Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Beton adalah suatu bahan yang mempunyai kekuatan yang tinggi


terhadap tekan, tetapi sebaliknya mempunyai kekuatan relative sangat
rendah terhadap tarik. Beton tidak selamanya bekerja secara efektif
didalam penampang-penampang struktur beton bertulang, hanya bagian
tertekan saja yang efektif bekerja, sedangkan bagian beton yang retak
dibagian yang tertarik tidak bekerja efektif dan hanya merupakan beban
mati yang tidak bermanfaat.

Hal inilah yang menyebabkan tidak dapatnya diciptakan srtuktur-


struktur beton bertulang dengan bentang yang panjang secara
ekonomis, karena terlalu banyak beban mati yang tidak efektif.
Disampimg itu, retak-retak disekitar baja tulangan bisa berbahaya bagi
struktur karena merupakan tempat meresapnya air dan udara luar
kedalam baja tulangan sehingga terjadi karatan. Putusnya baja tulangan
akibat karatan fatal akibatnya bagi struktur.

Dengan kekurangan-kekurangan yang dirasakan pada struktur


beton bertulang seperti diuraikan diatas, timbullah gagasan untuk
menggunakan kombinasi-kombinasi bahan beton secara lain, yaitu
dengan memberikan pratekanan pada beton melalui kabel baja (tendon)
yang ditarik atau biasa disebut beton pratekan. Beton pratekan pertama
kali ditemukan oleh Eugene Freyssinet seorang insinyur Perancis. Ia
mengemukakan bahwa untuk mengatasi rangkak,relaksasi dan slip pada
jangkar kawat atau pada kabel maka digunakan beton dan baja yang
bermutu tinggi. Disamping itu ia juga telah menciptakan suatu system
panjang kawat dan system penarikan yang baik, yang hingga kini masih
dipakai dan terkenal dengan system Freyssinet.

1
Dengan demikian, Freyssinet telah berhasil menciptakan suatu
jenis struktur baru sebagai tandingan dari strktur beton bertulang.
Karena penampang beton tidak pernah tertarik, maka seluruh beban
dapat dimanfaatkan seluruhnya dan dengan system ini dimungkinkanlah
penciptaan struktur-struktur yang langsing dan bentang-bentang yang
panjang. Beton pratekan untuk pertama kalinya dilaksanakan besar-
besaran dengan sukses oleh Freyssinet pada tahun 1933 di Gare
Maritime pelabuhan LeHavre (Perancis). Freyssenet sebagai bapak
beton pratekan segera diikuti jejaknya oleh para ahli lain dalam
mengembangkan lebih lanjut jenis struktur ini,seperti:
a). Yves Gunyon
Yves Gunyon adalah seorang insinyur Perancis dan telah
menerbitkan buku Masterpiecenya “ Beton precontraint” (2 jilid) pada
tahun 1951. Beliau memecahkan kesulitan dalam segi perhitungan
struktur dari beton pratekan yang diakibatkan oleh gaya-gaya tambahan
disebabkan oleh pembesian pratekan pada struktur yang mana dijuluki
sebagai “Gaya Parasit” maka Guyon dianggap sebagai yang
memberikan dasar dan latar belakang ilmiah dari beton pratekan.
b). T.Y. Lin
T.Y. Lin adalah seorang insinyur kelahiran Taiwan yang
merupakan guru besar di California University, Merkovoy. Keberhasilan
beliau yaitu mampu memperhitungkan gaya-gaya parasit yang tejadi
pada struktur. Ia mengemukakan teorinya pada tahun 1963 tentang “
Load Balancing”. Dengan cara ini kawat atau kabel prategang diberi
bentuk dan gaya yang sedemikian rupa sehingga sebagian dari beban
rencana yang telah datetapkan dapat diimbangi seutuhnya pada beban
seimbang ini. Didalam struktur tidak terjadi lendutan dan karenanya tidak
bekerja momen lentur apapun, sedangkan tegangan beton pada
penampang struktur bekerja merata. Beban-beban lain diluar beban
seimbang (beban vertikal dan horizontal) merupakan “inbalanced load”,
yang akibatnya pada struktur dapat dihitung dengan mudah dengan
menggunakan teori struktur biasa. Tegangan akhir dalam penampang
didapat dengan menggunakan tegangan merata akibat “balanced” dan
tegangan lentur akibat “unbalanced load”. Tanpa melalui prosedur rumit
2
dapat dihitung dengan mudah dan cepat. Gagasan ini telah menjurus
kepada pemakaian baja tulangan biasa disamping baja prategang, yaitu
dimana baja prategang hanya diperuntukkan guna memikul akibat dari
inbalanced load.
Teori “inbalanced load” telah mengakibatkan perkembangan yang
sangat pesat dalam menggunakan beton pratekan dalam gedung-
gedung bertingkat tinggi. Struktur flat slab, struktur shell, dan lain-lain.
Terutama di Amerika dewasa ini boleh dikatakan tidak ada gedung
bertingkat yang tidak menggunakan beton pratekan didalam strukturnya.
T.Y. Lin juga telah berhasil membuktikan bahwa beton pratekan
dapat dipakai dengan aman dalam bangunan-bangunan didaerah
gempa, setelah sebelumnya beton pratekan dianggap sebagai bahan
yang kurang kenyal (ductile) untuk dipakai didaerah-daerah gempa,
tetapi dikombinasikan dengan tulangan baja biasa ternyata beton
pratekan cukup kenyal, sehingga dapat memikul dengan baik
perubahan-perubahan bentuk yang diakibatkan oleh gempa.
c). P.W. Abeles
P.W. Abeles adalah seorang insinyur Inggris, yang sangat gigih
mendongkrak aliran ”full prestressing”, karena penggunaanya tidak
kompetitif terhadap penggunaan beton bertulang biasa dengan
menggunakan baja tulangan mutu tinggi. Penggunaan full prestressing
ini tidak ekonomis, menurut berbagai penelitian biaya struktur dengan
beton pratekan dan full prestressing dapat sampai 3,5 atau 4 kali lebih
mahal dari pada struktur yang sama tetapi dari beton bertulang biasa
dengan menggunakan tulangan baja mutu tinggi. Dengan demikian
timbullah gagasan baru yang dikemukakan oleh P.W. Abeles untuk
mengkombinasikan prinsip pratekan dengan prinsip penulangan
penampang atau dikenal dengan nama “partial prestressing”. Yang
mana didalam penampang diijinkan diadakannya bagi tulangan, lebar
retak dapat dikombinasikan dengan baik.

