Anda di halaman 1dari 16

1.1.

Latar Belakang
Kelenjar tiroid, yang terletak di daerah cervical, anterior terhadap laring,
terdiri atas 2 lobus yang dihubungkan oleh suatu isthmus. Tiroid merupakan
organ yang sangat vaskular, dengan jalinan kapiler darah, dan limfe
disekeliling folikel. Sel endotel kapiler-kapiler ini bertingkap seperti pada
kelenjar endokrin lain. Konfigurasi tersebut memudahkan transpor molekul
antara sel-sel kelenjar dan kapiler darah. Pengatur utama status anatomi dan
fungsional kelenjar tiroid adalah hormon perangsang-tiroid, yang dihasilkan
hipofisis anterior.
Hormon tiroid mengatur ekspresi gen, diferensiasi jaringan dan
perkembangan umum. Hormon tiroid memiliki keunikan yaitu hormon
tersebut memerlukan unsur renik yodium bagi aktivitas biologiknya.
Mekanisme yang kompleks telah berkembang dalam mendapatkan serta
mempertahankan unsur yang sangat penting ini dan mengubahnya menjadi
bentuk yang sesuai untuk disatukan ke dalam senyawa organik.

1.2. Struktur makroskopis kelenjar tiroid

Kelenjar tiroid berada di bagian anterior leher, di sebelah ventral bagian


caudal larynx dan bagian cranial trachea, terletak berhadapan dengan
vertebra C 5-7 dan vertebra Th 1. Kedua lobus bersama-sama dengan
isthmus memberi bentuk huruf “U”.1

Kelenjar tiroidea terdiri atas lobus kanan dan kiri yang dihubungkan
oleh istmus yang sempit. Kelenjar ini merupakan organ vascular yang
terbungkus oleh selubung yang berasal dari lamina pretrachealis fasciae
profundae. Selubung ini melekatkan kelenjar pada larynx dan trachea. Setiap
lobus berbentuk seperti buah alpukat, dengan apexnya menghadap ke atas
sampai linea oblique cartilage tiroidea sedangkan basisnya terletak di bawah
setinggi cincin trachea keempat atau kelima.2

Isthmus meluar melintasi garis tengah di depan cincin trachea 2,3, dan
4, sering terdapat lobus pyramidalis, yang menonjol ke atas dari isthmus,
biasanya di sebelah kiri garis tengah. Sebuah pita fibrosa atau muscular sering
menghubungkan lobus pyramidalis dengan os. Hyoideum. Bila pita ini
muscular, disebut m. levator kelenjare tiroideae.2

Batas-batas lobus kelenjar tiroid:

 Anterolateral:
M. Sternotiroideus, venter superior m. omohyoideus, m. Sternohyoideus,
dan pinggir anterior M. Sternocleidomastoideus.
 Posterolateral
Selubung carotis dengan a. Carotis communis, v. Jugularis interna, dan n.
Vagus.
 Medial: larynx, trachea, pharynx, dan oesophagus. Dekat dengan
struktur-struktur ini adalah M. Cricotiroideus dan suplai sarafnya, N.
laryngeus externus. Di alur antara oesophagus dan trachea terdapat n.
laryngeus recurrns.
 Pinggir posterior masing-masing lobus yang bulat berhubungan di
posterior dengan kelenjar paratiroidea superior dan inferior dan
anastomosis antara a. tiroidea superior dan inferior.2

Batas-batas isthmus kelenjar tiroid:

 Anterior: M. sternotiroideus, m. Sternohyoideus, v. Jugularis naterior,


fascia, dan kulit.
 Posterior: cincin trachea 2, 3, dan 4.
 Cabang-cabang terminal a. Tiroidea superior beranastomosis sepanjang
pinggir atas isthmus.2

Pendarahan Kelenjar Tiroidea

Arteri ke kelenjar tiroidea adalah a. Tiroidea superior, a. Tiroidea inferior dan


kadang-kadang juga dapat ditemukan a. Tiroidea ima. Arteri-arteri ini saling
beranastomosis dengan luas di permukaan kelenjar.2

Arteri tiroidea superior, cabang dari a. Carotis externa, berjalan turun menuju
kutub atas setiap lobus, bersama dengan n. Laryngeus externus. A. Tiroidea
inferior, cabang dari truncus thyrocervicalis, berjalan ke atas di belakang
kelenjar sampai setinggi cartilago cricoidea. Kemudian membelok ke medial
dan bawah untuk mencapai pinggir posterior kelenjar.2

