Anda di halaman 1dari 35

RANGKUMAN MATERI KULIAH

EVALUASI PEMBELAJARAN

Oleh
BURHANUDDIN AHMAD

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


(PGMI) FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
IAI - DDI POLEWALI

2015

Burhanuddin Ahmad, Rangkuman Materi Kuliah “Profesi Keguruan” Semester V Prodi PAI- FTIK
IAI DDI Polman, Thn Akademik 2015/2016 1
RANGKUMAN MATERI KULIAH PROFESI KEGURUAN
PERTEMUAN I
PENGERTIAN PROFESI

Profesi berasal dari bahasa latin “Proffesio” yang mempunyai dua pengertian
yaitu janji/ikrar dan pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam pengertian yang lebih luas
menjadi kegiatan “apa saja” dan “siapa saja” untuk memperoleh nafkah yang
dilakukan dengan suatu keahlian tertentu. Sedangkan dalam arti sempit profesi
berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian tertentu dan sekaligus
dituntut daripadanya pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik.
Profesi adalah pekerjaan, namun tidak semua pekerjaan adalah profsi. Profesi
yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang
mengandalkan suatu keahlian. Dengan demikian, suatu pekerjaan dikatakan profesi:
a. Mengandalkan suatu keterampilan atau keahlian khusus.
b. Dilaksanakan sebagai suatu pekerjaan atau kegiatan utama (purna waktu).
c. Dilaksanakan sebagai sumber utama nafkah hidup.
d. Dilaksanakan dengan keterlibatan pribadi yang mendalam.
Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat pada profesi,
yaitu :
1. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini
dimiliki berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.
2. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya setiap
pelaku profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.
3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi harus
meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.
4. Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan selalu
berkaitan dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan
berupa keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya, maka untuk
menjalankan suatu profesi harus terlebih dahulu ada izin khusus.
5. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.

Burhanuddin Ahmad, Rangkuman Materi Kuliah “Profesi Keguruan” Semester V Prodi PAI- FTIK
IAI DDI Polman, Thn Akademik 2015/2016 2
Di dalam profesi dituntut adanya keahlian dan etika khusus serta standar
layanan. Pengertian ini mengandung implikasi bahwa profesi hanya dapat dilakukan
oleh orang-orang secara khusus di persiapkan untuk itu. Dengan kata lainprofesi
bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak memperoleh
pekerjaan lain. Suatu profesi memerlukan kompetensi khusus yaitu kemampuan
dasar berupa ketrampilan menjalankan rutinitas sesuai dengan petunjuk, aturan, dan
prosedur teknis.
Guru memerlukan kompetensi khusus yang berkenaan dengan tugasnya.
Hal itu karena pendidikan tidak terjadi secara alami, tetapi dengan disengaja
(disadari). Hubungan yang sederhana dan akal sehat saja belum cukup untuk
melaksanakan pengajaran yang baik. Kompetensi guru tentu saja sinkron dengan
bidang tugasnya, yaitu pengajaran, bimbingan dan administrasi. Ada anggapan
bahwa untuk menjadi guru tidak perlu mempelajari metode mengajar, karena
kegiatan mengajar bersifat praktis dan alami, siapapun dapat mengajar asalkan
memiliki pengetahuan tentang apa yang akan diajarkan.
Dari pengalamannya, orang kelak akan dapat meningkatkan kualitas
pengajarannya. Memang ada orang yang kebetulan dapat mengajar dengan baik
tanpa mempelajari metode mengajar, tetapi ada pula yang juga kebetulan tidak
dapat mengajar dengan baik karena tidak memperlajarinya. Pada dasarnya, guru-
guru “kebetulan” itu bersandar kepada pengalaman pribadinya di dalam mengajar.
Pada dasarnya pula, metodologi pengajaran merupakan hasil pengkajian dan
pengujian terhadap pengalaman yang tidak lagi kebetulan, tetapi pengalaman yang
mempunyai kebenaran berdasarkan metode ilmiah. Dengan demikian, metodologi
pengajaran jauh lebih memberikan kemudahan kepada guru dalam menjalankan
tugas mengajar. Di samping itu, ilmu pengetahuan dan orientsai pendidikan di
zaman sekarang mengalami perkembangan yang pesat. Hal ini menuntut guru untuk
memperkaya diri dengan ilmu pengetahuan dan orientasi pendidikan yang baru serta
metode-metode mengajar yang sesuai dengan perkembangan baru tersebut.

Burhanuddin Ahmad, Rangkuman Materi Kuliah “Profesi Keguruan” Semester V Prodi PAI- FTIK
IAI DDI Polman, Thn Akademik 2015/2016 3
PERTEMUAN II
KARAKTERISTIK DAN SYARAT PROFESI

Karaktreristik guru adalah segala tindak tanduk atau sikap dan perbuatan guru,
baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Contohnya, bagaimana guru
meningkatkan pelayanan, meningkatkan pengetahuan, memberi arahan, bimbingan
dan motivasi kepada peserta didiknya, bagaimana cara guru berpakaian dan
berbicara serta bergaul baik dengan peserta didik, teman sejawat, serta anggota
masyarakat lainnya.
Macam – macam karakteristik profesi guru seperti taat pada peraturan
perundang-undangan, memelihara dan meningkatkan organisasi profesi,
memelihara hubungan dengan teman sejawat, membimbing peserta didik,
menciptakan suasana kerja yang baik di tempat kerja, taat dan loyal terhadap
pemimpin, dan cinta terhadap pekerjaan.
Beberapa hal yang menjadi syarat – syarat profesi seperti standar untuk kerja,
lembaga pendidikan khusus untuk menghasilkan pelaku profesi tersebut dengan
standar kualitas, akademik yang bertanggung jawab, organisasi profesi, etika dan
kode etik profesi, sistem imbalan, pengakuan masyarakat.
Sedangkan syarat – syarat profesi keguruan adalah jabatan yang melibatkan
kegiatan intelektual, jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus,
jabatan yang memerlukan persiapan professional yang lama ( dibandingkan dengan
pekerjaan yang memerlukan latihan umum belaka ), jabatan yang memerlukan
latihan dalam jabatan yang berkesinambungan, jabatan yang menjanjikan karir
hidup dan keanggotaan yang permanen, jabatan yang menentukan baku ( standarnya
) sendiri, jabatan yang lebih mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi,
jabatan yang mempunyai organisasi professional yang kuat dan terjalin erat.

Burhanuddin Ahmad, Rangkuman Materi Kuliah “Profesi Keguruan” Semester V Prodi PAI- FTIK
IAI DDI Polman, Thn Akademik 2015/2016 4
PERTEMUAN III
TINGKAT DAN JENIS PROFESI

Tingkat profesi seseorang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan formal yang


telah dicapai (kualifikasi akademik). Berdasarkan jenjang kualifikasi akademik
tingkat profesi dibedakan menjadi :
1. Para Profesional ( D3 ) yaitu orang yang tugasnya membantu profesional.
Pendidikan para profesional lebih rendah dari seorang professional. Contoh :
perawat
2. Profesional ( S1 ) yaitu orang yang melaksanakan profesi. Untuk menjadi
tingkatan ini harus mengikuti pendidikan profesi (diklat khusus profesi).
Misalnya diklat calon hakim dan pengawas.
3. Profesional spesialis ( S2 / S3 ) yaitu tingkat tertinggi dalam dunia profesional.
Berbagai jenis profesi dapat dibedakan berdasarkan hasil dari profesi tersebut
yaitu berupa :
a) Barang
Pekerjaan jenis ini menghasilkan barang yang dapat dipakai untuk memenuhi
kebutuhan hidup
b) Jasa
Pekerjaan jenis ini menghasilkan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat.
c) Barang dan jasa
Pekerjaan jenis ini menghasilkan baik berupa barang maupun jasa yang
dibutuhkan masyarakat.

