Anda di halaman 1dari 9

Tarian dari Jawa Tengah

Tari Gambang
Tari Gambang Berasal dari Semarang,
Jawa Tengah, Kesenian ini merupakan
perpaduan antara tari dengan diiringi
alat musik dari bilah-bilah kayu dan
gamelan jawa yang biasa disebut
“Gambang”, sehingga tari ini lebih
banyak disebit tari Gambang
Semarang.
Di Semarang Biasanya Taruan ini
Muncul pada event-event tertentu,
Misal : Festival Dugderan, Festifal Jajan Pasar.

Tari Gambang Semarang telah ada sejak tahun 1930 dengan bentuk paguyuban yang
anggotanya terdiri dari pribumi dan peranakan Cina dengan mengambil tempat
pertunjukan di gedung Pertemuan Bian Hian Tiong di Gang Pinggir.

Jenis alat musik yang dipakai adalah kendang, bonang, kempul, gong, suling, kecrek,
gambang serta alat musik gesek (konghayan/tohyan/biola). Disamping musik ada
penari dan penyanyinya.

Mari kita Pertahankan kesenian daerah ini dan juga yang lainnya sebagai wujud
kepedulian kita terhadap Kebudayaan Bangsa Indonesia.
Gambyong

Tari Gambyong merupakan salah satu


bentuk tarian Jawa klasik yang berasal-
mula dari wilayah Surakarta dan biasanya
dibawakan untuk pertunjukan atau
menyambut tamu. Gambyong bukanlah
satu tarian saja melainkan terdiri dari
bermacam-macam koreografi, yang paling
dikenal adalah Tari Gambyong Pareanom
(dengan beberapa variasi) dan Tari Gambyong Pangkur (dengan beberapa variasi).
Meskipun banyak macamnya, tarian ini memiliki dasar gerakan yang sama, yaitu
gerakan tarian tayub/tlèdhèk[1]. Pada dasarnya, gambyong dicipta untuk penari
tunggal, namun sekarang lebih sering dibawakan oleh beberapa penari dengan
menambahkan unsur blocking panggung[1] sehingga melibatkan garis dan gerak
yang serba besar.

Tari Beksan Wireng


Tari Beksan Wireng adalah tari yang
berasal dari Jawa Tengah dan
diciptakan oleh Prabu Amiluhur.
Tujuan diciptakannya tarian ini untuk
menyemangati 4 prajurit perang yang
saat itu yang sedang berlatih. Hal ini
terlihat dengan gerakan-gerakan para
penari yang gagah perkasa sedang
membawa tombak dan tameng. Karena
tarian ini memang mengandung tema
perang.
Dengan berkembangnya zaman, tarian ini terbagi menjadi 6 jenis yaitu Panji Sepuh,
Panju Anem, Dhadap Kanoman, Jemparing Ageng, Lhawung Ageng dan Dhadhap
Kreta.
Biasanya tarian ini ditarikan oleh laki-laki dan menggunakan kostum bak seorang
prajurit.
Tari Jlantur
Tari Jlantur berasal dari Boyolali.
Biasanya dimainkan oleh 40 orang
penari laki-laki. Sedikit info yang saya
dapat tentang tarian ini, hal ini mungkin
sudah kurangnya minat orang-orang
untuk melestarikan budaya Tari Jlantur.
Sejarahnya, ternyata tarian ini
menggambarkan perjuangan kisah Pangeran Diponegoro yang melawan para
penjajah.
Menurut beberapa sumber, penari Tari Jlantur selalu menggunakan ikat kepala
seperti gaya Tukri dengan membawa kuda tiruan.