N. Laryngeus recurrens melintasi di depan atau belakang arteri ini, atau


mungkin berjalan di antara cabang-cabangnya. A. Tiroidea ima, bila ada, dapat
merupakan cabang dari a. Brachiocephalica atau arcus aortae. Berjalan ke atas
di depan trachea menuju isthmus.2

Vena-vena dari kelenjar tiroidea adalah vena tiroidea superior, yang


bermuara ke V. Jugularis interna; v. Tiroidea media, yang bermuara ke v.
Jugularis interna; dan v. Tiroidea inferior. Vena yang terakhir ini menampung
darah dari isthmus dan kutub bawah kelenjar. V. Tiroidea inferior dari kedua
sisi beranastomosis satu dengan yang lainnya pada saat mereka berjalan
turun di depan trachea. Vena-vena ini akan bermuara ke dalam v.
Brachiocephalica sinistra di dalam rongga thorax.2

Innervasi Kelenjar Tiroid

Persarafan simpatis diperoleh dari ganglion cervicalis superior dan ganglion


cervicalis media yang mencapai kelenjar tiroid dengan mengikuti arteri
tiroidea superior dan arteri tiroidea inferior atau mengikuti perjalanan
nervus laryngeus superior ramus eksternus dan nervus laryngeus recurrens.
Serat-serat saraf simpatis mempunyai pengaruh perangsangan pada aktifitas
sekresi kelenjar tiroid.1,3

Nervus laryngeus superior mengandung komponen motoris untuk m.


cricotiroidea, dan komponen sensoris untuk dinding larynx di sebelah cranial
plica vocalis. Nervus laryngeus recurrens mengandung komponen motoris
untuk semua otot intrinsik laryngeus dan komponen sensoris untuk dinding
larynx di sebelah caudal dari plica vocalis.3

Nervus laryngeus superior mempercabangkan ramus internus dan ramus


eksternus. Ramus internus berjalan menembus membrana thyrohyoidea,
dinding anterior fossa piriformis dan mencapai otot-otot lateral serta
membawa komponen sensoris untuk dinding larynx di cranial plica vocalis
dan aditus laryngeus. Sedangkan ramus eksternus mempersarafi m.
cricotiroidea. Kerusakan pada nervus laryngeus superior menyebabkan
perubahan suara yang khas dan hilangnya sensasi dalam larynx di cranial
plica vocalis.3

Nervus laryngeus recurrens yang terletak dalam sulkus tracheoesophagus


memasuki pharynx dengan melewati bagian profunda tepi inferior m.
constrictor pharyngeus inferior dan berada pada bagian dorsal articulatio
cricotiroidea. Kerusakan pada nervus recurrens menyebabkan paralisis plica
vocalis.3

Aliran Limfe Kelenjar Tiroid

Pembuluh limfe kelenjar tiroid melintas di dalam jaringan ikat antar lobulus
dan berhubungan dengan anyaman pembuluh limfe kapsular. Dari sini
pembuluh limfe menuju ke lymphonodus cervicalis anterior profunda
prelaryngealis, lymphonodus cervicalis anterior profunda pretrachealis dan
lymphonodus cervicalis anterior profunda paratrachealis. Di sebelah lateral,
pembuluh limfe mengikuti vena tiroidea superior dan melintas ke
lymphonodus cervicalis profunda.1

1.3. Struktur mikroskopis kelenjar tiroid

Kelenjar tiroid, yang terletak di daerah cervical, anterior terhadap laring,


terdiri atas 2 lobus yang dihubungkan oleh suatu isthmus. Jarigan tiroid terdiri
atas ribuan folikel yang mengandung bulatan berepitel selapis dengan lumen
berisikan suatu substansi gelatinosa yang disebut koloid. Pada sediaan, sel-sel
folikel berbentuk gepeng sampai silindris sampai folikel mempuyai diameter
yang sangat bervariasi. Kelenjar dibungkus oleh simpai jaringan ikat longgar
yang menjulurkan septa ke dalam parenkim. Septa ini berangsur-angsur
menipis dan mencapai semua folikel, yang saling terpisah oleh jaringan ikat
halus tak teratur yang terutama terdiri atas serat retikulin. Tiroid merupakan
organ yang sangat vaskular, dengan jalinan kapiler darah, dan limfe
disekeliling folikel. Sel endotel kapiler-kapiler ini bertingkap seperti pada
kelenjar endokrin lain. Konfigurasi tersebut memudahkan transpor molekul
antara sel-sel kelenjar dan kapiler darah.4

Pengatur utama status anatomi dan fungsional kelenjar tiroid adalah hormon
perangsang-tiroid, yang dihasilkan hipofisis anterior.4