Burhanuddin Ahmad, Rangkuman Materi Kuliah “Profesi Keguruan” Semester V Prodi PAI- FTIK
IAI DDI Polman, Thn Akademik 2015/2016 5
PERTEMUAN IV
SIKAP PROFESIONAL KEGURUAN

Sikap adalah gambaran kepribadian seseorang yang terlahir melalui gerakan


fisik dan tanggapan pikiran terhadap suatu keadaan atau suatu objek. Berkowitz,
dalam Azwar (2000:5) menerangkan sikap seseorang pada suatu objek adalah
perasaan atau emosi, dan faktor kedua adalah reaksi/respon atau kecenderungan
untuk bereaksi.
Dalam buku The Role of The Teacher [1971, 80 : 85], Eric Hoyle seoarang
ahli sosiolog pendidikan, mengemukakan sifat guru sebagai suatu profesi adalah :
a. Hakikat suatu profesi ialah bahwa seseorang itu lebih mengutamakan tugasnya
sebagai suatu layanan sosial.
b. Suatu profesi dilandasi dengan memiliki sejumlah pengetahuan yang sistematis.
c. Suatu profesi punya otonomi yang tinggi. Artinya, orang itu akan memiliki
kebebasan yang besar dalam melakukan tugasnya karena merasa punya tanggung
jawab moral yang tinggi.
d. Suatu profesi dikatakan punya otonom kalau orang itu dapat mengatur sendiri
atas tanggung jawabnya sendiri.
e. Suatu profesi punya kode etik.
f. Suatu profesi pada umumnya mengalami pertumbuhan terus menerus.
Seorang guru dikatakan guru profesional bila guru tersebut memiliki kualitas
megajar yang tinggi, baik dari sisi expert [ ahli ], responsibility [ rasa tanggung
jawab ] baik tanggung jawab intelektual maupun moral, dan memiliki rasa
kesejawatan. Tidak hanya itu, guru yang profesional memiliki komponen
profesional guru sebagai berikut ini :
1. Penguasaan Bahan Pelajaran Beserta konsep-konsep.
2. Pengelolaan program belajar-mengajar.
3. Pengelolaan kelas.
4. Pengelolaan dan penggunaan media serta sumber belajar.
5. Penguasaan landasan-landasan kependidikan.

Burhanuddin Ahmad, Rangkuman Materi Kuliah “Profesi Keguruan” Semester V Prodi PAI- FTIK
IAI DDI Polman, Thn Akademik 2015/2016 6
6. Kemampuan menilai prestasi belajar-mengajar.
7. Memahami prinsip-prinsip pengelolaan lembaga dan program pendidikan di
sekolah.
8. Menguasai metode berpikir.
9. Meningkatkan kemampuan dan menjalankan misi profesional.
10. Memberikan bantuan dan bimbingan kepada peserta didik.
11. Memiliki wawasan tentang penelitian pendidikan.
12. Mampu menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran.
13. Mampu memahami karakteristik peserta didik.
14. Mampu menyelenggarakan Administrasi Sekolah.
15. Memiliki wawasan tentang inovasi pendidikan.
16. Berani mengambil keputusan.
17. Memahami kurikulum dan perkembangannya.
18. Mampu bekerja berencana dan terprogram.
19. Mampu menggunakan waktu secara tepat.
Seorang guru yang profesional harus memiliki empat kompetensi. Kompetensi
tersebut tertuang dalam Undang-Undang Dosen dan Guru, yakni:
1. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta
didik.
2. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak
mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik.
3. Kompetensi profesional adalah kamampuan penguasaan materi pelajaran luas
Mendalam.
4. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan
berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang
tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

Burhanuddin Ahmad, Rangkuman Materi Kuliah “Profesi Keguruan” Semester V Prodi PAI- FTIK
IAI DDI Polman, Thn Akademik 2015/2016 7
PERTEMUAN V
Tugas, Tanggung Jawab dan Peran Guru

Tugas guru yang paling utama adalah mengajar dan mendidik. Daoed Yoesoef
(1980) menyatakan bahwa seorang guru mempunyai tiga tugas pokok, yaitu :
1. Tugas Profesional
2. Tugas Manusiawi
3. Tugas Kemasyarakatan
Dalam arti luas tugas dan tanggungjawab guru bukan hanya mengajar atau
menyampaikan kewajiban kepada anak didik, akan tetapi juga membimbing mereka
secara keseluruhan sehingga terbentuk kepribadian yang berpendidikan dan
berkarakter. Sedangkan dalam arti yang lebih mengkerucut dapat diambil
kesimpulan bahwa tugas seorang guru adalah lebih kepada hubungannya kepada
anak didik di dalam kelas, serta menjadi "sesuatu" yang dapat dijadikan gambaran
bahwa ia adalah seorang guru, seperti:
1. Membuat perangkat pembelajaran, meliputi Silabus, Program Tahunan dan
Program Semester, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, LKS.
2. Melaksanakan kegiatan pembelajaran.
3. Melaksanakan kegiatan penilaian proses belajar: ulangan harian, ulangan tengah
semester, ulangan semester, ulangan kenaikan kelas, ujian akhir sekolah.
4. Melaksanakan analisis hasil ulangan harian.
5. Menyusun dan melaksanakan program remedi dan pengayaan.
6. Mengisi daftar nilai siswa.
7. Melaksanakan kegiatan membimbing (pengimbasan pengetahuan) kepada guru
lain dalam proses kegiatan belajar mengajar.
8. Membuat alat peraga/media pembelajaran.
9. Menumbuhkembangkan sikap menghargai karya seni.
10. Mengikuti kegiatan pengembangan dan pemasyarakatan kurikulum.
11. Melaksanakan tugas tertentu di sekolah.

Burhanuddin Ahmad, Rangkuman Materi Kuliah “Profesi Keguruan” Semester V Prodi PAI- FTIK
IAI DDI Polman, Thn Akademik 2015/2016 8
12. Mengadakan pengembangan program pembelajaran yang menjadi tanggung
jawabnya.
13. Membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar siswa.
14. Mengisi dan meneliti daftar hadir siswa sebelum memulai pembelajaran.
15. Mengatur kebersihan ruang kelas dan ruang praktikum.
16. Mengumpulkan dan menghitung angka kredit untuk kenaikan pangkatnya.
Guru yang professional hendaknya mampu memikul dalam melaksanakan
tanggung jawab sebagai guru kepada peserta didik, orang tua, masyarakat, bangsa,
negara dan agamanya. Guru professional mempunyai tanggung jawab pribadi,
sosial, intelektual, moral dan spiritual.
WF Connell (1972) membedakan tujuh peran seorang guru, yaitu :
1. pendidik (nurturer),
2. model,
3. pengajar dan pembimbing,
4. pelajar (learner),
5. komunikator terhadap masyarakat setempat,
6. pekerja administrasi,
7. kesetiaan terhadap lembaga.
Peran guru dalam proses belajar mengajar yaitu guru sebagai perencana
(Planner), guru sebagai pelaksana (Organizer), guru sebagai penilai (Evaluator), dan
guru sebagai Pembimbing (Teacher Ccounsel). Peran Guru di Sekolah adalah
sebagai perancang pembelajaran, pengelola pembelajaran, penilai hasil
pembelajaran peserta didik, pengarag pembelajaran, dan pembimbing peserta didik.
Sedangkan dalam kelurga, guru berperan sebagai pendidik dalam keluarga (family
educator). Sementara itu dimasyarakat, guru berperan sebagai Pembina masyarakat
(social developer), agen masyarakat (socil masyarakat).

