Lapsus Hemoroid Interna
Lapsus Hemoroid Interna
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
II. ANATOMI
2
Hemoroid eksterna yang merupakan penonjolan dan pelebaran
pleksus hemoroid inferior terdapat disebelah distal garis mukokutan di
dalam jaringan di bawah epitel anus.1
3
Tunica mukosa bawah canalis analis berasal dari ektoderm
proctodeum dengan struktur sebagai berikut :3
III. ETIOLOGI
4
2. Mengedan dan kontipasi
Mengedan dan konstipasi telah lama dianggap sebagai
penyebab dari pembentukan hemoroid. 5
3. Kehamilan
Kehamilan jelas merupakan predisposisi dari hemoroid,
meski penyebabnya belum diketahui, dipercaya karena adanya
perubahan hormon dan tekanan langsung saat melahirkan. 5
4. Hipertensi portal dan varises anorektal
Hipertensi portal sering dihubungkan dengan hemoroid,
namun tidak selamanya gejala yang ada di hemoroid berhubungan
dengan hipertensi portal, begitu pula sebaliknya. 5
Varises anorektal umunya didapatkan pada pasien dengan
hipertensi portal. Varises biasanya terjadi pada midrectum,
berhubungan antara sistem portal bagian medial dan inferior dari
pembuluh darah anus. 5
IV. PATOFISIOLOGI
5
sering ditemukan pada anggota keluarga yang sama. Vena rectalis
superior merupakan bagian paling bergantung pada sirkulasi portal dan
tidak berkatup. Jadi berat kolom darah vena paling besar pada vena yang
terletak pada paruh atas canalis ani. Disini jaringan ikat longgar
submukosa sedikit memberi penyokong pada dinding vena. Selanjutnya
aliran balik darah vena dihambat oleh kontraksi lapisan otot dinding
rectum selama defekasi. Konstipasi kronik yang dikaitkan dengan
mengedan yang lama merupakan faktor predisposisi. Hemoroid
kehamilan sering terjadi akibat penekanan vena rectalis superior oleh
uterus gravid. Hipertensi portal akibat sirosis hati juga dapat
menyebabkan hemoroid. Kemungkinan kanker rectum juga menghambat
vena rectalis superior. 5,6
V. KLASIFIKASI
Gambar.2. Hemorrhoid3
6
Hemoroid eksterna yang merupakan pelebaran dan penonjolan
pleksus hemoroid inferior terdapat di sebelah distal linea dentata/garis
mukokutan di dalam jaringan di bawah epitel anus. 1,5
7
4th Degree – Rectal prolapse Hemorrhoidectomy
irreducible Procedure for Prolapse and
Hemorrhoids (PPH)
A. Hemorrhoid Eksterna
8
Hal ini muncul sebagai akibat dari trombosis dari v.hemorrhoid dan
terjadinya perdarahan ke jaringan sekitarnya. Beberapa hari setelah
timbul nyeri, kulit dapat mengalami nekrosis dan berkembang menjadi
ulkus., akibatnya dapat timbul perdarahan. 1,5,6
B.Hemorrhoid Interna
1. Perdarahan
2. Prolaps
Dapat dilihat adanya tonjolan keluar dari anus. Tonjolan ini dapat
masuk kembali secara spontan ataupun harus dimasukan kembali oleh
tangan.
