Anda di halaman 1dari 15

PENDAHULUAN

Persaingan bisnis yang semakin ketat dikarenakan dampak globalisasi


diberlakukannya era perdagangan bebas telah menggeser paradigma bisnis dari
Comparative Advantage menjadi Competitive Advantage, yang memaksa kegiatan
bisnis atau perusahaan memilih strategi yang tepat. Manajemen strategi dapat
didefinisikan sebagai seni dan sains dalam memformulasi, mengimplementasi, dan
mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang membuat organisasi dapat
memperoleh tujuannya. Manajemen strategik berfokus pada pengintegrasian
manajemen, pemasaran, keuangan dan akuntansi, produksi dan operasi, penelitian dan
pengembangan, serta sistem informasi untuk memperoleh kesuksesan organisasi.
Rencana strategi adalah hasil dari pilihan manajerial yang sulit di antara
beberapa alternatif yang baik, serta menandakan komitmen terhadap pasar, kebijakan,
prosedur, dan operasi yang spesifik sebagai pengganti tindakan lain yang lebih tidak
diinginkan. Formulasi, implementasi, dan evaluasi strategi adalah aktivitas-aktivitas
yang terjadi dalam perencanaan strategis suatu perusahaan. Dengan membantu
komunikasi dan interaksi antar manajer dan karyawan lintas level hirarki, manajemen
strategik membantu fungsi perusahaan sebagai tim kompetitif.
Fungsi Manajemen Biaya adalah memberikan informasi yang berguna bagi
manajer dalam mengambil keputusan strategis dan meningkatkan efisiensi dan
efektivitas perusahaan (Blocher dkk., 1999). Perangkat informasi yang lebih luas ini
setidaknya harus memenuhi dua syarat (Hansen and Mowen, 2000). Pertama,
perangkat informasi ini harus mencakup informasi mengenai lingkungan perusahaan
dan lingkungan kerja perusahaan. Kedua, perangkat informasi tersebut juga harus
prospektif dan karenanya harus memberikan pandangan mengenai periode dan
kegiatan di masa-masa mendatang.

