Anda di halaman 1dari 26

BAB II

Tinjauan Teori

2.1 Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan


Kualitas seorang anak dapat dinilai dari proses tumbuh kembang.
Pertumbuhan dan perkembangan mengalami peningkatan yang pesat pada
usia dini, yaitu dari 0 sampai 5 tahun atau yang biasa disebut Golden Age.
Dengan cara berinteraksi secara terus-menerus dengan lingkungan sekitar,
bayi akan lebih bisa menyempurnakan diri hingga bayi mengalami perubahan
fisik sampai menjadi lebih seimbang.
Istilah tumbuh kembang terdiri atas dua peristiwa yang sifatnya berbeda
tetapi saling berkaitan dan sulit untuk dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan
perkembangan.
Menurut Marmi dan Kukuh (2015) perkembangan merupakan perubahan
individu baik fisik maupun psikis yang berlangsung sepanjang hayat dan
terjadi secara teratur dan terpola. Sedangkan pertumbuhan merupakan
perubahan yang terbatas pada pola fisik yang dialami oleh individu.
Menurut Whalley dan Wong (2000) dalam Marmi dan Kukuh (2015)
pertumbuhan adalah bertambah jumlah dan besarnya sel di seluruh bagian
tubuh secara kuantitatif dapat diukur. Sedangkan perkembangan adalah
bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh
kematangan dan belajar.
Sedangkan menurut Sutjiningsih (1998) dalam Marmi dan Kukuh (2015)
pertumbuhan adalah adanya perubahan dalam jumlah akibat pertambahan sel
dan pembentukan protein baru sehingga meningkatkan jumlah dan ukuran sel
diseluruh bagian tubuh. Sedangkan perkembangan adalah pertumbuhan dan
perluasan secara peningkatan sederhana menjadi kompleks dan meluasnya
kemampuan individu untuk berfungsi dengan baik.
2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan
Menurut Marmi dan Kukuh (2015) proses tumbuh kembang merupakan hasil
interaksi faktor genetik dan faktor lingkungan.
1. Faktor Herediter
Merupakan faktor pertumbuhyan yang dapat diturunkan yaitu suku, ras,
dan jenis kelamin (Marlow, 1998 dalam Supartini, 2004). Anak laki-laki
setelah lahir cenderung lebih besar dan tinggi daripada anak perempuan,
haal ini akan nampak saat anak sudah mengalami masa pra pubertas. Ras
dan suku juga memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan. Misalnya, suku bangsa Asia memiliki tubuh yang lebih
pendek daripada bangsa Eropa atau suku asmat dari Irian berkulit hitam.
2. Faktor Lingkungan
a. Lingkungan pranatal
Kondisi lingkungan yang mempengaruhi fetus dalam uterus yang dapat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin antara lain
gangguan nutrisi karena ibu kurang mendapatkan asupan gizi yang
baik, gangguan endokrin pada ibu (seperti diabetes mellitus). Faktor
lingkungan yang lain misalnya radiasi yang menyebabkan kerusakan
organ otak janin.
b. Lingkungan postnatal
1. Nutrisi
Apabila asupan nutrisi kurang dari kebutuhan maka dapat
menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak. Sedangkan
asupan nutrisi yang berlebihan juga berdampak buruk bagi
kesehatan anak, yaitu terjadi penumpukan kadar lemak yang
berlebihan dalam sel maupun pada pembuluh darah.
2. Budaya Lingkungan
Budaya/lingkungan akan mempengaruhi bagaimana masyarakat
mempersepsikan dan memahami kesehatan dan perilaku hidup
sehat.
3. Status Sosial dan Ekonomi keluarga
4. Olahraga atau latihan fisik
5. Iklim atau Cuaca
6. Posisi anak dalam Keluarga
7. Status Kesehatan

