Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

PRAKTIKUM VI

PENGECETAN DAN MORFOLOGI MIKROORGANISME

OLEH:

OLEH :

NAMA : WD. LENI MARLINA

STAMBUK : F1D1 13 040

KELOMPOK : VI (ENAM)

ASISTEN PEMBIMBING : ANDI NURHANA

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2015
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mengamati bentuk atau ciri-ciri suatu mikroba dapat digunakan dua

cara yaitu mengamati sel mikroba yang masih hidup tanpa diwarnai dan

mengamati sel mikroba yang telah mati dengan diwarnai. Agar lebih

mudahnya diamati bakteri diwarnai dengan zat warna, beberapa zat yang

digunakan untuk mewarnai bakteri juga dapat digunakan untuk mengamati

struktur bagian dalam sel. Adanya pewarnaan terutama bakteri yang

mempunyai sel dengan ukuran yang retif kecil akan lebih mudah untuk

diamati di bawah mikroskop.

Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit,

karena selain bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil.

Selain itu bakteri yang hidup akan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri

tersebut disuspensikan. Sedangkan, untuk mengatasi hal tersebut maka

dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bakteri, sehingga sel dapat terlihat

jelas dan mudah diamati. Oleh karena itu teknik pewarnaan sel bakteri ini

merupakan salah satu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian

mikrobiologi. Prinsip dasar dari pewarnaan ini adalah adanya ikatan ion antara

komponen selular dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang

disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik pada

komponen seluler maupun pada pewarna. Berdasarkan adanya muatan ini

maka dapat dibedakan pewarna asam dan pewarna basa.


Mengidentifikasi suatu biakan murni bakteri hasil isolasi mula-mula

diamati morfologi sel secara mikroskopik melalui pengecetan atau pewarnaa,

salah satunya adalah dengan pewarnaan Gram. Pewarnaan Gram merupakan

salah satu prosedur yang paling banyak digunakan untuk mencirikan banyak

bakteri. Dari pewarnaan Gram dapat diketahui morfologi sel antara lain sifat

Gram, bentuk sel, dan penataan sel. Pewarnaan Gram atau metode Gram

adalah suatu metode empiris untuk membedakan spesies bakteri menjadi dua

kelompok besar. Berdasarkan latar belakang diatas maka dilakukan praktikum

pengecetan dan morfologi mikroorganisme.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana mempelajari dasar kimiawi dan teoritis pewarnaan bakteri?

2. Bagaimana mempelajari teknik pembuatan apusan dalam pewarnaan

bakteri?

3. Bagaimana mempelajari tata cara pewarnaan sederhana, pewarnaan negatif

dan pewarnaan Gram?

C. Tujuan Praktikum

Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Mempelajari dasar kimiawi dan teoritis pewarnaan bakteri.

2. Mempelajari teknik pembuatan apusan dalam pewarnaan bakteri.

3. Mempelajari tata cara pewarnaan sederhana, pewarnaan negatif dan

pewarnaan Gram?
D. Manfaat Praktikum

Manfaat yang diperoleh pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat mempelajari dasar kimiawi dan teoritis pewarnaan bakteri?

2. Dapat mempelajari teknik pembuatan apusan dalam pewarnaan bakteri?

3. Dapat mempelajari tata cara pewarnaan sederhana, pewarnaan negatif dan

pewarnaan Gram?
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pewarnaan

Prinsip dasar dari pewarnaan adalah ikatan ion antara komponen seluler

dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut kromogen.

Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik pada komponen seluler

maupun pada pewarna. Berdasarkan adanya muatan ini maka dapat dibedakan

pewarna asam dan pewarna basa. Pewarna asam dapat terjadi bila senyawa

pewarna bermuatan negatif. Kondisi pH mendekati netral dinding sel bakteri

cenderung bermuatan negatif, sehingga pewarna asam yang bermuatan

negatif akan ditolak oleh dinding sel, maka sel tidak berwarna. Pewarna asam

ini disebut juga pewarna negatif. Teknik pewarna asam basa ini hanya

menggunakan satu jenis senyawa pewarna, teknik ini disebut pewarna

sederhana. Pewarna sederhana ini diperlukan untuk mengamati morfologi,

baik bentuk maupun susunan sel. Teknik pewarna yang lain adalah pewarna

diferensial, yang menggunakan senyawa lebih dari satu jenis. Diperlukan

untuk mengelompokkan bakteri misalnya, bakteri Gram positif atau bakteri

tahan asam dan tidak tahan asam, juga diperlukan untuk mengamati struktur

bakteri seperti flagella, kapsula, spora dan nucleus (Tim Penyusun, 2003).