Analisis Rantai Nilai


Kerangka rantai-nilai (Value Chain) dengan data biaya untuk mendukung
analisis rantai nilai diperlukan untuk memenuhi syarat pertama. Informasi untuk
mendukung analisis daur hidup produk diperlukan untuk memenuhi syarat kedua.
Dengan demikian, analisis Value Chain dapat digunakan sebagai salah satu alat
analisis manajemen biaya untuk pengambilan keputusan strategis dalam menghadapi
persaingan bisnis yang semakin ketat. Keputusan untuk menentukan strategi
kompetitif yang akan diaplikasikan, apakah menggunakan strategi: Low Cost atau
diferensiasi (Porter, 1985), untuk berkompetisi di pasar.
Analisis Value Chain memandang perusahaan sebagai salah satu bagian dari
rantai nilai produk. Rantai nilai produk merupakan aktifitas yang berawal dari bahan
mentah sampai dengan penanganan purna jual. Sebagai contoh rantai nilai dalam
perusaahaan manufaktur yaitu saat mengubah bahan baku menjadi barang jadi,
misalnya pabrik suku cadang, perakitan kendaraan, dan pengolahan minyak kelapa
sawit. Dengan rantai nilai perusahaan dapat mengetahui estimasi nilai maksimal yang
pembeli miliki, dapat digunakan juga untuk identifikasi serta mendapatkan bahan
baku, tenaga kerja, dan permodalan dengan biaya murah, dan dapat memaksimalkan
tingkat produktivitas yang tinggi, dalam arti: produk cacat nol, utilisasi fasilitas
produksi maksimal, mutu terjamin sesuai permintaan pelanggan baik dari segi jumlah,
jenis, ukuran dan waktunya (Kristamuljana, 2001).
Rantai nilai ini mencakup aktivitas yang terjadi karena hubungan dengan
pemasok (Supplier Linkages), dan hubungan dengan konsumen (Consumer Linkages).
Aktifitas ini merupakan kegiatan yang terpisah tapi sangat tergantung satu dengan
yang lain (Porter, 2001). Analisis value Chain membantu manajer untuk memahami
posisi perusahaan pada rantai nilai produk untuk meningkatkan keunggulan
kompetitif.
Masing-masing strategi membutuhkan penanganan pengelolaan yang berbeda
(Donelan dan Kaplan, 1999). Sebagai contoh, strategi Low Cost membutuhkan
penekanan pada pemeliharaan atau pengelolaan struktur biaya yang lebih rendah dari
para pesaing secara signifikan. Hal ini mungkin dapat dilakukan dengan membatasi
penawaran produk, mengurangi tingkat kerumitan produk, atau pembatasan layanan
konsumen. Strategi diferensiasi juga membutuhkan usaha pengendalian biaya secara
berkelanjutan, tetapi penekanan strategi manajemen akan diarahkan pada diferensiasi
produk. Hal ini mungkin dapat dilakukan dengan menawarkan penambahan fasilitas
(Value added) dari produk, meningkatkan line product, atau memperluas jaringan
layanan konsumen. Strategi apapun yang dipilih, strategi Analisis Value Chain dapat
membantu perusahaan untuk terfokus pada rencana strategi yang dipilih dan berusaha
untuk meraih keunggulan kompetitif.
Perusahaan harus melakukan usaha memuaskan pelanggan, maka para ahli
menciptakan Value-chain analysis sebagai alat perusahaan dalam mengukur
keunggulan kompetitif mereka. Hal-hal yang diperhatikan antaranya: bagaimana nilai
yang diberikan pada konsumen dapat meningkat atau penurunan biaya pada kegiatan
produksinya, dan keadaan hubungan antara perusahaan dengan pemasok, konsumen,
dan perusahaan lainnya.
Setiap perusahaan memiliki kegiatan rantai nilai internal. Lihat contoh rantai
nilai sebuah perusahaan. Porter mengidentifikasi bahwa kegiatan utama yang dimiliki
perusahaan biasanya dimulai dengan inbound logistic (penanganan bahan baku dan
pergudangan), diteruskan kepada proses operasi produk manufaktur, dan dilanjutkan
dengan outbound logistics (pergudangan dan distribusi), pemasaran dan penjualan,
dan diakhiri dengan service (pelayanan) (instalasi, perbaikan dan penjualan suku
cadang). Aktivitas-aktivitas pendukung lainnya seperti proses mendapatkan
(procurement) atau pembelian, pengembangan teknologi (R & D), manajemen sumber
daya manusia dan infrastruktur perusahaan (akuntansi, keuangan, rencana strategik),
kesemuanya merupakan rantai – nilai aktivitas yang dijalankan agar perusahaan
efisien dan efektif.

