Anda di halaman 1dari 27

Evi Nursyafitri Kesling

Environmental Health, Sanitasi. Auger D.IV 2013

Follow me on Twitter Subscribe RSS


Diposting oleh EVI NURSYAFITRI di 14.22.00

Makalah Hepatitis B

Mata Kuliah : Penyakit Berbasis Lingkungan (PBL)


Dosen : Hj. Inayah, SKM.,M.Kes

MAKALAH HEPATITIS B

Oleh :
EVI NURSYAFITRI
PO.71.4.221.13.2.012

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI D.IV

2014
Kata Pengantar
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji syukur atas kehadirat Allah swt. Yang telah melimpahkan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga Makalah Penyakit Berbasis Lingkungan dengan judul “Penyakit
Hepatitis B” ini dapat selesai dengan tepat waktu. Terwujudnya makalah ini, tidak
terlepas dari bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu saya selaku penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Inayah, SKM.,M.Kes selaku dosen pengampu pada mata kuliah Penyakit Berbasis
Lingkungan yang telah memberikan ilmu dan sumbangsinya dalam menyusun makalah
ini.
2. Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan motivasi dan dukungan baik moral
maupun spiritual.
3. Teman-teman yang tercinta yang telah sabar untuk meluangkan waktunya untuk
berdiskusi dalam menyusun makalah ini.
4. Dan semua pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah ini.
Dalam makalah ini terdapat beberapa pembahasan materi mengenai Penyakit
Hepatitis B. Namun dalam penyusunannya masih terdapat banyak kekurangan oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun diharapkan penulis dari semua pihak,
agar kedepannya lebih baik lagi dalam menyusun makalah.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik itu
penulis terlebih kepada pembacanya.
Wasallam
Makassar, Desember 2014

Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar.....................................................................................................i

DAFTAR ISI ......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

A. Latar Belakang ..............................................................................................1

B. Tujuan ............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................2

A. Pengertian penyakit Hepatitis B ....................................................................2

B. Gejala klinis penyakit Hepatitis B..................................................................2

C. Transmisi penularan penyakit Hepatitis B......................................................3

D. Pencegahan pada penyakit Hepatitis B...........................................................5

BAB III PENUTUP..............................................................................................7

A. Kesimpulan.....................................................................................................7

B. Saran ...............................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit hepatitis kini menjadi masalah besar di Indonesia mengingat
jumlah penduduk Indonesia yang juga besar, jumlah penduduk yang besar ini
membawa konsekuensi yang besar pula. Penduduk dengan golongan sosial, ekonomi
dan pendidikan rendah dihadapkan pada masalah kesehatan terkait gizi, penyakit
menular serta kebersihan sanitasi yang buruk. Sedangkan penduduk dengan golongan
sosial, ekonomi dan pendidikan tinggi memiliki masalah kesehatan terkait gaya hidup
dan pola makan. Tak mengherankan jika saat ini penyakit hepatitis menjadi salah satu
penyakit yang mendapat perhatian serius di Indonesia.
Kasus hepatitis di Indonesia cukup banyak dan menjadi perhatian khusus pemerintah.
Sekitar 11 juta penduduk Indonesia diperkirakan mengidap penyakit hepatitis B, ada sebuah
asumsi bahwa 1 dari 20 orang di Jakarta menderita hepatitis B. Demikian pula dengan hepatitis C
yang merupakan satu dari 10 besar penyebab kematian di Dunia. Angka kasus hepatitis C
berkisar 0,5% hingga 4% dari jumlah penduduk. Jika jumlah pendudik Indonesia saat ini adalah
220 juta maka angka asumsi penderita hepatitis C menjadi 1,1 hingga 8,8 juta penderita. Jumlah
ini dapat bertambah setiap tahunnya mereka yang terinfeksi biasanya tidak mengalami gejala-
gejala spesifik sehingga tidak diketahui oleh masyarakat dan tidak terdiagnosis oleh dokter.
Carrier/pembawa virus hepatitis B dan C berpotensi sebagai sumber penyebaran penyakit
hepatitis B dan C.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian penyakit hepatitis B
2. Untuk mengetahui gejala klinis penyakit hepatitis B
3. Untuk mengetahui transmisi penularan penyakit hepatitis B
4. Untuk mengetahui pencegahan pada penyakit hepatitis B