B. Jenis Pewarnaan

Pewarnaan terdiri dari empat jenis pewarna antara lain pewarnaan

sederhana, pewarnaan dengan menggunakan hanya satu zat warna basa air

atau basa alkohol. Kadang kadang diberi mordant untuk menguatkan zat
warna yang diberikan. Zat warna yang biasa digunakan misalnya biru

metilena, karbolfuhsin, gentian violet, dan safranin. Pewarnaan diferensial,

teknik pewarnaan ini menyebabkan bagian sel terwarnai berbeda. Pewarnaan

Gram, teknik ini dikembangkan pertama kali oleh Hans Christian Gram tahun

1884. Berdasarkan pewarnaan ini bakteri terbagi menjadi Gram positif dan

Gram negatif. Pewarnaan tahan asam, pewarnaan ini sering digunakan untuk

genus Mycobacterium dan Noocardia. Pengamatan secara makroskopis

terhadap perbedaan warna, bentuk permukaan dan pinggiran koloni yang

dilakukan setiap tahapan isolasi bakteri. Pewarnaan Gram dilakukan dengan

metoda teknik pewarnaan bertingkat. Zat warna yang digunakan adalah

kristal violet, lugol iodin, safranin dan pelarut lain alkohol dan air suling.

Pengamatan secara mikroskopis dilakukan untuk menentukan perbedaan

bentuk, ukuran sel dan hasil reaksi pewarnaan Gram dengan menggunakan

mikroskop (Komala, 2012).

C. Teknik Pewarnaan

Teknik pewarnaan dikelompokkan menjadi beberapa tipe, berdasarkan

respon sel bakteri terhadap zat pewarna dan sistem pewarnaan yang

digunakan untuk pemisahan kelompok bakteri digunakan pewarnaan Gram,

dan pewarnaan acidfast/tahan asam untuk Mycobacterium dan untuk melihat

struktur digunakan pewarnaan flagel, pewarnaan kapsul, pewarnaan spora,

dan pewarnaan nukleus. Pewarnaan Neisser atau Albert digunakan untuk

melihat granula metakromatik (volutin bodies) pada Corynebacterium

diphtheriae (Sumarsih, 2003).


Teknik pewarnaan bukan pekerjaan yang sulit tapi perlu ketelitian dan

kecermatan bekerja serta mengikuti aturan yang berlaku yakni

mempersiapkan kaca obyek. Kaca obyek ini harus bersih dan bebas lemak

untuk membuat apusan bakteri yang akan diwarnai kemudian mempersiapkan

apusan. Apusan yang baik adalah yang tipis dan kering, terlihat seperti

lapisan yang tipis. Apusan ini dapat berasal dari cairan atau padat. Tiap

koloni mengandung jutaan sel. Koloni diamati ukuran, tekstur, warna dan jika

tumbuh dalam agar darah diamati ada tidaknya hemolisis merupakan langkah

awal paling penting dalam identifikasi. Organisme membutuhkan oksigen

untuk tumbuh merupakan ciri penting lain untuk membedakan. Koloni

diwarnai dengan pengecatan Gram dan diamati dibawah mikroskop (Yuwono,

2011).

D. Pewarnaan Sederhana

Pewarnaan sederhana yaitu pewarnaan dengan menggunakan

satumacam zat warna dengan tujuan hanya untuk melihat bentuk sel bakteri

dan untuk mengetahui morfologi dan susunan selnya. pewarnaan ini dapat

menggunakan pewarnaan basa pada umumnya antara lain kristal violet,

metylen blue, karbol, fuchsin, dan safranin. Pewarnaan sederhana merupakan

teknik pewarnaan yang paling banyak digunakan. Sederhana karena hanya

menggunakan satu jenis zat warna untuk mewarnai organisme tersebut.

Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarnaanpewarnaan sederhana

karena sitoplasamanya bersifat basofilik (suka dengan basa). Zat-zat warna

yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkolin.


Adanya pewarnaan sederhana dapat mengetahui bentuk dan rangkaian sel-sel

bakteri. Pewarna basa yang biasa digunakan untuk pewarnaan sederhana ialah

metilen biru, kristal violet, dan karbol fuehsin yang mana pewarnaan

sederhana ini dibagi lagi menjadi dua jenis pewarnaan. Berbagai macam tipe

morfologi bakteri (kokus, basil, spirilum, dan sebagainya) dapat dibedakan

dengan menggunakan pewarna sederhana, yaitu mewarnai sel-sel bakteri

hanya digunakan satu macam zat warna saja. Kebanyakan bakteri mudah

bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat

basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk

pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromoforiknya

bermuatan positif) (Lestari, 2013).

E. Pewarnaan Gram

Pewarnaan Gram digunakan untuk mengetahui struktur dari dinding sel

suatu bakteri apakah berdinding sel positif atau negatif. Obyek glass

disterilkan dan difiksasi. Diambil 1 tetes aquades steril dan diteteskan pada

obyek glass. Diambil 1-2 ose isolate mikrobia dan dicampurkan pada

aquades di obyek glass. Preparat dikeringkan dengan fiksasi. Preparat yang

sudah kering diberi reagen I (Kristal violet) dan dibiarkan 3 menit, setelah itu

dicuci dengan air mengalir. Preparat diberi larutan mordan dan dibiarkan 2

menit, selanjutnya dicuci dengan air mengalir. Preparat dicuci dengan alcohol

hingga tetesan tampak jernih. Preparat di tetesi safranin dan dibiarkan 1

menit, selanjutnya dicuci dan dikeringkan. Preparat diamati dengan

mikroskop, jika berwarna merah berarti bakteri tersebut tidak dapat


mempertahankan warna cat (Gram negatif) sedangkan jika berwarna biru

berarti bakteri tersebut mempertahankan warna (Gram positif) (Purwani,

2006).
III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 18 April 2015 pukul

13.00-17.00 WITA dan bertempat di Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan

Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu

Oleo, Kendari.

B. Bahan Praktikum

Bahan yang digunakan pada praktikum ini tercantum pada Tabel 1.

Tabel 1. Bahan dan kegunaan


No. Nama Bahan Satuan Kegunaan
1 2 3 4
1. Akuades mL Untuk membilas objek pengamatan
2. Alkohol 70% mL Sebagai larutan pencuci dan
pensteril
3. Tinta cina/nigrosin mL Sebagai pewarna pada pewarnaan
negatif
4. Methylen blue mL Sebagai pewarna pada pewarnaan
sederhana
5. Safranin mL Sebagai cat penutup pada
pewarnaan Gram & pewarnaan
spora
6. Malachite green mL Sebagai pewarna pada pewarnaan
spora
7. Tissue - Membersihkan kaca objek dan meja
kerja
8. Kertas saring - Sebagai peresap cat pada
pewarnaan spora
9. Kristal violet mL Sebagai cat utama pada pewarnaan
Gram
10. Isolat bakteri - Sebagai objek pengamatan
11. Larutan iodine mL Sebagai pengintensif cat utama
pada pewarnaan Gram
C. Alat Praktikum

Alat yang digunakan pada praktikum ini tercantum pada Tabel 2.