Gambar: Analisis rantai nilai

Identifikasi Kegiatan Rantai Nilai


Langkah 1: Desain
Pada tahap ini perusahaan harus melakukan penelitian dan pengembangan atas
produk atau jasa apa yang akan mereka ciptakan. Merancang keperluan apa saja yang
akan dibutuhkan dalam proses pembuatannya.
Langkah 2: Perolehan bahan baku
Kegiatan pertambangan bahan-bahan baku pada suatu sumber daya yang
tersedia akan berpengaruh pada kualitas dari produk yang akan dibuat, misalnya
perolehan pelastik dari pemasok yang sudah dikenal akan lebih baik kualitasnya
dibanding dari pemasok baru yang perusahaan belum ketahui mutunya, juga dalam
mengembangkan dan menyempurnakan barang atau jasa.
Langkah 3: Bahan dirakit menjadi komponen
Aktifitas mengubah bahan baku menjadi komponen-komponen suatu produk
yang telah dirancang sebelumnya oleh perusahaan dan menyediakan produk suku
cadang barang yang akan diproduksi untuk menjaga tingkat kepuasan konsumen.
Langkah 4: Perakitan
Mengkonversi, merakit komponen-komponen penting pada barang yang
diciptakan sehingga dapat bernilai guna, melakukan penyelesaian bagian-bagian yang
dibutuhkan, serta adanya pengujian terhadap barang yang telah diciptakan.
Langkah 5: Manufaktur
Adanya perakitan akhir supaya barang yang diciptakan benar-benar
memberikan hasil sesuai yang direncanakan sebelumnya dan memenuhu standar-
standar yang telah ditetapkan perusahaan, serta memikirkan kemasan yang bagaimana
yang akan dipilih perusahaan dalam menarik minat pasar yang akan ditawarkan
misalkan apakah kemasan berupa kardus, pelastik atau kotak kayu. Pengiriman
produk akhir pun harus diperhatikan.
Langkah 6: Grosir, pergudangan, dan distribusi
Memindahkan produk kelokasi eceran dan gudang yang dibutuhkan juga
diperhatikan, apakah melalui darat seperti menggunakan truk, melalui perairan
menggunakan kapal, atau melalui udara dengan pesawat bila akan mengirim
ketempat-tempat yang terbilang jauh. Resiko pun harus diperhatikan oleh manajemen
suatu perusahaan.
Langkah 7: Penjualan eceran
Aktivitas penjualan eceran untuk mendapatkan pendapatan kas. Semakin
tinggi tingkat ketertarikan masyarakat sebagai konsumen terhadap barang yang
diciptakan maka akan semakin tinggi pula tingkat penjualan barang tersebut, sehingga
akan memberikan pemasukan uang kas pada perusahaan. Dan semakin tinggi tingkat
pemasukan kas maka akan semakin terwujud tujuan dari perusahaan yaitu mencari
laba yang tinggi.
Langkah 8: Pelayanan pelanggan
Proses pengembalian barang (return), pertanyaan cara penggunaan, cara
perawatan atau sebagainya dari para konsumen terhadap perusahaan atas barang yang
telah kita pasarkan merupakan hal penting yang harus manajemen perhatikan, jangan
sampai konsumen merasa prusahaan telah memberikan produk dengan kualitas rendah.
Dan jasa perbaikan atas barang yang rusak juga dapat menambah nilai dari suatu
kinerja perusahaan di mata para konsumen, seperti menyediakan service komputer
pada perusahaan komputer.

Mengembangkan Keunggulan Kompetitih dengan Mengurangi Biaya atau


Menambah Biaya
 Mengidentifikasi keunggulan kompetitif perusahaan untuk mengetahui dimana
letak keunggulan yang dimiliki
Dimana tingkat pendapatan paling tinggi yang diperoleh perusahaan dari
berbagai produk dan jasa yang mereka produksi. Misalkan suatu perusahaan
komputer selain memproduksi unit-unit komputer mereka juga akan menawarkan
seperti suku cadang perangkat komputer atau mereka akan memberikan layanan
service komputer. Dari berbagai macam produk yang ditawarkan oleh perusahaan
komputer tersebut maka perusahaan dapat melakukan indentifikasi, produk
manakah yang memberikan keuntungan lebih besar bagi perusahaan yang
merupakan keunggulan kompetitif perusahaan.
 Mengidentifikasi peluang untuk menambah nilai dari kegiatan yang dilakukan oleh
perusahaan
Seperti menambah kepercayaan konsumen atas kebersihan produk yang
ditawarkan, misalnya pada produsen kue mereka dapat memberikan tontonan
kepada konsumennya tentang bagaimana cara membuat dan mengemasi kue-kue
yang mereka tawarkan sehingga konsumen percaya akan kebersihn dari bahan-
bahan serta kemasan dari barang yang akan mereka beli. Misalnya juga pada Bank,
mereka dapat menaruh ATM sebagai alat yang mempercepat waktu nasabahnya
dalam melakukan transaksi seperti penarikan tunai, transfer, dan lain-lain.
 Mengidentifikasi peluang untuk mengurangi biaya
Dengan menggunakan value-chain maka perusahaan dapat mengetahui
komponen mana saja yang dapat memberikan nilai bagi produk atau komponen
manakah yang tidak bernilai kompetitif bagi produk sehingga perusahaan dapat
melakukan strategi untuk menekan biaya yang tidak diperlukan tersebut.
 Mengeksploitasi hubungan antara kegiatan dalam value-chain (rantai nilai)
Misalnya suatu perusahaan memilih lokasi pabrik yang tidak jauh dari
sumber daya sehingga perusahaan dapat menekan biaya transportasi dan
mengurangi resiko-resiko yang akan dihadapinya. Sehingga produsen dapat
memberikan pelayanan atau kepuasan yang baik kepada para konsumennya.

Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah prosedur yang sistematis untuk identikasi faktor
keberhasilan suatu perusahaan: kekuatan internal dan kelemahan serta peluang dan
ancaman eksternal. Kekuatan keterampilan dan sumber daya bahwa perusahaan
memiliki lebih keras dari perusahaan lain. Keterampilan atau kompetensi bahwa
perusahaan mempekerjakan baik terutama disebut kompetensi inti. Konsep
kompetensi inti penting karena menunjuk ke daerah keunggulan kompetitif yang
signifikan bagi perusahaan; kompetensi inti dapat digunakan sebagai blok bangunan
dari keseluruhan strategi perusahaan. Sebaliknya, kelemahan mewakili kurangnya
keterampilan penting atau kompetensi relatif terhadap keberadaan sumber daya di
perusahaan yang bersaing.
Kekuatan dan kelemahan yang paling mudah diidentifikasi dengan melihat
ke dalam perusahaan di sumber daya tertentu:
 Product Lines
 Management
 Research and Development
 Operations
 Marketing
 Strategy
Peluang dan ancaman yang diidentifikasi dengan melihat di luar
perusahaan. Peluang situasi menguntungkan penting dalam lingkungan perusahaan.
Peluang dan ancaman dapat diidentifikasi paling mudah dengan menganalisis industri
dan pesaing perusahaan:
 Barriers to Entry
 Intensity of Rivalry Among Competitors
 Pressure from Substitute Product
 Bargaining Power of Customers
 Bargaining Power of Suppliers
Strategi Bisnis Dan Rantai Nilai Pada PT. J.CO Donuts And Coffee

A. Profil Perusahaan dan Sejarah J.CO


PT. J.CO Donuts and Coffee didirikan oleh Johnny Andrean yang
sebelumnya dikenal sebagai pengusaha salon yang sukses. Tidak kurang dari 168
salon dan 41 jaringan sekolah salon yang dimilikinya. Kemudian insting Johny
Andrean membawanya terjun ke bisnis makanan. Johny yang sering melakukan
perjalanan bisnis ke USA, mendapatkan kesempatan menikmati berbagai jenis donat
dengan rasa dan keunikan yang berbeda. Sejak tahun 2003 ia telah aktif
mengembangkan J.CO.

