BAB II Beton Prategang
BAB II Beton Prategang
PENDAHULUAN
1
Dengan demikian, Freyssinet telah berhasil menciptakan suatu
jenis struktur baru sebagai tandingan dari strktur beton bertulang.
Karena penampang beton tidak pernah tertarik, maka seluruh beban
dapat dimanfaatkan seluruhnya dan dengan system ini dimungkinkanlah
penciptaan struktur-struktur yang langsing dan bentang-bentang yang
panjang. Beton pratekan untuk pertama kalinya dilaksanakan besar-
besaran dengan sukses oleh Freyssinet pada tahun 1933 di Gare
Maritime pelabuhan LeHavre (Perancis). Freyssenet sebagai bapak
beton pratekan segera diikuti jejaknya oleh para ahli lain dalam
mengembangkan lebih lanjut jenis struktur ini,seperti:
a). Yves Gunyon
Yves Gunyon adalah seorang insinyur Perancis dan telah
menerbitkan buku Masterpiecenya “ Beton precontraint” (2 jilid) pada
tahun 1951. Beliau memecahkan kesulitan dalam segi perhitungan
struktur dari beton pratekan yang diakibatkan oleh gaya-gaya tambahan
disebabkan oleh pembesian pratekan pada struktur yang mana dijuluki
sebagai “Gaya Parasit” maka Guyon dianggap sebagai yang
memberikan dasar dan latar belakang ilmiah dari beton pratekan.
b). T.Y. Lin
T.Y. Lin adalah seorang insinyur kelahiran Taiwan yang
merupakan guru besar di California University, Merkovoy. Keberhasilan
beliau yaitu mampu memperhitungkan gaya-gaya parasit yang tejadi
pada struktur. Ia mengemukakan teorinya pada tahun 1963 tentang “
Load Balancing”. Dengan cara ini kawat atau kabel prategang diberi
bentuk dan gaya yang sedemikian rupa sehingga sebagian dari beban
rencana yang telah datetapkan dapat diimbangi seutuhnya pada beban
seimbang ini. Didalam struktur tidak terjadi lendutan dan karenanya tidak
bekerja momen lentur apapun, sedangkan tegangan beton pada
penampang struktur bekerja merata. Beban-beban lain diluar beban
seimbang (beban vertikal dan horizontal) merupakan “inbalanced load”,
yang akibatnya pada struktur dapat dihitung dengan mudah dengan
menggunakan teori struktur biasa. Tegangan akhir dalam penampang
didapat dengan menggunakan tegangan merata akibat “balanced” dan
tegangan lentur akibat “unbalanced load”. Tanpa melalui prosedur rumit
2
dapat dihitung dengan mudah dan cepat. Gagasan ini telah menjurus
kepada pemakaian baja tulangan biasa disamping baja prategang, yaitu
dimana baja prategang hanya diperuntukkan guna memikul akibat dari
inbalanced load.
Teori “inbalanced load” telah mengakibatkan perkembangan yang
sangat pesat dalam menggunakan beton pratekan dalam gedung-
gedung bertingkat tinggi. Struktur flat slab, struktur shell, dan lain-lain.
Terutama di Amerika dewasa ini boleh dikatakan tidak ada gedung
bertingkat yang tidak menggunakan beton pratekan didalam strukturnya.
T.Y. Lin juga telah berhasil membuktikan bahwa beton pratekan
dapat dipakai dengan aman dalam bangunan-bangunan didaerah
gempa, setelah sebelumnya beton pratekan dianggap sebagai bahan
yang kurang kenyal (ductile) untuk dipakai didaerah-daerah gempa,
tetapi dikombinasikan dengan tulangan baja biasa ternyata beton
pratekan cukup kenyal, sehingga dapat memikul dengan baik
perubahan-perubahan bentuk yang diakibatkan oleh gempa.