Tabel 2. Alat dan kegunaan


No. Nama Alat Satuan Kegunaan
1 2 3 4
1. Pipet tetes - Untuk mengambil dan memindahkan
larutan
2. Jaring besi - - Untuk memudahkan proses penguapan
sampel pewarnaan spora
3. Gelas kimia mL Sebagai wadah menyimpan air
0
4. Hot plate C Untuk memanaskan air
5. Ose bulat - - Untuk mengambil dan memindahkan
isolat bakteri
6. Kaca objek - - Meletakkan isolat bakteri
7. Kaca penutup
- - Menutup isolat bakteri yang akan diamati
objek
8. Alat tulis - - Mencatat hasil pengamatan
9. Kamera - - Mendokumentasikan hasil pengamatan
10. Lampu spirtus - - Untuk menfiksasi dan mengeringkan
objek pengamatan
11. LAF (laminar - - Sebagai tempat bekerja secara aseptis
air flow)
12. Masker - - Melindungi mulut dan hidung
13. Mikroskop - - Mengamati objek pengamatan
14. Korek api - - Untuk menyalakan lampu spirtus
15. Gelas plastik - - Sebagai penampung larutan ketika
membilas sampel

D. Prosedur Kerja

Prosedur kerja praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Pewarnaan Negatif

a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

b. Mengambil aquades secukupnya dan meneteskannya di atas kaca objek.

c. Mengambil isolat bakteri menggunakan ose bulat dan

menghomogenkannya dengan aquades tersebut.


d. Mengeringkan anginkan sampel.

e. Meneteskan secukupnya tinta cina atau nigrosin dan membiarkannya

selama 1 menit.

f. Mengering anginkan sampel.

g. Mengamati di bawah mikroskop.

h. Mendokumentasikan hasil pengamatan.

2. Pewarnaan Sederhana

a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

b. Mengambil isolat dan meletakkannya di atas kaca objek yang telah

ditetesi akuades.

c. Menghomogenkan isolat dan akuades menggunakan ose bulat.

d. Mengeringkan sampel di atas api lampu spirtus.

e. Mewarnai sampel dengam methilen blue dan membiarkannya selama 30

detik.

f. Membilas sampel dengan akuades dan mengering anginkan.

g. Menutupnya dengan kaca penutup objek dan mengamatinya di bawah

mikroskop.

h. Mendokumentasikan hasil pengamatan.

3. Pewarnaan Spora

a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

b. Mengambil isolat dan meletakkannya di atas kaca objek yang telah

ditetesi akuades.

c. Menghomogenkan isolat dan akuades menggunakan ose bulat.


d. Mengeringkan sampel di atas api lampu spirtus.

e. Menguapkan sampel di atas gelas kimia yang dipanasi di atas hot plate.

f. Menempelkan kertas saring pada sampel dan meneteskan pewarna

malachite green secukupnya.

g. Memberikan safranin secukupnya pada sampel dan mebiarkannya selama

30 detik.

h. Membilas sampel dengan akuades dan mengeringkannya di atas api

lampu spirtus.

i. Mengamati di bawah mikroskop.

j. Mendokumentasikan hasil pengamatan.

4. Pewarnaan Gram

a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

b. Mengambil aquades secukupnya dan meneteskannya di atas kaca objek.

c. Memfiksasi isolat diatas lampu spiritus.

d. Meneteskan pewarna kristal violet dan membiarkannya selama 1 menit

kemudian membilas dan mengeringkannya.

e. Memberikan larutan lugol dan membiarkannya selama 1 menit kemudian

membilas dan mengeringkannya.

f. Mencuci sampel dengan alkohol selama 10-20 detik kemudian membilas

dan mengeringkannya.

g. Meneteskan safranin dan membiarkannya selama 90 detik kemudian

membilas dan mengeringkannya.

h. Mengamati di bawah mikroskop.


i. Mendokumentasikan hasil pengamatan.
IV. HASIL PENGAMATAN

A. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada praktikum ini tercantum pada Tabel 3, 4, 5 dan 6.

Tabel 3. Hasil pengamatan pengecatan sederhana


No Isolat Gambar Keterangan
1 2 3 4

1 Luka 1. Bakteri bentuk


bulat (Coccus)
1

2 Pop ice 1. Bakteri bentuk


1 bulat (Coccus)

3 Wajah 1. Bakteri bentuk


bulat (Coccus)
1

Mikroba sulit dilihat dengan cahaya karena tidak mengadsorbsi atau

membiaskan cahaya. Zat warna mengadsorbsi dan membiaskan cahaya

sehingga kontras mikroba dengan sekelilingnya dapat ditingkatkan.