2.3 Prinsip Pertumbuhan dan Perkembangan Neonatus, Bayi, Balita dan


Apras
Menurut Marmi dan Kukuh (2015) proses tumbuh kembang anak juga
mempunyai prinsip-prinsip yang saling berkaitan. Prinsip-prinsip tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Tumbuh kembang adalah proses yang berkelanjutan, dimulai sejak
konsepsi sampai maturitas atau dewasa.
2. Adanya masa percepatan atau perlambatan. Tiga periode pertumbuhan
percepatan :
a. Masa Janin
b. Masa Bayi (0-1 tahun)
c. Masa puberitas
3. Pola perkembangan dapat diramalkan
Pola perkembangan anak adalah sama tetapi kecepatannya yang berbeda.
Dengan demikian perkembangan setiap anak dapat diramalkan.
4. Perkembangan erat hubungannya dengan maturitas system syaraf.
5. Aktivitas seluruh tubuh diganti respon individu yang khas.
6. Arah perkembangan anak adalah Cepalakaudal.
7. Refleks primitif seperti refleks menggenggam dan melangkah aakan
menghilang sebelum gerakan volunteer tercapai.
Sedangkan menurut Potter dan Perry (2005) dalam Marmi dan Kukuh (2015)
prinsip perkembangan merupakan hal yang teratur dan mengikuti rangkaian
tertentu. Perkembangan adalah sesuatu yang terarah dan berlangsung terus-
menerus, dalam 3 pola yaitu Cephalocaudal, Proximaldistal dan
Differentiation. Proses perkembangan itu sendri adalah hal yang kompleks,
dapat diprediksi, dan terjadi dengan pola yang konsisten dan kronologis.
2.4 Proses Pertumbuhan dan Perkembangan Neonatus, Bayi, Balita dan
Apras
Menurut Marmi dan Kukuh (2015) periode tumbuh kembang yang terjadi
pada anak dapat dibagi sebagai berikut.
1. Masa Prenatal atau masa intra uterin (masa janin dalam kandungan). Masa
ini dibagi menjadi 3 kelompok :
a. Masa zigot (sejak konsepsi sampai kehamilan 2 minggu)
b. Masa embrio (kehamilan 2 minggu sampai 12 minggu)
c. Masa janin/fetus ( kehamilan 12 minggu sampai akhir kehamilan)
2. Masa Bayi (0-11 bualan)
Masa ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu :
a. Masa Neonatal (0-28 hari). Masa ini dibagi lagi menjadi 2 periode:
1) Masa Neonatal Dini (0-7 hari)
2) Masa Neonatal Lanjut (7-28 hari)
b. Masa Pasca Neonatal (29 hari - 11 bulan).
c. Masa Anak dibawah Lima Tahun (Balita, 12-59 bulan)
d. Masa Anak Prasekolah (60-72 bulan)
2.5 Pola Pertumbuhan dan Perkembangan Neonatus, Bayi, Balita dan Apras
Pola perkembangan dan pertumbuhan yaitu peristiwa yang terjadi selama
proses pertumbuhan dan perkembangan pada anak, meliputi:
1. Pola perkembangan fisik yang terarah
Terdiri dari 2 prinsip yaitu :
a. Cephalocaudal
b. Proximaldistal
2. Pola Perkembangan dari umum ke khusus
3. Pola perkembangan berlangsung dalam tahapan perkembangan. Pada
setiap tahapan perkembangan anak, memiliki ciri khusus yang dapat
digunakan untuk mendeteksi dini perkembangan selanjutnya.
4. Pola perkembangan yang dipengaruhi oleh kematangan dan latihan belajar
2.6 Teori Perkembangan Anak
1. Perkembangan Kognitif (Piaget)
a. Tahapan Sensori Motor (0-2 tahun)
b. Tahap Preoperasional ( 2-7 tahun)
c. Tahap Konkret (7-11 tahun)
d. Tahap Formal Operasional ( >11 tahun)
2. Perkembangan Psikoseksual
a. Tahap Oral (0-1 tahun), kepuasan, kesenangan dan kenikmatan dengan
melalui cara menghisap, mengunyah dan bersuara.
b. Tahap Anal (1-3 tahun), kepuasan pada pengeluaran tinja.
c. Tahap Oedipal atau Phalik (3- 5 tahun), kepuasan terletak pada
rangsangan autoerotik yaitu meraba-raba.
d. Tahap Laten (5-12 tahun), kepuasan mulai terintegrasi.
e. Tahap genital (>12 tahun)
3. Perkembangan Psikososial (Erikson)
a. Tahap percaya vs tidak percaya (0-1 tahun)
b. Tahap kemandirian vs rasa malu dan ragu (1-3 tahun)
c. Tahap inisiatif vs rasa bersalah (4-6 tahun)
d. Tahap rajin dan rendah diri (6-12 tahun)
e. Tahap Identitas dan kebingungan peran
f. Tahap keintiman dan pemisahan
g. Tahap generasi dan penghentian.
h. Tahap integritas dan keutusan

