Anda di halaman 1dari 4

Tari Berpasangan

1. Tari Sigale-gale
Tari Sigale-Gale adalah salah satu kesenian
tradisional masyarakat
suku Batak di Samosir, Sumatera Utara.
Sigale-gale sendiri merupakan sebuah boneka
berbentuk manusia yang dapat digerakan serta
menari dengan diiringi oleh musik
tradisional. Tari Sigale-Gale ini termasuk salah
satu kesenian tradisional yang cukup terkenal
di Sumatera Utara, terutama di daerah
Samosir. Tarian ini biasanya sering ditampilkan di berbagai acara seperti acara adat,
acara budaya, bahkan menjadi salah satu daya tarik bagi para wisatawan yang datang ke
sana.

Sejarah Tari Sigale-Gale

Menurut sejarahnya, boneka sigale-gale sendiri diperkirakan sudah ada sejak ratusan
tahun yang lalu. Konon boneka tersebut berawal dari cerita seorang raja di Samosir yang
kehilangan anak satu-satunya yang telah meninggal. Oleh karena itu raja pun sangat
bersedih dan merasa sangat terpukul mengingat bahwa dia adalah anak satu-satunya dan
pewaris dari keturunan raja tersebut. Karena kesedihan yang mendalam membuat raja
jatuh sakit. Berbagai pengobatanpun diberikan kepada raja, namun tidak mampu
menyembuhkan penyakitnya.

Kemudian para penasehat raja menyarankan untuk dibuatkan patung kayu yang
menyerupai wajah anak raja. Setelah patung tersebut jadi, kemudian dilakukan beberapa
upacara termasuk pemanggilan arwah anak raja agar masuk ke dalam patung tersebut,
kemudian patung tersebut ditunjukan pada raja. Ajaibnya setelah raja melihat patung
tersebut raja langsung sembuh dan dapat memimpin rakyatnya kembali. Walaupun cerita
ini masih belum bisa dipastikan kebenariannya, namun masyarakat di sana,
mempercayai cerita tersebut sebagai sejarah adanya boneka serta Tari Sigale-Gale ini.
2. Tari Kupu-Kupu
Tari kupu-kupu sendiri termasuk
contoh tari yang gerakannya mudah
dipelajari. Tak mengherankan jika
kemudian ia kerap diajarkan
pada anak-anak tingkat sekolah
dasar sebagai sarana pengenalan
budaya. Nah, di artikel kali ini, kami
akan membahas bagaimana gerakan
tari kupu-kupu tersebut lengkap
dengan latar belakang sejarah
kemunculannya, kostum, serta
properti-properti yang dibutuhkan untuk mendukung pementasan tarian ini.

1. Tema dan Makna Filosofi


Secara filosofis, tari kupu-kupu ciptaan I Wayan Beratha adalah sebuah tari yang
menggambarkan kedamaian, eksotisme, dan keindahan pulau dewata, Bali. Gerakan
gemulai para penarinya yang tampak seperti kupu-kupu yang sedang terbang ditambah
dengan padanan warna-warni kostum yang dikenakan penarinya membuat tarian ini
tampak harmonis.
2. Gerakan Tari Kupu Kupu Tarian ini didominasi oleh semua gerak tubuh, utamanya
adalah gerakan kaki dan tangan yang terus mengikuti ketukan irama kendang. Di
samping itu, gerakan yang paling menonjol adalah ketika pata penarinya memainkan
tangannya naik turun seraya memegang selendang berwarna cerah yang tampak seperti
sayap kupu-kupu yang tengah terkembang.