Burhanuddin Ahmad, Rangkuman Materi Kuliah “Profesi Keguruan” Semester V Prodi PAI- FTIK
IAI DDI Polman, Thn Akademik 2015/2016 9
PERTEMUAN VI
Profil Tenaga Keguruan

Guru merupakan figur dalam penyuksesan pendidikan bagi anak didik. Tidak
cukup hanya itu saja, bahkan guru dituntut harus memiliki akhlak yang baik. Jika
kita para guru mendapatkan amanat dari siswa maka kita harus berusaha melayani
dengan baik, berusaha menyenangkan, bukan malah minta diperhatikan apalagi
mempersulit siswa.
Profil guru profesional guru memegang peranan yang sangat penting dalam
pembentukan sebuah generasi. Tanggung jawab yang diemban guru sangatlah besar.
Banyak sekali orangtua yang menyerahkan buah hati mereka untuk kita didik, kita
ajar, dan kita bina dengan kepercayaan penuh agar buah hati mereka itu menjadi
anak-anak yang cerdas, berilmu pengetahuan, juga berakhlak mulia.
Profil seorang guru berdasarkan peran dan tugas pokok guru yaitu sebagai pengajar,
guru harus menampilkan pribadinya sebagai pendidik, guru harus menampilkan
pribadinya sebagai ilmuwan dan sekaligus sebagai pengajar pendidik.
Guru sebagai Pengajar, Pendidik, dan juga Agen Pembaharuan Masyarakat
Yang bersangkutan diharapkan dapat menampilkan pribadinya sebagai pengajar dan
pendidik siswanya dalam berbagai situasi (individual dan kelompok, didalam dan
diluar kelas, formal dan non formal, serta informal) sesuai dengan keragaman
karakteristik dan kondisi objektif siswa dengan lingkungan kontekstualnya; lebih
luas lagi sebagai penggerak dan pelopor pembaharuan dan perubahan
masyarakatnya dimana ia berada.
Gagasan model ini sebenarnya telah dikembangkan pola dasar pemikirannya
semenjak awal pendirian PTPG sebagai miniatur LPTK di negri ini, berdasarkan
kajian koparatif dari negara-negara maju diantaranya USA, Australia dan Eropa.
Dengan demikian seorang guru yang dapat menyandang tugas profesional itu
seyogianya:
a. Memiliki pengetahuan dan pengertian tentang pertumbuhan jiwa manusia dari
segala segi dan sendinya, demikian pula tentang proses belajar.

Burhanuddin Ahmad, Rangkuman Materi Kuliah “Profesi Keguruan” Semester V Prodi PAI- FTIK
IAI DDI Polman, Thn Akademik 2015/2016 10
b. Memiliki pengetahuan dan pengertian tentang alam dan masyarakat, yaitu faktor-
faktor yang mempengaruhi proses belajar khususnya dan pendidikan umumnya.
Hal ini sangat penting bagi pembentukan dasar latar belakang kulturil untuk
seseorang guru mengingat kedudukan dan fungsinya dalam masyarakat dimana
ia mengabdi.
c. Menguasai sepenuhnya pengetahuan dan kepahaman tentang vak (bidang disiplin
ilmu/studi) yang ia ajarkan.
d. Memiliki secukupnya pengetahuan dan pengalaman tentang seni mengajar; hal
ini hanya dapat diperoleh setelah mempelajari metodik dan didaktik teoritis
maupun praktis, umum maupun khusus, termasuk praktik mengajar secukupnya.
Paling sedikit syarat-syarat umum tersebut harus dipenuhi dengan sebaik-baiknya
oleh mereka yang akan terjun dalam kalangan pendidikan dan pengajaran. Biar
bagaimana pun juga pekerjaan mengajar adalah suatu “profession”, dan syarat-
syarat umum tadi dengan segala pendidikan dan latihan yang diperlukan untuk
memenuhinya, adalah akibat wajar yang lahir dari suatu “profession status”. Oleh
karena itu, atas dasar syarat-syarat umum tersebut, susunan rencana pelajaran untuk
pendidikan guru berpokok pada:
Ø Pendidikan profesional (untuk memenuhi syarta a dan b)
Ø Pendidikan umum (untuk memenuhi syarat b)
Ø Pendidikan spesialis (untuk memenuhi syarat c)
Gagasan model ketiga ini ternyata amat selaras dengan dasar pemikiran yang
berkembang dilingkungan UNESCO sebagai mana diungkapkan Goble dalam
bukunya The Changing Role of The Teacher, yang mengidentifikasikan beberapa
kecenderungan perubahan peranan guru, yaitu:
a. Kecenderungan ke arah diversifikasi fungsi-fungsi proses pembelajaran dan
peningkatan tanggung jawab yang lebih besar dalam pengorganisasian isi dari
proses belajar mengajar.
b. Kecenderungan ke arah bergesernya titik berat dari pengajarannya merupakan
penglihatan atau transformasi atau pengetahuan oleh guru kepada proses belajar

Burhanuddin Ahmad, Rangkuman Materi Kuliah “Profesi Keguruan” Semester V Prodi PAI- FTIK
IAI DDI Polman, Thn Akademik 2015/2016 11
oleh siswa, dengan memanfaatkan semaksimal mungkin penggunaan sumber-
sumber belajar yang inofatif dilingkungan masyarakat.
c. Kecenderungan kearah indifidualisasi proses belajar dan berubahnya struktur
hubungan antara guru dan siswa.
d. Kecenderungan kearah penggunaan tekhnologi pendidikan moderen dan
penguasaan atas pengetahuan keterampilan yang diperlukan.
e. Kecenderungan kearah diterimanya bentuk kerja sama yang ruang lingkupnya
lebih luas bersama guru-guru yang mengajar disekolah lain dan berubahnya
struktur hubungan antara para guru sendiri.
f. Kecenderungan kearah kebutuhan untuk memebina kerja sama yang lebih erat
dengan orang tua dan orang lain didalam masyarakat serta meningkatkan
keterlibatan didalam kehidupan masyarakat.
g. Kecenderungan kearah diterimanya partisipasi pelayan sekolah dan kegiatan
ekstra kurikuler.
h. Kecenderungan kearah sikap yang menerima kenyataan bahwa otoritas
tradisional dalam hubungannya dengan anak-anak telah berkurang terutama
antara anak-anak yang lebih tua terhadap orang tuanya.
Guru yang berkewenangan berganda sebagai Pendidik Profesional dengan
Bidang Keahlian Lain Selain Kependidikan
Mengantisipasi kemungkinan terjadi perkembangan dan perubahan tuntutan dan
persyaratan kerja yang dinamis dalam alam globalisasi mendatang, maka tenaga
guru harus siap secara luwes kemungkinan alih fungsi atau alih profesi (jika
dikehendakinya). Ide dasarnya adalah untuk memberikan peluang alternatif bagi
tenaga kependidikan untuk meraih taraf dan martabat kehidupan yang layak. Tanpa
berprestasi mengurangi makna dan martabat profesi guru, sehingga para guru siap
menghadapi persaingan penawaran jasa pelayanan profesional dimasa mendatang.

Burhanuddin Ahmad, Rangkuman Materi Kuliah “Profesi Keguruan” Semester V Prodi PAI- FTIK
IAI DDI Polman, Thn Akademik 2015/2016 12
PERTEMUAN VII
Kompetensi Guru dalam Proses Belajar Mengajar

Kompetensi profesional guru dapat diartikan sebagai kemampuan dan


kewenangan guru dalam menjalankan profesi keguruannya. Menurut Undang-
undang No.14 tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen pasal 10 ayat (1), kompetensi
guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,
dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
Kompetensi pedagogik, kemampuan merencanakan program belajar mengajar,
kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, dan
kemampuan melakukan penilaian.
Kompetensi kepribadian, Zakiah Darajat dalam Syah (2000:225-226)
menegaskan bahwa kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi
pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak
atau penghancur bagi masa depan anak didiknya terutama bagi anak didik yang
masih kecil (tingkat dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa
(tingkat menengah). Dalam Undang-undang Guru dan Dosen dikemukakan
kompetensi kepribadian adalah “kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak
mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik”. Sedangkan
kompetensi guru secara lebih khusus lagi adalah bersikap empati, terbuka,
berwibawa, bertanggung jawab dan mampu menilai diri pribadi.
Johnson sebagaimana dikutip Anwar (2004:63) mengemukakan kemampuan
personal guru, mencakup :
1. Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan
terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya.
2. Pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang seyogyanya dianut
oleh seorang guru.
3. Kepribadian, nilai, sikap hidup ditampilkan dalam upaya untuk menjadikan
dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para siswanya.

