Anda di halaman 1dari 7

Langkah 11

Semua bahan bukti biologis harus dikumpulkan dengan usapan lembap (untuk semen, air liur,
darah) atau penyepit (untuk rambut, serat, rumput dan tanah)
Sebagai aturan umum, tattoo yang didapatkan harus didokumentasi dalam rekam pemeriksaan,
bersama dengan deskripsi ringkas tentang ukuran dan bentuknya, karena berkemungkinan untuk
menjadi barang bukti dalam menilai akurasi pada observasi pemeriksa di pengadilan. Begitu juga,
deformitas fisik yang jelas perlu diperhatikan. Sekiranya tattoo dan deformitas jelas tidak direkam,
pemeriksa perlu bersiap sedia memberikan alasan tidak berbuat demikian. Pemeriksa seharusnya
mengambil kira nilai bukti pada observasi daripada nilai prejudis yang mungkin ada saat berdiskusi
de pengadilan maupun pembahasan kasus per kasus.
Penggunaan lampu Wood untuk mendeteksi semen pada kawasan yang dicurigai sudah tidak lagi
direkomendasi pada praktis klinis. Lampu Wood tidak memfluoresensi semen sebaik yang
disangkakan, dan metode yang lebih baik untuk mendeteksi semen ( contohnya apusan) harus
digunakan.
4.4.3 Pemeriksaan anogenital
Sebelum memulai pemeriksaan yang lebih teliti pada bagian anogenital, adalah penting untuk
membuatkan pasien seselesa dan serelaks mungkin. Akan sangat membantu pasien sekiranya kita
menjelaskan setiap langkah pemeriksaan yang akan dilakukan terhadap mereka, sebagai
contohnya, mengatakan “Saya akan melihat dengan teliti. Saya akan menyentuh anda di daerah
sini supaya dapat melihat dengan lebih baik. Silakan beritahu saya sekiranya tidak nyaman. “
Pada mulanya pasien harus diletakkan dengan tubuhnya telentang dan kedua lututnya dinaikkan,
kedua tumit dirapatkan kemudian kedua tungkai dengan perlahan-lahan dilebarkan ke posisi
litotomi. Dada, abdomen, bagian pelvis dan tungkai pasien boleh ditutupi kain sehingga
pemeriksaan dimulai, yang mana kainnya dapat diangkat lagi. Pencahayaan harus ditujukan
langsung kearah bagian vulva pasien. Luka ke bagian genital atau anal dapat menyebabkan nyeri
apabila disentuh. Pada beberapa kasus, hanya pemeriksaan terhad yang diperlukan, atau secara
alternative, analgesia dapat digunakan.
Prosedur-prosedur dibawah ini merupakan dasar dari pemeriksaan rutin anogenital.
Langkah 1
Bagian eksternal dari genital dan anus harus diperiksa, dan juga sebarang tanda di paha dan
bokong. Inspeksi mons pubis. Vestibulum vagina harus diperiksa dengan memberikan perhatian
khusus kepada labia mayor, labia minor, klitoris, selaput dara, forniks posterior dan perineum.
Usapan pada genital eksterna harus diambil sebelum dilakukan eksplorasi genital atau pemeriksaan
speculum. Traksi ringan pada forniks posterior mungkin akan memperlihatkan abrasi yang jika
tidak akan sulit dilihat, terutama bila tertutupi dengan pembengkakan atau lipatan-lipatan jaringan
mukosa. Penarikan ringan labia (kearah pemeriksa) akan memperbaiki visualisasi selaput dara.
Meminta pasien untuk menunduk mungkin akan membantu visualisasi introitus.
Langkah 2
Sekiranya terdapat darah segar, harus dilakukan apusan untuk mengetahui puncanya, apakah dari
vulva atau dari bagian atas dari vagina.