Tampilan morfologi folike tiroid bervariasi berdasarkan bagian kelenjar dan


aktivitas fungsionalnya. Pada kelenjar yang sama, folikel yang lebih besar
penuh dengan koloid dan mempunyai epitel kuboid atau gepeng, dan dijumpai
bersebelahan dengan folikel yang dilapisi epitel silindris. Meskipun ada variasi
ini, kelenjar dikatakan hipoaktif bila komposisi rata-rata folikel ini berupa
epitel gepeng. Tirotropin merangsang sintesis hormon tiroid sehingga epitel
folikel tersebut meninggi. Keadaan ini diikuti pengurangan jumlah koloid dan
ukuran folikel. Membran basal sel-sel folikel memiliki banyak reseptor
tirotropin.4

Epitel tiroid terdapat diatas lamina basal. Epitel folikel memiliki semua ciri sel
yang secara serentak menyintetis, menyekresi, mengabsorbsi, dan mencerna
protein. Bagian basal sel-sel ini kaya akan retikulum endoplasma kasar. Inti
biasanya bulat dan terletak di pusat sel. Kutub apikal memiliki kompleks golgi
yang jelas dan granula sekresi kecil dengan ciri morfologi koloid folikel.
Didaerah ini terdapat banyak lisosom yang berdiameter 0,5-0,6 µm, dan
beberapa fagosom besar. Membran sel kutub apikal memiliki cukup banyak
mikrovili. Mitokondria dan sisterna retikulum endoplasma kasar tersebut di
seluruh sitoplasma.4

Jenis sel lain, yaitu sel parafolikel atau sel C, terdapat sebagai bagian dari epitel
folikel atau sebagai kelompok tersendiri diantara folikel-folikel tiroid. Sel para
folikel agak lebih besar dan terpulas kurang kuat dibandingkan dengan sel
folikel tiroid. Sel parafolikel mengandung sedikit retikulum endoplasma kasar,
mitokondria panjang, dan kompleks golgi yang besar. Ciri yang paling
mencolok dari sel ini adalah banyaknya granula kecil berisi –hormon. Sel-sel
ini berfungsi membuat dan menyekresikan calsitonin, yakni suatu hormon
yang pengaruh utamanya adalah penurunan kadar kalsium darah dengan cara
menghambat reabsorbsi tulang. Sekresi calsitonin dipacu oleh peningkatan
kadar kalsium darah.4

1.4. Pembentukan dan Sekresi Hormon Tiroid


Hormon tiroid mengatur ekspresi gen, diferensiasi jaringan dan
perkembangan umum. Kelenjar tiroid menghasilkan 2 hormon asam
iodoamino, yaitu 3,5,3'-triiodotironin (T3) dan 3,5,3',5'-tetraiodotironin
(tiroksin, T4) yang telah lama diketahui kepentingannya dalam pengaturan
metabolisme umum, perkembangan dan diferensiasi jaringan. Hormon ini
mengatur ekspresi gen dengan menggunakan mekanisme serupa dengan
mekanisme yang dipakai oleh hromon steroid. Sebagian besar, pengaruhnya
ditimbulkan oleh T3.5

Hormon tiroid memiliki keunikan yaitu hormon tersebut memerlukan unsur


renik yodium bagi aktivitas biologiknya. Mekanisme yang kompleks telah
berkembang dalam mendapatkan serta mempertahankan unsur yang sangat
penting ini dan mengubahnya menjadi bentuk yang sesuai untuk disatukan ke
dalam senyawa organik. Pada waktu yang bersamaan dengan itu, kelenjar
tiroid harus mensekresi tironin dan proses sintesis ini akan berlangsung
didalam tiroglobulin.5

Tiroglobulin adalah prekursor T3 dan T4. Protein ini merupakan molekul


berukuran besar yang teriodinasi dan terglikosilasi dengan massa molekul
660 kDa. Karbohidrat membentuk 8-10% dari berat tiroglobulin dan iodida
sekitar 0.2-1%, bergantung pada kandungan iodium didalam makanan.
Tiroglobulin tersusun dari dua subunit. Protein ini mengandung 115 residu
tirosin, yang masing-masing merupakan tapak potensial untuk terjadinya
iodinasi. Sekitar 70% dari iodida didalam tiroglobulin terdapat sebagai
prekursor inaktif yaitu monoiodotirosin (MIT) dan diiodotirosin (DIT),
sementara 30%nya lagi berada dalam residu iodotironil, T3 serta T4. Kalau
pasokan iodium mencukupi, rasio T3:T4 adalah sekitar 7:1. Pada keadaan
defisiensi iodium, rasio ini akan menurun sebagaimana halnya dengan rasio
DIT:MIT. Molekul yang besar dengan 5000 asam amino ini menghasilkan
bentuk dan konformasi yang tepat bagi perangkaian tirosil dan organifikasi
iodida yang dibutuhkan dalam pembentukan hormon tiroid asam diamino.
Tiroglobulin merupakan prohormon. Tiroglobulin disintesis di bagian basal
sel, kemudian bergerak ke lumen tempan protein ini disimpan dalam koloid
ekstrasel, dan kemudian masuk kembali ke dalam sel serta bergerak apikal ke
basal selama proses hidrolisisnya menjadi hormon T3 dan T4 yang aktif.
Semua tahapan ini ditingkatkan oleh hormon perangsang tiroid yang disebut
TSH, dan hormon ini juga meningkatkan transkripsi gen tiroglobulin.5