2.7 Tahap Pertumbuhan Dan Perkembangan Neonatus, Bayi, Balita Dan


Apras
Tahap pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada anak berlangsung
secara teratur, saling berkaitan dan berkesinambungan sejak pembuahan
sampai dewasa. Tanuwiajaya (2003) dalam Marmi dan Kukuh (2015)
memaparkan tentang tahapan tumbuh kembang anak yang terbagi menjadi
dua yaitu masa pranatal dan masa postnatal. Stimuli lingkungan yang diterima
anak akan mempengaruhi tahap tumbuh kembangnya, sehingga hal inilah
yang menjadi penyebab dari perbedaan ciri khas yang akan dimiliki setiap
anak. Berikut ini merupakan informasi tahap pertumbuhan dan perkembangan
bayi, anak, dan balita berdasarkan Departemen Kesehatan RI (2006);
1. Umur 0-3 bulan
a. Mengangkat kepala 45o
b. Menggerakkan kepala dari kiri atau kanan ke tengah
c. Melihat dan menatap wajah
d. Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh
e. Suka tertawa keras
f. Bereaksi terkejut terhadap suara keras
g. Membalas tersenyum ketika diajak bicara atau tersenyum
h. Mengenal ibu dengan penglihatan, penciuman, dan pendengaran serta
kontak
2. Umur 3-6 bulan
a. Berbalik dari telungkup dan terlentang
b. Mengangkat kepala setinggi 90o
c. Mempertahankan kepala tetap tegak dan stabil.
d. Menggenggam pensil
e. Meraih benda yang ada dalam jangkauannya
f. Memegang tangannya sendiri
g. Berusaha memperluas pandangan
h. Mengarahkan matanya pada benda-benda kecil
i. Mengeluarkan suara gembira dan bernada tinggi atau memekik
j. Tersenyum ketika melihat mainan atau gambar yang menarik saat
bermain sendiri
3. Umur 6-9 bulan
a. Duduk (sikap tripoid-sendiri)
b. Belajar berdiri, kedua kakinya menyangga sebagian berat badan
c. Merangkak meraih mainan atau mendekati seseorang
d. Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya
e. Memungut 2 benda, masing-masing tanagn memegang 1 benda pada
saat bersamaan
f. Memungut benda sebesar kacang dengan cara meraup
g. Bersuara tanpa arti ma-ma-ma,ba-ba-ba, ta-ta-ta
h. Mencari mainan yang dijatuhkan
i. Bermain tepuk tangan dan cilukba
j. Bergembira dan melempar bola
k. Makan kue sendiri
4. 9-17 bulan
a. Mengangkat badannya ke posisi berdiri.
b. Belajar berdiri selama 30 detik/ berpegangan di kursi.
c. Dapat berjalan dengan dituntun.
d. Mengulurkan lengan atau badan untuk meraih mainan yang
diinginkan.
e. Menggenggam erat pensil.
f. Memasukkan benda kemulut.
g. Mengulang menirukan bunyi yang didengar.
h. Menyebut dua sampai tiga suku kata yang sama tanpa arti.
i. Mengeksplorasi sekitar, ingin tau, ingin menyentuh apa saja.
j. Bereaksi terhadap suara yang perlahan atau bisikan.
k. Senang diajak bermain “cilukbah”
l. Mengenal anggota keluarga, takut pada orang yang belum dikenal.
5. 12-18 bulan
a. Berdiri sendiri tanpa berpegangan.
b. Membungkuk memungut mainan kemudian berdiri kembali.
c. Berjalan mundur 5 langkah.
d. Memanggil ayah dengan kata “papa”, memanggil ibu dengan “mama”.
e. Menumpuk 2 kubus
f. Memasukkan kubus dikotak.
g. Menunjuk apa yang diinginkan tnapa menangis/ merengek, anak bisa
mengeluarkan suara yang menyenangkan/ menarik tangan ibu.
h. Memperlihatkan rasa cemburu/ bersaing.
6. 18-24 bulan
a. Berdiri sendiri tanpa berpegangan 30 detik.
b. Berjalan tanpa terhuyung-huyung.
c. Bertepuk tangan, melambai-lambai.
d. Menumpuk 4 buah kubus.
e. Memungut benda kecil dengan ibu jari dengan jari telunjuk.
f. menggelindingkan bola kearah sasaran.
g. Menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti.
h. Membantu/ menirukan pekerjaan rumah tangga.
i. Memegang cangkir sendiri, belajar makan-minum sendiri.
7. 24-36 bulan
a. Jalan naik tangga sendiri.
b. Dapat bermain dan menendang bola kecil.
c. Mencoret-coret pensil pada kertas.
d. Bicara dengan baik, menggunakan 2 kata.
e. Dapat menunjuk 1 satau lebih bagian tubuhnya ketika diminta.
f. Melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar nama 2 benda/
lebih.
g. Membantu memungut mainannya sendiri atau membantu mengangkat
piring jika diminta.
h. Makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah.
i. Melepas pakainnya sendiri
8. 36-48 bulan
a. Berdiri 1 kaki 2 detik.
b. Melompat kedua kaki diangkat.
c. Mengayuh sepeda roda 3.
d. Menggambar garis lurus.
e. Menumpuk 8 buah kubus.
f. Mengenal 2-4 warna.
g. Menyebut nama, umur, tempat.
h. Mengerti arti kata diatas, dibawah, didepan.
i. Mendengarkan cerita.
j. Mencuci dan mengeringkan tangan sendiri.
k. Bermain bersama teman, mengikuti aturan permainan.
l. Mengenakan sepatu sendiri.
m. Mengenakan celana panjang, kemeja,baju.
9. 48-60 bulan
a. Berdiri 1 kaki selama 6 detik
b. Melompat – lompat 1 kaki
c. Menari
d. Menggambar tanda silang
e. Menggambar lingkaran
f. Menggambar orang dengan 3 bagian tubuh
g. Mengancing baju atau pakaian boneka
h. Menyebut nama lengkap tanpa dibantu
i. Senang menyebut kata – kata baru
j. Senang menyebut tentang sesuatu
10. 60-72 bulan
a. Berjalan lurus
b. Berdiri dengan 1 kaki selama 11 detik
c. Menggambar dengan 6 bagian, menggambar orang lengkap
d. Menangkap bola kecil dengan 2 tangan
e. Menggambar segi empat
f. Mengerti arti lawan kata
g. Mengerti pembicaraan yang menggunakan 7 kata atau lebih
h. Menjawab pertanyaan tentang benda terbuat dari apa dan kegunaannya
i. Mengenal angka, bisa menghitung angka 5-10
j. Mengenal warna-warni
k. Mengungkapkan simpati
l. Mengikuti aturan permainan
m. Berpakaian sendiri tanpa dibantu
2.8 Stimulasi Tahap Pertumbuhan Dan Perkembangan Neonatus, Bayi,
Balita Dan Apras
Menurut Mursintowarti (2002) dalam Marmi dan Kukuh (2015) stimulasi
adalah perangsangan dan latihan-latihan terhadap kepandaian anak yang
datangnya dari lingkungan luar anak. Stimulasi ini dapat dilakukan oleh orang
tua, anggota keluarga atau oarang dewasa lain disekitar anak. Sedangakan
menurut Soetjiningsih (1995) stimulasi adalah perangsangan yang datangnya
dari luar lingkungan individu anak.
Stimulasi merupakan bagian dari kebutuhan dasar anak yaitu asah. Anak
yang lebih banyak mendapatkan stimulasi cenderung lebih cepat berkembang.
Pemberian stumulus dapat dengan cara latihan dan bermain. Dengan
mengasah kemampuan anak secara terus-menerus, kemampuan anak akan
semakin meningkat. Berikut ini merupakan beberapa prinsip dasar stimulasi
menurut Marmi dan Kukuh (2015):
1. Sebagai ungkapan rasa cinta dan sayang, bermain bersama anak sambil
menikmati kebahagiaan bersama anak
2. Bertahap dan berkelanjutan, serta mencakup 4 bidang kemampuan
perkembangan (motorik kasar, motorik halus, bahasa dan personal
sosial)
3. Dimulai dari tahapan perkembangan yang telah dicapai anak
4. Dilakukan dengan wajar, tanpa paksaan, hukuman atau bentakan
5. Anak selalu diberi pujian
6. Alat bantu stimulasi (jika perlu) dicari yang sederhana, tidak
berbahaya dan mudah dicapai
7. Suasana dibuat menyenangkan dan bervariasi.
2.9 Deteksi Dini Tumbuh Kembang Neonatus, Bayi, Balita dan Anak
Prasekolah