c). P.W. Abeles
P.W. Abeles adalah seorang insinyur Inggris, yang sangat gigih
mendongkrak aliran ”full prestressing”, karena penggunaanya tidak
kompetitif terhadap penggunaan beton bertulang biasa dengan
menggunakan baja tulangan mutu tinggi. Penggunaan full prestressing
ini tidak ekonomis, menurut berbagai penelitian biaya struktur dengan
beton pratekan dan full prestressing dapat sampai 3,5 atau 4 kali lebih
mahal dari pada struktur yang sama tetapi dari beton bertulang biasa
dengan menggunakan tulangan baja mutu tinggi. Dengan demikian
timbullah gagasan baru yang dikemukakan oleh P.W. Abeles untuk
mengkombinasikan prinsip pratekan dengan prinsip penulangan
penampang atau dikenal dengan nama “partial prestressing”. Yang
mana didalam penampang diijinkan diadakannya bagi tulangan, lebar
retak dapat dikombinasikan dengan baik.
3
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah adalah
sebagai berikut:
1. Pengertian Beton Prategang?
2. Aplikasi Beton Prategang pada bangunan Gedung?
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
a. Pre-tensioned Prestressed Concrete (pratarik), ialah konstruksi
dimana tendon ditegangkan dengan pertolongan alat
pembantu sebelum beton mengeras dan gaya konsentris
dipertahankan sampai beton cukup keras.
b. Post-tensioned Prestressed Concrete (pasca tarik), adalah
konstruksi dimana setelah betonnya cukup keras, barulah
dberikan gaya konsentris dengan menarik kabel tendon.
Tahap 2 : Setelah beton di cor dan sudah bisa memikul berat sendiri,
6
tendon atau kabel prategang dimasukkan ke dalam Lubang Tendong
(tendon duct), selanjutnya ditarik untuk mendapatkan gaya prategang.
Metode pemberian gaya prategang adalah dengan cara mengikat salah
satu angker, kemudian ujung angker lainnya ditarik (ditarik dari satu sisi).
tetapi ada pula yang ditarik dikedua sisinya kemudiang diangker secara
bersamaan. Setelah diangkur kemudiang dilakukan grouting pada
lubang angker tadi (Gambar B).
B. TAHAP PEMBEBENAN
7
2. Kondisi service (servis) adalah kondisi pada saat beton
prategang digunakan sebagai komponen struktur. Kondisi ini dicapai
setelah semua kehilangan gaya prategang dipertimbangkan. Pada saat
ini beban luar pada kondisi yang maksimum sedangkan gaya pratekan
mendekati harga minimum.
8
D. KEUNGGULAN BETON PRATEGANG
9
Beton prategang akan lebih menguntungkan jika dibuat dalam
jumlah besar
beton prategang hampir tidak memerlukan biaya pemeliharan,
lebih tahan lama karena, dapat membuat balok dengan
bentang yang lebih panjang.
Dengan menggunakan beton prategang bisa menghemat waktu
pelaksanaan konstruksi.
10
Pemasukan elemen-elemen pratarik di daerah tarik batang lentur beton
akan menghasilkan suatu peningkatan yang nyata dalam beban-beban
yang menyebabkan retakan 1yang nampak pada beton yang dicor
ditempat.
11
Panil-panil pelat T tunggal dan ganda prategang telah dipakai
secara luas untuk struktur-struktur industri di A.S karena keuntungannya
yang mencolok dalam hal kecepatan konstruksinya. Unit-unit monolitik
yang menggabungkan balok dan pelat dapat dipakai untuk bentangan
yang bervariasi dari 6 m sampai 25 m. Di A.S dimana sering dipilih
bentangan yang panjang, unit T ganda diterima secara luas untuk
dipakai dalam instalasi pembuatan makanan, instalasi perawatan,
gudang, dan industri mobil dimana beban-beban layannya melampaui 5
Kn/m2. unit-unit T ganda dan tunggal jga dapat dipakai sebagai unit-unit
dinding.
