Anda di halaman 1dari 4

Pendahuluan

Industri Furniture adalah industri yang mengolah bahan baku atau bahan
setengah jadi dari kayu, rotan, dan bahan baku alami lainnya menjadi produk barang
jadi furniture yang mempunyai nilai tambah dan manfaat yang lebih tinggi. Industri
furniture di Indonesia tersebar hamper di seluruh propinsi, dengan sentra-sentra yang
cukup besar terletak di Jepara, Cirebon, Sukoharjo, Surakarta, Klaten, Pasuruan,
Gresik, Sidoarjo, Jabodetabek, dan lain-lain.
Perkembangan industri furniture Indonesia tidak terlepas dari dukungan
sumber daya alam Indonesia yang melimpah berupa kawasan hutan yang luas.
Dukungan sumber daya alam yang demikian besar belum menjadikan industri
furniture berkembang pesat. Menurut laporan dari Departemen Perindustrian
Republik Indonesia (2008), industri furniture Indonesia menempati peringkat ke-12
terbesar di dunia yang menyediakan kebutuhan pokok manusia, yaitu kebutuhan atas
tempat tinggal yang nyaman.
Kelompok industri pengolahan kayu hulu merupakan industri pengolahan
kayu primer yaitu industri yang mengolah kayu bulat/log menjadi berbagai sortimen
kayu. Kelompok industri pengolahan kayu hilir merupakan industri yang
menghasilkan produk kayu diantaranya dowel, moulding, pintu, jendela, wood-
flooring, dan sejenisnya.
Industri kayu dan hasil hutan justru berkembang pesat di negara-negara
kompetitor seperti China, Malaysia dan Vietnam yang tidak mempunyai bahan baku
kayu sendiri. Menurunnya produksi industri furniture terutama disebabkan oleh faktor
bahan baku yang berupa kayu, yang meliputi ketersediaan yang rendah dan harga
yang mahal sebagai akibat dari semakin rusaknya hutan Indonesia serta pengelolaan
supply chain yang kurang baik mulai dari hulu sampai ke hilir.
Keunggulan bersaing bisa didapat dari terwujudnya supply chain yang kuat
dan manajemen yang baik, begitu juga yang harus diterapkan pada industri furniture.
Keunggulan bersaing dapat dicapai oleh industri furniture ditentukan oleh 4 faktor,
yaitu: inovasi, fleksibilitas, value, dan delivery. Selain SCM, perhatian publik juga
banyak tertuju kepada isu lingkungan. Isu lingkungan menjadi suatu isu global yang
penting dalam beberapa tahun terakhir. Dalam kaitannya dengan peningkatan jumlah
penduduk dan dampak industri terhadap lingkungan, isu lingkungan menjadi lebih
sering diperhatikan. Industri dirasa perlu untuk memperhatikan dampak lingkungan
selain tujuan bisnis yang mencari keuntungan. Isu lingkungan menjadi isu yang cukup
sensitif terutama jika dikaitkan dengan kebijakan pembangunan yang berkelanjutan.
SCM yang berkelanjutan harus mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial, dan
lingkungan.