Deteksi dini merupakan upaya penjaringan yang dilaksanakan secara
komprehensif untuk menemukan penyimpangan tumbuh kembang dan
mengetahui serta mengenal faktor risiko pada balita. Penilaian pertumbuhan
dan perkembangan meliputi dua hal pokok, yaitu penilaian pertumbuhan fisik
dan penilaian perkembangan. Parameter ukuran antropometrik yang dipakai
dalam penilaian pertumbuhan fisik adalah tinggi badan, lingkar kepala,
lipatan kulit, lingkar lengan atas, panjang lengan, proporsi tubuh dan panjang
tungkai.
Penilaian perkembangan anak memiliki tujuan yaitu:
1. Untuk mengetahui kelainan perkembangan anak dan hal-hal lain yang
merupakan risiko terjadinya perkembangan tersebut
2. Untuk mengetahui berbagai masalah perkembangan yang memerlukan
pengobatan atau konseling genetik
3. Untuk mengetahui anak perlu dirujuk atau tidak
Cara deteksi perkembangan anak dapat menggunakan DDST, KPSP, KPAP,
Tes Daya lihat dan Tes Kesehatan Mata serta Tes daya dengar pada anak.
2.10Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
Menurut Departemen Kesehatan RI (2006) KPSP adalah alat untuk
mendeteksi penyimpangan perkembangan, yang melibatkan empat sektor
perkembangan: motorik halus, motori kasar, bahasa, personal dan
kemandirian. Sedangkan menurut Marmi dan Kukuh (2015) KPSP
merupakan suatu daftar pertanyaan singkat yang ditujukan pada orang tua dan
dipergunakan sebagai alat untuk melakukan skrining pendahuluan untuk
perkembangan anak usia 3 bulan sampai 6 tahun. Pertanyaan dalam KPSP
dikelompokkan sesuai usia anak saat dilakukan pemeriksaan, mulai
kelomopok usia 3 bulan, 3-6 bulan, dst, sampai kelompok 5-6 tahun.
Tujuan dari pemeriksaan perkembangan dengan KPSP adalah untuk
mengidentifikasi perkembangan anak normal atau tidak. Kegiatan ini dapat
dilakuakan oleh tenaga kesehatan (di puskesmas umumnya dilakukan oleh
tenaga bidan), guru TK dan petugas PAUD terlatih. Selain itu, perlu
dipertimbangkan keterlibatan orang tua atau kelompok masyarakat dalam
melakukan skrining ini, karena tekhnik pelaksanaannya tidak terlalu rumit.
Cara Penggunaan KPSP yaitu :
1. Pada waktu pemeriksaan atau skrining anak harus dibawa.
2. Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan dan tahun anak
lahir. Bila umur anak lebih 16 hari dibulatkan jadi 1 bulan.
3. Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur
anak.
4. KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan, yaitu : pertanyaan yang dijawab
oleh ibu atau pengasuh anak, dan perintah kepada ibu atau pengasuh anak
untuk melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP . Tanyakan pertanyaan
secara berurutan, satu persatu. Setiap pertanyaan hanya ada 1 jawaban, Ya
atau Tidak. Catat jawaban tersebut pada formulir tersebut. Teliti kembali
apakah semua pertanyaan telah terjawab (Depkes, 2012, hlm 52).
Pertanyaan dalam KPSP harus dijawab dengan ‘ya’ atau ‘tidak’ oleh
orangtua. Setelah semua pertanyaan dijawab, selanjutnya hasil KPSP dinilai.
Interpretasi hasil KPSP yaitu dengan menghitung jawaban YA, bila ibu atau
pengasuh anak menjawab :anak bisa atau pernah atau sering atau kadang-
kadang melakukan nya. sedangkan jawaban TIDAK, bila ibu atau pengasuh
menjawab anak belumpernah melakukan atau tidak pernah atau ibu atau
pengsuh tidak tahu. Jumlah jawaban “Ya“ = 9 atau 10, perkembangan anak
sesuai dengan tahap perkembangan (S). Jumlah jawaban “Ya“ =7 atau 8,
perkembangan anak meragukan (M). Jumlah jawaban “Ya“ = 6 atau kurang,
kemungkinan ada penyimpangan (P). Untuk Jawaban TIDAK , perlu
diperincikan jumlah jawaban Tidak menurut jenis keterlambatan (gerak kasar,
gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian) (Depkes, 2012,
hlm 53).
Intervensi hasil pemeriksaan KPSP yaitu bila perkembangan anak sesuai
umur (S) maka beri pujian pada ibu atau pengasuh, teruskan pola asuh anak
sesuai dengan tahap perkembangan anak, berikan stimulsi sesering mungkin,
sesuai dengan tahap perkembangan anak dan lakukan pemeriksaan atau
skrining rutin menggunakan KPSP setiap 3 bulan pada anak yang kurang dari
24 bulan dan setiap 6 bulan untuk anak umur 24 sampai 72 bulan (Depkes,
2012, hlm 53).
Bila perkembangan anak meragukan meragukan (M), beri petunjuk pada
ibu untuk melakukan stimulasi perkembangan anak lebih sering lagi, ajari ibu
melakukan intervensi stimulasi perkembangan anak untuk mengatasi
penyimpangan atau mengejar ketertinggalannya. Lakukan pemeriksan
kesehatan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit yang menyebabkan
penyimpangan perkembangan anak. lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu
kemudian dengan menggunakan daftar KPSP yang sesuai dengan umur anak.
Jika hasil KPSP ulang “Ya“ tetap 7 atau 8 maka kemungkinan ada
penyimpangan (P) (Depkes, 2012, hlm 53).
Bila tahap perkembangan terjadi penyimpangan (P), maka rujuk ke rumah
sakit dengan menulis jenis dan jumlah penyimpangan perkembangan
(gerakan kasar, gerakan halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian)
(Depkes, 2012, hlm 53).
A. Test Daya Dengar
Tujuan Tes Daya Dengar adalah untuk menemukan gangguan pendengaran
sejak dini, agar dapat segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemampuan
daya dengar dan bicara anak. Jadwal TDD adalah setiap 3 bulan pada bayi
umur kurang dari 12 bulan dan setiap 6 bulan pada anak umur 12 bulan keatas.
Tes ini dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, guru TK, tenaga PAUD dan
petugas terlatih. Alat yang diperlukan adalah instrumen TDD menurut umur
anak, gambar binatang (ayam, anjing, kucing) dan manusia, mainan (boneka,
kubus, sendok, cangkir, bola) (Depkes, 2012. hlm. 70).
Cara melakukan TDD :
a. Tanyakan tanggal bulan dan tahun anak lahir, hitung umur anak dalam
bulan.
b. Pilih daftar pertanaan TDD yang sesuai denga umur anak.
c. Pada anak umur kurang dari 24 bulan semua pertanyaan dijabab oleh orang
tua atau pengasuh anak. Bacakan pertanyaan dengan lambat dan jelaskan,
tunggu jawaban dari orang tua atau pengasuh anak. jawaban YA jika
menurut orang tua atau pengasuh, anak dapat melakukannya adlam sebulan
terakhir. Jawaban TIDAK jika menurut orang tua atau pengasuh anak tidak
dapt melakukannya dalam sebulan terakhir.
d. Pada anak umur 24 bulan atau lebih, pertanyaan-pertanyaan berupa
perintah melalui orang tua atau pengasuh untuk dikerjakan oleh anak.
Amati kemampuan anak dalam melakukan perintah orang tua atau
pengasuh. Jawaban YA jika ank dapat melakukan perintah orang tua atau
pengasuh. Jawaban TIDAK jika anak tidak dapat atau tidak mau
melakukan perintah orang tua atau pengasuh(Depkes, 2012. hlm. 70).
Interpretasi yaitu hasil pemeriksaan TDD yaitu bila ada satu atau
lebih jawaban TIDAK, kemungkinan anak mengalami gangguan
pendengaran. Intervensinya dengan melakukan tindak lanjut sesuai
dengan buku pedoman atau rujuk bila tidak dapat diatanggulangi
(Depkes, 2012. hlm. 70).
Tabel 1. Instrumen Tes Daya Dengar Menurut Umur Anak
UMUR LEBIH DARI 3 TAHUN