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian penyakit Hepatitis B
Penyakit Hepatitis adalah penyakit yang disebabkan oleh beberapa jenis virus
yang menyerang dan menyebabkan peradangan serta merusak sel-sel organ hati
manusia. Hepatitis diketegorikan dalam beberapa golongan, diantaranya hepetitis
A,B,C,D,E,F dan G. Di Indonesia penderita penyakit Hepatitis umumnya cenderung
lebih banyak mengalami golongan hepatitis B dan hepatitis C. Dikatakan akut apabila
inflamasi (radang) hati akibat infeksi virus hepatitis yang berlangsung selama kurang
dari 6 bulan, dan kronis apabila hepatitis yang tetap bertahan selama lebih dari 6 bulan.
Penyakit Hepatitis B adalah merupakan salah satu penyakit menular yang
tergolong berbahaya didunia, Penyakit ini disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB)
yang menyerang hati dan menyebabkan peradangan hati akut atau menahun. Seperti
hal Hepatitis C, kedua penyakit ini dapat menjadi kronis dan akhirnya menjadi kanker
hati.

B. Gejala penyakit Hepatitis B


Tanda dan gejala dari penyakit Hepatitis B ini sangat bervariasi terkadang mirip
dengan Hepatitis A dan mirip flu. Namun pada stadium prodromal sering ditemukan
kemerahan kulit dan nyeri sendi, hilangnya nafsu makan, mual kadang disertai dengan
muntah, lemah, pusing, sakit perut terutama disekeliling atau disekitar hati, urine
berwarna gelap, kulit dan mata berwarna kuning (jaundice) nyeri sendi dan disertai
dengan demam dan akan sembuh dalam 2 minggu namun dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh para dokter ternyata hanya sedikit penderita penyakit Hepatitis B yang
menjadi ikterik (Naga, 2012).

C. Transmisi penularan penyakit Hepatitis B


1. Penularan Horizontal
Cara penularan horizontal yang dikenal ialah: tranfusi darah yang terkontaminasi
oleh HBV, mereka yang sering mendapat hemodialisa. Selain itu HBV dapat masuk
kedalam tubuh kita melalui luka atau lecet pada kulit dan selaput lendir misalnya
tertusuk jarum (penularan parenteral) atau luka benda tajam, menindik telinga,
pembuatan tato, pengobatan tusuk jarum (akupuntur), penggunaan alat cukur bersama,
kebiasaan menyuntik diri sendiri, menggunakan jarum suntik yang kotor/kurang steril.
Penggunaan alat-alat kedokteran dan perawatan gigi yang sterilisasinya kurang
sempurna / kurang memenuhi syarat akan dapat menularkan HBV.
Di daerah endemis berat diduga nyamuk, kutu busuk, parasit, dan lain-lain dapat
juga menularkan HBV, walaupun belum ada laporan. Cara penularan tersebut disebut
penularan perkutan. Sedangkan cara penularan non-kutan diantaranya ialah melalui
semen, cairan vagina, yaitu kontak seksual (baik homoseks maupun heteroseks)
dengan pengidap/penderita HVB, atau melalui saliva yang bercium ciuman dengan
penderita/pengidap, dapat juga dengan jalan tukar pakai sikat gigi, dan lainnya. Hal ini
dimungkinkan disebabkan karena selaput lendir tubuh yang melapisinya terjadi
diskontinuitas, sehingga virus hepatitis B mudah menembusnya.