Burhanuddin Ahmad, Rangkuman Materi Kuliah “Profesi Keguruan” Semester V Prodi PAI- FTIK
IAI DDI Polman, Thn Akademik 2015/2016 13
Kompetensi sosial, Menurut Undang-undang Guru dan Dosen kompetensi
sosial adalah “kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif
dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik, dan
masyarakat sekitar”. Surya (2003:138) mengemukakan kompetensi sosial adalah
kemampuan yang diperlukan oleh seseorang agar berhasil dalam berhubungan
dengan orang lain. Gumelar dan Dahyat (2002:127) merujuk pada pendapat Asian
Institut for Teacher Education, menjelaskan kompetensi sosial guru adalah salah
satu daya atau kemampuan guru untuk mempersiapkan peserta didik menjadi
anggota masyarakat yang baik serta kemampuan untuk mendidik, membimbing
masyarakat dalam menghadapi kehidupan di masa yang akan datang. Kompetensi
profesional, Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
kompetensi profesional adalah “kemampuan penguasaan materi pelajaran secara
luas dan mendalam”.
Kompetensi profesional meliputi kepakaran atau keahlian dalam bidangnya
yaitu penguasaan bahan yang harus diajarkannya beserta metodenya, rasa tanggung
jawab akan tugasnya dan rasa kebersamaan dengan guru sejawat. Arikunto
(1993:239) mengemukakan kompetensi profesional mengharuskan guru memiliki
pengetahuan yang luas dan dalam tentang subject matter (bidang studi) yang akan
diajarkan serta penguasaan metodologi yaitu menguasai konsep teoretik, maupun
memilih metode yang tepat dan mampu menggunakannya dalam proses belajar
mengajar.

Burhanuddin Ahmad, Rangkuman Materi Kuliah “Profesi Keguruan” Semester V Prodi PAI- FTIK
IAI DDI Polman, Thn Akademik 2015/2016 14
PERTEMUAN VIII
KETERAMPILAN GURU DALAM
PROSES BELAJAR MENGAJAR

Keterampilan guru dalam proses belajar mengajar yaitu :


1. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran, kegiatan yang dilakukan oleh
guru dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan prakondisi murid agar
minat dan perhatianya terpusat pada apa yang akan dipelajarinya.
2. Keterampilan menjelaskan, keterampilan menyajikan informasi / pelajaran secara
lisan yang diorganisir secara sistematis untuk menunjukan adanya hubungan
antara suatu bagian dengan bagian yang lainya. Keterampilan ini memiliki
komponen – komponen yaitu komponen merencanakan, dan penyajian suatu
penjelasan.
3. Keterampilan bertanya, keterampilan bertanya dibedakan atas keterampilan
mengajar bertanya tingkat dasar dan keterampilan mengajar bertanya tingkat
lanjut. Keterampilan mengajar bertanya tingkat dasar mempunyai komponen
dasar yang perlu diterapkan dalam mengajukan segala jenis pertanyaan.
Keterampilan mengajar bertanya tingkat lanjut merupakan lanjutan keterampilan
bertanya tingkat dasar dan berfungsi mengembangkan kemapuan berfikir siswa
dan mendorong mereka agar mengambil inisiati sendiri.
4. Keterampilan memberi penguatan, Penguatan adalah respon terhadap suatu
tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali
tingkah laku tersebut. Keterampilan ini memiliki komponen – komponen yaitu
penguatan verbal dan penguatan non verbal.
5. Keterampilan menggunakan media pembelajaran, media pembelajaan adalah
sarana pembelajaran yang digunakan sebagai perantara dalam proses
pembelajaran untuk mempertinggi efektifitas dan efisiensi dalam mencapai
tujuan pembelajaran. Keterampilan ini memiliki komponen – komponen media
visual, media audio, dan media audio visual.

Burhanuddin Ahmad, Rangkuman Materi Kuliah “Profesi Keguruan” Semester V Prodi PAI- FTIK
IAI DDI Polman, Thn Akademik 2015/2016 15
6. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, keterampilan melaksanakan
kegiatan membimbing siswa agar dapat melaksanakan diskusi kelompok kecil
dengan efektif. Keterampilan ini memiliki komponen – komponen yaitu
memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topic diskusi, menganalisa
pandangan, memperjelas pendapat, menyebarluaskan kesempatan berpartisipasi,
dan menutup diskusi.
7. Keterampilan mengelola kelas, ketrampilan guru menciptakan dan memelihara
kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya apabila terjadi gangguan
dalam proses belajar mengajar. Komponen – komponen keterampilan ini yaitu
keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeeliharan kondisi
belajar yangoptimal, dan keterampilan yang berhubungan dengan pengembangan
kondisi belajar yang optimal.
8. Keterampilan mengadakan variasi, variasi dalam kegiatan belajar mengajar
adalah perubahan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi para
siswa serta mengurangi kejenuhan dan kebosanan. Komponen – komponennya
yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam penggunaan media
pembelajaran, dan variasi pola interaksi dan kegiatan siswa.
9. Keterampilan mengajar perorangan dan kelompok kecil, Komponen-komponen
keterampilan mengajar perorangan dan kelompok kecil yaitu keterampilan
merencanakan dan melakukan kegiatan pembelajaran, keterampilan
mengorganisasi, keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi, dan
keterampilan membimbing dan memudahkan belajar.

Burhanuddin Ahmad, Rangkuman Materi Kuliah “Profesi Keguruan” Semester V Prodi PAI- FTIK
IAI DDI Polman, Thn Akademik 2015/2016 16
PERTEMUAN IX
KODE ETIK PROFESI KEGURUAN

Kode etik guru sesungguhnya merupakan pedoman yang mengatur hubungan


guru dengan teman kerja, murid dan wali murid, pimpinan dan masyarakat serta
dengan misi tugasnya. Menurut Oteng Sutisna (1986 : 364) bahwa pentingnya kode
etik guru dengan teman kerjanya difungsikan sebagai penghubung serta saling
mendukung dalam bidang mensukseskan misi dalam mendidik peserta didik. tujuan
merumuskan kode etik dalam suatu profesi adalah untuk kepentingan anggota dan
kepentingan organisasi profesi itu sendiri.
Secara umum tujuan mengadakan kode etik adalah menjunjung tinggi
martabat profesi, menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya,
membatasi tingkah laku yang tidak pantas atau tidak jujur bagi para anggota profesi
dalam berinteraksi dengan sesama rekan anggota profesi, meningkatkan
pengabadian para anggota profesi, meningkatkan mutu profesi, dan meningkatkan
mutu organisasi profesi. Kode Etik Guru Indonesia ditetapkan dalam suatu kongres
yang dihadiri oleh seluruh utusan Cabang dan Pengurus Daerah PGRI dari seluruh
tanah air, pertama dalam Kongres PGRI XVI tahun 1973, dan kemudian
disempurnakan dalam Kongres PGRI XVI tahun 1989 juga di Jakarta.
Adapun teks Kode Etik Guru Indonesia yang telah disempurnakan tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untukmembentuk manusia Indonesia
seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan
melakukan bimbingan dan pembinaan.
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yangmenunjang berhasilnya
proses belajar-mengajar.

Burhanuddin Ahmad, Rangkuman Materi Kuliah “Profesi Keguruan” Semester V Prodi PAI- FTIK
IAI DDI Polman, Thn Akademik 2015/2016 17
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat
sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhdap
pendidikan.
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengambangkan dan meningkatkan mutu
dan martabat profesinya.
7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan
kesetiakawanan sosial.
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI
sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.
9. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.