1. Perhatikan benda-benda disekeliling anak seperti sendok, Ya Tidak


cangkir, bola, bunga dan sebagainya. Suruh anak
menyebutkan nam benda tersebut. Apakah anak dapat
menyebut nama benda-benda tersebut dengan benar?

2. Suruh anak duduk, anda duduk dalam jarak 3 meter didepan Ya Tidak
anak. suruh naka mengulangi angka-angka yang telah anda
ucapkan : “Empat, “satu”, “delapan”, atau meniru dengan
jari tangannya. kemudian tutup mulut anda dengan
buk/kertas, ucap empat angka yang berlainan. Apakah anak
dapat mengulangi atau meniru ucapan anda dengan
menggunakan jati tangannya? ( anda dapat mengulanginya
dengan suara yang lebih keras

B. Test Daya Lihat


Tujuan tes daya lihat adalah untuk mendeteksi secara dini kelainan daya
lihat agar segera dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan
untuk memperoleh ketajaman daya lihat menjadi lebih besar. Jadwal tes daya
lihat dilakukan setiap 6 bulan pada anak usia prasekolah umur 36 sampai 72
bulan. Tes ini dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK, dan petugas terlatih.
Alat atau sarana yang diperlukan yaitu dua buah kursi, poster E atau snellen
chart (Depkes, 2012, hlm 71).
Gambar 1. Poster E atau Snellen Chart

Cara melakukan tes daya lihat :


a. Pilih ruangan yang bersih dan nyaman
b. Gantung poster E atau snellen chart setinggi mata anak pada posisi duduk
c. Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter dari poster E atau snellen chart,
menghadap ke poster E atau snellen chart .
d. Letakkan sebuah kursi lainnya disamping poster E atau snellen chart untuk
pemeriksa.
e. Pemeriksa memberikan kartu E pada anak, latih anak dalam mengarahkan
kartu E yang ada ditangannya mengahadap atas, bawah, kanan, kiri, sesuai
petunjuk pada poster E atau snellen chart. lakukan hal ini dengan benar
sampai anak dapat mengarah kan kartu E dengan benar.
f. Selanjutnya anak diminta menutup mata dengan kertas atau buku, dengan
alat penunjuk, tunjuk huruf E pada poster E atau snellen chart, satu persatu,
mulai baris pertama sampai baris keempat atau baris E terecil yang masih
dapat dilihat. Puji anak setiap kali dapat mencocokkan kartu E yang ada di
tangannya dengan yang ada di poster E atau snellen chart. Ulangi
pemeriksaan tersebut pada mata yang belum diperiksa dengan cara yang
sama.
g. Tulis baris “E” terkecil yang masih dapat dilihat, pada kertas yang telah
tersediakan: Mata kanan :………. Mata kiri:………
Interpretasi hasil pemeriksaan TDL yaitu bila kedua mata anak tidak
dapat melihat baris ketiga poster E atau snellen chart, artinya anak tidak
dapat mencocokkan arah kartu E yang dipegangnya dengan yang ada pada
poster E atau snellen chart pada baris ketiga yang ditunjuk oleh pemeriksa.
kemungkinan anak mengalami gengguan daya lihat. Intervensi yang
dilakukan bila kemungkinan anak mengalami gangguan penglihatan maka
minta anak datang lagi untuk pemeriksaan ulang, bila pada peameriksaan
berikutnya anak tidak dapat melihat sampai baris yang sama maka rujuk
kerumah sakit dengan menuliskan mata yang mengalami gangguan (kanan,
kiri atau keduanya) (Depkes, 2012, hlm 70).
2.11Konsep Manajemen Penilaian Tumbuh Kembang Anak
Pengkajian Data
Tanggal....jam....tempat....
1. Data Subyektif
a. Biodata