Penggunaan zat warna memungkinkan pengamatan strukur seperti spora,

flagela, dan bahan inklusi yang mengandung zat pati dan granula fosfat.

Pewarnaan sederhana merupakan teknik pewarnaan yang paling banyak

digunakan. Disebut sederhana karena hanya menggunakan satu jenis zat

warna untuk mewarnai organisme tersebut. Kebanyakan bakteri mudah


bereaksi dengan pewarnaan sederhana karena sitoplasamanya bersifat

basofilik (suka dengan basa). Zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan

sederhana umumnya bersifat alkolin. Pewarnaan sederhana dapat mengetahui

bentuk dan rangkaian sel-sel bakteri. Pewarna basa yang biasa digunakan

untuk pewarnaan sederhana ialah metilen biru, kristal violet, dan karbol

fuehsin yang mana pewarnaan sederhana ini dibagi lagi menjadi dua jenis

pewarnaan. Berbagai macam tipe morfologi bakteri (kokus, basil, spirilum,

dan sebagainya) dapat dibedakan dengan menggunakan pewarna sederhana,

yaitu mewarnai sel-sel bakteri hanya digunakan satu macam zat warna saja.

Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana

karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat

warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin

(komponen kromoforiknya bermuatan positif). Berdasarkan pengamatan yang

dilakukan pada pewarnaan sederhana digunakan 3 sampel antara lain wajah,

luka dan pop ice. Sampel wajah ditemukan bakteri berbentuk bulat (coccus)

sedangkan pada sampel pop ice dan sampel luka terdapat bakteri berbentuk

bulat (coccus) juga.


Tabel 4. Hasil pengamatan pengecatan negatif
No Isolat Gambar Keterangan
1 2 3 4

1 Luka 1. Bakteri bentuk


1 bulat (Coccus)

2 Pop ice
1. Bakteri bentuk
1 bulat (Coccus)

3 Wajah 1. Bakteri bentuk


bulat (Coccus)
1

Pewarnaan negatif untuk mengamati morfologi organisme yang sukar

diwarnai oleh pewarna sederhana. Bakteri tidak diwarnai, tapi mewarnai latar

belakang. Ditujukan untuk bakteri yang sulit diwarnai, seperti spirochaeta.

Pewarnaan negatif, metode ini bukan untuk mewarnai bakteri tetapi mewarnai

latar belakangnya menjadi hitam gelap. Pada pewarnaan ini mikroorganisme

kelihatan transparan (tembus pandang). Teknik ini berguna untuk

menentukan morfologi dan ukuran sel. Pada pewarnaan ini olesan tidak

mengalami pemanasan atau perlakuan yang keras dengan bahan-bahan kimia,

maka terjadinya penyusutan dan salah satu bentuk agar kurang sehingga

penentuan sel dapat diperoleh dengan lebih tepat. Pewarnaan negatif

memerlukan pewarna yang bersifat asam seperti eosin atau negrosin, pewarna

asam memiliki negatif charge kromogen, tidak akan menembus atau


berpenetrasi ke dalam sel karena negative charge pada permukaan bakteri.

oleh karena itu, sel tidak berwarna mudah dilihat dengan latar belakang

berwarna.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada pewarnaan negatif

ditemukan bakteri bentuk coccus (bulat) pada semua sampel antara lain

sampel wajah, pop ice dan luka. Pewarnaan negatif ini bertujuan untuk

mengetahui bentuk bakteri tanpa mematikan sel dari bakteri tersebut sehingga

tidak dilakukan fiksasi pada pewarnaan ini hanya latar belakangnya saja.

Jenis bakteri yang ada pada hasil pengamatan berwarna bening sedangkan

latar belakangnya hitam yaitu pengaruh dari tinta cina.

