan reseptor tersebut, tetapi ikatannya tidak sama erat.
Kompleks hormon-reseptor kemudian berikatan dengan DNA melalui jari-jari
“zinc” dan meningkatkan atau pada beberapa keadaan menurunkan ekspresi
berbagai gen yang mengkode enzim yang mengatur fungsi sel.
Ada dua gen TR manusia, yaitu gen reseptor α pada kromosom 17 dan gen
reseptor β pada kromosom 3. Dengan ikatan alternatif, setiap gen membentuk
paling tidak dua mRNA yang berbeda, sehingga akan terbentuk dua protein
reseptor yang berbeda. TRβ2 hanya ditemukan di otak, sedangkan TRα1, TRα2
dan TRβ1 tersebar secara luas. TRα2 berbeda dari ketiga reseptor yang lain,
yaitu tidak mengikat T3 dan fungsinya belum diketahui. Reseptor tiroid (TR)
berikatan dengan DNA sebagai monomer, homodimer dan heterodimer
bersama dengan reseptor inti yang lain.
Dalam hampir semua kerjanya, T3 bekerja lebih cepat dan 3-5 kali lebih kuat
daripada T4. Hal ini disebabkan karena ikatan T3 dengan protein plasma
kurang erat, tetapi terikat lebih erat pada reseptor hormon tiroid.5
BAB III
2. Penutup
Kelenjar tiroid, terletak di bawah laring pada kedua sisi dan sebelah anterior trakea,
merupakan salah satu kelenjar endokrin terbesar yang menghasilkan dua hormone
utama yaitu T3 dan T4. Kedua hormone ini sangat meningkatkan kecepatan
metabolisme tubuh.
Hormon tiroid memiliki keunikan yaitu hormon tersebut memerlukan unsur renik
yodium bagi aktivitas biologiknya. Mekanisme yang kompleks telah berkembang
dalam mendapatkan serta mempertahankan unsur yang sangat penting ini dan
mengubahnya menjadi bentuk yang sesuai untuk disatukan ke dalam senyawa
organik.
1. Moore KL, Anne MRA. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta: Hipokrates; 2002.
2. Snell RS. Anatomi Klinik. Jakarta: EGC; 2006.
3. Guibson J. Kelenjar Tiroid, Fisiologi & Anatomi untuk Perawat. Edisi ke- 2. Jakarta:
EGC; 2003.
4. Junqueira CL, et al. Histologi Dasar. Edisi ke-8. Jakarta: EGC; 2003
5. Murrai RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia harper. Edisi ke-27. Jakarta: EGC;
2009
6. Guyton AC. Hormon Tiroid, Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Edisi ketiga.
Jakarta: EGC; 2004.
7. Ganong W. Kelenjar Tiroid, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta:
McGraw-Hill & EGC; 2003.
8. Price SA. Konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 6. Jakarta: EGC; 2006