Burhanuddin Ahmad, Rangkuman Materi Kuliah “Profesi Keguruan” Semester V Prodi PAI- FTIK
IAI DDI Polman, Thn Akademik 2015/2016 18
PERTEMUAN X
Organisasi Asosiasi Profesi Keguruan

Organisasi asosiasi keprofesian guru merupakan sebuah wadah perkumpulan


yang bersifat persatuan seprofesi yaitu guru/pendidik. Kelahiran suatu organisasi
asosiasi keprofesian tidak terlepas dari perkembangan jenis bidang pekerjaan yang
bersangkutan, karena organisasi tersebut pada dasarnya dan lazimnya dapat
terbentuk atas prakarsa dari para pengemban bidang pekerjaan tadi (saud: 2007).
Fungsi dan peran organisasi asosiasi keprofesian itu melindungi para anggota
dan kemandirian serta kewibawaan kelembagaannya secara keseluruhan (dengan
membina dan menegakkan kode etik), juga berupaya meningkatkan dan atau
mengembangkan karir, kemampuan, kewenangan profesional, martabat dan
kesejahteraan para anggotanya.
Peran Organisasi Profesi Dalam Peningkatan Kualitas Kompetensi Guru
Pendidikan Dasar yaitu: Guru sebagai profesi perlu diiringi dengan pemberlakuan
aturan profesi keguruan, sehingga akan ada keseimbangan antara hak dan kewajiban
bagi seseorang yang berprofesi guru.
Profesi bukan sekedar pekerjaan atau vocation, melainkan suatu perkerjaan
khusus yang mempunyai ciri-ciri, keahlian, tanggung jawab dan rasa kejawatan.
Organisasi profesi merupakan suatu wadah tempat para anggota professional
tersebut menggabungkan diri dari mendapatkan perlindungan.
Dengan demikian organisasi profesi guru dapat didefinisikan sebagai : Suatu
koordinasi secara rasional kegiatan sejumlah orang (guru) untuk mencapai tujuan
(pendidikan) bersama yang dirumuskan secara eksplisit, melalui pengaturan (kode
etik) dan pembagian kerja serta melalui hierarki kekuasaan dan tanggung jawab
professional.
Di Indonesia, istilah organisasi sebagai suatu wadah profesi sering digunakan
istilah lain seperti ikatan, persatuan, serikat. Hal ini dapat kita lihat berbagai
penggabungan dan sebagainya. Dalam bidang pendidikan, kita mengenal organisasi
profesi keguruan ini seperti :

Burhanuddin Ahmad, Rangkuman Materi Kuliah “Profesi Keguruan” Semester V Prodi PAI- FTIK
IAI DDI Polman, Thn Akademik 2015/2016 19
a. Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI),
b. Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI),
c. Ikatan Sarjana Administrasi Pendidikan (ISAPI),
d. Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI).
Organisasi Profesi Keguruan di Indonesia yang pertama kali dibentuk adalah
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang dibentuk pada tanggal 25
November 1945 dalam kongres guru Indonesia di Surakarta. PGRI sebagai
organisasi professional keguruan memiliki peranan dan tanggung jawab menjaga,
memelihara, dan mengembangkan profesi keguruan. Menjaga antara lain, berarti
upaya agar layanan pendidikan mutunya dapat dipertanggungjawabkan secara
professional. Memelihara artinya mengupayakan profesi guru dari pencemaran
nama baik. Mengembangkan artinya upaya meningkatkan kualifikasi dan kualitas
kemampuan profesional tenaga guru.
Disadari bahwa pelaksanaan sistem pendidikan secara makro dan mikro tidak
dapat dilakukan oleh guru, namun juga diperlukan tenaga-tenaga profesional
dengan bidang lain, seperti ahli perencanaan kurikulum bimbingan dan penyuluhan,
teknologi pembelajaran disamping tenaga peneliti yang diperlukan untuk
perkembangan sistem pendidikan, oleh karena itu organisasi profesi guru
menghadapi tantangan yang cukup berat untuk menunjukkan bahwa bidang-bidang
profesi yang ada dillingkungan guru mempunyai sumbangan untuk pengembangan
pendidikan Indonesia.

Burhanuddin Ahmad, Rangkuman Materi Kuliah “Profesi Keguruan” Semester V Prodi PAI- FTIK
IAI DDI Polman, Thn Akademik 2015/2016 20
PERTEMUAN XI
PENGAKUAN DAN PENGHARGAAN PROFESI GURU

Pada hakikatnya, pekerjaan guru dianggap sebagai pekerjaan yang mulia, yang
sangat berperan dalam pengembangan sumber daya manusia. Sejalan dengan
pemikiran tersebut, maka perlu ditekankan bahwa yang layak menjadi guru adalah
orang-orang pilihan yang mampu menjadi panutan bagi anak didiknya.
Penghargaan profesionalitas seorang guru atau dosen dapat diberikan sertifikat
untuk mengukur profesionalitasnya sebagaimana yang tercantum dalam Undang-
Undang Sisdiknas No 20 Tahun 2003 Pasal 61 ayat 3 Sertifikat kompetensi
diberikan oleh penyelenggara pendidikan dan lembaga pelatihan kepada peserta
didik dan warga masyarakat sebagai pengakuan terhadap kompetensi untuk
melakukan pekerjaan tertentu setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan
oleh satuan pendidikan yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi.
Untuk mengukur kompetensi guru tersebut maka dijabarkan dalam UU No. 14
Thn 2005 Tentang Guru dan Dosen. Kompetensi guru meliputi kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional
yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
Kompetensi pedagogik menunjuk pada kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik. Kompetensi kepribadian menunjuk pada kemampuan kepribadian
yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta
didik. Kompetensi profesional menunjuk pada kemampuan penguasaan materi
pelajaran secara luas dan mendalam. Kompetensi sosial menunjuk kemampuan guru
untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta
didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Sertifikasi guru merupakan penghargaan yang diberikan kepada guru dalam
bentuk finansial yang dilipatgandakan dari gaji pokoknya. Spirit inilah yang
menjadi spirit utama mendapatkan sertifikasi. Selain sertifikasi upaya lain yang
dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme guru, misalnya PKG (Pusat
Kegiatan Guru) dan KKG (Kelompok Kerja Guru)

Burhanuddin Ahmad, Rangkuman Materi Kuliah “Profesi Keguruan” Semester V Prodi PAI- FTIK
IAI DDI Polman, Thn Akademik 2015/2016 21
PERTEMUAN XII
Pengembangan Profesionalisasi Guru

Guru ( digugu dan ditiru ) jadi guru harus dapat menjadi contoh (suri teladan)
bagi peserta didik, karena pada dasarnya guru adalah representasi dari sekelompok
orang pada suatu komunitas atau masyarakat yang diharapkan dapat menjadi
teladan, yang dapat digugu dan ditiru.Perubahan dalam cara mengajar guru dapat
dilatihkan melalui peningkatan kemampuan mengajar sehingga kebiasaan lama
yang kurang efektif dapat segera terdeteksi dan perlahan-lahan dihilangkan.
Untuk itu, maka perlu adanya perubahan kebiasaan dalam cara mengajar guru
yang diharapkan akan berpengaruh pada cara belajar siswa, diantaranya sebagai
berikut :
1. Memperkecil kebiasaan cara mengajar guru baru (calon guru) yang cepat merasa
puas dalam mengajar apabila banyak menyajikan informasi (ceramah) dan terlalu
mendominasi kegiatan belajar peserta didik.
2. Guru hendaknya berperan sebagai pengarah, pembimbing, pemberi kemudahan
dengan menyediakan berbagai fasilitas belajar, pemberi bantuan bagi peserta
didik yang mendapat kesulitan belajar, dan pencipta kondisi yang merangsang
dan menantang peserta didik untuk berpikir dan bekerja (melakukan).
3. Mengubah dari sekedar metode ceramah dengan berbagai variasi metode yang
lebih relevan dengan tujuan pembelajaran, memperkecil kebiasaan cara belajar
peserta yang baru merasa belajar dan puasbkalau banyak mendengarkan dan
menerima informasi (diceramahi) guru, atau baru belajar kalau ada guru.
4. Guru hendaknya mampu menyiapkan berbagai jenis sumber belajar sehingga
peserta didik dapat belajar secara mandiri dan berkelompok, percaya diri, terbuka
untuk saling memberi dan menerima pendapat orang lain, serta membina
kebiasaan mencari dan mengolah sendiri informasi.
Untuk meningkatkan mutu profesi keguruan, dapat dilakukan dengan berbagai
cara, misalnya dengan melakukan pelatihan, workshop, lokakarya, pendidikan
lanjutan, pendidikan dalam jabatan, studi perbandingan dan berbagai kegiatan