Tiroglobulin merupakan bentuk simpanan hormon T3 dan T4 didalam koloid,


dalam kelenjar tiroid yang normal terdapat pasokan hormon ini selama waktu
beberapa minggu. Dalam waktu beberapa menit setelah stimulasi kelenjar
tiroid oleh TSH akan terjadi peningkatan nyata mikrovili pada membran
apikal. Proses yang bergantung pada mikrotubulus ini akan menangkap
tiroglobulin, dan pinositosis selanjutnya mengembalikan tiroglobulin ke
dalam Sel folikular. fagosom ini kemudian berfusi dengan lisosom untuk
membentuk fagolisosom yang didalamnya berbagai enzim asam protease dan
peptidase menghidrolisis tiroglobulin menjadi asam-asam amino, termasuk
iodotironin. T4 dan T3 akan dilepas dari bagian basal sel ke dalam darah dan
pelepasan ini mungkin terjadi lewat proses yang difasilitasi. Rasio T3:T4
didalam darah lebih rendah daripada rasio yang ada dalam tiroglobulin
sehingga proses deiodinisasi selektif terhadap T4 harus terjadi di dalam
kelenjar tiroid.5

Sebagian besar iodida dalam tiroglobulin bukan berada dalam bentuk


iodotironin, sekitar 70% iodida berbentuk senyawa inaktif MIT dan DIT. Asam
amino ini dilepas ketika tiroglobulin mengalami hidrolisis, dan iodida akan
dimangsa oleh enzim deiodinase. Bentuk lain enzim yang bergantung-NADPH
ini terdapat di kelenjar hipofisis, ginjal dan hati. Iodida yang dikeluarkan dari
MIT dan DIT merupakan depot penting iodida dalam tiroid, dan ini berbeda
dengan iodium yang masuk dari darah. Pada keadaan steady-state, jumlah
iodida yang masuk ke dalam tiroid seimbang dengan jumlah yang
meninggalkannya.5
Pembentukkan hormone tiroid dalam kelenjar tiroidea dapat dibagi menjadi
tahap-tahap berikut ini:6
1. Pompa Iodida (Iodine Trapping)
Tahap pertama dari pembentukan hormone tiroid ialah proses
pengangkutan iodide dari dalam darah ke dalam sel folikel kelenjar tiroid.
Membrane basal sel kelenjar tiroid mempunyai kemampuan untuk
memompakan iodide secara aktif ke dalam sel. Kemampuan ini disebut
juga sebagai panjeratan iodide (iodine trapping). Pada kelenjar tiroid
dalam keadaan normal pompa iodide dapat memekatkan iodide dalam
kelenjar tiroid hingga konsentrasinya mencapai 30x konsentrasi iodide di
dalam darah. Dalam keadaan sangat akktif pompa iodide dapat
memekatkan hingga konsentrasi iodide mencapai 250x konsetrasi iodide
dalam darah.
2. Pembentukan dan Sekresi Tiroglobulin oleh Sel-Sel Tiroid
Reticulum endoplasma serta kompleks Golgi mensekresikan molekul
glikoprotein besar yang disebut tiroglobulin dengan berat molekul sekitar
335.000 ke dalam folikel. Setiap molekul tiroglobulin mengandung 70
asam amino tirosin dan tiroglobulin merupakan substrat utama yang
bergabung dengan iodide untuk membentuk hormone tiroid, yang
terbentuk di dalam molekul tiroglobulin. Hormone tiroksin dan
triiodotironin dibentuk dari asam amino tirosin yang merupakan sisa dari
tiroglobulin selama sintesa dari hormone tiroid dan bahkan sesudahnya
sebagai hormone yang disimpan dalam molekul tiroid.
3. Tahap penting pada pembentukan hormone tiroid ialah perubahan dari
ion iodide menjadi bentuk iodium yang teroksidasi baik iodium awal
(nascent iodine) atau I3 yang mampu langsung berikatan dengan asam
amino tirosin. Proses oksidasi iodium ini ditingkatkan oleh enzim
peroksidase serta system penyertanya yaitu hydrogen peroksida yang
mampu menyediakan suatu system yang kuat yang mampu mengoksidasi
iodide. Enzim peroksidase terletak di bagian apical membrane sel atau
melekat tepat pada membrane selseingga meletakkan iodium yang
teroksidasi tadi di dalam sel tepat pada tempat keluarnya molekul
tiroglobulin yang mula-mula dikeluarkan dari kompleks Golgi dan
kemudian masuk ke dalam koloid penyimopanan. Bila system
peroksidase ini terhambat atau secara herediter tidak ada maka
kemampuan pembentukan tiroid akan turun sampai 0.
4. Proses pengikatan molekul tiroglobulin (organifikasi tiroglobulin).
Bahkan sewaktu masih dalam molekul, iodium yang treroksidasi ini akan
berikatan langsung dengan asam amino tirosin tetapi secara lambat,
tetapi dalam sel-sel tiroid molekul iodium akan berikatan secara cepat
dengan adanya kerja enzim iodinase sehingga proses tersebut dapat
berlangsung dalam beberapa detik atau beberapa menit.sehingga
kecepatan penempelan iodium dapat berlangsung dengan kecepatan
yang hamper sama dengan proses pelepasan molekul tiroglobulin dari
kompleks golgi. Tirosin mula-mula diiodisasi menjadi monoiodotirosin
kemudian menjadi diiodotironin. Kemudian dalam waktu beberapa
menit, beberapa jam dan bahkan beberapa hari berikutnya semakin
banyak sisa diiodotirosin yang mengalami penggandengan (coupling)
satu sama lainnya. Mekanisme penggandenga ini belum dapat dipahami
secara menyeluruh tettapi diduga merupakan penggabungan dari dua
molekul tiroglobulin karena tiroglobulin folikular hasil penggabungan ini
memiliki berat molekul 6667.000 atau sekitar 2x berat molekul
tiroglobulin yang disekresikan.6