Tabel 5. Hasil pengamatan pengecatan spora


No Isolat Gambar Keterangan
1 2 3 4

1 Bacillus sp. 1. Bakteri bentuk


batang (Bacil)

Pewarna Spora, beberapa sel bakteri memiliki struktur yang aktif berupa

sel vegetatif dan struktur yang pasif yaitu spora. Spora selain merupakan

struktur yang inaktif juga dapat tahan terhadap kondisi yang kurang

menguntungkan bagi tumbuhan. Spora sepertinya halnya sel vegetatif dapat

diwarnai sehingga dapat diamati lebih seksama. Teknik pewarnaan adalah

pewarnaan differensial, yaitu menggunakan lebih dari pewarna, yang hasilnya

dapat membedakan spora dari sel vegetatif.


Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada pewarnaan spora

larutan yang digunakan untuk memperjelas spora yaitu menggunakan

malachite green dan safranin sebagai warna penutup, dimana larutan

malachite green memperbesar pori-pori bakteri dan safranin sebagai pewarna

untuk memperjelas sel bakteri. Jenis bakteri yang ditemukan pada pewarnaan

spora yaitu bakteri bentuk batang (Bacil) pada sampel yang sudah disediakan

yang memiliki bakteri Bacillus sp.

Tabel 6. Hasil pengamatan pengecatan Gram


No Isolat Gambar Keterangan
1 2 3 4
1 Wajah 1. Bakteri bentuk
Streptobacil
Gram negatif
1

2 Pop ice 1. Bakteri bentuk


Streptobacil
Gram negatif
1

Pewarnaan Gram ini bertujuan untuk mlihat bakteri bersifat Gram

positif atau negatif dan bentuknya. Pewarnaan Gram adalah suatu metode

empiris untuk membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar,

yakni Gram positif dan Gram negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik

dinding sel mereka. Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya,

ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (1853–1938) yang mengembangkan

teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus dan
bakteri Klebsiella pneumoniae. Pada uji pewarnaan Gram, suatu pewarna

penimbal (counterstain) ditambahkan setelah metil ungu, yang membuat

semua bakteri Gram negatif menjadi berwarna merah atau merah muda.

Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini

berdasarkan perbedaan struktur dinding sel mereka. Pewarnaan Gram

diperlukan empat reagen yaitu zat warna utama (violet kristal), mordan

(larutan Iodin) yaitu senyawa yang digunakan untuk mengintensifkan warna

utama. Pencuci/peluntur zat warna (alkohol/aseton) yaitu solven organik yang

digunakan untuk melunturkan zat warna utama. Zat warna kedua/cat penutup

(safranin) digunakan untuk mewarnai kembali sel-sel yang telah kehilangan

cat utama setelah perlakuan dengan alkohol.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dari pewarnaan Gram

pada sampel wajah ditemukan bakteri bentuk Streptobacil Gram negatif.

Sedangkan sampel pop ice ditemukan juga bakteri Gram negatif bentuk

Streptobacil dimana bakteri Gram negatif ini tidak mempertahankan warna

cat yaitu kristal violet. Bakteri Gram negatif adalah bakteri yang tidak

mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan Gram.

Bakteri Gram positif akan mempertahankan warna ungu gelap setelah dicuci

dengan alkohol, sementara bakteri Gram negatif tidak. Ciri-ciri bakteri Gram

negatif yaitu struktur dinding selnya tipis, sekitar 10 – 15 mm, berlapis tiga

atau multilayer. Dinding selnya mengandung lemak lebih banyak (11-22%),

peptidoglikan terdapat didalam lapisan kaku, sebelah dalam dengan jumlah

sedikit ± 10% dari berat kering, tidak mengandung asam teikoat. Kurang
rentan terhadap senyawa penisilin. Pertumbuhannya tidak begitu dihambat

oleh zat warna dasar misalnya kristal violet. Komposisi nutrisi yang

dibutuhkan relatif sederhana. Tidak resisten terhadap gangguan fisik.

Resistensi terhadap alkali (1% KOH) lebih peka. Peka terhadap streptomisin.

Toksin yang dibentuk Endotoksin.