Awal mulanya, Johny ingin membeli waralaba suatu jaringan pemasaran


donat USA, tetapi ia mendapatkan beberapa keterbatasan dalam produknya. Kendala
atau keterbatasan tersebut terdapat pada bahan baku dan kelemahan dalam
pengendalian kualitas. Kemudian Johny memutuskan untuk mengembangkan
produksi donatnya sendiri tanpa harus membeli franchise donat dari USA. Ia memilih
untuk menghasilkan bentuk dan rasa donat yang sempurna sebagaimana yang pernah
ia coba di USA, dengan memfokuskan secara khusus pada mutu bahan baku dan
proses produksi.
J.CO adalah produk makanan dalam negeri dengan menggunakan konsep
dari luar negeri dan menambah dengan modernisasi dan kualitas terbaik. Sebuah
gerai took dinat dengan konsep, bentuk, dan rasa yang mirip dengan gerai donat di
USA. Johnny sejauh ini telah mengamati bahwa tidak ada satu pun gerai donat di
Indonesia yang mempunyai konsep dapur terbuka, karenanya ia memulainya di JCO.
Maka, selain mempunyai rasa yang berbeda, konsep toko juga dibuat sebagai dapur
terbuka sehingga konsumen-konsumen dapat melihat berbagai atraksi dalam
pembuatan donat, dari mencampurkan bahan-bahan sampai menjadi donat siap dijual.
J.CO ditujukan untuk menyerbu pasar asing. Persiapan J.CO membutuhkan
waktu yang lama. Selama 3 tahun, tim mempelajari bisnis donatnya Johnny Andrean
dan, mengeksplorasi resep, serta melakukan riset pasar dan sampling. J.CO
diluncurkan dengan konsep "apa yang dia suka dan dapat diterima oleh masyarakat".
Pada tanggal 26 Juni 2005, J.CO pertama mulai beroperasi pada Supermall
Karawaci, Tangerang dan kemudian langsung membuka outlet sebanyak
mungkin. Dalam waktu setahun, J.CO telah memiliki 16 buah outlet J.CO dengan 450
karyawan. Ada tujuh outlet di Jakarta dan sisanya di Bandung, Surabaya, Makassar,
dan Pekanbaru. Dalam waktu dekat mereka akan membuka di Palembang, Batam,
Manado, Bogor, Medan, dan Bali, dan ada juga keinginan untuk go internasional pada
tahun 2007 dengan lokasi di Australia, Hong Kong, atau Singapura.
J.Co tidak hanya menjual donat, kali ini menggabungkan dengan kopi, dan
ada juga dessertnya yang dinamakan J.Cool. Dengan demikian, gagasan Johnny diberi
label sebagai J.Co Donuts & Coffee. Hanya dalam waktu yang relatif singkat, J.Co
telah mengubah peta persaingan donat bisnis di Indonesia. Saat ini, jika orang
Indonesia bertanya tentang donat, mereka akan menjawab J.Co sebagai merek yang
paling disukai.
Saat ini, J.Co memiliki lebih dari 100 outlet di seluruh Indonesia. Bahkan,
sejak tahun 2008, telah ada di Malaysia, Singapura, Filipina, Australia dan China. Hal
ini dilaporkan bahwa merek Indonesia ini akan memperluas pasar ke negara-negara
Asia lainnya, seperti Thailand, Jepang dan Hongkong - China. Ini tidak diragukan lagi
merupakan prestasi yang menakjubkan dari Johnny Andrean, yang bahkan dia tidak
mungkin membayangkan sebelumnya. Tapi yang pasti, bila ada kemauan yang kuat,
dikombinasikan dengan kerja keras dan tekad, semuanya mungkin.

B. Struktur Organisasi

C. Filosofi Logo
Beberapa mengatakan logo J.CO Donuts & Coffee mirip dengan logo
Starbucks. Batas melingkar mungkin sama, tapi bukan merek dagang. JCO Donuts &
Coffee menggunakan simbol Merak dalam logo mereka. Merak di sini melambangkan
keindahan, elegan, lembut dan keabadian. Keindahan dan kelembutan tercermin dari
rasa dan bentuk donat. Sementara keabadian dapat dilihat dari loyalitas konsumen
yang bersedia berdiri dengan antrian panjang di toko-toko untuk mendapatkan donat
favorit mereka.

D. Visi dan Misi J.CO


Visi
1. Membentuk J.CO Donuts & Coffee sebagai International Premium Donuts and
Coffee Brand terkemuka.
2. Menjadi trend-setting lifestyle dalam donat dan coffee brand.
3. Menjadi perusahaan yang tepat bagi orang-orang yang tepat dalam meraih cita-
cita mereka.
Misi
1. Menyediakan kualitas premium donat dan kopi.
2. Mendorong karyawan dalam meraih cita-cita.
3. Menempatkan pelanggan sebagai prioritas.
4. Berkomitmen memberikan pelayanan terbaik dengan sungguh-sungguh.
5. Menyediakan tempat yang sempurna untuk bersantai .
6. Memperlakukan setiap orang dengan hormat dan bermartabat.