Hasil akhir dari penggabungan ini ialah tiroksin yang tetap merupakan bagian
dari tiroglobulin. Atau dapat juga terjadi penggandengan antara
monoiodotirosin dengan diiodotironin yang akan menghasilkan
triiodotironin yang merupakan seperlima bagian dari seluruh hormone yang
akan disimpan.6
Sesudah disintesis hormone tiroid akan akan memulai perjalanannya, setiap
molekul tiroglobulin mangandung sekitar 1-3 molekul tiroksin dan rata-rata
terdapat satu triiiodotironin untuk setiap 14 molekul tiroksin. Dalam bentuk
ini hormone tiroid disimpan di dalam folikel dalam jumlah yang cukup banyak
untuk mensupplai kebutuhan tubuh akan hormone tiroid selama 2-3 bulan.
Oleh karena itu bila sintesis hormone tiroid mengalami defisiensi maka
pengaruhnya baru akan terlihat setelah beberapa bulan.6

Tiroglobulin sendiri tidak dilepaskan ke dalam darah dalam jumlah yang


bermakna malahan pada mulanya tiroksin dan triiodotironin dilepaskan dari
molekul tiroglobulin dan selanjutnya hormone bebas tersebut dilepaskan.
Proses ini dimulai dengan permukaan apical sel-sel tiroid menjulurkan
pseudopodia mengelilingi sebagian kecil koloid sehingga terbentuk vesikel
pinositik yang masuk ke bagian apeks dari sel-sel tiroid. Kemudian lisosom
segera bergabung dengan vesikel-vesikel ini untuk membentuk vesikel-
vesikel digestive. Yang mengandung enzim-enzim pencernaan yang berasal
dari lisosom yang sudah bercampur dengan bahan koloid tadi. Proteinase
yang ada di antara enzim-enzim ini akan mencernakan molekul tiroglobulin
dan akan melepaskan tiroksin dan triiodotironin yang selanjutnya akan
berdifusi melewati bagian basal dari sel-sel tiroid ke pembuluh-pembuluh
kapiler di sekelilingnya.6
Kira-kira 93% dari hormone tiroid yang dilepaskan setiap harinya adalah
tiroksin dan hanya 7% saja yang dilepaskan dalam bentuk triiodotironin.
Akan tetapi selama beberapa hari berikutnya tiroksin akan mengalami
deiodinasi menjadi molekul-molekul triiodotironin tambahan., dengan jumlah
sekitar 35 mikrogram triiodotironin per harinya.6
Pengikatan tiroksin dan triiodotironin dengan protein plasmasewaktu
memasuki darah semua triiodotiromin dan tiroksin kecuali 1% persennya
akan berikatan dengan beberapa protein plasma. Triiodotirnin dan tiroksin
ini terutama berikatan dengan molekul globulin pengikat tiroksin serta
sisanya akan berikatan dengan albumin dan prealbumin pengikat tiroksin.6
Oleh karena besarnya affinitas dari protein-protein plasma terhadap hormone
troid, maka hormone tiroksin akan secara lambat dilepaskan ke sel jaringan.
Kira-kira setelah 6 hari maka setengah dari tiroksin akan dilepaskan ke dalam
sel. Setengaah dari triiodotironin akan dilepaskan ke dalam sel setlah 1 hari
karena triiodotironin memiliki afinitas yang lebih rendah terhadap protein
plasma intraseluler. Tiroksin berikatan secara lebih kuat terhadap protein
intraseluler seperti halnya dengan pengikatan tiroksin pada protein plasma.6
Sesudah penyuntikan hormone tiroid dosis besar pada manusia maka selama
2-3 hari tidak terdapat pengaruh dalam kecepatan metabolism sehingga hal
ini menggambarkan adanya periode laten yang lama sebelum terjadinya
aktivitas tiroksin. Sekali aktivitas tiroksin dimulai maka aktivitas ini akan
terus meningkat dan akan mencapai maksimum dalam 10-12 hari. Beberapa
bagian dari aktivitas tiroksin bahkan akan menetap selama 6 minggu hingga
2 bulan. Kerja triiodotironin timbul kira-kira 4x lebih cepat daripada kerja
tiroksin, dengan periode laten yang sangat singkat yakni antara 6-12 jam dan
aktivitas seluler yang maksimal akan timbul dalam waktu 2-3 hari.6
Sebagian besar periode laten kerja hormone tiroid disebabkan oleh
pengikatan hormone ini dengan protein yang ada di dalam plasma ataupun di
dalam jaringan,yang kemuidan akan diikuti dengan pelepasan lambat.6

1.5. Mekanisme Kerja Hormon Tiroid

Mekanisme kerja hormon tiroid ada yang bersifat genomik melalui pengaturan
ekspresi gen, dan non genomik melalui pengaruh langsung pada sitosol sel,
membran dan mitokondria.
Mekanisme kerja yang bersifat genomik dapat dijelaskan sebagai berikut,
hormon tiroid yang tidak terikat melewati membran sel, kemudian masuk ke
dalam inti sel dan berikatan dengan reseptor tiroid (TR). T3 dan T4 masing-
masing berikatan dengan reseptor tersebut, tetapi ikatannya tidak sama erat.
Kompleks hormon-reseptor kemudian berikatan dengan DNA melalui jari-jari
“zinc” dan meningkatkan atau pada beberapa keadaan menurunkan ekspresi
berbagai gen yang mengkode enzim yang mengatur fungsi sel.
Ada dua gen TR manusia, yaitu gen reseptor α pada kromosom 17 dan gen
reseptor β pada kromosom 3. Dengan ikatan alternatif, setiap gen membentuk
paling tidak dua mRNA yang berbeda, sehingga akan terbentuk dua protein
reseptor yang berbeda. TRβ2 hanya ditemukan di otak, sedangkan TRα1, TRα2
dan TRβ1 tersebar secara luas. TRα2 berbeda dari ketiga reseptor yang lain,
yaitu tidak mengikat T3 dan fungsinya belum diketahui. Reseptor tiroid (TR)
berikatan dengan DNA sebagai monomer, homodimer dan heterodimer
bersama dengan reseptor inti yang lain.
Dalam hampir semua kerjanya, T3 bekerja lebih cepat dan 3-5 kali lebih kuat
daripada T4. Hal ini disebabkan karena ikatan T3 dengan protein plasma
kurang erat, tetapi terikat lebih erat pada reseptor hormon tiroid.5