2. Penularan Vertikal
Penularan secara vertikal dapat diartikan sebagai penularan infeksi dari seorang
ibu pengidap/penderita HBV kepada bayinya sebelum persalinan, pada saat persalinan
dan beberapa saat setelah persalinan. Apabila seorang ibu menderita HBV akut pada
perinatal yaitu pada trisemester ketiga kehamilan, maka bayi yang baru dilahirkan akan
tertulari (Budi, 2011).
Virus Hepatitis B juga dapat terjangkit melalui sentuhan dengan darah atau cairan
tubuh yang tercemar. Hal ini akan menyebabkan 100 kali lebih mudah terjangkit dari
pada HIV. Penyakit ini akan terdeteksi melalui pemeriksaan fungsi hati. Menurut Chin
(2006) bagian tubuh yang memungkinkan terjadinya penularan HBV antara lain
adalalah darah, air ludah atau saliva , cairan cerebrospinal, peritoneal, cairan
pericardial, cairan amniotik, semen, cairan vagina dan lain-lain.
Penularan infeksi virus hepatitis B juga dapat melalui berbagai cara sepaerti
parenteral yaitu terjadi penembusan kulit atau mukosa misalnya melalui tusuk jarum
atau benda yang sudah tercemar virus hepatitis B dan pembuatan tatto dan non
parenteral yaitu persentuhan yang erat dengan benda yang tercemar virus hepatitis B.
Sebagai antisipasi, biasanya terhadap darah-darah yang diterima dari pendonor
akan di tes terlebih dulu apakah darah yang diterima reaktif terhadap Hepatitis, Sipilis
dan HIV namun tidak semua yang positif Hepatitis B perlu ditakuti.
Dari hasil pemeriksaan darah dapat terungkap apakah ada riwayat pernah kena
dan sekarang sudah kebal, atau bahkan virusnya sudah tidak ada. Bagi pasangan yang
hendak menikah, tidak ada salahnya untuk memeriksakan pasangannya untuk
penularan penyakit ini. Hepatitis C dapat tertular melalui darah dan plasma yang
syringe. Hepatitis D dapat tertular melalui darah dan cairan beku yang terkontaminasi,
jarum suntik dan hubungan seks. Hepatitis E dapat tertular melalui air yang
terkontaminasi, dari orang ke orang dengan fecal oral (Chin, 2006).

D. Pencegahan Penyakit Hepatitis B


Pengendalian penyakit ini lebih dimungkinkan melalui pencegahan dibandingkan
pengobatan yang masih dalam penelitian. Pencegahan dilakukan meliputi pencegahan
penularan penyakit dengan kegiatan Health Promotion dan Spesifik Protection, maupun
pencegahan penyakit dengan imunisasi aktif dan pasif (Hadi, 2000).
Ada 3 (tiga) kegiatan utama yang dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan
penyakit Hepatitis, yakni melalui pencegahan primer, sekunder dan tersier. Pencegahan
primer yakni dengan cara promosi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), imunisasi
pada bayi, imunisasi pada remaja dan dewasa (catch up immunization). Pencegahan
sekunder melalui, deteksi dini dengan skrining (penapisan), penegakan diagnosa dan
pengobatan. Sedangkan pencegahan tersier lebih kepada untuk mencegah keparahan
dan rehabilitasi, monitoring pengobatan untuk mengetahui efektifitas dan resistensi
terhadap obat pilihan (Depkes RI, 2009).
Timbulnya Hepatitis B dalam barak-barak atau panti perawatan sering merupakan
petunjuk sanitasi dan higiene perorangan yang buruk. Pengendaliannya langsung
ditunjukkan pada pencegahan terkontaminasinya makanan, air, atau sumber-sumber
lainnya oleh tinja. Kebersihan seperti mencuci tangan setelah buang air besar atau
sebelum makan, penggunaan piring dan alat makan sekali pakai, dan menjaga
kebersihan perorangan. Pemakaian disinfektan natrium hipoklorit 0,5%- sangat penting
dalam mencegah penyebaran (Jawetz, 1995). Orang yang dekat dengan penderita
mungkin memerlukan terapi imunoglobulin. Imunisasi Hepatitis A bisa dilakukan dalam
bentuk sendiri (Havrix) atau bentuk kombinasi dengan vaksin Hepatitis B (Twinrix).
imunisasi Hepatitis B dilakukan tiga kali, yaitu dasar, satu bulan dan 6 bulan kemudian.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Penyakit Hepatitis B adalah merupakan salah satu penyakit menular yang tergolong
berbahaya didunia, Penyakit ini disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB) yang
menyerang hati dan menyebabkan peradangan hati akut atau menahun
2. Tanda dan gejala dari penyakit Hepatitis B ini sangat bervariasi terkadang mirip dengan
Hepatitis A dan mirip flu. Namun pada stadium prodromal sering ditemukan kemerahan
kulit dan nyeri sendi, hilangnya nafsu makan, mual kadang disertai dengan muntah,
lemah, pusing, dan lain-lain.
3. Transmisi penularan dapat melalui, vertikal dan horizontal.
4. Ada 3 (tiga) kegiatan utama yang dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan penyakit
Hepatitis, yakni melalui pencegahan primer, sekunder dan tersier.