12
Konstruksi pelat angkat (lift slab) telah dipakai secara luas di A.S
selama 2 dasawarsa terakhir. Pelat datar dicor dan diberi prategang di
atas tanah dan kemudian diangkat ke kedudukannya dengan dongkrak-
dongkrak hidrolik yang dipasang di atas kolom-kolom. Pemberian
prategang pada pelat menerus dua arah mengurangi tebalnya,
membatasi lendutan dan mengurangi retak-retak pada pelat. Pelat
angkat beton prategang padat pada umumnya paling ekonomis untuk
bentangan dengan batas – batas antara 6 m sampai 10 m.
13
kisi beton bertulang untuk sistem lantai dari bangunan-bangunan
perdagangan dan industri.
14
b. Precast Concrete U Grider Pada Jembatan FlyOver
15
Gambar 2 : Instalasi Duct
16
Gambar 3 : Grider siap di Cor
17
Gambar 4 : Grider yang telah dicor dan akan dipindahkan
I. Material Prestressing
1. Strand
Beberapa Steel wire yang disatukan secara spiral menjadi satuan
kabel strand.
2. Duct
Pembungkus strand dengan bahan dasar “galvanized zinc”
yang dibentuk berupa pipa berulir
18
Gambar 5 : Duct pembungkus tendon
3. Angkur – Angkur
Terdiri dari dua macam yaitu angkur hidup dan angkur mati
19
4. Non Shrink additive untuk grouting
Mixing beton yang digunakan untuk mengisi selongsong / duct
setelah stressing dengan campuran semen, air, additive.
20
Gambar 9 : Hydrolic Jack TCH
3. Hydrolic Jack SA 507 / ZPE – 7 / A (7S)
Capacity : 105 T
Pull :393 bar
Pull max : 492 bar
Return Max : 492 bar
Tensionning Press : 690 Bar
Piston area “pull” : 20.360 𝑚𝑚2
Piston area “return” : 9.750 𝑚𝑚2
Weight : 140 kg
Stroke : 160 mm
21
ERECTION PC U GRIDER DENGAN PORTAL HOISE
Sebelum dilakukan pekerjaan erection dengan menggunakan portal hoise,
ada beberapa hal yang harus dipersiapkan yaitu:
1. Survei lapangan
Penetapan penempatan stock grider
Penetapan jalan portal hoise
Penetapan penempatan kaki portal hoise tanah harus keras
Membuat metode kerja, system pelaksanaan erection dengan portal
hise
2. Persiapan Lokasi Kerja
Persiapan material dan alat pendukung pekerjaan erection
Persiapan lokasi kerja penempatan setting portal dan hoise crane
Persiapan lokasi penempatan stock grider dan jalan portal harus
betul-betul padat dan rata
Lokasi kerja erection kemiringan tanah tidak lebih dari 5 %
Penempatan stock grider dibawah jembatan dan diatur sesuai
rencana
Susunan penempatan stock grider harus disesuaikan dengan urutan
erection
Mengukur jarak bentangan apakah sudah sesuai dengan grider yang
akan dipasang
Grouting penempatan bearing pad harus rata dan penempatan
bearing pad diberi tanda yang jelas
Mengukur jarak aman portal gantry terhadap jalan lalu lintas
kendaraan
Perencanaan manajemen traffic meliputi (SMK3 dan 5R)
3. Periapan Stock grider
o Menentukan lokasi stock grider sesuai dengan kondisi actual ruang
yang ada
o Pengaturan posisi letak grider sebelum di stressing
o Lokasi penempatan stock grider harus benar – benar padat dan rata
o Penempatan stock grider diantara antar pier/pilar sebagian sisi kiri,
dan sebagian sisi kanan
22
o Susunan penempatan grider disesuaikan urutan erection
o Stock grider disetting diatas sleeper dengan posisi sejajar dengan
jembatan
o Pondasi stressing bagian ujung harus betul – betul kuat.
