Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelestarian bangunan tua merupakan suatu pendekatan yang strategis


dalam pembangunan kota, karena pelestarian menjamin kesinambungan nilai-nilai
kehidupan dalam proses pembangunan yang dilakukan manusia. Salah satu cara
untuk mendukung kegiatan pelestarian bangunan tua adalah dengan pelaksanaan
insentif dan disinsentif pelestarian bangunan. Di Indonesia sendiri, terdapat
beberapa bentuk insentif dan disinsentif yang telah dicantumkan dalam peraturan
perundang-undangan tentang pelestarian bangunan.

Proses pelestarian bangunan tua, umumnya dikenal dengan istilah


konservasi yang kemudian dibagi berdasarkan jenis kegiatan dan tingkat
perubahannya. Menurut Fitch (1982) yang dilengkapi dengan pendapat Busono
(2009), jenis kegiatan pemeliharaan bangunan serta tingkat perubahan yang dapat
terjadi dalam mempertahankan komponen bangunan dapat digolongkan menjadi
beberapa tingkatan, diantaranya pengawetan (preservation), pemugaran
(restoration), penguatan (consolidation), pemakaian baru (adaptive reuse),
pembangunan ulang (reconstruction) dan pembuatan kembaran (replication).

Dalam penelitian kali ini, penulis memilih untuk melakukan pelestarian


konservasi bangunan rumah Amphoen Luthan – Ulee Balang, Kerajaan Sawang.
Yang berlokasi di wilayah Kreung Mane, Aceh Utara. dengan mengaplikasikan
konsep adaptive re-use dan reconstruction sebagai aplikasi konsep konservasi
bangunan tua. Gedung ini dipilih karena kondisi fisiknya yang memprihatinkan dan
harus dilestarikan karena merupakan bagian dari sejarah kehidupan di Kawasan
Kreung Mane, Aceh Utara. Aplikasi konsep adaptive re-use dan reconstruction
pada bangunan ini dirasa tepat, karena lokasinya yang berada di kawasan Kuede
Mane yang hampir setiap harinya dikunjungi oleh para penduduk lokal maupun
asing. Sehingga bangunan ini dapat memberikan pengalaman berwisata baru bagi
pengunjung dan memberikan manfaat secara ekonomi kepada pengelola gedung
hingga masyarakat sekitarnya.

1
Seperti yang kita ketahui konsep dasar konservasi adalah memelihara
dan melindungi tempat-tempat yamg indah dan berharga, agar tidak hancur atau
berubah sampai batas-batas yang wajar. Menekankan pada penggunaan kembali
bangunan lama, agar tidak terlantar, apakah dengan cara menghidupkan kembali
fungsi lama ataukah dengan mengubah fungsi bangunan lama dengan fungsi baru
yang dibutuhkan. Sementara yang dimaksud dengan adaptive re-use adalah
membangun kembali bangunan lama untuk fungsi baru sedangkan reconstruction
merupakan membangun kembali bangunan yang telah hancur dengan kontruksi
dan bentuk semula. Konsep ini merupakan salah satu cara ekonomis dalam
menyelamatkan bangunan dan umumnya terjadi perubahan yang besar terutama
perubahan pada organisasi ruang dalamnya.

Dengan dilakukannya penelitian ini, penulis mengharapkan upaya


pelestarian bangunan tua sepatutnya mulai dikembangkan dalam pola pikir
masyarakat. Hal ini bertujuan agar masyarakat suatu kota maupun kawasan yang
memiliki potensi untuk dilestarikan dapat ikut berperan serta dalam upaya
pelestarian bangunan maupun kawasan karena banyak manfaat yang dapat
diperoleh dari pelestarian ini, baik bagi masyarakat hingga negara.

1.2 Tujuan
- Tujuan dari konservasi ini adalah untuk mempertahankan, memperbaiki
atau memperlihatkan sebanyak mungkin jejak sejarah pada suatu objek
bersejarah serta memberikan gambaran yang jelas kepada manusia
sekarang, tentang masa lalu, tidak hanya secara fisik bahkan suasana dan
semangat masa lalu.
- Menjadi suatu kesenangan tersendiri dalam mengunjungi objek-objek
bersejarah karena kita akan mendapat gambaran bagaimana orang-orang
terdahulu membentuk lingkungan binaan yang unik dan berbeda dengan
kita sekarang.
- mempertahankan hubungan kita dengan masa lalu, siapa kita sebenarnya,
bagaimana kita terbentuk sebagai suatu bangsa dan apa tujuan mulia
pendahulu kita. Preservasi objek bersejarah akan membantu untuk tetap
mempertahakan konsep-konsep tersebut.