Burhanuddin Ahmad, Rangkuman Materi Kuliah “Profesi Keguruan” Semester V Prodi PAI- FTIK
IAI DDI Polman, Thn Akademik 2015/2016 22
akademik lainnya. Pengembangan sikap profesional dapat dilakukan baik selagi
dalam pendidikan prajabatan maupun setelah bertugas (dalam jabatan).
Usaha pengembangan profesi tenaga kependidikan, khususnya guru, meliputi:
1) Program pre-service education ( pendidikan sebelum orang tersebut menduduki
jabatan ).
2) Program in-service education (orang- orang yang sudah menjabat sebagai guru).
3) Program in-service training (peningkatan ilmu/ kemampuan guru).
Menurut Piet A Sahertian ada beberapa model atau pola pengembangan
profesi keguruan,di antaranya :
a. Pola Ink Blot
Ciri-ciri khusus pada pola Ink Blot:
1) Penatar berasal dari sekolah tertentu.
2) Penatar bersal dari sekolah lain.
3) Sesudah ditatar maka petatar tadi diharapkan menjadi penatar baru, bertugas
menatar guru dari sekolah lain dan seterusnya.
b. Pola Cell
Kalau dalam pola Ink Blot digunakan sekolompok guru dari satu sekolah sebagai
penyebar hasil penataran, maka di dalam pola cell guru-guru yang telah ditatar
secara individual diharapkan menjadi sumber penyebar hasil-hasil pentaran
secara berarti.
Ciri-ciri pola cell antara lain:
1) Penatar merupakan tim yang sudah dibentuk dan tidak harus berasl dari satu
sekolah tertentu.
2) Penatar dipilih dari guru-guru yang memenuhi syarat dan bukan hanya dari satu
sekolah.
3) Sesudah ditatar, petatar akan menjadi penatar secara individua. Demikian
seterusnya, jadi penatarnya berubah-ubah.
c. Pola Mobile Team
Yaitu sumber pola penyebaran yang tim penyebarannya bergerak secara
mobile dari satu tempat ke tempat yang lain untuk melaksanakan penataran.

Burhanuddin Ahmad, Rangkuman Materi Kuliah “Profesi Keguruan” Semester V Prodi PAI- FTIK
IAI DDI Polman, Thn Akademik 2015/2016 23
Ciri-ciri pola mobile team ini antara lain:
1) Tim penatar dibentuk secara tetap dan bergerak secara mobile dari satu tempat ke
tempat lain untuk melaksanakan penataran.
2) Penatar adalah guru-guru di tempat penataran dan tidak harus dari satu sekolah,
tapi dapat dari beberapa sekolah.
d. Pola kunjungan Berkomentar.
Yang dimaksud dengan kunjungan berkomentar ialah kujungan guru-guru ke
sekolah pusat. Untuk melaksanakan pola ini perlu direncanakan secara matang apa
yang akan diobservasi dan dipersiapkan pula siapa yang akan diwawancarai.
Ciri-ciri pola kunjungan berkomentar adalah:
1) Ada objek yang dikunjungi untuk diobservasi dan dipelajari.
2) Petatar / guru secara berkelompok mengunjungi sekolah pusat.
3) Petatar / guru boleh dari beberapa sekolah.
4) Hasil kunjungan dibahas oleh petatar, mana yang dapat diterapkan dan mana
yang tidak dapat diterapkan.

Burhanuddin Ahmad, Rangkuman Materi Kuliah “Profesi Keguruan” Semester V Prodi PAI- FTIK
IAI DDI Polman, Thn Akademik 2015/2016 24
PERTEMUAN XIII
Tantangan dan Problematika Pengembangan
Profesionalisasi Guru

Permasalahan yang dihadapi dalam meningkatkan kemampuan profesional


para guru melaksanakan pembelajaran dapat digolongkan ke dalam dua macam,
yaitu permasalahan yang ada dalam diri guru itu sendiri (internal), dan
permasalahan yang ada di luar diri guru (eksternal).
Permasalahan internal menyangkut sikap guru yang masih konservatif,
rendahnya motivasi guru untuk mengembangkan kompetensinya, dan guru
kurang/tidak mengikuti berbagai perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.Sedangkan permasalahan eksternal menyangkut sarana dan prasarana
yang terbatas.
Akadum (1999) juga mengemukakan bahwa ada lima penyebab rendahnya
profesionalisme guru:
1. M asih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara total.
2. Rentan dan rendahnya kepatuhan guru terhadap norma dan etika profesi
keguruan.
3. Pengakuan terhadap ilmu pendidikan dan keguruan masih setengah hati dari
pengambilan kebijakan dan pihak-pihak terlibat. Hal ini terbukti dari masih
belum mantapnya kelembagaan pencetak tenaga keguruan dan kependidikan.
4. Masih belum smooth-nya perbedaan pendapat tentang proporsi materi ajar yang
diberikan kepada calon guru.
5. Masih belum berfungsi PGRI sebagai organisasi profesi yang berupaya secara
makssimal meningkatkan profesionalisme anggotanya.
Upaya yang dilaksanakan oleh Kemendiknas dalam rangka memotivasi guru
untuk melaksanakan pengembangan profesi antara lain:
1. Menetapkan pedoman penyusunan karya tulis ilmiah dan jenis pengembangan
profesi lainnya.

Burhanuddin Ahmad, Rangkuman Materi Kuliah “Profesi Keguruan” Semester V Prodi PAI- FTIK
IAI DDI Polman, Thn Akademik 2015/2016 25
2. Melaksanakan pelatihan kepada guru-guru senior agar mampu menyusun karya
tulis ilmiah.
3. Menghimbau perguruan tinggi dan “pembina guru” serta widyaiswara untuk
membantu guru dalam menyusun karya ilmiah.
4. Menghimbau guru agar mau melaksanakan pengembangan profesi (karya tulis
ilmiah) sejak dini (sebelum mencapai golongan IV A).
5. Menghimbau guru agar memilih jenis pengembangan profesi yang di kuasai oleh
guru.
Pada bidang pengembangan profesi guru tersebut meliputi kegiatan sebagai
berikut:
1. Melakukan kegiatan karya tulis/ karya ilmiah (KTI) di bidang pendidikan.
2. Membuat alat pelajaran/ alat peraga atau alat bimbingan.
3. Menciptakan karya seni.
4. Menemukan tekhnologi tepat guna di bidang pendidikan.
5. Mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.

Burhanuddin Ahmad, Rangkuman Materi Kuliah “Profesi Keguruan” Semester V Prodi PAI- FTIK
IAI DDI Polman, Thn Akademik 2015/2016 26
PERTEMUAN XIV
Implementasi Program Pengembangan Profesi Guru

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk


watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa. Aktualitas fungsi pendidikan memungkinkan berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Guru
memegang peranan yang sangat strategis dalam kerangka menjalankan fungsi dan
mewujudkan tujuan pendidikan nasional sebagaimana disebutkan di atas. Peserta
didik sekarang merupakan manusia masa depan yang diharapkan mampu menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi, terampil, berwatak dan berkarakter kebangsaan,
serta menjadi insan agamais. Peran guru nyaris tidak bisa digantikan oleh yang lain,
apalagi di dalam masyarakat yang multikultural dan multidimensional, dimana
peran teknologi untuk menggantikan tugas-tugas guru masih sangat minim. Kalau
pun teknologi pembelajaran tersedia mencukupi, peran guru yang sesungguhnya
tidak akan tergantikan.
Sejarah pendidikan di Indonesia telah mencatatkan bahwa profesi guru sebagai
profesi yang disadari pentingnya dan diakui peran strategisnya bagi pembangunan
masa depan bangsa. Pembinaan dan pengembangan profesi guru harus sejalan
dengan kegiatan sejenis bagi tenaga kependidikan pada umumnya. Dilihat dari sisi
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, profesi guru
sesungguhnya termasuk dalam spektrum profesi kependidikan itu sendiri. Frasa
“tenaga kependidikan” ini sangat dikenal baik secara akademik maupun regulasi.
Dari persepektif ketenagaan, frasa ini mencakup dua ranah, yaitu pendidik dan
tenaga kependidkan. Pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) merupakan dua jenis
“profesi” atau pekerjaan yang saling mengisi. Pendidik, dalam hal ini guru, dengan
derajat profesionalitas tingkat tinggi sekali pun nyaris tidak berdaya dalam bekerja,
tanpa dukungan tenaga kependidikan.