PROSES ERECTION :
23
Memasang bursting steel pada posisi angkur hidup dan angkur mati,
bursting steel merupakan tambahan penulangan pada saat stressing
Menyambung duct ke casting dengan menggunakan cloth tape. Cloth
tape berfungsi untuk mencegah masuknya air semen ke dalam duct
Memasukkan strand kedalam duct dengan cara menusuk strand satu
per satu dari arah angkur mati kea rah angkur hidup hingga tercapai
jumlah starnd sesuai dengan rencana. Untuk tendon panjang >50 m
maka strand dapat dimasukkan melalu tengah bentang
Memasang U plate untuk angkur mati tipe h dapat langsung dipasang
sesuai dengan posisi dalam gambar kerja
Memasang grout vent dan pe grout untuk lubang inlet/outlet saat
grouting
Pembuatan stressing pocket (lubang untuk stressing berdasarkan
ukuran dan tipe tendon stressing
Inspeksi bersama kontraktor dan konsultan untuk memeriksa ordinat
tendon prestress dan kelengkapan aksesorisnya
Persetujuan kontraktor/konsultan, kemudian pengecoran
2. PEKERJAAN STRESSING
Ijin pelaksanaan stressing dari Main Kontraktor dengan dilampiri hasil
pengujian kuat tekan beton.
Pembongkaran bekesting pada stressing pocket hingga posisi casting
terbuka dan benar-benar bersih dari sisa pengecoran
Persiapan peralayan stressing pada titik- titik penarikan dan lampu
penerangan jika stressing dilakukan pada malam hari dari atau pada
area yang kurang terang
Pemasangan platform stressing dan penggantung jack
Pemasangan anchor blok sesuai dengan tipe tendon
Memasang wedges / baji pada lubang – lubang anchor block. Wedges
terlebih dahulu dilumuri dengan grease/gemuk
Memasang chair di belakang anchor block agara posisi wedges bebas
pada saat penarikan
Stressing jack dipasang dan dirapatkan kea rah casting sehingga
posisi casting , anchor head dan stressing head rapat
24
Gambar 12 : Pekerjaan persiapan pra stressing
25
Gambar 13 : Metode Stressing
3. PEKERJAAN GROUTING
Grouting adalah proses pengisian rongga udara antara strand
dengan duct dan rongga pada bagian dalam casting dengan bahan
grout. Tujuannya adalah untuk menjaga bahaya korosi juga untuk
mengikat strand dengan beton disekelilingnya menjadi satu kesatuan.
Digunakan campuran semen dengan air dan ditambahkan non shrinkage
additives.
1. Ijin pelaksanaan grouting
2. Persiapan material grouting diantaranya semen PC, air bersih dan
additive. Banyaknya material disesuaikan dengan komposisi yang
telah disetujui
26
3. Persiapan lubang-lubang inlet dan outlet serta membersihkan jika
ada sumbatanpada lubang tersebut
4. Air dimasukkan kedalam mixer, disusul semen PC dan additive
kemudian diaduk hingga mencapai campuran yang homogen.
5. Grout pump dihubungkan dengan lubang inlet dengan
menggunakan hose dan selang grouting
6. Mortar grouting dipompa kedalam tendon melalui lubang inlet
hingga keluar melalui lubang outlet benar-benar kental lalu tutup
lubang tersebut beberapa saat.
27
7. Setelah tekanan pada manometer grout pump mencapai 5 Mpa,
tekuk PE grout pada lubang inlet dan ikat dengan kawat ikat
sehingga rapat
8. Setelah hasil grouting diterima maka strand pada stressing lenght
dapat dipotong setelah 12 jam
28
Gambar 16 : Model Portal Hoise
29
Pengangkatan ujung-ujung girder secara bersamaan.
Pengangkatan girder sesuai urutan pengangkatan.
30
Gambar 18 : Proses Penggeseran Balok PC U Grider Ketempatnya
31
Untuk struktur beton, metode ini diterapkan pada Peraturan Beton
Indonesia (PBI 1971).