2
- Pada masa kini objek-objek bersejarah telah bernilai ekonomi dimana
usaha-usaha untuk mempertahan bangunan lama dengan mengganti
fungsinya telah menjadi komoditas parawisata dan perdagangan yang
mendatangkan keuntungan.

1.3 Manfaat
- Memperkaya pengalaman visual
- Memberi suasana permanen yang menyegarkan
- Memberi kemanan psikologis
- Mewariskan arsitektur

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Konservasi

Menurut Danisworo (1995): ”Konservasi adalah upaya untuk


melestarikan, melindungi serta memanfaatkan sumber daya suatu tempat, seperti
gedung-gedung tua yang memiliki arti sejarah atau budaya, kawasan dengan
kepadatan pendudukan yang ideal, cagar budaya, hutan lindung dan sebagainya”.
Berarti, konservasi jugamerupakan upaya preservasi dengan tetap memanfaatkan
kegunaan dari suatu sepertikegiataan asalnya atau bagi kegiatan yang sama
sekali baru sehingga dapatmembiayai sendiri kelangsungan eksistensinya.

Sementara itu, Piagam Burra menyatakan bahwa pengertian konservasi


dapat meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan dan sesuai dengan situasi dan
kondisisetempat. Oleh karena itu, kegiatan konservasi dapat pula mencakupi
ruang lingkup preservasi, restorasi, rekonstruksi, adaptasi, dan revitalisasi
(Marquis-Kyle & Walker,1996; Al-vares, 2006). Tujuan dari konservasi adalah
meuwudkan kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan
ekosistemnya, sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan
kesejahteraan dan mutu kehidupan manusia. Dengan demikian, konservasi
merupakan upaya mengelola perubahan menuju pelestarian nilai dan warisan
budaya yang lebih baik dan berkesinambungan. Dengan kata lain bahwa dalam
konsep konservasi terdapat alur memperbaharui kembali (renew), memanfaatkan
kembali (reuse), mengurangi (reduce), mendaur ulang kembali (recycle), dan
menguangkan kembali (refund).

1.1 Jenis-jenis Konservasi

Menurut (Marquis-Kyle dan Walker, 1996; Al vares, 2006), konservasi


dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

- Preservasi

4
Mempertahankan (melestarikan) yang telah dibangun disuatu tempat
dalam keadaan aslinya tanpa ada perubahan dan
mencegah penghancuran.

- Restorasi
adalah pengembalian yang telah dibangun disuatu tempat ke
kondisisemula yang diketahui, dengan menghilangkan tambahan atau
membangunkembali komponen-komponen semula tanpa menggunakan
bahan baru.

- Rekontruksi
adalah membangun kembali suatu tempat sesuai mungkin dengankondisi
semula yang diketahui dan diperbedakan dengan menggunakan
bahan baru atau lama.

- Adaptasi
adalah merubah suatu tempat sesuai dengan penggunaan yang dapat
digabungkan.

- Revitalisasi
adalah kegiatan pengembangan yang ditujukan untukmenumbuhkan
kembali nilai-nilai penting cagar budaya dengan penyesuaianfungsi ruang
baru yang tidak bertentangan dengan prinsip pelestarian dan nilai budaya
masyarakat.

1.2 Tolok Ukur atau Kriteria Konservasi Bangunan Bersejarah

Ada beberapa tolok ukur dalam pelaksanaan konservasi bangunan


bersejarah. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Lubis (1990), setiap negara
memiliki kriteria yang berbeda dalam menentukan obyek yang perlu dilestarikan,
tergantung dari definisi yang digunakan dan sifat obyek yang dipertimbangkan.
Dari beberapa literatur yaitu Catanese (1986), Pontoh (1992), Rypkema (dalam
Tiesdel: 1992), kriteria yang menggambarkan dasar-dasar pertimbangan atau
tolok ukur mengapa suatu obyek perlu dilestarikan adalah sebagai berikut :

5
a) Tolok ukur fisik-visual

- Estetika/arsitektonis, berkaitan dengan nilai estetis dan arsitektural,


meliputi bentuk, gaya, struktur, tata ruang, dan ornamen.
- Keselamatan, berkaitan dengan pemeliharaan struktur bangunan
tuaagar tidak terjadi suatu yang membahayakan keselamatan
penghunimaupun masyarakat di lingkungan sekitar bangunan tua
tersebut.
- Kejamakan/tipikal, berkaitan dengan obyek yang mewakili kelas
dan janis khusus, tipikal yang cukup berperan.
- Kelangkaan, berkaitan dengan obyek yang mewakili sisa
dari peninggalan terakhir gaya yang mewakili jamannya, yang tida
k dimiliki daerah lain.
- Keluarbiasaan/keistimewaan, suatu obyek observasi yang
memiliki bentuk paling menonjol, tinggi, dan besar. Keistimewaan
memberi tanda atau ciri suatu kawasan tertentu.
- Peranan sejarah, merupakan lingkungan kota atau bangunan
yangmemiliki nilai historis suatu peristiwa yang mencatat peran
ikatansimbolis suatu rangkaian sejarah masa lalu dan
perkembangan suatukota untuk dilestarikan dan dikembangkan.
- Penguat karakter kawasan, berkaitan dengan obyek yang
mempengaruhi kawasan-kawasan sekitar dan bermakna untuk
meningkatkan kualitas dan citra lingkungan.