3
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah adalah
sebagai berikut:
1. Pengertian Beton Prategang?
2. Aplikasi Beton Prategang pada bangunan Gedung?

1.3. Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui Pengertian Beton Prategang?
2. Mengetahui Aplikasi Beton Prategang pada bangunan Gedung?

1.4. Manfaat Penulisan


Adapun manfaat penulisan makalah ini, yaitu sebagai berikut:
1. Untuk menambah wawasan bagi pembaca tentang pengetahuan
Tentang Beton Prategang.
2. Mengetahui Pengaplikasian Beton Prategang pada bangunan
Gedung.
3. Mengetahui Bagaimana perkembangan dan teknologi Beton
Prategang.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Beton Prategang

Beton adalah suatu bahan yang mempunyai kekuatan tekan yang


tinggi, tetapi kekuatan tariknya relatif rendah. Sedangkan baja adalah
suatu material yang mempunyai kekuatan tarik yang sangat tinggi.
Dengan mengkombinasikan beton dan baja sebagai bahan struktur
maka tegangan telah dipikulkan kepada beton sementara tegangan tarik
dipikulkan kepada baja.
Beton prategang menurut beberapa peraturan adalah sebagai
berikut:
a. Menurut PBI – 1971
Beton prategang adalah beton bertulang dimana telah
ditimbulkan tegangan - tegangan intern dengan nilai dan
pembagian yang sedemikian rupa hingga tegangan - tegangan
akibat beton - beton dapat dinetralkan sampai suatu taraf yang
diinginkan.
b. Menurut Draft Konsensus Pedoman Beton 1998
Beton prategang adalah beton bertulang yang dimana telah
diberikan tegangan dalam untuk mengurangi tegangan tarik
potensial dalam beton akibat pemberian beban yang bekerja.
c. Menurut ACI
Beton prategang adalah beton yang mengalami tegangan
internal dengan besar dan distribusi sedemikian rupa sehingga
dapat mengimbangi sampai batas tertentu tegangan yang
terjadi akibat beban eksternal.
A. PRINSIP DAN CARA KERJA BETON PRATEGANG

Untuk memberikan memberikan gaya konsentris pada beton


prategang bisa dilakukan dengan dua cara yaitu :

5
a. Pre-tensioned Prestressed Concrete (pratarik), ialah konstruksi
dimana tendon ditegangkan dengan pertolongan alat
pembantu sebelum beton mengeras dan gaya konsentris
dipertahankan sampai beton cukup keras.
b. Post-tensioned Prestressed Concrete (pasca tarik), adalah
konstruksi dimana setelah betonnya cukup keras, barulah
dberikan gaya konsentris dengan menarik kabel tendon.

1. Pre-Tensioning ( Pra Tarik)

Metode ini baja prategang diberi gaya prategang dulu sebelum


beton dicor, oleh karena itu disebut pretension method. Adapun prinsip
dari Pratarik ini secara singkat adalah sebagai berikut :

Tahap 1: Siapkan bekisting (formwork) yang telah lengkap


dengan lubang untuk kabel tendon (tendon duct) yang dipasang
melengkung sesuai bidang momen balok, setelah itu beton dicor
(gambarA).

Tahap 2 : Setelah beton di cor dan sudah bisa memikul berat sendiri,

6
tendon atau kabel prategang dimasukkan ke dalam Lubang Tendong
(tendon duct), selanjutnya ditarik untuk mendapatkan gaya prategang.
Metode pemberian gaya prategang adalah dengan cara mengikat salah
satu angker, kemudian ujung angker lainnya ditarik (ditarik dari satu sisi).
tetapi ada pula yang ditarik dikedua sisinya kemudiang diangker secara
bersamaan. Setelah diangkur kemudiang dilakukan grouting pada
lubang angker tadi (Gambar B).

Tahap 3 : Setelah diangkur, balok beton menjadi tertekan, jadi gaya


konsentris telah ditransfer kebeton. Karena tendon dipasang
melengkung, maka akibat gaya konsentris tendon memberikan beban
merata kebalok yang arahnya keatas, akibatnya bentuk balok
melungkung keatas (gambar C).

Untuk memudahkan transportasi dari pabrik ke site, maka biasanya


beton prategang dibuat dengan sistem post-tension ini dilaksanakan
secara segmental ( balok dibagi-bagi menjadi beberapa bagian,
misalnya perbagian dibuat dengan panjang 1 sampai dengan 3 m ).