9
3. Nyeri dan rasa tidak nyaman
4. Keluarnya Sekret
VII. DIAGNOSIS
A. Inspeksi
Dilihat kulit di sekitar perineum dan dilihat secara teliti adakah
jaringan atau tonjolan yang muncul keluar. Apabila hemoroid
mengalami prolaps, lapisan epitel penutup bagian yang menonjol
keluar ini mengeluarkan mukus yang dapat dilihat apabila penderita
di minta mengedan. 1,5,6
B. Palpasi
10
C. Anoskopi
D. Proktosigmoidoskopi
E. Pemeriksaan Feses
1. Karsinoma kolorektum
11
touché tidak ditemukan massa yang padat / keras, tidak ada keluhan
diare, serangan akut, maupun nyeri tekan local. 1,5,6
3. Polip
IX. PENATALAKSANAAN
B. Skleroterapi
12
steril yang kemudian menjadi fibrotik dan meninggalkan
parut.Penyuntikan dilakukan di sebelah atas dari garis mukokutan
dengan jarum yang panjang melalui anoskop.Apabila penyuntikan
dilakukan pada tempat yang tepat maka tidak ada nyeri.Penyulit
penyuntikan termasuk infeksi, prostatitis akut jika masuk dalam
prostat, dan reaksi hipersensitivitas terhadap obat yang disuntikan. 1,7
13
mencapai hasil yang serupa dengan yang terlihat pada ligasi dengan
gelang karet dan tidak ada nyeri. Dingin diinduksi melalui sonde dari
mesin kecil yang dirancang bagi proses ini. Tindakan ini cepat dan
mudah dilakukan dalam tempat praktek atau klinik.Terapi ini tidak
dipakai secara luas karena mukosa yang nekrotik sukar ditentukan
luasnya. Krioterapi ini lebih cocok untuk terapi paliatif pada
karsinoma rektum yang ireponibel. 1,7
2. Terapi bedah
14
Bedah Stapler
15
Pada dasarnya hemoroid merupakan jaringan alami yang terdapat di
saluran anus. Fungsinya adalah sebagai bantalan saat buang air besar.
Kerjasama jaringan hemoroid dan m. sfinter ani untuk melebar dan
mengerut menjamin kontrol keluarnya cairan dan kotoran dari dubur.
Teknik PPH ini mengurangi prolaps jaringan hemoroid dengan
mendorongnya ke atas garis mukokutan dan mengembalikan jaringan
hemoroid ini ke posisi anatominya semula karena jaringan hemoroid ini
masih diperlukan sebagai bantalan saat BAB, sehingga tidak perlu dibuang
semua. 1,7
Terapi lain
Pasien yang datang sebelum 48 jam dapat ditolong dan berhasil baik
dengan cara segera mengeluarkan trombus atau melakukan eksisi lengkap
secara hemoroidektomi dengan anestesi lokal. Bila trombus sudah
dikeluarkan, kulit dieksisi berbentuk elips untuk mencegah bertautnya tepi
kulit dan pembentukan kembali trombus dibawahnya. Nyeri segera hilang
pada saat tindakan dan luka akan sembuh dalam waktu singkat sebab luka
berada di daerah yang kaya akan darah. 1
X. Prognosis
16
umumnya memberikan hasil yang baik. Sesudah terapi penderita harus
diajari untuk menghindari obstipasi dengan makan makanan serat agar
dapat mencegah timbulnya kembali gejala hemoroid. 1
17
BAB III
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. S U
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 60 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Parigi
No. RM : 450721
B. ANAMNESIS
i. Keluhan utama : Benjolan yang keluar dari anus
ii. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD RS Anutapura Palu dengan keluhan
benjolan yang keluar dari anus. Keluhan Benjolan tersebut mulai
dirasakan pasien sejak ±1 minggu yang lalu saat pasien BAB, pasien
mengaku sudah di rawat di RS Parigi selama 6 hari namun belum
ada kepuasan sehingga suami pasien meminta untuk di rujuk ke
Palu, obat yang diberikan yaitu obat anti nyeri, Ardium dan salep
Boraginol, awalnya memang benjolan tersebut sudah sering keluar
masuk dari 20 tahun yang lalu setelah pasien melahirkan anak
kelima, namun 1 minggu yang lalu benjolan tersebut sudah tidak
bisa masuk dan jika di paksa di dorong masuk menggunakan jari,
pasien merasa kesakitan. Pasien juga mengeluh kadang saat di
akhir BAB keras, keluar darah segar menetes dari anus.