Langkah 3
Pemeriksaan speculum membantu pemeriksa menginspeksi dinding vagina untuk tanda-tanda
luka, termasuklah abrasi, laserasi dan memar. Penggunaan speculum plastic dan transparen
membantu terutama untuk visualisasi dinding vagina. Bukti sisa seperti benda asing dan rambut,
mungkin ditemukan, dan harus dikumpulkan. Kanal endoservikal juga boleh divisualisaikan.
Pemeriksaan ini secara khususnya sukar bagi pasien, karena akan mengingatkannya kepada
pelaku. Oleh itu harus diberitahu dengan hati-hati dan kepentingannya harus dijelaskan dengan
baik.
Penghangatan speculum sepeblum digunakan dianjurkan dan dapat dicapai dengan merendamnya
ke dalam air hangat dalam sink. Secara tradisional, tehnik yang direkomendasikan pada
pemeriksaan speculum termasuklah memasukkan speculum di sepanjang garis mendatar jaringan
vulva dan kemudia merotasi ke posisi kahir sehingga otot menjadi relaks. Akhir-akhir ini,
diperkenalkan tehnik alternatif, yang lebih nyaman buat subyek, mendapat penerimaan umum.
Speculum cocor bebek (duckbill) diletakkan di daerah forniks posterior, menyebabkan dimensi
obyek diantispasi jaringan vagina. Hal ini juga menyebabkan relaksasi jaringan introitus sebelum
insersi, menyerupai sfingter perianal apabila alat pemeriksaan diletakkan di pembukaan sebelum
dimasukkan. Dengan speculum cocor bebek diletakkan seperti itu, dan posisi pasien litototmi,
speculum dapat dimasukkan dengan lancar, tanpa terputar, dalam posisi ke bawah, membuka cocor
bebek perlahan-lahan sambil insersi. Hal ini mengelakkan sebarang kontak dengan uretra, yang
nyeri, dan menyebabkan serviks divisualisasi dengan baik.
Dalam kebanyakan kasus, pemeriksaan speculum harus dilakukan secara rutin. Terutamanya
relevan apabila terdapat nyeri vagina atau bagian uterus setelah kekerasan, perdarahan vagina atau
curiga adanya benda asing dalam vagina. Tembahan lagi, kekerasan yang berlaku lebih dari 24
jam tapi kurang 96 jam (perkiraan) sebelum pemeriksaan fisik, pemeriksaan dengan speculum
harus dilakukan untuk melakukan apusan kanal endoservikal (untuk mendapatkan semen).
Sekiranya pemeriksaan speculum tidak dilakukan (misalnya atas penolakan pasien) masih
mungkin untuk dilakukan apusan vagina buta.
Langkah 4
Walaupun pemeriksaan anus boleh dilakukan denga posisi pasien litotomi, namun lebih mudah
dilakukan dengan posisi pasien di sisi lateral kiri. Oleh itu apabila pemeriksaan genital selesai,
mintalah pasien untuk memiringkan tubuhnya kearah kiri dan wajahnya mengadap ke dinding dan
kedua tungkainya diangkat ke atas. Penutupan daerah paha dan vulva subyek dengan gaun tau kain
dapat menghindari subyek merasa didedahkan. Bokong teratas perlu diangkat untuk visualisasi
anus. Hal ini harus dijelaskan. Pasien boleh mengangkatnya sendiri, sekiranya mampu dan nyaman
melakukannya. Tekanan ringan pada anus mungkin memperlihatkan memar,laserasi dan abrasi.
Langkah 5
Pemeriksaan rektal digital direkomendasi sekiranya ada alas an untuk mencurigai terdapatnya
obyek asing yang dimasukkan ke lubang anus, dan harus dilakukan sebelum proktoskopi atau
anuskopi. Pada pemeriksaan rektal digital, jari yang memeriksa harus diletakkan di jaringan
perianal untuk membenarkan relaksasi pada sfingter yang berkontraksi oleh karena kontraksi
normal. Setelah relaksasi dirasakan, insersi dapat dilakukan.