B. TAHAP PEMBEBENAN

Tidak seperti beton konvensioanl, beton prategang mengalami beberapa


tahap pembebanan. Pada setiap tahap pembebanan harus dilakukan
pengecekan atas kondisi serat tekan dan serat tarik dari setiap
penampang. Pada tahap tersebut berlaku tegangan ijin yang berbeda-
beda sesuai kondisi beton dan tendon. Ada dua tahap pembebanan
pada beton prategang, yaitu transfer dan service.

1. Tahap transfer adalah tahap pada saat beton sudah mulai


mengering dan dilakukan penarikan kabel prategang. Pada saat ini
biasanya yang bekerja hanya beban mati struktur, yaitu berat sendiri
struktur ditambah beban pekerja dan alat. Pada saat ini beban hidup
belum bekerja sehingga momen yang bekerja adalah minimum,
sementara gaya yang bekerja adalah maksimum karena belum ada
kehilangan gaya prategang.

7
2. Kondisi service (servis) adalah kondisi pada saat beton
prategang digunakan sebagai komponen struktur. Kondisi ini dicapai
setelah semua kehilangan gaya prategang dipertimbangkan. Pada saat
ini beban luar pada kondisi yang maksimum sedangkan gaya pratekan
mendekati harga minimum.

C. MATERIAL BETON PRATEGANG

1. Beton adalah hasil dari pencampuran beberapa material


berupa semen, air dan agregat. dengan perbandingan berat campuran
agregat kasar 44%, agregat halus 31%, semen 18%, dan air 7%. setelah
28 hari beton akan mencapai kekuatan yang ideal yang disebuta kuat
tekan karakteristik. Kuat tekan karakteristik adalah tegangan yang telah
melampaui 95% dari pengukuran kuat tekan uniaksial yang diambil dari
tes penekanan standar, yaitu dengan kubus ukuran 15x15 cm, atau
siliner dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Beton yang digunakan
untuk beton prategang adalah beton yang mempunyai kekuatan tekan
yang tinggi dengan nilai f’c minimal 30 Mpa.
2. Baja : material baja yang biasa digunakan dalam pembuatan
beton prategang adalah sebagai berikut K

 PC Wire, biasanya digunakan untuk baja prategang pada beton


prategang dengan sistem pratarik.
 PC Strand, biasanya digunakan untuk baja prategang untuk
beton prategang dengan sistem pascatarik.
 PC BAR, biasanya digunakan untuk baja prategang pada beton
prategang dengan sistem pratarik.
 Tulangan biasa, yaitu tulangan yang bisa dipakai untuk beton
konvensional seperti besi polos dan besi ulir.

8
D. KEUNGGULAN BETON PRATEGANG

Beton Prategang (Prestressed concrete) mempunyai beberapa


keunggulan bila dibandingkan dengan beton konvensional biasa, antara
lain:

1. Kelebihan dari segi teknis :

 Terhindarnya retak terbuka didaerah tarik, sehingga beton


prategang akan lebih tahan terhadap korosi.
 Kedap air, bagus digunakan untuk proyek yang dekat dengan
perairan.
 Karena terbentuknya lawan lendut akibat gaya prategang
sebelum beban rencana bekerja, maka lendutan akhir setelah
beban rencana bekerja, akan lebih kecil dari pada beton
bertulang biasa.
 Efisien karena dimensi penampang struktur akan lebih kecil
atau langsing, sebab seluruh luas penampang dipergunakan
secara efektif.
 Jumlah penggunaan baja jauh lebih sedikit dari pada jumlah
berat besi penulangan pada konstruksi beton konvensional
biasa.
 Ketahanan terhadap geser dan ketahanan terhadap puntirnya
meningkat.

Kelebihan dari segi teknis ini akan mempengaruhi biaya untuk


memproduksi beton prategang itu sendiri, dan dari segi
ekonomis beton prategang juga memiliki beberapa kelebihan
antara lain :

 Volume beton yang digunakan untuk produksi beton prategang


lebih sedikit
 Jumlah baja/besi yang digunakan untuk produksi beton
prategang sedikit.

9
 Beton prategang akan lebih menguntungkan jika dibuat dalam
jumlah besar
 beton prategang hampir tidak memerlukan biaya pemeliharan,
lebih tahan lama karena, dapat membuat balok dengan
bentang yang lebih panjang.
 Dengan menggunakan beton prategang bisa menghemat waktu
pelaksanaan konstruksi.

2.2 Aplikasi Beton Prategang Pada Bangunan

a. Plat Lantai Gedung

Sistem pelat beton prategang secara ideal cocok untuk konstruksi


lantai dan atap bangunan-bangunan industri dimana beban-beban hidup
yang harus dipikul mempunyai tingkat yang lebih tinggi dan diinginkan
luas lantai yang tidak terpotong untuk alasan – alasan mana diperlukan
bentangan yang lebih panjang diantara unsur-unsur tumpuannya.

Pelat inti berongga prategang pracetak dengan atau tanpa lapisan


atas adalah elemen-elemen struktural dalam konstruksi industri dan
gedung panil besar. Pelat tersebut yang diproduksi pada tempat-tempat
pengecoran panjang dengan memakai sistem pratarik dan dipotong
menjadi bagian-bagian dengan panjang bentangan tertentu yang lebih
pendek, terutama dipakai dalam lantai satu arah yang dipikul secara
bebas oleh dinding-dinding atau balok-balok transversal.