B. Saran
1. Adapun yang menjadi saran penulis kepada teman-teman mahasiswa agar kiranya
dapat memahami substansi dalam penulisan makalah ini serta mengimplementasikan
dalam kehidupan seharí-hari, karena mengingat betapa pentingnya mempelajari
penyakit hepatitis.
2. Kepada penderita hepatitis sebaiknya memperhatikan pola makan yang sehat,
menghindari mengkonsumsi minuman keras, serta menjaga sanitasi lingkungan sekitar.
.

DAFTAR PUSTAKA
http://makalahhepatitis009.blogspot.com/2013/04/makalah-hepatitis-hepatitis.html (diakses
pada 12 Desember 2014)

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33800/4/Chapter%20II.pdf (diakses pada 12


November 2014)
http://hepatitisxx.blogspot.com/2014/02/hepatitis-defenisi-klasifikasi-etiologi.html (diakses
pada 13 November 2014)

Reaksi:

1 komentar:

Bahaya Ciuman Bagi Penderita Hepatitis B mengatakan...

Jadi, sekarang mesti hati-hati lagi jika berhubungan bebas dengan pasangan kita.

11 September 2015 10.00

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Posting Komentar (Atom)

Makalah Hepatitis B
Written on 14.22.00 by EVI NURSYAFITRI

Mata Kuliah : Penyakit Berbasis Lingkungan (PBL)


Dosen : Hj. Inayah, SKM.,M.Kes

MAKALAH HEPATITIS B
Oleh :
EVI NURSYAFITRI
PO.71.4.221.13.2.012

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI D.IV

2014

Kata Pengantar
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji syukur atas kehadirat Allah swt. Yang telah melimpahkan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga Makalah Penyakit Berbasis Lingkungan dengan judul “Penyakit
Hepatitis B” ini dapat selesai dengan tepat waktu. Terwujudnya makalah ini, tidak
terlepas dari bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu saya selaku penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Inayah, SKM.,M.Kes selaku dosen pengampu pada mata kuliah Penyakit Berbasis
Lingkungan yang telah memberikan ilmu dan sumbangsinya dalam menyusun makalah
ini.
2. Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan motivasi dan dukungan baik moral
maupun spiritual.
3. Teman-teman yang tercinta yang telah sabar untuk meluangkan waktunya untuk
berdiskusi dalam menyusun makalah ini.
4. Dan semua pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah ini.
Dalam makalah ini terdapat beberapa pembahasan materi mengenai Penyakit
Hepatitis B. Namun dalam penyusunannya masih terdapat banyak kekurangan oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun diharapkan penulis dari semua pihak,
agar kedepannya lebih baik lagi dalam menyusun makalah.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik itu
penulis terlebih kepada pembacanya.
Wasallam
Makassar, Desember 2014

Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar.....................................................................................................i