Pengaturan sekresi hormone tiroid


Untuk menjaga agar aktifitas metabolisme tetap normal maka setiap saat
harus disekresikan hormone tiroid dalam jumlah yang tepat dan agar hal ini
terjadi didapti adanya mekanisme umpan balik pada hipotalamus dan hipofisis
anterior yang mengatur pelepasan hormone tiroid.6
Hormone perangsang tiroid (TSH) atau yang dikenal juga sebagai tirotropin
merupakan salah satu hormone kelejar hipofisis anterior yaitu suatu
glikoprotein dengan berat molekul kira-kira 28.000. kerja spesifik hormone
tirotropin terhadap kelenjar tiroid.6
Pengaruh hormon TSH terhadap pembentukkan hormon tiroid:6
1. Meningkatkan proteolisis tiroglobulin yang terdapat pada folikel,
sehingga mengakibatkan terlepasnya hormon-hormon tiroid ke dalam
peredaran darah dan berkurangnya substansi folikel tersebut.
2. Meningkatkan aktifitas pompa natrium yang meningkatkan kecepatan
penjeratan iodide di dalam sel-sel kelenjar, kadangkala meningkatkan
rasio konsentrasi intraseluler menjadi 8x konsentrasi iodide
ekstraseluler.
3. Meningkatkan pembentukan iodinasi dan proses penggandengan
(coupling) untuk membentuk hormone tiroid.
4. Meningkatkan aktivitas serta ukuran sel sel-sel tiroid
5. Miningkatkan jumlah sel-sel tiroid disertai dengan perubahan sel kuboid
menjadi sel kolumnar dan menimbulkan banyaknya lipatan epitel
kelenjar tiroid jke dalam folikel
6. Diaantara pengaruh-pengaruh tirotropin tersebut yang terpenting ialah
pengaruh proteolisis terhadap molekul tiroglobulin yang dapat
menyebabkan pelepasan triiodoironin dan tiroksin dalam waktu sekitar
30 menit setelah penyuntikkan, sedangkan pengaruh-pengaruh lainnya
akan memakan waktu beberapa jam hingga beberapa hari untuk
berkembang penuh.6

1.6. Pengaruh-pengaruh Hormon Tiroid


Secara umum pengaruh hormon tiroid adalah meningkatkan aktifitas
metabolisme pada hampir semua jaringan dan organ tubuh, karena
perangsangan konsumsi oksigen semua sel-sel tubuh. Kecepatan tumbuh
pada anak-anak meningkat, aktifitas beberapa kelenjar endokrin terangsang
dan aktifitas mental lebih cepat.7