Pelat inti pratarik pracetak dengan berbagai tipe rongga dipakai


secara luas sebagai panil-panil lantai dari bangunan-bangunan sipil dan
industri di Uni Soviet. Panil-panil berongga dari tipe lubang lonjong lebih
ekonomis untuk bentang yang lebih besar karena berisi volume beton
paling sedikit dibandingkan dengan panil-panil berlubang bundar.

Pita pita beton prategang telah dipakai sebagai perkuatan untuk


pelat inti berongga. Pita-pita ini terdiri dari kawat atau strand yang ditarik
dan ditanam dalam beton bermutu tinggi dengan penampang melintang
bintang atau persegi panjang dengan dimensi 40 mmsampai 80 mm.

10
Pemasukan elemen-elemen pratarik di daerah tarik batang lentur beton
akan menghasilkan suatu peningkatan yang nyata dalam beban-beban
yang menyebabkan retakan 1yang nampak pada beton yang dicor

ditempat.

Panil-panil atap yang berukuran besar dan mempunyai rusuk-


rusuk dalam arah tegak lurus dipakai untuk bentangan sampai dengan
12 m. Salah satu aplikasinya adalah pada panil atap berusuk secara
khas berukuran 3m x 12 m yang umum dipakai di Uni Soviet.

11
Panil-panil pelat T tunggal dan ganda prategang telah dipakai
secara luas untuk struktur-struktur industri di A.S karena keuntungannya
yang mencolok dalam hal kecepatan konstruksinya. Unit-unit monolitik
yang menggabungkan balok dan pelat dapat dipakai untuk bentangan
yang bervariasi dari 6 m sampai 25 m. Di A.S dimana sering dipilih
bentangan yang panjang, unit T ganda diterima secara luas untuk
dipakai dalam instalasi pembuatan makanan, instalasi perawatan,
gudang, dan industri mobil dimana beban-beban layannya melampaui 5
Kn/m2. unit-unit T ganda dan tunggal jga dapat dipakai sebagai unit-unit
dinding.

12
Konstruksi pelat angkat (lift slab) telah dipakai secara luas di A.S
selama 2 dasawarsa terakhir. Pelat datar dicor dan diberi prategang di
atas tanah dan kemudian diangkat ke kedudukannya dengan dongkrak-
dongkrak hidrolik yang dipasang di atas kolom-kolom. Pemberian
prategang pada pelat menerus dua arah mengurangi tebalnya,
membatasi lendutan dan mengurangi retak-retak pada pelat. Pelat
angkat beton prategang padat pada umumnya paling ekonomis untuk
bentangan dengan batas – batas antara 6 m sampai 10 m.

Beton prategang sangat cocok untuk membentuk lantai dengan


panil ceruk (coffer)* atau kisi (grid) dengan rusuk dua arah pada beton
yang diberi pasca tarik. Lantai kisi beton prategang lebih langsing, siap
dipertanggungjawabkan untuk penanganan artistik, dan mempunyai
lendutan lebih kecil di bawah beban-beban kerja akibat pengaruh
kombinasi prategang dalam arah-arah utama. Pelat beton prategang
dengan panil ceruk ternyata lebih murah bila dibandingkan dengan kisi-

13
kisi beton bertulang untuk sistem lantai dari bangunan-bangunan
perdagangan dan industri.

*coffer = panil pada langit-langit yang menjorok ke dalam untuk


dekorasi.

14
b. Precast Concrete U Grider Pada Jembatan FlyOver

 Tahapan Pekerjaan Fabrikasi Precast Concrete U Grider


Berikut merupakan langkah – langkah prosedur fabrikasi precast
concrete U Grider :
1. Pemasangan tulangan memanjang dan melintang grider.
2. Menentukan ordinat tendon prestress sesuai gambar kerja.
Ordinat diukur dari bottom rebar grider ke as tendon (Y1) atau bagian
bawah tendon (Y2). Titik ordinat tersebut ditandai (marking) dengan
mengunakan cat, spidol, atau sejenisnya.

Gambar 1 : Penentuan Koordinat titik duct tendon


3. Memasang Support bar dengan cara mengikat support bar ke
tulangan geser/sengkang berdasarkan posisi yang telah di
marking.
4. Menyambung duct sesuai dengan Tipe dan panjang tendon yang
direncanakan dengan menggunakan coupler duct dan masking
tape/ clotch tape.
5. Memasukkan duct kedalam tulangan balok, kemudian duct diikat
ke support bar dengan menggunakan kawat ikat.
6. Memasukkan duct kedalam tulangan grider, kemudian duct diikat
ke support bar dengan menggunakan kawat ikat.

15
Gambar 2 : Instalasi Duct

7. Memasang casting pada posisi angkur hidup, sebelumnya casting


dipasang terlebih dahulu pada box casting yang terbuat dari
multiplek.
8. Memasang bursting steel pada posisi angkur hidup dan angkur
mati. Bursting steel merupakan tambahan penulangan yang
berfungsi sebagai penahan gaya radial untuk mencegah
terjadinya retak/pecah pada saat stressing.
9. Menyambut duct ke casting dengan menggunakan masking tape /
cloctch tape. Masking tape berfungsi untuk mencegah masuknya
air semen kedalam duct.
10. Memasang PE grout untuk lubang inlet/outlet saat grouting.
11. Inspeksi bersama kontraktor dan konsultan untuk memeriksa
ordinat tendon prestress dan kelengkapan aksesorisnya.