DAFTAR ISI ......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

A. Latar Belakang ..............................................................................................1

B. Tujuan ............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................2

A. Pengertian penyakit Hepatitis B ....................................................................2

B. Gejala klinis penyakit Hepatitis B..................................................................2

C. Transmisi penularan penyakit Hepatitis B......................................................3

D. Pencegahan pada penyakit Hepatitis B...........................................................5

BAB III PENUTUP..............................................................................................7


A. Kesimpulan.....................................................................................................7

B. Saran ...............................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit hepatitis kini menjadi masalah besar di Indonesia
mengingat jumlah penduduk Indonesia yang juga besar, jumlah penduduk
yang besar ini membawa konsekuensi yang besar pula. Penduduk dengan
golongan sosial, ekonomi dan pendidikan rendah dihadapkan pada
masalah kesehatan terkait gizi, penyakit menular serta kebersihan sanitasi
yang buruk. Sedangkan penduduk dengan golongan sosial, ekonomi dan
pendidikan tinggi memiliki masalah kesehatan terkait gaya hidup dan pola
makan. Tak mengherankan jika saat ini penyakit hepatitis menjadi salah
satu penyakit yang mendapat perhatian serius di Indonesia.
Kasus hepatitis di Indonesia cukup banyak dan menjadi perhatian khusus
pemerintah. Sekitar 11 juta penduduk Indonesia diperkirakan mengidap penyakit
hepatitis B, ada sebuah asumsi bahwa 1 dari 20 orang di Jakarta menderita
hepatitis B. Demikian pula dengan hepatitis C yang merupakan satu dari 10 besar
penyebab kematian di Dunia. Angka kasus hepatitis C berkisar 0,5% hingga 4%
dari jumlah penduduk. Jika jumlah pendudik Indonesia saat ini adalah 220 juta
maka angka asumsi penderita hepatitis C menjadi 1,1 hingga 8,8 juta penderita.
Jumlah ini dapat bertambah setiap tahunnya mereka yang terinfeksi biasanya tidak
mengalami gejala-gejala spesifik sehingga tidak diketahui oleh masyarakat dan
tidak terdiagnosis oleh dokter. Carrier/pembawa virus hepatitis B dan C
berpotensi sebagai sumber penyebaran penyakit hepatitis B dan C.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian penyakit hepatitis B
2. Untuk mengetahui gejala klinis penyakit hepatitis B
3. Untuk mengetahui transmisi penularan penyakit hepatitis B
4. Untuk mengetahui pencegahan pada penyakit hepatitis B
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian penyakit Hepatitis B


Penyakit Hepatitis adalah penyakit yang disebabkan oleh beberapa
jenis virus yang menyerang dan menyebabkan peradangan serta merusak
sel-sel organ hati manusia. Hepatitis diketegorikan dalam beberapa
golongan, diantaranya hepetitis A,B,C,D,E,F dan G. Di Indonesia
penderita penyakit Hepatitis umumnya cenderung lebih banyak
mengalami golongan hepatitis B dan hepatitis C. Dikatakan akut apabila
inflamasi (radang) hati akibat infeksi virus hepatitis yang berlangsung
selama kurang dari 6 bulan, dan kronis apabila hepatitis yang tetap
bertahan selama lebih dari 6 bulan.
Penyakit Hepatitis B adalah merupakan salah satu penyakit menular
yang tergolong berbahaya didunia, Penyakit ini disebabkan oleh Virus
Hepatitis B (VHB) yang menyerang hati dan menyebabkan peradangan
hati akut atau menahun. Seperti hal Hepatitis C, kedua penyakit ini dapat
menjadi kronis dan akhirnya menjadi kanker hati.

Kesehatan
Minggu, 29 Maret 2015

Makalah Thypoid

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Demam tifoid menjadi masalah kesehatan, yang umumnya terjadi di negara
yang sedang berkembang karena akibat kemiskinan, kriminalitas dan kekurangan air
bersih yang dapat diminum. Diagnose dari pelubangan penyakit tipus dapat sangat
berbahaya apabila terjadi selama kehamilan atau pada periode setelah melahirkan.
Kebanyakan penyebaran penyakit demam tifoid ini tertular pada manusia pada daerah –
daerah berkembang, ini dikarenakan pelayanan kesehatan yang belum baik, hygiene
personal yang buruk. Salah satu contoh yaitu di Negara Nigeria, dimana terdapat 467
kasus dari tahun 1996 sampai dengan 2000.

Pada beberapa dekade terakhir demam tifoid sudah jarang terjadi di negara-
negara industri, namun tetap menjadi masalah kesehatan yang serius di sebagian
wilayah dunia, seperti bekas negara Uni Soviet, anak benua India, Asia Tenggara,
Amerika Selatan dan Afrika. Menurut WHO, diperkirakan terjadi 16 juta kasus per tahun
dan 600 ribu diantaranya berakhir dengan kematian. Sekitar 70 % dari seluruh kasus
kematian itu menimpa penderita demam tifoid di Asia.