1) Nama
Nama anak digunakan untuk mengenali dan memanggil anak
agar tidak keliru dengan anak lain.
2) Tanggal lahir
Untuk menentukan umur.
3) Umur
Untuk mengetahui usia anak saat ini (Ngastiyah, 1997 : 12).
Umur yang paling rawan adalah masa balita oleh karena pada masa
itu anak mudah sakit dan mudah terjadi kurang gizi. Disamping itu,
masa balita merupakan dasar pembentukan kepribadian anak.
Sehingga diperlukan perhatian khusus (Soetjiningsih, 2005 : 6).
4) Jenis kelamin
Dikarenakan anak laki-laki lebih sering sakit dibandingkan
anak perempuan, tetapi belum diketahui segera pasti mengapa
demikian (Soetjiningsih, 2005 : 6). Pada pertumbuhan dan
perkembangan anak dengan jenis kelamin laki-laki setelah lahir
lebih cepat pertumbuhan tinggi badan dan berat badannya
dibandingkan dengan anak perempuan (Hidayat, 2009 : 18).
5) Nama orang tua
Nama ayah, ibu, atau wali pasien harus dituliskan dengan jelas
agar tidak keliru dengan orang lain, mengingat banyak sekali nama
yang sama. Bila ada title yang bersangkutan harus disertakan.
6) Umur orang tua
Sebagai tambahan identitas dan memudahkan petugas
kesehatan dalam melakukan pendekatan.
7) Agama orang tua
Sebagai data tentang agama juga memantapkan identitas,
disamping itu perilaku seseorang tentang kesehatan dan penyakit
sering berhubungan dengan agama. Kepercayaan dapat menunjang
namun tidak jarang dapat menghambat perilaku hidup sehat.