3. Ketuk tilu
Ketuk Tilu adalah suatu tarian pergaulan cikal
bakal Jaipongan yang berasal dari Jawa Barat dan
sekaligus hiburan yang biasanya diselenggarakan pada
acara pesta perkawinan, acara hiburan penutup kegiatan
atau diselenggrakan secara khusus di suatu tempat yang
cukup luas[1].
Istilah ketuk tilu diambil dari alat musik pengiringnya, yaitu 3
buah ketuk (bonang) yang memberi pola irama rebab,
kendang (gendang) indung (besar) dan kulanter (kecil) untuk mengatur dinamika tari/kendang
yang diiringi kecrek dan goong.
Dahulu, ketuk tilu adalah upacara menyambut panen padi sebagai rasa terima kasih kepada
Dewi Sri. Upacara ini dilakukan pada waktu malam hari, dengan mengarak seorang gadis diiringi
bunyi-bunyian yang berhenti di tempat luas. Sekarang, ketuk tilu menjadi tarian pergaulan dan
hiburan, biasanya diselenggarakan pada pesta perkawinan, hiburan penutup suatu kegiatan,
atau digelar pada acara-acara khusus. Di desa-desa tertentu, pertunjukan tari ketuk tilu sering
dilakukan semalaman suntuk.
Kostum yang dipakai penari wanita ketuk tilu adalah kebaya, sinjang (celana panjang) sabuk,
dan beragam aksesoris, seperti gelang dan kalung. Sedangkan untuk penari pria, mengenakan
baju kampret warna gelap, celana pangsi, ikat kepala, dan sabuk kulit.
Tari Oleg Tamulilingan diciptakan oleh
seniman besar tari Bali yaitu I Mario.
Oleg dapat berarti gerakan yang lemah
gemulai, sedangkan tamulilingan berarti
kumbang pengisap madu bunga. Tari
Oleg Tamulilingan melukiskan gerak-
gerik seekor kumbang, yang sedang
bermain-main dan bermesra-mesraan
dengan sekuntum bunga di sebuah
taman. Tarian ini sangat indah.
Tari Oleg Tamulilingan merupakan
karya cipta seniman besar I Ketut Marya
alias I Mario yang paling populer di
antara sejumlah ciptaannya. Tarian ini
digarap tahun 1952 atas permintaan
John Coast, budayawan asal Inggris yang sangat terkesan dengan
kesenian Bali, untuk dipromosikan ke Eropa dan Amerika Serikat.
Tari ini merupakan tari berpasangan ditarikan oleh seorang panari wanita
dan seorang penari laki-laki. Gerakan-gerakan Tari Oleg Tamulilingan
menggambarkan keluwesan seorang penari wanita, dan kegagahan penari
laki-laki. Kedua penari menampilkan gerakan-gerakan bermesraan dengan
penuh dinamika.

Bernama John Coast (1916-1989), kelahiran Kent, Inggris, sangat terkesan


dengan kebudayaan Bali. Sebelum berkiprah di Bali, ketika perang dunia
kedua meletus, Coast masuk wajib militer dan sebagai perwira, sampai
sempat bertugas di Singapura. Ketika Singapura keburu dikuasai Jepang,
Coast yang berstatus tawanan lalu dikirim ke Thailand. Namun begitu,
Coast memang berbakat seni. Ia ternyata melahirkan tulisan “Railroad of
Death” pada 1946 yang kemudian mencapai best seller dalam waktu
singkat. Hal itu mendorong semangatnya lagi untuk menulis buku “Return
to the River Kwai” pada 1969. Di sela itu, Coast sempat berkolaborasi
dengan seniman musik dan tari dari berbagai latar budaya, hingga
menggelar pertunjukan konser pasca-perang.
5. Tari Jaran Goyang

Tari jaran goyang merupakan salah satu tarian


tradisional ciptaan baru yang lahir dari
sumber ilham tari seblang dan gandrung.
Tarian yang mengandung unsur “kekuatan
gaib” ini banyak dikenal dan digemari
masyarakat setempat, terutama oleh para
remaja, karena membawakan motif
kehidupan asmara masa remaja.

Jaran goyang terdiri dari kata jaran ‘kuda”, dan goyang ‘goyang, bergerak’. Dalam
hubungan ini, apabila tiba-tiba terjadi seorang gadis menjadi tidak sadar karena
“guna-guna”seorang jejaka dari jarak jauh, dikatakan bahwa gadis itu terkena jaran
goyang. Pada saat demikian, biasanya si gadis itu meronta- ronta dan bergerak-gerak
di atas tempat tidur, seakan-akan seekor kuda yang sedang bergerak-gerak, dan
terdengar suara meratap dan berlagu dari mulutnya, memilukan hati. Ratapan itu
biasanya ditujukan kepada si jejaka yang sengaja “mengerjakannya” dari jarak jauh
itu.

Peristiwa itu biasanya teijadi apabila pernyataan cinta seorang jejaka ditolak oleh si
gadis, apalagi jika tolakan itu disertai dengan sikap dan tindakan menghina yang
menusuk hati. Peristiwa itu berlangsung kira-kira dalam waktu satu atau dua jam.
Selama si gadis di dalam hatinya masih bersikap menolak jejaka itu, peristiwa itu
akan sering terulang pada saat si gadis itu bersedih karena sesuatu hal, marah yang
meluap, frustrasi, dimarahi, atau merasa tersinggung perasaannya. Hal itu menga-
kibatkan kondisi jasmani gadis itu lama kelamaan menurun, mengurus, sakit-
sakitan, berubah ingatan, atau kadang-kadang berakhir dengan kematian.

Anda mungkin juga menyukai