16
Gambar 3 : Grider siap di Cor

12. Pemasangan formwork grider


13. Pengecoran

17
Gambar 4 : Grider yang telah dicor dan akan dipindahkan

 PEKERJAAN PRESTRESSING OLEH VOORSPAN SYSTEM


LOSINGER

I. Material Prestressing
1. Strand
Beberapa Steel wire yang disatukan secara spiral menjadi satuan
kabel strand.
2. Duct
Pembungkus strand dengan bahan dasar “galvanized zinc”
yang dibentuk berupa pipa berulir

18
Gambar 5 : Duct pembungkus tendon

3. Angkur – Angkur
Terdiri dari dua macam yaitu angkur hidup dan angkur mati

Gambar 6 : Angkur Hidup

Gambar 7 : Angker Mati

19
4. Non Shrink additive untuk grouting
Mixing beton yang digunakan untuk mengisi selongsong / duct
setelah stressing dengan campuran semen, air, additive.

II. Peralatan Pekerjaan Prestressing


Untuk persiapan pekerjaan stressing kabel strand diperlukan
kelengkapan alat. Adapun alat yang digunakan adalah:
1. Hydrolic Pum, PE 550 ( 1 Phase)
Power : 10 A
Voltage : 220 Volt
Max Pressure : 10.000 Psi
Capacity Tank : 9 Liter

Gambar 8 : Hydrolic Pump PE 550 ( 1 Phase)

2. Hydrolic Jack TCH


Capacity : 20 T
Piston Area “Pull” :4.248 𝑚𝑚2
Piston Area “return” : 3.016 𝑚𝑚2
Weight : 17 Kg
Stroke : 300 mm

20
Gambar 9 : Hydrolic Jack TCH
3. Hydrolic Jack SA 507 / ZPE – 7 / A (7S)
Capacity : 105 T
Pull :393 bar
Pull max : 492 bar
Return Max : 492 bar
Tensionning Press : 690 Bar
Piston area “pull” : 20.360 𝑚𝑚2
Piston area “return” : 9.750 𝑚𝑚2
Weight : 140 kg
Stroke : 160 mm

Gambar 10 : Hydrolic Jack SA 507 / ZPE – 7 / A (7S)

21
 ERECTION PC U GRIDER DENGAN PORTAL HOISE
Sebelum dilakukan pekerjaan erection dengan menggunakan portal hoise,
ada beberapa hal yang harus dipersiapkan yaitu:
1. Survei lapangan
 Penetapan penempatan stock grider
 Penetapan jalan portal hoise
 Penetapan penempatan kaki portal hoise tanah harus keras
 Membuat metode kerja, system pelaksanaan erection dengan portal
hise
2. Persiapan Lokasi Kerja
 Persiapan material dan alat pendukung pekerjaan erection
 Persiapan lokasi kerja penempatan setting portal dan hoise crane
 Persiapan lokasi penempatan stock grider dan jalan portal harus
betul-betul padat dan rata
 Lokasi kerja erection kemiringan tanah tidak lebih dari 5 %
 Penempatan stock grider dibawah jembatan dan diatur sesuai
rencana
 Susunan penempatan stock grider harus disesuaikan dengan urutan
erection
 Mengukur jarak bentangan apakah sudah sesuai dengan grider yang
akan dipasang
 Grouting penempatan bearing pad harus rata dan penempatan
bearing pad diberi tanda yang jelas
 Mengukur jarak aman portal gantry terhadap jalan lalu lintas
kendaraan
 Perencanaan manajemen traffic meliputi (SMK3 dan 5R)
3. Periapan Stock grider
o Menentukan lokasi stock grider sesuai dengan kondisi actual ruang
yang ada
o Pengaturan posisi letak grider sebelum di stressing
o Lokasi penempatan stock grider harus benar – benar padat dan rata
o Penempatan stock grider diantara antar pier/pilar sebagian sisi kiri,
dan sebagian sisi kanan

22
o Susunan penempatan grider disesuaikan urutan erection
o Stock grider disetting diatas sleeper dengan posisi sejajar dengan
jembatan
o Pondasi stressing bagian ujung harus betul – betul kuat.

PROSES ERECTION :

1. Pelaksanaan penyetelan portal dilokasi pengangkatan


2. Pemasangan sabuk angkat grider
3. Tes beban angkat
4. Proses pengangkatan grider
5. Proses perletakan grider diatas bearing pad
6. Pengangkatan grider selanjutnya

 PROSEDUR KERJA STRESSING


1. PEKERJAAN INSTALASI
Pemasangan strand mengikuti pekerjaan pembesian balok. Tahapan
pekerjaan pemasangan strand adalah sebagai berikut :
 Pemasangan Scaffolding
 Pemasangan formwork/bekesting
 Pemasangan tulangan memanjang balok
 Menentukan ordinat tendon prestress sesuai gambar kerja. Ordinat
diukur dari dasar bekesting balok ke as tendon atau bagian bawah
tendon. Titik ordinat tersebut ditandai/marking dengan menggunakan
cat/spidol
 Memasang support bar dengan cara mengikat support bar ke
tulangan geser/ sengkang berdasarkan posisi yang telah di marking
 Menyambung duct sesuai dengan tipe dan panjang tendon yang
direncanakan dengan mengunakan coupler duct dan cloth tape
 Memasukkan duct kedalam tulangan balok, kemudian duct diikat ke
support bar dengan menggunakan kawat ikat
 Memasang casting pada posisi angkur hidup, sebelumnya casting
dipasang terlebih dahulu pad box casting yang terbuat dari multiplek