Metode beban kerja didasarkan pada batas-batas tertentu yang
bisa dilampaui oleh suatu sistem struktur. Batas-batas tersebut, terutama
adalah kekuatan, kemampuan layan, keawetan, ketahanan terhadap api,
ketahanan terhadap beban kelelahan dan persyaratan khusus yang
berhubungan dengan sistem struktur tersebut. Setiap batas dinyatakan
aman apabila aksi rencana lebih kecil dari kapasitas komponen struktur.
Aksi rencana dihitung dengan menggunakan faktor reduksi kekuatan.
Peraturan beton saat ini menggunakan pendekatan ini, termasuk di
Indonesia, SNI T15-1991-03, atau edisi barunya, SNI 03-2874-2002.
Beban pada struktur umumnya terdiri dari beban mati, beban
hidup, beban angin, prategang, gempa, tekanan tanah, tekanan air, dan
lain-lain. Beban yang digunakan dalam desain struktur dikalikan dengan
suatu faktor beban dalam suatu kombinasi pembebanan. Berikut ini
kombinasi pembebanan dari beberapa peraturan untuk tahap batas
kekuatan (Strength Limit States).
SNI 03-2874-2002 kode Indonesia.
Beban Mati : U = 1,4 D
Beban Mati dan Hidup : U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (A atau R)
Beban Angin : U = 1,2 D + 1,0 L + 1,6 W + 0,5 (A
atau R)
Gempa : U = 1,2 D + 1,0 L ± 1,0 E atau 0,9
D ± 1,0 E
ACI 318-83 (1983) Peraturan Amerika Serikat.
Beban Mati dan Hidup : U = 1,4 D + 1,7 L
Beban Angin : U = 0,75 (1,4 D + 1,7 L + 1,7 W) atau
0,9 D + 1,3 W
Gempa : U = 0,75 (1,4 D + 1,7 L + 1,1 E) atau
0,9 G + 1,1 E
Tekanan Tanah : U = 1,4 D + 1,7 L + 1,7 E atau 0,9 D
+ 1,7 E
32
D. Material Beton Prategang
Baja
Baja yang dipakai untuk beton prategang dalam taktik ada empat
macam, yaitu :
1. Kawat tunggal (wires), biasanya digunakan untuk baja
prategang pada beton prategang dengan sistem pratarik.
2. Untaian Kawat (strand), biasanya digunakan untuk baja
prategang untuk beton prategang dengan sistem pascatarik
3. Kawat Batangan (bars), biasanya digunakan untuk baja
prategang pada beton prategang dengan sistem pratarik.
4. Tulangan biasa, sering digunakan unutk tulangan non-
prategang (tidak ditarik), seperti tulangan memanjang,
sengkang, tulangan untuk pengangkuran dan lain-lain.
33
Kawat tunggal yang dipakai untuk beton prategang adalah yang
sesuai dengan spesifikasi ASTM A 421 di Amerika Serikat. Ukuran dari
kawat tunggal bervariasi dengan diameter 3-8 mm, dengan tegangan
tarik (fp) antara 1500 – 17000 Mpa, dengan modulus elastisitas Ep = 200
x 10³ Mpa. Untuk tujuan desain, tegangan leleh dapat diambil sebesar
0,85 dari tegangan tariknya (0,85 fp).
34
Asumsikan bahwa tendon dengan 10 strands tujuh kawat
berdiameter 1/2 in (12,7 mm) dengan pola strand 108-D1 digunakan
pada balok prategang ini.
Ac = 449 in.² (2915 cm²)
Ic = 22.469 in
r ² = Ic / Ac = 50,04 in²
cb = 17,77 in. (452 mm)
ct = 6,23 in. (158 mm)
35
BAB III
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Beton adalah suatu bahan yang mempunyai kekuatan yang tinggi
terhadap tekan, tetapi sebaliknya mempunyai kekuatan relative sangat
rendah terhadap tarik. Beton tidak selamanya bekerja secara efektif
didalam penampang - penampang struktur beton bertulang, hanya bagian
tertekan saja yang efektif bekerja, sedangkan bagian beton yang retak
dibagian yang tertarik tidak bekerja efektif dan hanya merupakan beban
mati yang tidak bermanfaat.
36