• Pengaruh Hormon Tiroid pada Otot Rangka


Pada sebagian besar penderita hipertiroidisme terjadi kelemahan otot
(miopati tirotoksisitas). Kelemahan otot mungkin disebabkan oleh
peningkatan katabolisme protein. Hormon tiroid mempengaruhi ekspresi
gen-gen myosin heavy chain (MHC) baik di otot rangka maupun otot
jantung. Namun , pengaruh yang ditimbulkan bersifat kompleks dan
kaitannya dengan miopati masih belum jelas.
• Pengaruh Hormon Tiroid pada Pertumbuhan
Hormon tiroid penting untuk pertumbuhan dan pematangan tulang yang
normal. Pada anak dengan hipotiroid, pertumbuhan tulang melambat dan
penutupan epifisis tertunda. Tanpa adanya hormon tiroid, sekresi hormon
pertumbuhan juga terhambat, dan hormon tiroid memperkuat pengaruh
hormon pertumbuhan pada jaringan.
• Pengaruh kalorigenik hormon tiroid
T4 dan T3 meningkatkatkan konsumsi O2 hampir pada semua jaringan
yang metabolismenya aktif, kecuali pada jaringan otak orang dewasa,
testis, uterus, kelenjar limfe, limpa dan hipofisis anterior.
Beberapa pengaruh kalorigenik hormon tiroid disebabkan oleh
metabolisme asam lemak yang dimobilisasi oleh hormon ini. Di samping
itu hormon tiroid meningkatkan aktivitas Na+-K+ATPase yang terikat
pada membran di banyak jaringan.
Bila pada orang dewasa taraf metabolisme ditingkatkan oleh T4 dan T3,
maka akan terjadi peningkatan ekskresi nitrogen. Bila masukan makanan
tidak ditingkatkan pada kondisi tersebut, maka protein endogen dan
simpanan lemak akan diuraikan yang berakibat pada penurunan berat
badan.
• Pengaruh Hormon Tiroid pada Sistem Saraf
Hormon tiroid memiliki pengaruh yang kuat pada perkembangan otak.
Bagian SSP yang paling dipengaruhi adalah korteks serebri dan ganglia
basalis. Di samping itu, kokhlea juga dipengaruhi. Akibatnya, defisiensi
hormon tiroid yang terjadi selama masa perkembangan akan
menyebabkan retardasi mental, kekakuan motorik dan ketulian.
Hormon tiroid juga menimbulkan pengaruh pada refleks. Waktu reaksi
refleks regang menjadi lebih singkat pada hipertiroidisme dan
memanjang pada hipotiroidisme.
Pada hipertiroidisme, terjadi tremor halus pada otot. Tremor tersebut
mungkin disebabkan karena peningkatan aktivitas pada daerah-daerah
medula spinalis yang mengatur tonus otot.
• Pengaruh Hormon Tiroid pada Jantung
Hormon tiroid memberikan pengaruh multipel pada jantung. Sebagian
disebabkan karena kerja langsung T3 pada miosit, dan sebagian melalui
interaksi dengan katekolamin dan sistem saraf simpatis.
Hormon tiroid meningkatkan jumlah dan afinitas reseptor β-adrenergik
pada jantung, sehingga meningkatkan kepekaannya terhadap pengaruh
inotropik dan kronotropik katekolamin.
Hormon-hormon ini juga mempengaruhi jenis miosin yang ditemukan
pada otot jantung. Pada pengobatan dengan hormon tiroid, terjadi
peningkatan kadar myosin heavy chain-α (MHC-α), sehingga
meningkatkan kecepatan kontraksi otot jantung.
• Pengaruh Hormon Tiroid dalam Sintesis Protein