18
iv. Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga yang sakit seperti ini.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Status present
- Status Generalisata
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : composmentis ; GCS 15 (E4V5M6)
Tekanan Darah : 130/90 mmHg
HR : 84x/menit
RR : 18x/menit
Suhu : 36,50C
- Kepala : normocephal
- Mata : pupil isokor kiri/kanan, konjungtiva anemis (-/-),
- Telinga : discharge (-/-)
- Hidung : discharge (-/-), deviasi septum (-/-), nafas cuping
hidung (-/-)
- Mulut : sianosis (-)
- Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-), deviasi
trachea (-)
PF. Thorax
- Dada :
Inspeksi : pengembangan simetris bilateral
19
Palpasi : massa tumor (-)
Perkusi : sonor kedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler, Rh (-/-), Wh (-/-)
- Abdomen :
Inspeksi : tampak cembung, asites (-), massa tumor (-)
Askultasi : peristaltik (+) kesan normal
Perkusi : tympani
Palpasi : nyerite tekan abdomen (-), organomegali (-),
massa tumor (-)
- Perianal
Inspeksi : terlihat adanya benjolan dengan diameter kira-
kira 4x3 cm yang keluar dari anus yang dilapisi oleh
mukosa, berwarna coklat keunguan.
Palpasi: nyeri tekan (+++), teraba lunak, Rectal toucher
bercak darah (-)
- Ekstremitas
Pemeriksaan superior inferior
20
edema -/- -/-
akral dingin -/- -/-
sianosis -/- -/-
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium:
Darah Lengkap
E. RESUME
Perempuan 60 tahun datang dengan benjolan di anus sejak 1
minggu terakhir, benjolan sudah tidak dapat di dorong ke dalam
anus, terasa nyeri, benjolan keluar dari anus sebenarnyanya sudah
di derita dari 20 tahun yang lalu, keluar setelah melahirkan anak
terakhir namun masih dapat di dorong masuk ke anus
menggunakan jari, kadang di akhir BAB keluar darah menetes dari
anus.
Pemeriksaan fisik:
Tekanan Darah : 130/90 mmHg
21
HR : 84x/menit
RR : 18x/menit
Suhu : 36,50C
Perianal:
Inspeksi : terlihat adanya benjolan dengan diameter kira-
kira 4x3 cm yang keluar dari anus yang dilapisi oleh
mukosa, berwarna coklat keunguan.
Palpasi: nyeri tekan (+), teraba lunak, Rectal toucher bercak
darah (-)
F. DIAGNOSIS
Hemorrhoid interna grade IV
G. PENATALAKSANAAN
Ivfd RL 20 tpm + as. Tranexamat
Inj. Ceftriaxone 1gr /12 jm/iv
Ini. Ketorolac amp/8 jm/iv
Inj. Ranitidin amp/8 jm/iv
Ardium 3x1
Boraginol N salep 3x1
FOLLOW UP
22
Hari/tanggal Catatan perkembangan
Jumat S: nyeri pada anus, BAB belum ada
24 juni 2016 O: TD: 140/90mmhg, N: 80x/mnt, S: 36oC, P: 20x/m
A: Hemoroid Interna Grade IV
P:
- Ivfd RL 20 tpm
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam/IV
- Inj. Ketorolac amp/8 jam/IV
- Inj. Plasmin amp/8 jam/IV
- Rodium 3x1
- Boraginol salep
- Rendam air hangat
Sabtu S: nyeri pada anus, BAB belum ada
25 juni 2016 O: TD: 130/80mmhg, N: 78x/mnt, S: 36oC, P: 20x/m
A: Hemoroid Interna Grade IV
P:
- Ivfd RL 20 tpm
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam/IV
- Inj. Ketorolac amp/8 jam/IV
- Inj. Plasminex amp/8 jam/IV
- Rodium 3x1
- Boraginol salep
- Rendam air hangat
Minggu S: nyeri pada anus, BAB belum ada
26 juni 2016 O: TD: 130/80 mmhg, N: 80x/mnt, S: 36oC, P: 20x/m