Dinamika Industri Furnitur di Indonesia


Pelaku industri furnitur di Indonesia harus terus beradaptasi dalam
menghadapi perubahan pasar. Sementara itu, tuntutan untuk beradaptasi dengan
perubahan di era digital dapat dilakukan dengan membuat inovasi baru dengan
sasaran produk yang jelas. Agar bisa terus beradaptasi dengan era digital saat ini,
pemasaran produk-produk furnitur dapat dilakukan secara online. Salah satunya
melalui situs e-commerce Indonesia. Konsumen tidak perlu takut untuk membeli
furnitur secara online. Pembelian furnitur melalui e-commerce sama amannya dengan
pembelian offline. Untuk meningkatkan kepercayaan konsumen, layanan e-commerce
memberikan fasilitas retur. Jadi, jika konsumen merasa tidak cocok atau produk yang
datang tidak sesuai dengan yang dilihat dalam katalog online bisa dilakukan
pengembalian (retur).
Untuk menganalisa industri furniture saat ini, Porter Five Force Model adalah
kerangka yang paling banyak digunakan untuk penilaian terhadap potensi keuntungan
dalam suatu industri. Berikut beberapa penjelasan dari model Porter:
1. Ancaman pendatang baru
Pertumbuhan industri furniture semakin meningkat, tingkat penjualan
produk semakin meningkat dan lingkup pasar yang semakin besar. Hal ini
membuat banyak pendatang baru ingin memasuki industri ini. Pendatang baru
yang ingin memasuki industri membutuhkan investasi yang besar. Investasi yang
dibutuhkan dapat berupa sumber daya manusia serta investasi untuk membeli
lahan, bahan baku, dan mesin untuk proses produksi.
Persyaratan sertifikasi produk furniture dapat menjadi penghalang bagi
pendatang baru. Dibutuhkan strategi pemasaran yang baik untuk bersaing di pasar
karena brand besar di Indonesia memiliki citra merk yang cukup kuat di mata
pelanggan. Perusahaan yang sudah ada harus mampu memberikan harga yang
lebih rendah dengan kualitas yang baik, harus memberikan inovasi design yang
stylish, serta pilihan produk yang beragam agar membuat pelanggan tertarik.

2. Ancaman pproduk pengganti


Ancaman produk pengganti dalam industri furniture ini dapat dikatakan
rendah. Produk pengganti yang ada hanya berbeda dari bahan pembuatan produk
yang kemudian akan mempengaruhi harga jual produk tersebut. Bahan
pembuatan bermacam-macam, seperti: plastik, aluminium, besi, bambu, dll.
3. Daya tawar pemasok
Jika produk yang dihasilkan supplier berkualitas tinggi maka pemasok
dapat meminta harga yang tinggi kekuatan tawar-menawar supplier tidak cukup
tinggi, jika supplier kehilangan konsumen dari industri furniture maka supplier
akan kesulitan menemukan konsumen lain yang membutuhkan produk dalam
jumlah besar seperti pada industri furniture.
Bagi perusahaan multinasional yang memiliki cabang di berbagai negara,
kekuatan tawar-menawar dari supplier bukan merupakan suatu masalah besar
karena memiliki banyak supplier di berbagai negara. Jika harga yang ditawarkan
terlalu tinggi atau terjadi kelangkaan di sebuah negara, perusahaan dapat dengan
mudah beralih ke supplier lain.
4. Daya tawar pembeli
Ekspor produk furniture cukup banyak dan stabil hal ini menyebabkan
banyak perusahaan di dalam industri furniture sehingga konsumen memiliki
banyak pilihan dalam membeli produk furniture sehingga dapat dikatakan bahwa
konsumen memiliki kekuatan tawar-menawar yang kuat. Di dalam mengatasi
daya tawar pembeli, perusahaan harus selalu mengembangakan produk dengan
kualitas baik, model yang menarik, dan harga yang terjangkau.
Tren seperti home office furniture, furniture yang multifungsi, furniture
mewah, dan furniture ramah lingkungan membuat industri harus mampu
memenuhi tren tersebut sesuai keinginan konsumen.
5. Persaingan sesama industri
Tingkat pertumbuhan industri dapat dikatakan tinggi karena peningkatan
yang terjadi pada industri ini dari tahun ke tahun baik dari segi perekonomian,
penyerapan tenaga kerja, dan jumlah unit usaha yang bergerak dalam industri ini.
Industri furniture menyumbangkan penghasilan devisa dari ekspor sebesar US$
1,779 miliar di tahun 2013. Jumlah perusahaan industri furniture pada periode
tahun 2009 ke 2014 sempat mengalami penurunan yang signifikan sebanyak
1.273 perusahaan. Pada tahun 2009 perusahaan sebanyak 2.563 namun pada 2013
hanya sebanyak 1.284. Hal ini dipengaruhi karena kondisi krisis Amerika dan
Eropa sehingga berakibat terhadap penurunan nilai ekspor pada permintaan
komoditas hasil olahan kayu dan rotan (mebel/ furniture).

Anda mungkin juga menyukai