Demam tifoid merupakan masalah global terutama di negara dengan higiene


buruk. Etiologi utama di Indonesia adalah Salmonella enterika subspesies enterika
serovar Typhi (S.Typhi) dan Salmonella enterika subspesies enterika serovar Paratyphi A
(S. Paratyphi A). CDC Indonesia melaporkan prevalensi demam tifoid mencapai 358-
810/100.000 populasi pada tahun 2007 dengan 64% penyakit ditemukan pada usia 3-19
tahun, dan angka mortalitas bervariasiantara 3,1 – 10,4 % pada pasien rawat inap.

Dua dekade belakangan ini, dunia digemparkan dengan adanya laporan Multi
Drug Resistant (MDR) strains S.Typhi. strain ini resisten dengan kloramfenikol,
trimetropim-sulfametoksazol, dan ampicillin. Selain itu strain ressisten asam nalidixat
juga menunjakan penurunan pengaruh ciprofloksasin yang menjadi endemik di India.
United State, United Kingdom dan juga beberapa negara berkembang pada tahun 1997
menunjukan kedaruratan masalah globat akibat MDR.

Morbiditas di seluruh dunia, setidaknya 17 juta kasus baru dan hingga 600.000
kematian dilaporkan tiap tahunnya. Di negara berkembang, diperkirakan sekitar 150
kasus/ juta populasi/ tahun di Amerika Latin. Hingga 1.000 kasus/ juta populasi/ tahun di
beberapa negara Asia. Penyakit ini jarang dijumpai di Amerika Utara, yaitu sekitar 400
kasus dilaporkan tiap tahun di United State, 70% terjadi pada turis yang berkunjung ke
negara endemis. Di United Kingdom, insiden dilaporkan hanya 1 dalam 100.000
populasi.

Di Indonesia, demam tifoid masih tetap merupakan masalah kesehatan


masyarakat, berbagai upaya yang dilakukan untuk memberantas penyakit ini tampaknya
belum memuaskan. Di seluruh dunia WHO memperkirakan pada tahun 2000 terdapat
lebih dari 21,65 juta penderita demam tifoid dan lebih dari 216 ribu diantaranya
meninggal . Di Indonesia selama tahun 2006, demam tifoid dan demam paratifoid
merupakan penyebab morbiditas peringkat 3 setelah diare dan Demam Berdarah
Dengue.

Kejadian demam tifoid meningkat terutama pada musim hujan.Usia penderita di


Indonesia (daerah endemis) antara 3-19 tahun (prevalensi 91% kasus). Dari presentase
tersebut, jelas bahwa anak-anak sangat rentan untuk mengalami demam tifoid. Demam
tifoid sebenarnya dapat menyerang semua golongan umur, tetapi biasanya menyerang
anak usia lebih dari 5 tahun. Itulah sebabnya demam tifoid merupakan salah satu
penyakit yang memerlukan perhatian khusus. Penularan penyakit ini biasanya
dihubungkan dengan faktor kebiasaan makan, kebiasaan jajan, kebersihan lingkungan,
keadaan fisik anak, daya tahan tubuh dan derajat kekebalan anak.

Perlu penanganan yang tepat dan komprehensif agar dapat memberikan


pelayanan yang tepat terhadap pasien. Tidak hanya dengan pemberian antibiotika,
namun perlu juga asuhan keperawatan yang baik dan benar serta pengaturan diet yang
tepat agar dapat mempercepat proses penyembuhan pasien dengan demam tifoid.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian demam tifoid?
1.2.2 Apa saja penyebab demam tifoid?
1.2.3 Bagaimana gejala dan tanda demam tifoid?
1.2.4 Bagaimana manifestasi klinis dari demam tifoid?
1.2.5 Komplikasi apa saja yang terjadi pada penderita demam tifoid?
1.2.6 Bagaimana penanganan atau pencegahan demam tifoid?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian demam tifoid
1.3.2 Untuk mengetahui apa saja penyebab dari demam tifoid
1.3.3 Untuk mengetahui gejala dan tanda yang terjadi pada demam tifoid
1.3.4 Untuk mengetahui manifestasi klinis dari demam tifoid
1.3.5 Untuk mengetahui komplikasi yang disebabkan oleh demam tifoid
1.3.6 Untuk mengetahuipemeriksaan apa saja yang baik untuk penderita demam
tifoid
1.3.7 Untuk mengetahui pencegahan atau penanganan demam tifoid

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian

Thipoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella
Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi
oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart,
1994 ).

Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman
salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah
Typhoid dan paratyphoid abdominalis. (Syaifullah Noer, 1996).

Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala


sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan
terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansoer
Orief.M. 1999).

Demam typoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
cerna dengan gejala demam lebih dari tujuh hari, gangguan pada saluran cerna dan
gangguan kesadaran.(Mansjoer, 2000: 432).

Demam typoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai
denganbakteremia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus,
pembentukanmikroabses dan ulserasi nodus peyer di distal ileum. Disebabkan
salmonella thypi, ditandaiadanya demam 7 hari atau lebih, gejala saluran pencernaan
dan gangguan kesadaran.(Soegijanto, 2002: 1).

Demam typoid adalah penyakit infeksi bakteri hebat yang di awali di selaput
lendir usus,dan jika tidak di obati secara progresif akan menyerbu jaringan di seluruh
tubuh.(Tambayong, 2000: 143).

Demam typoid adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh infeksi
salmonella typhi.( Ovedoff, 2002: 514).

2.2 Penyebab
Penyakit tifus disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella Typhosa, basil gram
negatif, berflagel (bergerak dengan bulu getar), anaerob, dan tidak menghasilkan spora.
Bakteri tersebut memasuki tubuh manusia melalui saluran pencernaan dan manusia
merupakan sumber utama infeksi yang mengeluarkan mikroorganisme penyebab
penyakit saat sedang sakit atau dalam pemulihan. Kuman ini dapat hidup dengan baik
sekali pada tubuh manusia maupun C maupun olehpada suhu yang lebih rendah sedikit,
namun mati pada suhu 70 antiseptik. Demam tifoid adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi A, B atau C (Soedarto,
1996).

Salmonella Typhosa memiliki tiga macam antigen, yaitu :

2.2.1 antigen O (Ohne Hauch) : merupakan polisakarida yang sifatnya spesifik untuk
grup Salmonella dan berada pada permukaan organisme dan juga merupakan somatik
antigen yang tidak menyebar
2.2.2 antigen H : terdapat pada flagella dan bersifat termolabil
2.2.3 antigen Vi : merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi
antigen O terhadap fagositosis
2.3 Patofisiologi

Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal
dengan 5F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly
(lalat), dan melalui Feses.

Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella
thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat,
dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat.
Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci
tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang
sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan
dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal
dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak,
lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel
retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan
menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung
empedu.

Demam tifoid disebabkan karena Salmonella Typhosa dan endotoksinnya


merangsang sintesa dan pelepasan zat pirogen oleh lekosit pada jaringan yang
meradang. Zat pirogen ini akan beredar dalam darah dan mempengaruhi pusat
termoregulator di hipotalamus yang menimbulkan gejala demam.

2.4 Manifestasi Klinik

2.4.1 Demam lebih dari seminggu. Siang hari biasanya terlihat segar namun
menjelang malamnya demam tinggi.

2.4.2 Lidah kotor. Bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah. Biasanya anak
akan merasa lidahnya pahit dan cenderung ingin makan yang asam-asam atau pedas.

2.4.3 Mual Berat sampai muntah. Bakteri Salmonella typhi berkembang biak di
hatidan limpa, Akibatnya terjadi pembengkakan dan akhirnya menekan lambung
sehingga terjadi rasa mual. Dikarenakan mual yang berlebihan, akhirnya makanan tak
bisa masuk secara sempurna dan biasanya keluar lagi lewat mulut.

2.4.4 Diare atau Mencret. Sifat bakteri yang menyerang saluran cerna menyebabkan
gangguan penyerapan cairan yang akhirnya terjadi diare, namun dalam beberapa kasus
justru terjadi konstipasi (sulit buang air besar).

2.4.5 Lemas, pusing, dan sakit perut. Demam yang tinggi menimbulkan rasa lemas,
pusing. Terjadinya pembengkakan hati dan limpa menimbulkan rasa sakit di perut.

2.4.6 Pingsan, Tak sadarkan diri. Penderita umumnya lebih merasakan nyaman
dengan berbaring tanpa banyak pergerakan, namun dengan kondisi yang parah
seringkali terjadi gangguan kesadaran.