Tari Angsa
Tari angsa ini melambangkan
keagungan seorang Dewi yang ditemani
dengan sekelompok penari angsa.
Tari angsa menjadi salah satu tarian
kebanggaan Jawa Tengah, sering
dipertunjukan untuk acara-acara
tertentu. Dizaman sekarang, tarian ini
sering ditarikan oleh siswa-siswa SD saat mereka mencapai kelulusan atau
perpindahan sekolah ke SMP.
Namun ternyata Tari Angsa tidak hanya ada di Indonesia, ada beberapa negara
yang mempunyai Tarian Tradisional seperti ini, hanya saja cerita latar belakang yang
berbeda.
Tari angsa biasanya ditarikan secara berpasangan, namun ada juga yang sendiri
hingga berlima. Alat musik pengiringnya pun gendang, gitar, dan degung. Namun
seiring dengan zaman, alat musik yang digunakan pun tidak setradisional zaman
dulu.
Tarian dari Jawa Timur

Reog Ponorogo
Reog ponorogo merupakan kesenian
dan tradisi dari Jawa Timur yang
merupakan seni tari yang dibawakan
oleh beberapa orang pemain dengan
penari inti menggunakan topeng
kepala singa yang diatasnya terdapat
makota bulu-bulu merak dengan berat
topeng bisa mencapai 50 kg. Yang
unik dari Topeng singa Reog Ponorogo
ini adalah bawa penari yang membawa
topeng seberat 50 kg tersebut
mengandalkan kekuatan gigi.

Seni Reog Ponorogo terdiri dari 2 sampai 3 tarian pembukaan. Tarian pertama
biasanya dibawakan oleh 6-8 pria dengan pakaian serba hitam, dengan muka
dipoles warna merah. Para penari ini menggambarkan sosok singa yang pemberani.
Berikutnya adalah tarian yang dibawakan oleh 6-8 gadis yang menaiki kuda. Pada
reog tradisionil, penari ini biasanya diperankan oleh penari laki-laki yang berpakaian
wanita. Tarian ini dinamakan tari jaran kepang atau jathilan. Untuk sinopsis lengkap
tari daerah dari Jawa Timur ini, silahkan kunjungi halaman 6 Kesenian dan Tradisi
dari Jawa Timur.

Tari Jaranan Buto


Tari Jaranan Buto adalah tari
tradisional yang berkembang
didaerah Banyuwangi dan Blitar, Tari
jaranan buto ini dipertunjukkan pada
Upacara iring-iringan pengantin dan
khitanan. Tari ini menggunakan
properti kuda buatan seperti halnya
yang biasa kita dapati pada Kesenian
Kuda Lumping, Jaran Kepang atau
Tari Jathilan, namun yang
menjadikan Kesenian Jaran Buto berbeda adalah properti kuda yang digunakan
tidaklah menyerupai bentuk kuda secara nyata, melainkan kuda tersebut berwajah
raksasa atau Buto begitu pula dengan para pemainnya yang juga menggunakan tata
rias muka layaknya seorang raksasa yang lengkap dengan muka merah bermata
besar, bertaring tajam, berambut panjang dan gimbal.
Tari jaranan buto dibawakan oleh sedikitnya 16 - 20 orang pemain, dalam
pementasannya diiringi alunan musik seperti kendang, dua bonang, dua gong besar,
kempul terompet, kecer (seperti penutup cangkir) yang terbuat dari bahan tembaga
dan seperangkat gamelan. Tari Jaranan Buto ini selalu menghadirkan atraksi yang
mengagumkan, selain atraksi kesurupan para penarinya seperti pada seni jaranan
lainnya. Seni tari jaranan buto dalam perkembangannya memiliki inovasi yang
diantaranya adalah variasi musik pengiringnya dan tata rias penarinya, kostum yang
dikenakan oleh penarinya mengalami inovasi begitu pesat setiap tahunnya.
Kesenian ini memiliki beberapa kisah (cerita) dan gerakan tari yang berbeda-beda,
sehingga hal ini menjadi sebuah pementasan yang unik. Keunikan seni ini meliputi
inti cerita, (sinopsis cerita) kostum penari, dan iringan gamelan yang berbeda
dengan kesenian jaranan secara umum.

