Anda di halaman 1dari 3

Tarian dari Sumatra Utara

Piso Surit
Piso surit adalah salah satu lagu, syair, serta
tarian Suku Karo yang menggambarkan seorang
pria yang sedang menantikan kedatangan
kekasihnya. Penantian tersebut sangat lama dan
menyedihkan dan digambarkan seperti
burung pincala (burung yang berekor panjang dan
pandai bernyanyi) yang sedang memanggil-
manggil.

Lagu Piso Surit karya Djaga Depari dalam bahasa Karo, dengan lagu yang bernuansa
tradisional Karo k berkembang (dibuatkan) tariannya yang dikenal dengan tarian Piso Surit.

Tarian dari Maluku Utara


Dengedenge
Dengedenge sebagai tarian pergaulan yang biasanya
dibawakan oleh sekelompok penari pria dan wanita
sambil diiringi nyanyian-nyanyian berupa syair pantun
yang memiliki makna cinta dan harapan di masa depan.
Tidak jarang tarian ini diakhiri dengan sebuah
kesepakatan untuk menikah antara si penari pria dan
wanita. Nyanyian pengiring Dengedenge dibawakan
dengan cara saling berbalas-balasan.

Tarian dari Kalimantan Selatan


Tari babangsai

Tarian Babangsai merupakan tarian yang berasal


dari Kalimantan Selatan. Tari Babangsai ini
merupakan salah satu tarian ritual dari suku
Dayak Bukit. Tarian Babangsai dari Kalimantan
Selatan ini hampir sama dengan tari Kanjar,
dimana jika tari kanjar dilakukan oleh para lelaki,
dan tari Babangsai dilakukan oleh para wanita.
Bentuk dari tarian ini berupa gerakan berputar-
putar mengelilingi suatu poros berupa altar tempat meletakkan sesaji. Tarian ini mirip dengan
tarian upacara ritual pada suku Dayak rumpun Ot Danum.
Tarian dari jambi

Tari rentak kudo


Tari Rentak Kudo sangat populer di
masyarakat Kerinci. Tari Rentak
Kudo adalah tarian kesenian khas budaya
asli masyarakat Kerinci yang berasal dari
daerah Hamparan Rawang Kabupaten
Kerinci, Jambi yang banyak diminati
kalangan masyarakat di Kabupaten Kerinci.

Tarian ini dikenal sebagai "Rentak Kudo"


karena gerakannya yang menghentak-
hentak seperti kuda. Disamping itu tarian
ini dibawakan dalam perayaan yang
dianggap sangat sakral oleh masyarakat
Kerinci. Tingginya penghormatan terhadap perayaan seni dan budaya Kerinci ini pada zaman
dahulu sangat kuat sehingga dipercaya bahwa dalam setiap pementasan seni budaya ini getaran
dan hentakan tari Rantak Kudo bisa terasa hingga jarak yang sangat jauh dari lokasi pementasan.

Tarian Rentak Kudo ini dipersembahkan untuk merayakan hasil panen pertanian di daerah Kerinci
yang secara umum adalah beras (padi) dan dilangsungkan berhari-hari tanpa henti. Kadang bila
dilanda musim kemarau yang panjang, masyarakat Kerinci juga akan mementaskan kesenian ini
untuk berdoa kepada Yang Maha Kuasa (menurut kepercayaan mereka masing-masing). Tujuan
dari pementasan tari ini umumnya adalah untuk melestarikan pertanian dan kemakmuran
masyarakat, untuk menunjukkan rasa syukur masyarakat Kerinci baik dalam musim subur maupun
dalam musim kemarau untuk memohon berkah hujan sakral oleh masyarakat Kerinci.

Namun pada saat sekarang tari rantak kudo sudah umum dipakai, bahkan acara/ resepsi
pernikahan pun tari rantak kudo ini sering digunakan di kalangan masyarakat untuk suatu
hiburan di suatu pernikahan.

Tari tauh
Tari Tauh Jambi merupakan tarian tradisional
yang menggambarkan pergaulan atau
hubungan muda mudi. Tari Tauh Jambi ini
sudah ada sejak zaman dahulu sampai
sekarang, khususnya didaerah Lekok 50
Tumbi Lepur, Kecamatan Gunung Raya,
Kabupaten Bungo, Jambi.

Seperti halnya beberapa tari tradisional Jambi


yang sudah kita kenal diatas, tari tauh ini
dibawakan oleh beberapa penari secara
berpasangan (4 orang penari wanita dan 4
orang penari pria) dengan menggunakan pakaian tradisi melayu.

Tari Tauh diiringi oleh musik tradisional Jambi yang dibunyikan dari alat musik kalintang kayu,
gong, gendang dan biola, dengan lagu pengiring krisnok dan pantun pantun anak muda.

Tari tauh ditampilkan pada acara-acara resmi yang diadakan pemerintah maupun masyarakat
pada umum pada acara pesta perkawinan.
Tarian dari Jawa

Tari Gandrung Banyuwangi


Tari gandrung adalah tari daerah yang berasal
dari Banyuwangi Jawa Timur. Kata Gandrung
sendiri berarti terpesona, yaitu menggambarkan
rasa pesona masyarakat Banyuwangi
terhadap Dewi Sri atau Dewi Padi yang telah
membawa kesejahteraan kepada masyarakat.
Oleh karena itulah maka tari Gandrung
Banyuwangi ini dahulu biasa dibawakan setelah
panen raya.

Tarian Gandrung Banyuwangi merupakan seni


pertunjukan yang disajikan dengan iringan musik khas perpaduan budaya jawa dan Bali. Tari
Gandrung dilakukan oleh seorang wanita penari profesional yang menari bersama tamu (terutama
pria) yang disebut dengan istilah pemaju.

Tari wayang
Tari wayang mulai dikenal masyarakat pada
masa kesultanan Cirebon pada abad ke-16
oleh Syekh Syarif Hidayatullah, yang kemudian
disebarkan oleh seniman keliling yang datang
ke daerah Sumedang, Garut, Bogor, Bandung
dan Tasikmalaya. Disebut tari wayang karena
para penari mengenakan kostum dan
melakukan gerak tari yang menggambarkan
tokoh / karakter wayang yang dikenal
masyarakat di Jawa Barat.
Pada awalnya tari wayang ini dimainkan pada
saat pertunjukan wayang orang, namun pada
perkembangannya kemudian tari wayang menjadi satu pertunjukan seni tersebut.

Tari Wayang dapat dimainkan secara tunggal, berpasangan maupun masal. Sedangkan karakter
yang dimainkan oleh pemain terdiri dari beragam karakter pria dan wanita. Karakter tari wanita
terdiri dari Putri Lungguh untuk tokoh Subadra dan Arimbi serta ladak untuk tokoh Srikandi.
Sedangkan karakter tari pria terdiri dari : Satria Lungguh untuk tokoh Arjuna, Abimanyu, dan Arjuna
Sastrabahu. Satria Ladak Lungguh untuk tokoh Arayana, Nakula dan Sadewa Satria Ladak
Dengah/Kasar untuk tokoh Jayanegara, Jakasono, Diputi Karna dan sebagainya Monggawa
Dengah/Kasar seperti Baladewa dan Bima Monggawa Lungguh seperti Antareja dan Gatotkaca
Denawa Raja seperti Rahwana dan Nakula Niwatakawaca.

Anda mungkin juga menyukai