Bakteri Gram positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna

metil ungu sewaktu proses pewarnaan Gram. Bakteri jenis ini akan berwarna

biru atau ungu di bawah mikroskop, sedangkan bakteri Gram negatif akan

berwarna merah muda. Perbedaan klasifikasi antara kedua jenis bakteri ini

terutama didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel bakteri. Ciri-ciri

bakteri Gram positif yaitu Struktur dinding selnya tebal, sekitar 15-80 nm,

berlapis tunggal atau monolayer. Dinding selnya mengandung lipid yang

lebih normal (1-4%), peptidoglikan ada yang sebagai lapisan tunggal.

Komponen utama merupakan lebih dari 50% berat ringan. Mengandung asam

tekoat. Bersifat lebih rentan terhadap penisilin. Pertumbuhan dihambat secara

nyata oleh zat-zat warna seperti ungu kristal. Komposisi nutrisi yang

dibutuhkan lebih rumit. Lebih resisten terhadap gangguan fisik. Resistensi

terhadap alkali (1% KOH) larut. Tidak peka terhadap treptomisin Toksin

yang dibentuk eksotoksin dan endotoksin. Bakteri Gram negatif memiliki 3

lapisan dinding sel. Lapisan terluar yaitu lipoposakarida (lipid) kemungkinan

tercuci oleh alkohol, sehingga pada saat diwarnai dengan safranin akan

berwarna merah. Bakteri Gram positif memiliki selapis dinding sel berupa

peptidoglikan yang tebal. Setelah pewarnaan dengan kristal violet, pori- pori
dinding sel menyempit akibat dekolorisasi oleh alkohol sehingga dinding sel

tetap menahan warna biru. Sel bakteri Gram positif mungkin akan tampak

merah jika waktu dekolorisasi terlalu lama. Sedangkan bakteri Gram negatif

akan tampak ungu bila waktu dekolorisasi terlalu pendek.


V. PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil pengamatan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pewarnaan sederhana mempunyai pewarna yang bersifat basa pewarnaan

negatif bersifat asam, pewarnaan Gram merupakan pewarna tahan asam

begitu pula dengan perwarnaan spora.

2. Teknik pewarnaan bakteri terbagi 2 jenis yaitu pewarnaan sederhana atau

tunggal dengan menggunakan satu macam zat warna dan pewarnaan

diferensial dengan menggunakan dua atau lebih zat warna.

3. Pewarnaan sederhana menggunakan satu jenis pewarna seperti safranin

atau kristal violet sedangkan pewarnaan Gram digunakan zat warna yaitu

methylen blue, nigrosin, zat warna utama (violet kristal), mordan (larutan

Iodin), pencuci/peluntur zat warna (alcohol/aseton) atau safranin dan zat

warna kedua/cat penutup (safranin) begitu pula dengan pewarnaan negatif

tetapi pewarna negatif tidak difiksasi. Pewarnaan spora menggunakan

malachite green dan safranin.

B. Saran

Saran yang dapat diajukan pada praktikum ini yaitu agar proses praktikum

selanjutnya lebih baik lagi.


DAFTAR PUSTAKA

Komala P.S., Helard D., dan Delimas D., 2012, Identifikasi Mikroba Anaerob
Dominan pada Pengolahan Limbah Cair Pabrik Karet dengan Sistem Multi
Soil Layering (MSL), Jurnal Teknik Lingkungan, 9(1),74-88

Lestari R., 2013, Pewarnaan Sederhana, Negatif, Kapsul Dan Gram, Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Yogyakarta, Yogyakarta.

Purwani I., Retnaningtyas E., dan Widowati D., 2006, Pengembangan Model
Pengawet Alami dari Ekstrak Lengkuas (Languas Galanga), Kunyit
(Curcuma Domestica) dan Jahe (Zingiber Officinale) Sebagai Pengganti
Formalin pada Daging Segar, Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Sebelas
Maret Surakarta.

Sumarsih S., 2003, Mikrobiologi Dasar, Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian
UPN”Veteran”, Yogyakarta.

Tim Penyusun, 2014, Buku Petunjuk Praktikum Mikrobiologi, Jurusan Biologi,


Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana
Malik Ibrahim, Malang.

Yuwono, 2011, Mikrobiologi Kedokteran, Laboratorium Mikrobiologi FKUnsri,


Palembang.

Anda mungkin juga menyukai