b) Tolok ukur non fisik

- Ekonomi, dimana kondisi bangunan tua yang baik akan menjadi


daya tarik bagi para wisatawan dan investor untuk
mengkembangkannya sehingga dapat digali potensi ekonominya.
- Sosial dan budaya, dimana bangunan tua tersebut memiliki
nilaiagama dan spiritual, memiliki nilai budaya dan tradisi yang
penting bagi masyarakat.

6
1.3 Pelaksanaan Konservasi Bangunan Bersejarah

Pelaksanaan konservasi akan disesuaikan dengan kondisi bangunan tua


tersebut. Sebelum melakukan konservasi, sebaikya mengidentifikasi aspek
pertimbangan pada bangaunan tua tersebut. Aspek-aspek tersebut kemudian
diuraikan berdasarkan komponen yang akan diatur dalam konservasi. Setelah itu
dari komponen itu akan dirumuskan dasar pengaturannya dan menetapkan
sasaran yang akan dicapai dalam konservasi. Kegiatan pengaturan komponen
juga dilakukan sesuai kondisi bangunan tua tersebut. Pelaksanaan konservasi
tersebut dibagi dalam beberapa tingkat berdasarkan kondisi masing-masing
komponen pada bangunan, yaitu :
- Mempertahankan dan memelihara, yaitu mempertahankan dan
memelihara komponen yang diatur pada bangunan tua yang sangat
berpengaruh pada karakter bangunan dan kondisinya masih baik.
- Memperbaiki, yaitu memperbaiki komponen pada bangunan tua yang
kondisinya sudah rusak sesuai bentuk asli.
- Mengganti, yaitu mengganti variabel yang diatur pada bangunan tua yang
rusak dan tidak bisa diperbaiki lagi dengan bentuk sesuai dengan kondisi
asli. Jika bentuk asli tidak teridentifikasi, dapat dilakukan penyesuaian
dengan bentuk-bentuk lain yang terdapat pada bangunan lain yang
setipe.
- Menambah dengan penyesuaian terhadap bentuk asli, yaitu melakukan
penambahan komponen yang boleh dilakukan jika dilakukan
pengembangan, terutama yang merupakan penyesuian terhadap fungsi,
dengan batasan bentuk baru tidak merusak karakter asli bangunan dan
dibuat sesuai dengan bentuk yang telah ada.

Gambar. Panduan Pelestarian Bangunan Tua

7
2.5 Peran Arsitek dalam Konservasi

Internal :
- Meningkatkan kesadaran di kalangan arsitek untuk mencintai dan mau
memelihara warisan budaya berupa kawasan dan bangunan bersejarah
atau bernilai arsitektural tinggi.
- Meningkatkan kemampuan serta penguasaan teknis terhadap jenis-jenis
tindakan pemugaran kawasan atau bangunan, terutama teknik adaptive
reuse
- Melakukan penelitian serta dokumentasi atas kawasan atau bangunan
yang perlu dilestarikan.

Eksternal :
- Memberi masukan kepada Pemda mengenai kawasan-kawasan atau
bangunan yang perlu dilestarikan dari segi arsitektur.
- Membantu Pemda dalam menyusun Rencana Tata Ruang untuk
keperluan pengembangan kawasan yang dilindungi (Urban Design
Guidelines)
- Membantu Pemda dalam menentukan fungsi atau penggunaan baru
bangunan-bangunan bersejarah atau bernilai arsitektural tinggi yang
fungsinya sudah tidak sesuai lagi (misalnya bekas pabrik atau gudang)
serta mengusulkan bentuk konservasi arsitekturalnya.
- Memberikan contoh-contoh keberhasilan proyek pemugaran yang dapat
menumbuhkan keyakinan pengembang bahwa dengan mempertahankan
identitas kawasan/bangunan bersejarah, pengembangan akan lebih
memberikan daya tarik yang pada gilirannya akan lebih mendatangkan
keuntungan finansial.

8
BAB III
STUDI KASUS

3.1 Lokasi Konservasi

Anda mungkin juga menyukai