8) Pendidikan orang tua


Tingkat pendidikan rendah akan sulit untuk menerima arahan
dan mereka sering tidak mau atau tidak yakin akan pentingnya
pelayanan kesehatan yang menunjang dalam membantu
pertumbuhan dan perkembangan anak (Hidayat, 2009 : 19).
9) Pekerjaan orang tua
Status sosial ekonomi dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Anak dengan sosial ekonomi tinggi,
pemenuhan kebutuhan gizinya sangat cukup baik dibandingkan
anak dengan sosial ekonomi rendah (Hidayat, 2009 : 19).
10) Alamat
Tempat tinggal pasien harus dituliskan dengan jelas dan
lengkap. Kejelasan alamat keluarga ini amat diperlukan agar
sewaktu-waktu dapat dihubungi, misalnya bila pasien sangat gawat
atau setelah pasien pulang diperlukan kunjungan rumah. Daerah
tempat tinggal pasien juga mempunyai epidemiologi.
b. Alasan datang
Alasan yang mendasari ibu untuk datang ke puskesmas.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Status kesehatan anak dapat berpengaruh pada pencapaian
pertumbuhan dan perkembangan. Anak dengan kondisi sehat dan
sejahtera, maka percepatan untuk tumbuh kembang sangatlah mudah.
Tapi bila kondisi status kesehatan kurang akan terjadi perlambatan
(Hidayat, 2009 : 20).
d. Riwayat penyakit yang pernah dialami
Penyakit-penyakit yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang dan
malnutrisi. Anak yang menderita penyakit menahun akan terganggu
tumbuh kembangnya dan pendidikannya seperti pada anak-anak yang
menderita asma, sakit jantung, sakit ginjal, penyakit ISPA, selain itu
perlu dikaji apakah anak pernah kejang. Hal ini perlu dikaji karena
pada umumnya anak yang berpenyakit kronis sering disertai gangguan
kejiwaan, akibat dari stress yang disebabkan penyakitnya.
e. Riwayat penyakit keluarga/ Genogram
Untuk mengetahui gambaran kondisi keluarga, ada atau tidak
adanya anggota keluarga yang menderita penyakit tertentu. Apakah ada
yang menderita penyakit-penyakit menular seperti TBC, hepatitis, serta
penyakit menurun atau menahun seperti asma, jantung.
f. Riwayat Prenatal, Persalinan, dan Postnatal
1) Riwayat Prenatal : meliputi gizi waktu ibu hamil, lingkungan
mekanis seperti posisi janin dalam uterus, penggunaan obat-obatan,
alkohol, kebiasaan merokok, dan lain-lain yang berpengaruh pada
pertumbuhan janin (Hidayat, 2009 : 18).
2) Riwayat Persalinan : riwayat kelahiran dengan vacum extrasi, atau
forceps, dapat menyebabkan trauma kepala bayi sehingga beresiko
terjadinya kerusakan jaringan otak (Nursalam, 2005 : 41).
3) Riwayat Postnatal : apabila ASI tidak lancar, akan mempengaruhi
jumlah ASI yang diminum oleh bayi, sehingga juga akan
berpengaruh dengan nutrisi yang diperoleh bayi melalui ASI.
Karena, banyak ibu yang memberikan susu formula ketika ASI nya
tidak keluar lancar.
g. Riwayat imunisasi
Pemberian imunisasi pada anak adalah penting untuk
mengurangi morbiditas dan mortalitas terhadap penyakit-penykit yang
bisa dicegah dengan imunisasi. Dengan memberikan imunisasi, maka
diharapkan anak terhindar dari penyakit-penyakit yang sering
menyebabkan cacat atau kematian. Dianjurkan sebelum anak berumur
satu tahun sudah mendapat imunisasi BCG, Polio 4x, DPT 3x, hepatitis
B 4x, dan Campak. Yang perlu dikaji adalah imunisasi apa saja yang
telah diterima oleh anak dan bagaiman reaksinya, apa saat lahir
langsung diimunisasi.
Tabel 2. Jenis imunisasi, waktu pemberian dan reaksi yang
ditimbulkan.
Jenis Imunisasi Waktu Imunisasi Reaksi
yang
timbul
BCG Diberikan sejak lahir Dapat
timbul
reaksi
panas
Hepatitis-B Diberikan dalam waktu 12 jam setelah
lahir, dilanjutkan pada usia 1 dan 3-6
bulan. Interval dosis minimal 4 minggu.
DPT Diberikan pada usia ≥ 6 minggu secara
terpisah / secara kombinasi dengan
hepatitis B
Polio Polio 0 diberikan pada kunjungan
pertama selanjutnya diberikan pada usia
2,5 bulan dengan interval minimal 4
minggu
Campak Diberikan saat usia 9 bulan
(Hidayat,2008:55-58)
h. Riwayat Perkembangan
Mengkaji tonggak-tonggak pertumbuhan anak pada usia berapa saja.
i. Pola Aktivitas Sehari-hari
1) Pola nutrisi
Nutrisi adalah komponen penting dalam menunjang
pertumbuhan dan perkembangan. Bila kebutuhan nutrisi tidak
terpenuhi maka dapat menghambat pertumbuhan dan
perkembangan.
Anak pada usia 9- 12 bulan sebaiknya diberikan ASI juga
finger food dan saribuah. Untuk makanan utama, perkenalkan anak
makanan cincang dan nasi tim karena normalnya pada umur ini
bayi sudah pandai mengunyah dan menelan makanan yang agak
kasar bahkan sudah bisa makan bersama menu orangtua.
Yang perlu dikaji : frekuensi anak makan dalam sehari,
bagaimana komposisinya, minum susu atau air putih berapa kali
sehari atau diberikan ASI tiap berapa jam (Hidayat, 2009 : 19)
2) Pola istirahat
Kebutuhan istirahat dan tidur
1) Umur 0-6 bulan : 20-18 jam
2) Umur 6-12 bulan : 18-16 jam
3) Umur 1-5 tahun : 16-12 jam
4) Umur 6-12 tahun : 11-9 jam
Gangguan tidur yang terjadi secara terus-menerus akan
menghambat tumbuh kembang anak (Hidayat, 2009 : 25).
3) Pola kebersihan
Kebersihan, baik kebersihan perorangan maupun kebersihan
lingkungan memegang peranan penting pada tumbuh kembang
anak. Kebersihan perorangan yang kurang akan memudahkan
terjadinya penyakit kulit dan saluran pencernaan. Yang dikaji
frekuensi berapa kali mandi, gosok gigi, ganti baju, dan pakaian
dalam sehari, dan lain-lain.
4) Pola eliminasi
Pada anak adakah gangguan saat BAB karena rawan terjangkit
kuman di luar rumah. Untuk BAK juga sangat penting untuk
mengetahui akan kebutuhan cairan sudah cukup atau belum.
5) Pola aktivitas
Aktivitas anak bermain perlu diperhatikan, orangtua harus
mengarahkan agar sesuai dengan proses kematangan
perkembangan. Pada anak yang mendapatkan atau terpenuhui
kebutuhan bermain dapat terlihat pula adanya suatu pola
perkembangan yang baik (Hidayat, 2009 : 35).
j. Riwayat psikososial
Riwayat perkawinan orang tua, jumlah anggota keluarga, urutan
anak, dan yang mengasuh mempengaruhi dalan tumbuh kembang
anak. Kemudian hal lain yang terkait dengan psikososial adalah :
1) Stimulasi yang terarah dan teratur akan membuat anak akan lebih
cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang atau
tidak mendapat stimualasi
2) Motivasi belajar yang ditimbulkan sejak dini dengan memberikan
lingkungan yang kondusif untuk belajar
3) Ganjaran atau hukuman yang wajar akan menimbulkan motivasi
yang kuat bagi anak untuk tidak mengulangi tingkah lakunya
4) Kelompok sebaya untuk proses sosialisasi dengan lingkungannya
5) Cinta dan kasih sayang serta perlakuan yang adil dari orang tuanya
2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik/cukup/lemah
Kesadaran : composmentis/somnolen/apatis
TTV :
1) Nadi

Denyut Nadi / menit


Umur
Istirahat/bangun Istirahat/ tidur Aktif/demam
Bayi lahir 100–180x/menit 80-160x/menit Sampai 220
1 minggu – 3
100-220x/menit 80-200x/menit Sampai 220
bulan
3 bulan – 2
80-150x/menit 70-120x/menit Sampai 220
tahun
2 tahun – 10
75-110x/menit 60-90x/menit Sampai 220
tahun
>10 tahun 55-90x/menit 55-90x/menit Sampai 220

2) Pernafasan

Umur Rentang Rata-rata waktu tidur

Neonatus 30 – 60 x/menit 35 x/menit


1bulan - 1tahun 30 – 60 x/menit 30 x/menit
1tahun – 2tahun 25 – 50 x/menit 25 x/menit
3tahun – 4tahun 20 – 30 x/menit 22 x/menit
5tahun – 9tahun 15 – 30 x/menit 18 x/menit
10 tahun/ > 15 – 30 x/menit 15 x/menit