E. Produk J.CO
J.CO Donuts & Coffee adalah peritel cafe di Indonesia yang mengkhususkan
diri dalam donat, yogurt, dan kopi. J.CO Donuts & Coffee hadir di masyarakat dengan
beberapa jenis produk yang ditawarkan. Produk yang dimaksud termasuk donat, kopi,
cokelat, serta produk-produk terbaru, yogurt. Setiap donat bernama sesuai dengan
topping kreatif dan rasa. Hal ini menciptakan yang unik dan namanya mudah diingat.
Berikut adalah nama-nama produk yang ditawarkan J.CO Donuts & Coffee: Hazel
Dazzle, Glazzy, Alcapone, Coco Loco, Cheese Me Up, Miss Green Tea, Why Nut,
JCrown Oreo, Da Vin Cheez, Mona Pisa, Surga Berry, Forest glam, J.CO Praline,
J.CO Yogurt, Choco Forest Freeze, J.Pops, dan banyak lagi. Sebagai contoh, Cheese
Me Up adalah nama untuk donat dengan keju meleleh di atas. Tira Miss U adalah
nama dari donat dengan topping tiramisu.
Menu-Menu di J.CO Donuts & Coffee

Salah satu Dessert berupa yoghurt yang ada di J.CO yang dinamakan J.Cool

F. Tujuan J.CO
1. Untuk memenuhi kebutuhan konsumen berdasarkan kelas sosial, gaya hidup, atau
ciri dalam rasa produk.
2. Untuk mendapatkan kepuasan hati melalui pelayanan, dan harga yang diberikan
kepada pelanggan.
3. Memberikan fasilitas seperti free WiFi, dan spot background sekedar untuk foto.

G. Sasaran J.CO
1. JCO Donuts & Coffee saat ini tak hanya di Indonesia, akan tetapi juga meluas ke
negara lain seperti Malaysia, Singapura, Filipina, dan Australia. Kedepannya JCO
Donuts & Coffee akan go internasional untuk memperluas pasar. JCO Donuts &
Coffee cenderung menyasar wilayah urban pernegara minimum 30 outlet pada
tahun 2020.
2. Masuk ke benua eropa untuk memperluas waralabanya dengan membuka
setidaknya 5 outlet di London.
3. Membuat jenis produk makanan yang baru.

H. Strategi Bisnis
J.CO membanggakan diri untuk menciptakan sebuah konsep café hidup yang
dinamis dan energik, stylish namun interaktif dan ramah kepada pelanggan, dan untuk
menggunakan bahan-bahan premium. Tidak semua perusahaan menemukan banyak
kesempatan untuk ditawarkan dan mendapatkan keuntungan kompetitif. Beberapa
perusahaan kecil menemukan banyak keuntungan yang mudah ditiru oleh pesaing
dan, oleh karena itu sangat mudah rapuh.
Solusi untuk kasus tersebut adalah perusahaan terus mengidentifikasi
keunggulan-keunggulan dan potensi mengintroduksinya satu per satu untuk membuat
pesaing kebingungan atau kekacauan. Perusahaan-perusahaan ini tidak mengharapkan
untuk mendapatkan keuntungan besar tetapi mendapatkan keuntungan kecil tapi
secara permanen, Menawarkan pasar dapat dibedakan dengan produk, layanan,
personel, atau gambar.
Dalam hal ini, J.CO melakukan strategi bisnis melalui:
 Pengembangan Produk
J.CO meningkatkan penjualan dengan cara memperbaiki atau mengembangkan
produk yang sudah ada. Strategi yang digunakan yaitu, pertama, pembuatan
produk langsung di tempat dengan menggunakan konsep modern seperti kafe
yang berada di Amerika di buatlah Open Kitchen, kedua, karena J.CO
memproduksi langsung di tempat yang berarti semua makanan masih fresh.
Kemudian dengan tema open kitchen maka membuat J.CO memiliki ciri khas
tersendiri dalah segi operasional. Dan yang ketiga, J.CO donuts & coffee
memiliki berbagai macam produk. Serta tiap donut diberi nama kreatif sesuai
dengan topping dan rasa. Ini membuat produk J.CO menciptakan sebuah
keunikan dan mudah diingat namanya.
Maka, J.CO mempermudah pembeli untuk melihat proses pembuatan produknya
hal ini menunjukkan bahwa J.CO ingin menciptakan interaksi yang baik pada
pembelinya.
 Differensiasi
J.CO melakukan strategi diferensiasi produk, diferensiasi layanan, dan
diferensiasi personil. Sebagai contoh, yang sudah dijelaskan pada point di atas,
diferensiasi produk yang dilakukan J.CO yaitu memproduksi donat yang ringan,
lembut, rasa yang sangat khas, dan sangat pas dalam hal ukuran donat serta nama
yang diberi setiap produk saying unik dan kreatif. Diferensiasi layanan di J.CO
yaitu memberi konsep open kitchen, hal ini beda dengan kafe lain, dan J.CO
sangat mengutamakan kualitas pelayanan terhadap pembeli.
Dimana dapat dilihat bahwa J.CO melakukan strategi diferensiasi yang tepat.
Maka dari itu, J.CO dapat memposisikan dirinya sebagai perusahaan market
leader. Diferensiasi yang tepat pula, para pesaing tidak dapat menjadi competitor
yang cukup tangguh bagi J.CO.