2.5 Komplikasi

Dapat terjadi pada :

2.5.1 Di usus halus


Umumnya jarang terjadi, namun sering fatal, yaitu :

a. Perdarahan usus

Diagnosis dapat ditegakkan dengan :

- Penurunan TD dan suhu tubuh

- Denyut nadi bertambah cepat dan kecil

- Kulit pucat

- Penderita mengeluh nyeri perut dan sangat iritabel

b. Perforasi usus

Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelah itu dan terjadi pada bagian
distal ileum.

c. Peritonitis

Pada umumnya tanda gejala yang sering didapatkan:

- Nyeri perut hebat

- Kembung

- Dinding abdomen tegang (defense muskulair)

- Nyeri tekan

- TD menurun

- Suara bising usus melemah dan pekak hati berkurang

Pada pemeriksaan darah tepi didapatkan peningkatan lekosit dalam waktu singkat.

2.5.2 Diluar usus halus

a. Bronkitis, terjadi pada akhir minggu pertama.


b. Bronkopneumonia, kasus yang berat bilamana disertai infeksi sekunder
c. Kolesistitis
d. Tifoid ensefalopati, gejala : kesadaran menurun, kejang-kejang, muntah,
demam tinggi
e. Meningitis, gejala : bayi tidak mau menetek, kejang, letargi, sianosis, panas,
diare, kelainan neurologis.
f. Miokarditis
g. Karier kronik
2.6 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosis demam


tifoid dibagi dalam empat kelompok, yaitu :

2.6.1 Pemeriksaan darah tepi

2.6.2 Pemeriksaan bakteriologis dengan isolasi dan biakan kuman

2.6.3 Uji serologis

2.6.4 Pemeriksaan kuman secara molekuler.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Demam tifoid adalah suatu infeksi akut pada usus kecil yang disebabkan oleh
bakteri Salmonella typhi. Di Indonesia penderita demam tifoid cukup banyak
diperkirakan 800/100.000 penduduk per tahun, tersebar dimana-mana, dan ditemukan
hamper sepanjang tahun.

Demam tifoid dapat ditemukan pada semua umur, tetapi yang paling sering
pada anak besar, umur 5-9 tahun. Dengan keadaan seperti ini, adalah penting
melakukan pengenalan dini demam tifoid, yaitu adanya 3 komponen utama : Demam
yang berkepanjangan (lebih dari 7 hari), Gangguan susunan saraf pusat / kesadaran.

3.2 Saran

Dari uraian makalah yang telah disajikan maka kami dapat memberikan saran
untuk selalu menjaga kebersih lingkungan , makanan yang dikonsumsi harus higiene dan
perlunya penyuluhan kepada masyarakat tentang demam tifoid.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.infopenyakit.com/2008/08/penyakit-demam-tifoid.html

http://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&ht
ml=07110-fkxu277.htm

http://www.infofisioterapi.com/penyakit-tifus-pada-anak.html#more-3671

http://www.arisclinic.com/2011/04/demam-tifoid-gejala-diagnosis-pengobatan/

Diposting oleh HamsahPK4 di 16.52

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke


Pinterest

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Posting Lama Beranda

Langganan: Posting Komentar (Atom)

Gaya...
Lagi Ngaji...

Rapat

Pantai

Entri Populer

 Makalah Gangguan Sistem Reproduksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makhluk hidup memiliki ciri di


antaranya dapat berkembang biak, begitu juga dengan m...

 Makalah Malaria

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia sampai saat ini


penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan masya...

 Makalah Pengolahan Sampah Organik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah merupakan masalah yang


dihadapi hampir seluruh Negara di dunia. Tidak hanya di Neg...

 Makalah Sistem Pernafasan


BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam bernapas menghirup
oksigen dalam udara bebas dan membuang karbondioksida ...

 Makalah Askep Diare

KATA PENGANTAR Penulis Puji dan syukur penulis panjatkan atas


kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat dan Karun...

 Askep Dislokasi Sendi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislokasi atau luksasio adalah


kehilangan hubungan yang normal antara kedua permukaa...

 Makalah Thypoid

Anda mungkin juga menyukai