23
 Memasang bursting steel pada posisi angkur hidup dan angkur mati,
bursting steel merupakan tambahan penulangan pada saat stressing
 Menyambung duct ke casting dengan menggunakan cloth tape. Cloth
tape berfungsi untuk mencegah masuknya air semen ke dalam duct
 Memasukkan strand kedalam duct dengan cara menusuk strand satu
per satu dari arah angkur mati kea rah angkur hidup hingga tercapai
jumlah starnd sesuai dengan rencana. Untuk tendon panjang >50 m
maka strand dapat dimasukkan melalu tengah bentang
 Memasang U plate untuk angkur mati tipe h dapat langsung dipasang
sesuai dengan posisi dalam gambar kerja
 Memasang grout vent dan pe grout untuk lubang inlet/outlet saat
grouting
 Pembuatan stressing pocket (lubang untuk stressing berdasarkan
ukuran dan tipe tendon stressing
 Inspeksi bersama kontraktor dan konsultan untuk memeriksa ordinat
tendon prestress dan kelengkapan aksesorisnya
 Persetujuan kontraktor/konsultan, kemudian pengecoran
2. PEKERJAAN STRESSING
 Ijin pelaksanaan stressing dari Main Kontraktor dengan dilampiri hasil
pengujian kuat tekan beton.
 Pembongkaran bekesting pada stressing pocket hingga posisi casting
terbuka dan benar-benar bersih dari sisa pengecoran
 Persiapan peralayan stressing pada titik- titik penarikan dan lampu
penerangan jika stressing dilakukan pada malam hari dari atau pada
area yang kurang terang
 Pemasangan platform stressing dan penggantung jack
 Pemasangan anchor blok sesuai dengan tipe tendon
 Memasang wedges / baji pada lubang – lubang anchor block. Wedges
terlebih dahulu dilumuri dengan grease/gemuk
 Memasang chair di belakang anchor block agara posisi wedges bebas
pada saat penarikan
 Stressing jack dipasang dan dirapatkan kea rah casting sehingga
posisi casting , anchor head dan stressing head rapat

24
Gambar 12 : Pekerjaan persiapan pra stressing

 Mempersiapkan form – form pencatatan hasil penarikan, alat tulis


dan kalkulator. Kemudian menghubungkan hydrolic pump dengan
power listrik untuk pelaksanaan stressing
 Selama stressing dicatat pembacaan manometer dan
perpanjangan strand yang terjadi pada formulir stressing.
 Data yang dicatat dibandingkan dengan perhitungan teoritis da
nada batasan bahwa deviasi terhadap teoritis tidak boleh lebih (+)
atau kurang (-) dari 7%
 Jika terjadi deviasi kurang (-) dari 7% maka langsung diadakan
penarikan ulang tanpa melepas/menghilangkan gaya yang sudah
ada. Dan jika terjadi deviasi lebih dari (+) 7% maka hasil stressing
akan digambarkan pada sebuah grafik untuk melihat penyebab
terjadinya penyimpangan tersebut
 Hasil pencatatan stressing akan diserahkan kepada pihak
konsultan pengawas untuk dievaluasi dan pekerjaan selanjutnya
baru dapat dilaksanakan setelah pekerjaan stressing disetujui dan
diterima oleh pengawas
 Pekerjaan selanjutnya adalahn menutup anchor block/barrel
dengan adukan semen untuk persiapan pekerjaan grouting

25
Gambar 13 : Metode Stressing

3. PEKERJAAN GROUTING
Grouting adalah proses pengisian rongga udara antara strand
dengan duct dan rongga pada bagian dalam casting dengan bahan
grout. Tujuannya adalah untuk menjaga bahaya korosi juga untuk
mengikat strand dengan beton disekelilingnya menjadi satu kesatuan.
Digunakan campuran semen dengan air dan ditambahkan non shrinkage
additives.
1. Ijin pelaksanaan grouting
2. Persiapan material grouting diantaranya semen PC, air bersih dan
additive. Banyaknya material disesuaikan dengan komposisi yang
telah disetujui

26
3. Persiapan lubang-lubang inlet dan outlet serta membersihkan jika
ada sumbatanpada lubang tersebut
4. Air dimasukkan kedalam mixer, disusul semen PC dan additive
kemudian diaduk hingga mencapai campuran yang homogen.
5. Grout pump dihubungkan dengan lubang inlet dengan
menggunakan hose dan selang grouting
6. Mortar grouting dipompa kedalam tendon melalui lubang inlet
hingga keluar melalui lubang outlet benar-benar kental lalu tutup
lubang tersebut beberapa saat.

Gambar 14 : Proses Grouting PC U Grider

27
7. Setelah tekanan pada manometer grout pump mencapai 5 Mpa,
tekuk PE grout pada lubang inlet dan ikat dengan kawat ikat
sehingga rapat
8. Setelah hasil grouting diterima maka strand pada stressing lenght
dapat dipotong setelah 12 jam

Gambar 15 : Pemotongan kabel Strand

4. PROSEDUR KERJA ERECTION GRIDER


Erection PC U Girder dengan menggunakan sistem Portal Hoise
merupakan pengembangan dari sistem Mobile Crane, dimana
karena faktor lokasi dan juga biaya pelaksanaan maka untuk
mengatasinya dengan cara membuat peralatan pengganti Mobile
Crane. Langkah-langkah untuk melaksanakan pekerjaan erection
PC U Girder dengan sistem portal hoise adalah sebagai berikut :
a. Sistem erection PC U Girder
Sistem erection PC U Girder dilakukan dengan mengangkat girder
ke atas pier jembatan layang dengan mengunakan portal hoise.