I. Rantai Nilai
Sebuah rantai nilai adalah rantai kegiatan perusahaan yang beroperasi di
industri tertentu yang dilakukan dalam rangka untuk memberikan produk yang
berharga atau layanan untuk pasar. Konsep ini berasal dari manajemen bisnis dan
pertama kali dijelaskan dan dipopulerkan oleh Michael Porter dalam buku best
sellernya pada tahun 1985, Competitive Advantage: menciptakan dan
mempertahankan kinerja unggul. Berikut adalah rantai nilai dari J.CO:

Gambar: Rantai Nilai dari J.CO


Logistik ke dalam
1. Supplier bahan baku: diterima oleh gudang kemudian di cek jumlah persediaan
yang tersedia, yang habis maupun yang ditambah.
2. Distribusi ke cabang: untuk memperluas pangsa pasar.
3. Penjualan: mengadakan promosi di momen tertentu seperti event ramadhan
mendapatkan merchandise, dll.
4. Pelayanan: memberikan pelayanan yang prima kepada pelanggan.
Operasi
1. Tenaga kerja yang profesional: merekrut karyawan yang handal sesuai
bidangnya masing-masing.
2. SOP berstandar ISO: memberikan kualitas produk yang sesuai standar.
Logistik ke luar:
1. Price: memberikan harga yang terjangkau bagi kalangan atas maupun bawah.
2. Display: memperkenalkan produk lewat Internet.
Pemasaran dan Penjualan:
1. Sosial media: produk dikenalkan lewat akun facebook, twitter, maupun website.
2. Layanan delivery order
Pelayanan
1. Member Card
2. Merchandise

J. Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi, berdasarkan logika yang dapat memaksimalkan kekuatan
(Strengths) dan peluang (Opportunities), dan secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats).

Strengths

1. JCO donuts and coffee adalah hasil dari inovasi produk dan penyesuaian dari
trend pasar
2. Jumlah gerai sudah tersebar luas di berbagai kota di Indonesia
3. Kualitas dari produk diakui terjaga dan aman dikonsumsi
4. Gerai yang terletak di tempat yang strategis
Weaknesses

1. Harga yang ditetapkan kurang menjangkau untuk kalangan menengah ke bawah


2. Hanya ada satu kasir di setiap gerai
3. Tempat yang biasa disediakan kurang luas
4. Tidak ada sistem Drive-Thru

Opportunities

1. Membuka kesempatan orang untuk berwaralaba franchise


2. Donat dengan konsep, bentuk dan rasa yang mirip dengan gerai donat USA
3. Dari sisi harga JCO cukup kompetitif JCO memakai strategi experiential
marketing lewat konsep open kitchen-nya.

Threats

1. Banyak jenis waralaba sejenis


2. Kafe dengan konsep seperti JCO sudah banyak dan ada bahkan tidak jauh dari
JCO sendiri
3. Pelayanan dari karyawan yang perlu ditingkatkan

K. Bisnis Proses J.CO

Anda mungkin juga menyukai