Tari Reog Kendang


Tari reog kendang bisa disebut juga dengan
Reog Tulungagung, karena tari tradisional
ini berkembang di daerah Tulunggagung dan
sekitarnya. Sesuai dengan namanya yang
mengandung kata kendang, para pemain
reog kendang membawa alat yang serupa
dengan kendang atau Tam-Tam (kendang
kecil yang digendong).
Beberapa daerah juga memiliki kesenian
yang serupa dengan reog kendang ini, antara lainreog dogdog / benjang dari sunda,
reog Cemandi dari Sidoarjo dan reog bulkio dari Blitar.
Pada awalnya Reog Kendang menceritak kisah tentang perjalanan para mantan
Gemblak mencari jati diri. karena perkembangan zaman, banyak versi cerita yang di
gunakan dalam pementasan.
Berawal pada banyaknya para Gemblak dari kadipaten Sumoroto yang mencari jati
diri ke kota tulungagung pada zaman kolonial belanda untuk berkerja sebagai
penambang batu marmer dan petani cengkih. Untuk menghilangkan rasa penat
setelah berkerja, di buatlah sebuah alat musik sejenis ketipung yang hanya memiliki
satu sisi untuk di pukul. karena memiliki kesamaan dengan para gemblak lainnya,
akhirnya dibuatlah sebuah kesenian tersebut dengan tarian, Konon para Gemblak
adalah para pemain kuda lumping pada kesenian Reyog Ponorogo.
Pada awalnya, Reog kendang bernama tabuhan kendang. karena pada
perkembangan zaman, Tabuhan kendang di kaloborasikan menjadi satu dengan
Reog Kadiri (saat ini bernama Jaranan) yang merupakan sebuah hiburan rakyat
pada waktu itu, Selain itu Para Gemblak adalah mantan pemain Reyog Ponorogo,
maka dinamakanlah Reog Kendang yang khas dan tercipta di kota Tulungagung.

Tarian dari Sumatra Barat


Tari Piring
Tari Piring atau disebut tari piriang merupakan tarian
tradisional Sumatera Barat yang berasal dari Solok
Sumatera Barat. Tari Piring masih terus lestari hingga
sampai saat ini. Tarian piring memiliki gerakan yang
menyerupai gerakan para petani semasa bercucuk
tanam, membuat kerja menuai dan sebagainya.
Tarian ini juga melambangkan rasa gembira dan
syukur dengan hasil tanaman mereka. Tarian ini merupakan tarian gerak cepat
dengan para penari memegang piring di tapak tangan mereka, diiringi dengan lagu
yang dimainkan oleh berbagai alat musik tradisional Sumatera Barat seperti
talempong dan saluang. Kadangkala, piring-piring itu akan dilontar ke udara atau
pun dihempas ke tanah dan pecahan piring yang dilontar ke tanah akan dipijak oleh
penari-penari tersebut.

Tari piring pada awalnya merupakan tarian ritual yang dilakukan oleh masyarakat
Solok sebagai rasa syukur kepada para dewa akan hasil panen yang melimpah
ruah. Tarian ini menggunakan media piring yang diisi dengan berbagai sesaji.
Namun ketika agama islam masuk ke Mingangkabau, tari piring tidak lagi menjadi
acara ritual, akan tetapi tarian ini berubah menjadi sara hiburan dan kesenian
daerah.

Tari Payung
Tari payung merupakan tarian tradisional dari Sumatera
Barat yang menggambarkan kasih sayang seorang kekasih
yang dilambangkan dengan melindungi kekasih tersebut
dengan payungnya.Tari payung memang merupakan tari
pergaulan muda-mudi sehingga dibawakan secara
berpasang-pasangan. Selain menggunakan payung sebagai alat bantu yang
dimainkan oleh penari pria, bisa juga ditambah dengan selendang untuk penari
wanita.Musik yang mengiringi tari payung ini sangat dinamis. Tari payung biasa
dibawakan untuk memeriahkan acara pesta, pameran, dan lain sebagainya.