28
Gambar 16 : Model Portal Hoise

b. Pemasangan Portal Hoise


 Memasang kaki portal diaspal atau ditanah dengan diberi alas
pondasi dengan tinggi serta lebar portal disesuaikan dengan
ukuran jembatan laying
 Mesin gantry pengangkat memakai roda trolly dipasang diatas
portal untuk pengangkatan dan penggeseran girder
 Pemasangan portal dilakukan oleh subkon pembuat portal hoise,
hingga siap difungsikan.
 Portal hoise crane bisa bergerak ke arah memanjang dan arah
melintang jalan.
 Jarak Hoise crane terhadap pilar menyesuaikan titik angkat girder.
Posisi portal masing-masing berada diatas titik angkat girder.
c. Pengangkatan girder memakai gantry crane
 Sling angkat mesin gantry crane dikaitkan ke titik angkat girder
 Mesin gantry crane dengan tenaga motor elektrik mengangkat
girder keatas pier sampai posisi girder sejajar dengan tinggi pier
 Pengangkatan girder dilakukan pelan-pelan, dilihat ketepatan
posisinya.

29
 Pengangkatan ujung-ujung girder secara bersamaan.
 Pengangkatan girder sesuai urutan pengangkatan.

Gambar 17 : Pengangkatan Balok PC U Grider


d. Menggeser girder dan menempatkan ke posisi dudukannya
 Trolly Gantry crane dengan tenaga motor elektrik berjalan
membawa girder keatas pier
 Girder digeser sampai pada posisi letaknya
 Memastikan posisi girder sudah tepat pada letaknya
 Lantai dudukan bearing harus benar-benar rata
 Memasang bearing pad harus sesuai dengan tanda yang telah
dibuat
 Girder diturunkan pelan-pelan dan dilihat ketepatan posisinya

30
Gambar 18 : Proses Penggeseran Balok PC U Grider Ketempatnya

e. Finishing dengan memasang brussing pengaman girder


 Mengontrol ulang untuk memastikan letak serta posisi girder
terpasang dengan sempurna
 Jika dirasa pemasangan girder sudah benar-benar sempurna
maka dapat dipasang pengaman brussing dengan menggunakan
besi beton dilas antara back wall dengan shear konektor.

2.3 Prosedur Perencanaan

Ada dua metode perencanaan struktur beton, yaitu metode beban


kerja (working stress method) dan metode beban batas (limit states
method). Metode beban kerja dilakukan dengan meghitung tegangan
yang terjadi dan membandigkan dengan tegangan ijin yang
bersangkutan. Apabila tegangan yang terjadi lebih kecil dari tegangan
yang diijinkan maka dinyatakan aman. Dalam menghitung tegangan,
semua beban tidak dikalikan dengan faktor beban. Tegangan ijin
dikalikan dengan suatu faktor kelebihan tegangan (overstress factor).

31
Untuk struktur beton, metode ini diterapkan pada Peraturan Beton
Indonesia (PBI 1971).
Metode beban kerja didasarkan pada batas-batas tertentu yang
bisa dilampaui oleh suatu sistem struktur. Batas-batas tersebut, terutama
adalah kekuatan, kemampuan layan, keawetan, ketahanan terhadap api,
ketahanan terhadap beban kelelahan dan persyaratan khusus yang
berhubungan dengan sistem struktur tersebut. Setiap batas dinyatakan
aman apabila aksi rencana lebih kecil dari kapasitas komponen struktur.
Aksi rencana dihitung dengan menggunakan faktor reduksi kekuatan.
Peraturan beton saat ini menggunakan pendekatan ini, termasuk di
Indonesia, SNI T15-1991-03, atau edisi barunya, SNI 03-2874-2002.
Beban pada struktur umumnya terdiri dari beban mati, beban
hidup, beban angin, prategang, gempa, tekanan tanah, tekanan air, dan
lain-lain. Beban yang digunakan dalam desain struktur dikalikan dengan
suatu faktor beban dalam suatu kombinasi pembebanan. Berikut ini
kombinasi pembebanan dari beberapa peraturan untuk tahap batas
kekuatan (Strength Limit States).
SNI 03-2874-2002 kode Indonesia.
Beban Mati : U = 1,4 D
Beban Mati dan Hidup : U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (A atau R)
Beban Angin : U = 1,2 D + 1,0 L + 1,6 W + 0,5 (A
atau R)
Gempa : U = 1,2 D + 1,0 L ± 1,0 E atau 0,9
D ± 1,0 E
ACI 318-83 (1983) Peraturan Amerika Serikat.
Beban Mati dan Hidup : U = 1,4 D + 1,7 L
Beban Angin : U = 0,75 (1,4 D + 1,7 L + 1,7 W) atau
0,9 D + 1,3 W
Gempa : U = 0,75 (1,4 D + 1,7 L + 1,1 E) atau
0,9 G + 1,1 E
Tekanan Tanah : U = 1,4 D + 1,7 L + 1,7 E atau 0,9 D
+ 1,7 E