Peranan hormon tiroid dalam peningkatan sintesis protein dapat
dijelaskan sebagai berikut: (1) Hormon tiroid memasuki inti sel,
kemudian berikatan dengan reseptor hormon tiroid. (2) Kompleks
hormon-reseptor kemudian berikatan dengan DNA dan meningkatkan
transkripsi mRNA serta sintesis protein.
• Pengaruh Hormon Tiroid pada Metabolisme Karbohidrat
Hormon tiroid merangsang hampir semua aspek metabolisme
karbohidrat, termasuk ambilan glukosa yang cepat oleh sel-sel,
meningkatkan glikolisis, meningkatkan glukoneogenesis, meningkatkan
kecepatan absorbsi dari traktus gastrointestinalis dan juga meningkatkan
sekresi insulin dengan pengaruh sekunder yang dihasilkan atas
metabolisme karbohidrat.
• Pengaruh Hormon Tiroid pada Metabolisme Kolesterol
Hormon tiroid menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Kadar
kolesterol plasma turun sebelum kecepatan metabolisme meningkat, yang
menunjukkan bahwa pengaruh ini tidak bergantung pada stimulasi
konsumsi O2. Penurunan konsentrasi kolesterol plasma disebabkan oleh
peningkatan pembentukan reseptor LDL di hati, yang menyebabkan
peningkatan penyingkiran kolesterol oleh hati dari sirkulasi.7,8

BAB III

2. Penutup

Kelenjar tiroid, terletak di bawah laring pada kedua sisi dan sebelah anterior trakea,
merupakan salah satu kelenjar endokrin terbesar yang menghasilkan dua hormone
utama yaitu T3 dan T4. Kedua hormone ini sangat meningkatkan kecepatan
metabolisme tubuh.

Hormon tiroid memiliki keunikan yaitu hormon tersebut memerlukan unsur renik
yodium bagi aktivitas biologiknya. Mekanisme yang kompleks telah berkembang
dalam mendapatkan serta mempertahankan unsur yang sangat penting ini dan
mengubahnya menjadi bentuk yang sesuai untuk disatukan ke dalam senyawa
organik.

Kekurangan hormone ini biasanya menyebabkan penurunan kecepatan metabolisme


basal kira – kira 40 – 50% dibawah normal, dan bila kelebihan sekresi tiroid sangat
hebat dapat meningkatkan sekresi kelenjar tiroid dapat meningkatkan kecepatan
metabolism basal sampai 60 – 100 persen diatas normal. Sekresi hormone ini
terutama diatur oleh hormone TSH yang disekresi oleh hipofisis anterior.
Daftar Pustaka

1. Moore KL, Anne MRA. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta: Hipokrates; 2002.
2. Snell RS. Anatomi Klinik. Jakarta: EGC; 2006.
3. Guibson J. Kelenjar Tiroid, Fisiologi & Anatomi untuk Perawat. Edisi ke- 2. Jakarta:
EGC; 2003.
4. Junqueira CL, et al. Histologi Dasar. Edisi ke-8. Jakarta: EGC; 2003
5. Murrai RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia harper. Edisi ke-27. Jakarta: EGC;
2009
6. Guyton AC. Hormon Tiroid, Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Edisi ketiga.
Jakarta: EGC; 2004.
7. Ganong W. Kelenjar Tiroid, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta:
McGraw-Hill & EGC; 2003.
8. Price SA. Konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 6. Jakarta: EGC; 2006

Anda mungkin juga menyukai