Tari Indang
Tari Indang adalah salah satu kesenian anak
nagari wilayah Pesisir Minangkabau khususnya
di Pariaman yang sudah berkembang sejak
abad ke 13 seiring dengan masuknya agama
Islam ke Minangkabau. Awalnya Kesenian ini
dimainkan oleh 13 orang penari plus 1 orang
tukang dzikir dan syair yang berisi pujian
terhadap nabi (Shalawat Nabi), pemain
memainkan alat musik tambourin mini yang disebut dengan rapai. Tari indang pada
awalnya digunakan sebagi media dakwah yang biasanya dimainkan pada malam hari
dan pada peringatan hari-hari besar islam serta pada acara besar lainnya sepeti
penyambutan tamu, pengankatan pejabat dll.
Tokoh yang memperkenalkan sekaligus pembuat gerakan tari indang Rafa’i beliau
adalah salah seorang pengikut syaikh Burhanuddin seorang ulama dan tokoh
penyebaran islam daerah sumatera barat, Sejarah Tari Indang Tari indang tidak seperti
seni tari pada umumnya, tari Indang tidak menonjolkan gerakan tubuh yang penari
dalam pertunjukannya. Karena pada dasarnya tari Indang adalah salah satu bentuk
sastra lisan dan media dakwah yang dalam penyampaiaannya lebih mengedepankan
permainan rebana dan dendangan syair - syair yang biasanya bernafaskan Islam.

Tari Lilin

Tari Lilin adalah tarian tradisional Sumatera


Barat. Tari lilin ini merupakan tarian istana
pada zaman dahulu yang dilakukan pada
malam hari. Para penari yang melakukan tarian
lilin terdiri dari beberapa orang yang
menggunakan piring kecil yang berisi lilin
menyala ditangannya. Tari lilin selalu diiringin
oleh musik yang dibawakan oleh sekelompok musisi. Tari lilin dilakukan dengan
sangat hati-hati, agar piring yang ada ditangan tidak jatuh serta lilin yang ada dalam
piring tersebut tidak mati.

Tari Tempurung
Tari Tempurung adalah tarian yang menggunakan
tempurung sebagai properti tariannya, dikenal
sekitar tahun 1952 oleh Ali Muhammad, sekitar
tahun 1970 hingga 1980 tari Tempurung dikenal
sampai ke Nagari Ayei Dingin Padang Sibusuk,
tetapi pada tahun 1990 sampai sekarang
tari Tempurung sudah jarang ditarikan oleh masyarakat di Kanagarian Batu
Manjulur. Fungsi tari Tempurung sebagai hiburan bagi masyarakat Batu Manjulur
dan sebagai media komunikasi untuk mengumpulkan masyarakat Batu Manjulur.
Busana khas Minangkabau yang berwarna hitam digunakan sebagai tata busana
tari Tempurung. Tari Tempurung saat ini kurang eksis di masyarakat Kanagarian
Batu Manjulur, faktor penyebabnya adalah kurang minatnya generasi muda untuk
mempelajari tari tradisional karena tari Tempurung yang monoton dari segi gerak
dan musik pengiringnya.
Tari Randai
Randai adalah seni pertunjukan teater
khas Minangkabau yang merupakan
gabungan dari seni peran, seni tari, seni
musik dan seni beladiri.

Pertunjukan randai ini diadakan di


lapangan terbuka di kampung hampir di
seluruh nagari di kabupaten Solok dan
juga Sumatera Barat. Pemain Randai
tergabung dalam kelompok seni Randai
yang anggotanya terdiri dari anak anak dan orang dewasa. Pada Kelompok Randai
zaman dahulu tidak ada anggota randai wanita, sehingga untuk memerankan
seorang wanita salah seorang anggota randai didandani mirip wanita. Pemain
pemeran wanita ini disebut bujang gadih. Seiring perkembangan zaman, sekarang
sudah banyak kelompok randai yang memiliki anggota wanita.

Tarian dari Sulawesi Selatan


Tari Kipas Pakarena
Gandrang Pakarena merupakan sebuah lagu
daerah Sulawesi Selatan, namun Pakarena yang
satu ini merupakan salah satu tarian
tradisional Provinsi Sulawesi Selatan. Tari
Pakarena atau dikenal pula dengan Tari Kipas
Pakarena adalah salah satu tarian tradisional
yang berasal dari daerah Gowa, Sulawesi
Selatan. Tarian ini dibawakan oleh para penari
wanita dengan berbusana adat dan menari
dengan gerakannya yang khas serta
memainkan kipas sebagai atribut menarinya. Tari Kipas Pakarena ini sering ditampilkan
di berbagai acara yang bersifat adat maupun hiburan, bahkan Tari Kipas Pakarena ini
juga menjadi salah satu daya tarik wisata di Sulawesi Selatan, khususnya di daerah Gowa.