Burhanuddin Ahmad, Rangkuman Materi Kuliah “Profesi Keguruan” Semester V Prodi PAI- FTIK
IAI DDI Polman, Thn Akademik 2015/2016 27
Sebaliknya, tenaga kependidikan yang profesional sekali pun tidak bisa
berbuat banyak, tanpa dukungan pendidik atau guru yang profesional sebagai aktor
langsung di dalam dan di luar kelas, termasuk di laboratoium sekolah. Karenanya,
ketika berbicara mengenai “profesi kependidikan”, semua orang akan melirik pada
esensi dan eksistensi PTK itu sendiri. Merujuk pada UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas, Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri
dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan, di mana di dalamnya
termasuk pendidik. Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi
sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur,
fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi
dalam Kebijakan Pengembangan Profesi Guru – Badan PSDMPK-PMP 88
menyelenggarakan pendidikan. Dengan lahirnya UU No. 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen, guru yang tadinya masuk ke dalam “rumpun pendidik”, kini telah
memiliki definisi tersendiri.
Secara lebih luas tenaga kependidikan yang dimaksudkan di sini adalah
sebagaimana termaktub UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, yaitu:
(1) tenaga kependidikan terdiri atas tenaga pendidik, pengelola satuan pendidikan,
penilik, pengawas, peneliti dan pengembang di bidang pendidikan, pustakawan,
laboran, teknisi sumber belajar, dan penguji;
(2) tenaga pendidik terdiri atas pembimbing, pengajar, dan pelatih; dan
(3) pengelola satuan pendidikan terdiri atas kepala sekolah, direktur, ketua, rektor,
dan pimpinan satuan pendidikan luar sekolah. Termasuk dalam jenis tenaga
kependidikan adalah pengelola sistem pendidikan, seperti kepala kantor dinas
pendidikan di tingkat provinsi atau kabupaten/kota. Jika mau diperluas, tenaga
kependidikan sesungguhnya termasuk tenaga administratif bidang pendidikan,
dimana mereka berfungsi sebagai subjek yang menjalankan fungsi mendukung
pelaksanaan pendidikan.
Dengan demikian, secara umum tenaga kependidikan itu dapat dibedakan
menjadi empat kategori yaitu:
(1) tenaga pendidik, terdiri atas pembimbing, penguji, pengajar, dan pelatih;

Burhanuddin Ahmad, Rangkuman Materi Kuliah “Profesi Keguruan” Semester V Prodi PAI- FTIK
IAI DDI Polman, Thn Akademik 2015/2016 28
(2) tenaga fungsional kependidikan, terdiri atas penilik, pengawas, peneliti dan
pengembang di bidang kependidikan, dan pustakawan;
(3) tenaga teknis kependidikan, terdiri atas laboran dan teknisi sumber belajar;
(4) tenaga pengelola satuan pendidikan, terdiri atas kepala sekolah, direktur, ketua,
rektor, dan pimpinan satuan pendidikan luar sekolah; dan
(5) tenaga lain yang mengurusi masalah-masalah manajerial atau administratif
kependidikan.
Dalam kaitannya dengan pembinaan dan pengembangan guru, telah muncul
beberapa harapan ke depan.
Pertama, perhitungan guru melalui Sensus Data Guru sangat diperlukan untuk
merencanakan kebutuhan guru dan sebagai bahan pertimbangan kebijakan proyeksi
pemenuhan guru di masa mendatang. Hasil perhitungan dan rencana pemenuhan
guru per kabupaten/kota perlu diterbitkan secara berkala dalam bentuk buku yang
dipublikasikan minimal setiap tiga tahun.
Kedua, memperhitungkan keseimbangan antara penyediaan dan kebutuhan
(supply and demand) atau keseimbangan antara kebutuhan guru dan produksi guru.
Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kelebihan guru dan rasio guru:murid dapat di
pertahankan secara efektif dan optimal. Pada kondisi riil di sekolah sebenarnya
terjadi kelebihan guru sehingga guru-guru honor yang ada di sekolah merasa
teraniaya/ termarjinalisasi/tak terurus.
Ketiga, merealisasikan pemerataan guru yang efektif dan efisien di semua
satuan pendidikan di kecamatan, kabupaten/kota, dan provinsi. Apalagi jika Surat
Keputusan Bersama (SKB) 5 Menteri tentang Pemindahan Guru PNS yang masih
dalam proses penyelesaian telah terbit, maka berangsur-angsur akan terjadi
pemerataan guru. Guru yang berlebih di satu kabupaten/kota dipindahkan ke
kabupaten/kota lainnya yang kekurangan.
Keempat, menghitung dengan tepat dan cermat kebutuhan fiskal negara terkait
dengan agenda kesejahteraan guru yaitu pemberian tunjangan profesi guru,
tunjangnan khusus, maslahat tambahan, dan lain-lain.

Burhanuddin Ahmad, Rangkuman Materi Kuliah “Profesi Keguruan” Semester V Prodi PAI- FTIK
IAI DDI Polman, Thn Akademik 2015/2016 29
Kelima, pengembangan karier guru pascasertifikasi. Berdasarkan Permenneg
PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009, ada empat aktivitas pengembangan karir guru
pascasertifikasi guru, yaitu: penilaian kinerja guru, peningkatan guru berkinerja
rendah, pengembangan keprofesian guru berkelanjutan, dan pengembangan karier
guru.
Kebijakan Pengembangan Profesi Guru – Badan PSDMPK-PMP 89 Pada sisi
lain, akhir-akhir ini makin kuat dorongan untuk melakukan kaji ulang atas sistem
pengelolaan guru, terutama berkaitan dengan penyediaan, rekruitmen, pengangkatan
dan penempatan, sistem distribusi, sertifikasi, peningkatan kualifikasi, penilaian
kinerja, uji kompetensi, penghargaan dan perlindungan, kesejahteraan, pembinaan
karir, pengembangan keprofesian berkelanjutan, serta pengelolaan guru di daerah
khusus yang relevan dengan tuntutan kekinian dan masa depan. Untuk tujuan itu,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyusun masterplan pembinaan dan
pengembangan profesi guru.
Beranjak dari isu-isu di atas, beberapa hal berikut ini memerlukan perhatian
dan priotitas utama.
1. Menindaklanjuti masterplan pembinaan dan pengembangan profesi guru.
2. Melaksanakan kesepakatan implementasi sistem manajemen guru secara
komprehensif berkaitan dengan:
a. Melakukan koordinasi dalam penyediaan guru dengan mempertimbangkan
kebutuhan satuan pendidikan.
b. Merekrut guru berdasarkan asesmen kebutuhan dan standar kompetensi yang
telah ditetapkan.
c. Mengangkat dan menempatkan guru berdasarkan kualifikasi akademik dan
bidang keahlian yang dimilikinya sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan.
d. Menata dan mendistribusikan guru antarsatuan, antarjenjang, dan antarjenis
pendidikan sebagai bagian dari kebijakan penataan guru secara nasional
melalui aspek pendanaan bidang pendidikan.
e. Memfasilitasi sertifikasi guru dengan menerapkan asas obyektifitas, transparan
dan akuntabel.