3) Suhu Tubuh
Umur Suhu
3 bulan 37,50C
1 tahun 37,70C
3 tahun 37,20C
5 tahun 370C

b. Pemeriksaan Antropometri
1) Berat Badan normal :
a) Usia 3 – 12 bulan n+9 =........kg
2
b) Usia 1 – 6 tahun 2n + 8 =.......kg
2) Tinggi badan : normal usia 1 tahun yakni 75 cm
Tinggi badan rata – rata pada waktu lahir adalah 50 cm. Secara
garis besar dapat diperkirakan sebagai berikut :
1 tahun 1,5 x TB lahir : 1,5 x 50 =75 cm
6 tahun 2 x TB lahir : 2 x 50 =100 cm, 6 tahun 1,5 x TB setahun :
1,5 x 75 = 112,5 cm
13 tahun 3 x TB lahir : 3 x 50 = 150 cm
3) Lingkar Kepala
Lingkar saat lahir normal 34-35 cm, bertambah ± 0,5 cm/bulan.
Pada 6 bulan pertama menjadi ± 44 cm, umur 1 tahun 47 cm, 2
tahun 49 cm dan dewasa 54 cm.
Umur Kenaikan berat otak (gram/24 jam)
6-9 bulan kehamilan 3
Lahir – 6 bulan 2
6 bulan – 3 bulan 0,35
3 bulan – 6 bulan 0,15
4) Lila
Bila saat lahir 11 cm, tahun pertama 16 cm, selanjutnya ukuran
tersebut tidak banyak berubah sampai usia 3 tahun.
c. Pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi)
Kepala : simetris/tidak, warna rambut, ada/tidak benjolan
Muka : pucat/tidak
Mata : simetris/tidak, sklera putih/tidak, konjungtiva merah
muda/tidak
Telinga : ada serumen/tidak, gendang telinga utuh/tidak
Mulut : lembab/tidak, ada/tidak labioskisis/palatoskisis, gigi susu
tumbuh/belum
Leher : tampak/tidak pembesaran kelenjar tiroid
Dada : ada/tidak retraksi dada, ronchi (-/+), pernapasan
teratur/tidak
Abdomen : buncit/tidak, teraba/tidak pembesaran hepar, ada/tidak
nyeri tekan, kembung/tidak
Integumen : turgor kulit baik bila kembali 2 detik
Ekstremitas : simetris/tidak, gerakan aktif/tidak, jumlah jari
lengkap/tidak
d. Penilaian perkembangan menggunakan KPSP
1) Menetapkan umur anak
2) Memilih pertanyaan sesuai usia
3) Menanyakan pertanyaan pada orangtua
4) Mencatat hasil KPSP
3. Identifikasi Diagnosa Masalah
a. Jika jumlah jawaban “ya” 9-10 berarti anak sesuai tahap
perkembangannya (S) /normal
b. Jika jumlah jawaban “ya” 7-8 berarti meragukan, tentukan jadwal
untuk melaksanakan pemeriksaan ulang 2 minggu kemudian.
c. Jika jumlah jawaban “ya” <7 atau="atau" jawaban="jawaban"
pemeriksaan="pemeriksaan" setelah="setelah" span="span"
ulang="ulang"> “ya” tetap 7 atau 8 maka anak memerlukan
pemeriksaan lebih lanjut (dirujuk).
4. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Diagnosa potensial : kemungkinan-kemungkinan buruk yang bisa terjadi
Diagnosa potensial berdasarkan diagnosa dan masalah yang sudah
teridentifikasi.
Masalah potensial adalah masalah lain yang dapat berkembang,
diperoleh dari diagnosa potensial.
5. Identifikasi Kebutuhan Segera
Kebutuhan segera adalah suatu tindakan yang tidak segera
dilakukan dapat membahayakan keadaan klien. Tindakan segera meliputi
tindakan yang dilakukan secara mandiri, kolaborasi, atau rujukan.
6. Intervensi
a. Bila perkembangan anak sesuai umur (“ya” =9-10), lakukan tindakan
berikut :
1) Berikan pujian pada ibu
2) Teruskan pola asuhan anak sesuai pola perkembanganya
3) Ikutkan anak di posyandu, BKB/PADU
b. Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat perkembangan anak
meragukan (“ya” =7-8), lakukan tindakan berikut :
1) Beri dukungan pada ibu
2) Ajarkan pada ibu cara stimulasi sesuai kelompok umur
3) Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencai kemungkinan adanya
penyakit yang menyebabkan penyimpangan perkembangan anak.
4) Lakukan penilaian ulang 2 minggu lagi
5) Jika KPSP ulang jawaban “ya” tetap 7 atau 8, maka kemungkinan
adanya penyimpangan
6) Jika terjadi penyimpangan pada perkembangan anak, buatlah rujukan
ke RS dengan menuliskan jenis dan jumlah penyimpangan
perkembangan.
(Vivian Nanny, 2010 : 67-70)
7. Implementasi
Mengacu pada intervensi dan kondisi anak.
8. Evaluasi
Sesuai dengan kriteria hasil menggunakan metode SOAP
DAFTAR PUSTAKA

Marni, dkk.2015.Asuhan Neonatal, Bayi, Balita dan Anak


Prasekolah.Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Purwandari, Haryatiningsih.2014.Perkembangan Balita:Deteksi Dini Dan


Stimulasi Tumbuh Kembang Balita.Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Rochmah., dkk. 2011.Asuhan Neonatus, Bayi & Balita.Jakarta:EGC

Soetjiningsih.1998.Tumbuh Kembang Anak.Jakarta : EGC


http://liskanurjanah.blogspot.co.id/2012/09/asuhan-kebidanan-kpsp-kuesioner
pra.html
diakses pada tanggal 1 Maret 2016 pukul 05.00

Anda mungkin juga menyukai