Dalam pertunjukan Tari Kipas Pakarena biasanya ditampilkan oleh 5-7 orang penari
wanita. Dengan berbusana adat dan diiringi musik pengiring yang dimainkan dari alat
musik tradisional Sulawesi Selatan yang sering disebut dengan gondrong rinci.
Gondrong rinci ini merupakan musik tradisional yang terdiri dari gendrang dan
seruling. Musik pengiring ini biasanya dimaikan oleh 4-7 orang pemain musik. Salah
satu pemusik biasanya memainkan seruling dan yang lainnya memainkan gendrang
dengan cara yang berbeda-beda sehingga menghasilkan suara yang padu.
Tari Pattennung
Tari pattennung merupakan tari tradisional
dari Sulawesi Selatan. Tari Patenung
menggambarkan wanita-wanita asal
Sulawesi selatan yang sedang menenun.
Tarian Pattenung ini menggambarkan
pula kesabaran dan ketekunan serta
bagaimana gigihnya para perempuan
Toraja Sulawesi Selatan yang menenun
benang menjadi kain.

Adapun penari pattennung menggunakan pakaian adat khas Sulawesi Selatan yaitu
berupa baju bodo panjang, lipaq sabbe (sarung), curak lakba, serta hiasan bangkara,
rante ma’bule, pontoyang digunakan dalam tari pattenun. Adapun properti yang
digunakan berupa sarung lempar.

Tari Ma'gellu
Tari ma’gellu adalah tarian tradisional
Sulawesi Selatan. Tarian Ma’gellu
awalnya dikembangkan di Distrik
Pangalla’, sekitar 45 km ke arah Timur
dari kota Rantepao, Kabupaten Toraja
Utara, Provinsi Sulawesi Selatan. Tarian
ini biasanya dipentaskan pada upacara
adat khusus yang disebut Ma’Bua’, yang
berkaitan dengan upacara
pentasbihan Rumah adat
Toraja/Tongkonan, atau keluarga
penghuni tersebut telah melaksanakan upacara Rambu Solo’ yang sangat besar
(Rapasaan Sapu Randanan). Seiring perkembangannya, saat ini tarian Ma’gellu’ juga
dipertunjukkan di upacara kegembiraan seperti pesta perkawinan, syukuran panen,
dan acara penerimaan tamu terhormat.

Tarian Ma'gellu dilakukan oleh remaja putri berjumlah ganjil diiringi irama gendang
yang ditabuh oleh remaja putra yang berjumlah empat orang.

Anda mungkin juga menyukai

  • Tari Sigale
    Tari Sigale
    Dokumen4 halaman
    Tari Sigale
    Putra Hadi Pratama
    Belum ada peringkat
  • Tugas Diana
    Tugas Diana
    Dokumen1 halaman
    Tugas Diana
    Putra Hadi Pratama
    Belum ada peringkat
  • Lidia
    Lidia
    Dokumen4 halaman
    Lidia
    Putra Hadi Pratama
    Belum ada peringkat
  • Kosek Ponjen
    Kosek Ponjen
    Dokumen10 halaman
    Kosek Ponjen
    Putra Hadi Pratama
    100% (1)
  • Bahasa Inggris 3
    Bahasa Inggris 3
    Dokumen7 halaman
    Bahasa Inggris 3
    Putra Hadi Pratama
    Belum ada peringkat
  • Porto Folio
    Porto Folio
    Dokumen17 halaman
    Porto Folio
    Putra Hadi Pratama
    Belum ada peringkat
  • Portofolio Semester 1
    Portofolio Semester 1
    Dokumen17 halaman
    Portofolio Semester 1
    Putra Hadi Pratama
    Belum ada peringkat