32
D. Material Beton Prategang

Beton adalah campuran air, semen dan agregat serta suatu


beban tambahan. Setelah beberapa jam dicampur, bahan-bahan
tersebut akan langsung mengeras sesuai bentuk pada waktu basahnya.
Campuran tipikal untuk beton dengan perbandingan berat adalah
agregat kasar 44 %, agregat halus 31 %, dan air 7 %. Kekuatan beton
ditentukan oleh kuat tekan karakteristik, pada usia 28 hari f’c. Kuat tekan
karakteristik adalah tegangan yang melampaui 95 % dari pengukuran
kuat tekan uniaksial yang diambil dari tes penekanan standar, yaitu
dengan kubus ukuran 150 x 150 mm, atau silinder dengan diameter 150
mm dan tinggi 300 mm. Pengukuran kekuatan dengan kubus adalah
lebih tinggi daripada dengan silinder. Rasio antara kekuatan silinder dan
kubus adalah 0,8.
Beton yang digunakan untuk beton prategang adalah yang
mempunyai kekuatan tekan yang cukup tinggi dengan nilai f’c antara 30-
45 Mpa. Kuat tekan yang tinggi diprelukan untuk menahan tegangan
tekan pada serat tertekan, pengangkuran tendon, mencegah terjadinya
keretakan, mempunyai modulus elastisitas yang tinggi dan mengalami
rangka lebih kecil.

 Baja
Baja yang dipakai untuk beton prategang dalam taktik ada empat
macam, yaitu :
1. Kawat tunggal (wires), biasanya digunakan untuk baja
prategang pada beton prategang dengan sistem pratarik.
2. Untaian Kawat (strand), biasanya digunakan untuk baja
prategang untuk beton prategang dengan sistem pascatarik
3. Kawat Batangan (bars), biasanya digunakan untuk baja
prategang pada beton prategang dengan sistem pratarik.
4. Tulangan biasa, sering digunakan unutk tulangan non-
prategang (tidak ditarik), seperti tulangan memanjang,
sengkang, tulangan untuk pengangkuran dan lain-lain.

33
Kawat tunggal yang dipakai untuk beton prategang adalah yang
sesuai dengan spesifikasi ASTM A 421 di Amerika Serikat. Ukuran dari
kawat tunggal bervariasi dengan diameter 3-8 mm, dengan tegangan
tarik (fp) antara 1500 – 17000 Mpa, dengan modulus elastisitas Ep = 200
x 10³ Mpa. Untuk tujuan desain, tegangan leleh dapat diambil sebesar
0,85 dari tegangan tariknya (0,85 fp).

E. Perhitungan Tegangan Serat Pada Balok Prategang Dengan


Metode Dasar
Contoh 1
Sebuah balok T ganda 10LDT4 pratarik tanpa topping yang
ditumpu sederhana mempunyai bentang 64 ft (19,51 m) dan geometri.
Balok tersebut mengalami beban mati terbagi merata tambahan WSD
dan beban hidup WL sehingga totalnya adalah 420 plf (6,13 KN/m).
Prategang awal sebelum kehilangan adalah ƒpi = 0,70 ƒpu = 189.000 psi
(1303 Mpa) dan prategang efektif sesudah kehilangan adalah ƒpe =
150.000 psi (1034 Mpa). Hitungan tegangan serat ditengah bentang
akibat .
a) Prategang penuh awal tanpa beban gravitasi eksternal
b) Kondisi beban kerja akhir apabila kehilangan prategang telah
terjadi.
Data tegangan ijin adalah sebagai berikut :
ƒc’ = 6000 psi, beton ringan (41,4 Mpa)
ƒpu = 270.000 (1862 Mpa) = kuat tarik tendon yang ditetapkan
ƒpy = 220.000 psi (1517 Mpa) = kuat leleh tendon yang ditetapkan
ƒpe = 150.000 psi (1034 Mpa)
ƒt = 12 √ƒ’c = 930 psi (6,4 Mpa) = tegangan tarik izin malsimum di
beton
ƒci’ = 4800 psi (33,1 Mpa) = kuat tekan beton pada saat
prategang awal
ƒci = 0,6 ƒci’ = 2880 psi (19,9 Mpa) = tegangan izin maksimum di
beton pada saat prategang awal.
ƒc = 0,45 ƒc’ = tegangan tekan ijin maksimum di beton pada
kondisi beban kerja

34
Asumsikan bahwa tendon dengan 10 strands tujuh kawat
berdiameter 1/2 in (12,7 mm) dengan pola strand 108-D1 digunakan
pada balok prategang ini.
Ac = 449 in.² (2915 cm²)
Ic = 22.469 in
r ² = Ic / Ac = 50,04 in²
cb = 17,77 in. (452 mm)
ct = 6,23 in. (158 mm)

35
BAB III
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Beton adalah suatu bahan yang mempunyai kekuatan yang tinggi
terhadap tekan, tetapi sebaliknya mempunyai kekuatan relative sangat
rendah terhadap tarik. Beton tidak selamanya bekerja secara efektif
didalam penampang - penampang struktur beton bertulang, hanya bagian
tertekan saja yang efektif bekerja, sedangkan bagian beton yang retak
dibagian yang tertarik tidak bekerja efektif dan hanya merupakan beban
mati yang tidak bermanfaat.

36

Anda mungkin juga menyukai