A: Hemoroid Interna Grade IV
P:
- Ivfd RL 20 tpm
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam/IV
- Inj. Ketorolac amp/8 jam/IV
- Inj. Plasmin amp/8 jam/IV
- Rodium 3x1
23
- Boraginol salep
- Rendam air hangat
Senin S: nyeri pada anus berkurang, BAB belum ada
27 juni 2016 O: TD: 140/90mmhg, N: 80x/mnt, S: 36,7oC, P:
20x/m
A: Hemoroid Interna Grade IV
P:
- Ivfd RL 20 tpm
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam/IV
- Inj. Ketorolac amp/8 jam/IV
- Inj. Plasmin amp/8 jam/IV
- Rodium 3x1
- Boraginol salep
Selasa S: nyeri pada anus berkurang, BAB belum ada
28 juni 2016 O: TD: 130/90mmhg, N: 88x/mnt, S: 36,5oC, P:
20x/m, benjolan pada anus mengecil
A: Hemoroid Interna Grade IV
P:
- Ivfd RL 20 tpm
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam/IV
- Inj. Ketorolac amp/8 jam/IV
- Inj. Plasmin amp/8 jam/IV
- Rodium 3x1
- Boraginol salep
Rabu S: nyeri pada anus berkurang, BAB belum ada
29 juni 2016 O: TD: 130/80mmhg, N: 78x/mnt, S: 36,3oC, P:
20x/m, benjolan pada anus mengecil
A: Hemoroid Interna Grade IV
P:
- Ivfd RL 20 tpm
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam/IV
- Inj. Ketorolac amp/8 jam/IV
24
- Inj. Plasmin amp/8 jam/IV
- Rodium 3x1
- Boraginol salep
Kamis S: nyeri pada anus berkurang, BAB belum ada
30 juni 2016 O: TD: 140/80mmhg, N: 88x/mnt, S: 36,8oC, P:
20x/m, benjolan di anus mengecil
A: Hemoroid Interna Grade IV
P:
- Ivfd RL 20 tpm
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam/IV
- Inj. Ketorolac amp/8 jam/IV
- Inj. Plasmin amp/8 jam/IV
- Rodium 3x1
- Boraginol salep
- Rencana operasi hari sabtu
BAB IV
PEMBAHASAN
25
Hemoroid adalah jaringan normal yang terdapat pada semua orang,
yang terdiri atas pleksus arteri-vena, berfungsi sebagai katup di dalam
saluran anus untuk membantu sistem sfingter anus, mencegah
inkontinensia flatus dan cairan.
26
secara spontan. Pada derajat ketiga, hemoroid menonjol saat mengedan
dan harus di dorong kembali sesudah defekasi. Derajat keempat
merupakan hemorid yang menonjol keluar dan tidak dapat di dorong
masuk. Pada kasus ini, pasien awalnya menderita hemoroi derajat ketiga
namun 2 minggu terakhir sebelum masuk rumah sakit keluhan pasien
benjolan di anus sudah tidak dapat di dorong lagi ke dalam anus, ini
desebabkan karena telah terjadi prolapsmenetap, dan nyeri yang dirasakan
oleh penderita karena kemungkinan sudah terjadi trombosis yang luas
dengan udem dan radang.
DAFTAR PUSTAKA
27
1. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed.3,
Jakarta: EGC, 2013
2. Silvia A.P, Lorraine M.W, Hemoroid, 2005. Dalam: Konsep – konsep
Klinis Proses Penyakit, Edisi VI, Patofisiologi Vol.1. Jakarta, Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
3. Available from:
http://fitsweb.uchc.edu/student/selectives/Luzietti/Painful_anus_anorect
al_anatomy.htm
4. Snell R.S, Dalam: Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran, Ed. 6,
Jakarta: EGC, 2006.
5. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/775407-
overview#a4
6. Available from: https://www.fascrs.org/patients/disease-
condition/hemorrhoids-expanded-version
7. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3296437/
28