Burhanuddin Ahmad, Rangkuman Materi Kuliah “Profesi Keguruan” Semester V Prodi PAI- FTIK
IAI DDI Polman, Thn Akademik 2015/2016 30
f. Memfasilitasi peningkatan kualifikasi akademik guru dengan menerapkan asas
obyektifitas, transparan dan akuntabel
g. Menerapkan sistem penilaian kinerja guru secara berkelanjutan sesuai dengan
standar yang ditetapkan.
h. Memberikan penghargaan bagi guru sesuai dengan prestasi dan dedikasinya
dan memberikan perlindungan hukum, profesi, ketenagakerjaan, dan hak atas
kekayaan intektual.
i. Meningkatkan kesejahteraan guru sesuai dengan kemampuan daerah.
j. Memfasilitasi pembinaan dan pengembangan keprofesian dan karir guru.
3. Menindaklanjuti regulasi mengenai guru kedalam peraturan daerah/peraturan
gubernur/ peraturan bupati/peraturan walikota Manajemen guru masa depan
menuntut pertimbangan dan perumusan kebijakan yang sistemik dan sistematik.
Manajemen guru sebagaimana dimaksud terutama berkaitan dengan penyediaan,
rekruitmen, pengangkatan dan penempatan, sistem distribusi, sertifikasi,
peningkatan kualifikasi, penilaian kinerja, uji kompetensi, penghargaan dan
perlindungan, kesejahteraan, pembinaan karir, pengembangan keprofesian
berkelanjutan, serta pengelolaan guru di daerah khusus yang relevan dengan
tuntutan kekinian dan masa depan. Dalam kaitannya dengan substansi
manajemen guru sebagaimana dijelaskan di muka, beberapa hal perlu diberi
catatan khusus. Perlu ditetapkan standar mahasiswa calon guru. Standar
dimaksud berupa kemampuan intelektual, kepribadian, minat, bakat, ciri-ciri
fisik, dan sebagainya. Penentuan standar ini ditetapkan oleh institusi penyedia
calon guru dan/atau difilter melalui seleksi
Kebijakan Pengembangan Profesi Guru – Badan PSDMPK-PMP 90 calon
peserta Pendidikan Profesi Guru (PPG). Dengan demikian, ke depan hanya
seseorang dengan karakteristik tertentulah yang akan direkruit sebagai calon guru.
Perencanaan kebutuhan guru harus dilakukan secara cermat dan komprehensif,
sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan, bidang keahlian, dan sebaran
sekolah. Dalam kaitannya dengan rekruitmen calon guru, sudah seharusnya menjadi
kebijakan nasional yang tersentralisasi. Demikian juga pembinaan dan

Burhanuddin Ahmad, Rangkuman Materi Kuliah “Profesi Keguruan” Semester V Prodi PAI- FTIK
IAI DDI Polman, Thn Akademik 2015/2016 31
pengembangan keprofesian dan karirnya. Atas dasar itu, kiranya diperlukan regulasi
baru atau merevitalisasi manajemen guru yang mampu mensinergikan lembaga
penyedia, pengguna, dan pemberdayaannya. Pada tataran menjalankan tugas
keprofesian keseharian, guru Indonesia bertanggungjawab mengantarkan peserta
didiknya untuk mencapai kedewasaan sebagai calon pemimpin bangsa pada semua
bidang kehidupan.
Dalam melaksanakan tugas profesinya itu, guru Indonesia mestinya menyadari
sepenuhnya bahwa perlu ditetapkan KEGI sebagai pedoman bersikap dan
berperilaku yang mengejewantah dalam bentuk nilai-nilai moral dan etika dalam
jabatan guru sebagai pendidik putera-puteri bangsa. Untuk menegakkan Kode Etik
itu, organisasi profesi guru membentuk Dewan kehormatan yang keanggotaan serta
mekanisme kerjanya diatur dalam anggaran dasar organisasi profesi guru. Dewan
Kehormatan Guru (DKG) dimaksud dibentuk untuk mengawasi pelaksanaan kode
etik guru dan memberikan rekomendasi pemberian sanksi atas pelanggaran kode
etik oleh guru. Rekomendasi dewan kehormatan profesi guru harus objektif, tidak
diskriminatif, dan tidak bertentangan dengan anggaran dasar organisasi profesi serta
peraturan perundang-undangan.

Burhanuddin Ahmad, Rangkuman Materi Kuliah “Profesi Keguruan” Semester V Prodi PAI- FTIK
IAI DDI Polman, Thn Akademik 2015/2016 32
DAFTAR REFERENSI

Akhdinirwanto,R Wachid dan Ida Ayu Sayogyani. 2009. Cara Mudah


Mengembangkan Profesi Guru. Yogyakarta: Pengurus Wilayah Agupena DIY
dan Sabda Media.
AksaraHariwung, A.J. 1989. Supervisi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud.
Arikunto, Suharsimi. 2004. Dasar-Dasar Supervisi. Jakarta: Rineka Cipta.
B. Uno, Hamzah. 2007. “Profesi Kependidikan”. Gorontalo: Bumi Aksara.
……….. 2010 . Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Biggs, Morris L. 1982. Learning Theories for Teaching. New York: Harper & Row
Publisher.
Kunandar. 2007. Guru Profesional. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Mulyasa. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyasa. 2009. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Ronnie, M. Dani. 2005. Seni Mengajar dengan Hati. Jakarta: Alex Media
Komputindo.
Rosenblum, Renee dkk. 2008. Anda Harus Pergi ke Sekolah...Anda Guru ! Edisi 3.
Bandung: Indeks.
Sagala, syaiful. 2010.Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sahertian, Piet A. 2008. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan. Jakarta:
RinekaCipta.
Saifuddin, Azwar. 2000. Sikap Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Saud, Udin Syaefudin. 2009. Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta.
Trianto. 2010. Pengantar Penelitian Pendidikan bagi Pengembangan Profesi
pendidikan dan tenaga kependidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Massofa. “ Keterampilan Membuka-Menutup Pelajaran” dalam
www.wordpress.com. Januari 2008
Buchori,Alma..2009. Guru Professional Menguasai Metode Dan Terampil
Mengajar.Bandung. Alfabeta dalam http://contohnaskah.com/makalah-ilmu-

Burhanuddin Ahmad, Rangkuman Materi Kuliah “Profesi Keguruan” Semester V Prodi PAI- FTIK
IAI DDI Polman, Thn Akademik 2015/2016 33
pendidikan-tentang-upaya-guru-dalam-meningkatkan-efektivitas-belajar-
mengajar/
Udin syfrudin saud.2009.Pengembangan Profesi Guru.Bandung.Alfabeta.Dalam
http://www.abibunda.info/2011/07/keterampilan-guru-dalam-proses_02.html
Toeti Soekamto, Udin Saripudin. (1994). Teori Belajar dan Model-model
Pembelajaran. Jakarta: Pusat Antar - Universitas
http://ranisakura.wordpress.com/2010/06/01/pengertian-profesi/
http://agustien-wilujeng.blogspot.com/2012/03/pengertian-profesi-dan-
profesionalisme.html
http://ahsanfuadi.blogspot.com/2011/06/makalah-tugasperan-dan-tanggung-
jawab.html
http://wawan-junaidi.blogspot.com/2010/10/kode-etik-guru.html
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/195504281988031-
MAKHMUD_SYAFE%27I/PERAN__ORGANISASI_PROFESI.pdf
http://mudjiarahardjo.com/artikel/136-pengembangan-profesionalisme-guru-2.html
http://dirgantara.blogdetik.com/2011/01/29/penghargaan-profesional-melalui-
sertifikasi-guru/
http://www.perkuliahan.com/pengembangan-kompetensi-profesional-guru-pai/

Burhanuddin Ahmad, Rangkuman Materi Kuliah “Profesi Keguruan” Semester V Prodi PAI- FTIK
IAI DDI Polman, Thn Akademik 2015/2016 34
PERTEMUAN I PENGERTIAN PROFESI
PERTEMUAN II KARAKTERISTIK DAN SYARAT PROFESI
PERTEMUAN III TINGKAT DAN JENIS PROFESI
PERTEMUAN IV SIKAP PROFESIONAL KEGURUAN
PERTEMUAN V Tugas, Tanggung Jawab dan Peran Guru
PERTEMUAN VI Profil Tenaga Keguruan
PERTEMUAN VII Kompetensi Guru dalam Proses Belajar Mengajar
ERTEMUAN VIII KETERAMPILAN GURU DALAM PROSES
BELAJAR MENGAJAR
PERTEMUAN IX KODE ETIK PROFESI KEGURUAN
PERTEMUAN X Organisasi Asosiasi Profesi Keguruan
PERTEMUAN XI PENGAKUAN DAN PENGHARGAAN PROFESI
GURU
PERTEMUAN XII Pengembangan Profesionalisasi Guru
PERTEMUAN XIII Tantangan dan Problematika Pengembangan
Profesionalisasi Guru
PERTEMUAN XIV Implementasi Program Pengembangan Profesi Guru

Burhanuddin Ahmad, Rangkuman Materi Kuliah “Profesi Keguruan” Semester V Prodi PAI- FTIK
IAI DDI Polman, Thn Akademik 2015/2016 35

Anda mungkin juga menyukai