Langkah 6
Proktoskopi hanya dilakukan pada kasus perdarahan anus atau nyeri hebat pada anus setelah
kekerasan, atau pada kecurigaan adanya benda asing dalam rectum
4.5 Merekam dan mengklasifikasi luka
Para klinisi dan ahli patologi sering diminta menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang luka
daripada penyidik dan pengadilan. Hal-hal yang sering diminta adalah :
- Usia luka
- Bagaimana ( mekanisme tiap-tiap tipe luka) luka terjadi
- Kekuatan diperlukan untuk menyebabkan luka
- Situasi yang berlaku saat terjadi luka
- Akibat luka
Namun begitu, interpretasi luka, adalah hal yang kedua-duanya kompleks dan mencabar. Hal ini
memerlukan pengtahuan yang luas dalam prinsip ilmu anatomi, fisiologi dan patologi. Individu
yang berperan dalam hal ini harus mempunyai pandangan teman sejawat, pembelajaran berterusan
dan program-program berkualitas.
Ikhtisar ringkas tentang prosedur terlibat dalam merekam dan menginterpretasi luka, termasuk
kesulitan yang sering terjadi dalam praktis klinis diberikan di bawah. Informasi lanjut boleh
didapatkan di teks referensi yang direkomendasi di bibliografi.
Tanpa dokumentasi akurat dan interpretasi pakar tentang luka, sebarang kesimpulan tentang
bagaimana luka terjadi berkemungkinan menyimpang. Hal ini akan berakibat besar pada korban
dan pelaku. Tenaga kesehatan yang tidak mendapat latihan yang diperlukan dan skil untuk
melakukan pemeriksaan dinasehatkan untuk mendokumentasikan luka, dan menggunakan
terminology standar, dan mengkonsultasikan interpretasi luka kepada spesialis forensik.
4.5.1 Deskripsi luka
Interpretasi luka seluruhnya bergantung kepada akurasi dan kesempurnaan dari rekaman observasi
luka. Table 6 mengandungi ciri-ciri luka yang perlu diobservasi dengan hati-hati dan
dideskripsikan supaya dapat membantu interpretasi luka. Pendekatan sistematis untuk
mendeksripsikan dan merekam karakteristik fisik luka akan memastikan tidak ada elemen kritikal
yang ketinggalan. Idealnya, observasi-observasi ini harus direkam di catatan konsultasi medis.
4.5.2 Klasifikasi luka
Terdapat beberapa keuntungan menggunakan terma deskriptif yang standard dan diterima umum
untuk mengklasifikasi luka. Penggunaan terminologi yang standar tidak hanya membantu
mengidentifikasi mekanisme terjadinya luka, namun juga berkontribusi untuk pemahaman situasi
bagaiman luka terjadi terhadap korban. Apabila diguna dengan baik, sistem klasifikasi dan
deskripsi luka yang standar akan membolehkan deduksi senjata atau obyek yang menyebabkan
luka. Tambahan lagi, pemeriksaan terhadap pola pelukaan mungkin dapat membantu menjawab
pertanyaan tentang apakah luka terjadi secara tidak sengaja, dengan kekerasann atau sengaja
dilakukan sendiri.
Tabel 6. Mendeskripsi ciri-ciri luka fisik
CIRI CATATAN
Lokasi Mencatat posisi anatomis luka
Saiz Mengukur dimensi-dimensi luka
Bentuk Mendeskripsikan bentuk luka
Sekitar Memperhatikan kondisi sekitar luka atau jaringan berdekatan
Warna Observasi warna luka relevan terutama mendeskripsi memar
Situasi Memberi komentar arah serangan dilakukan
Usia Memberi komentar sebarang bukti penyembuhan. Usia luka yang akurat adalah
tidak mungkin dan harus hati-hati dilakukan
Perbatasan Karakter tepi luka dapat memberi petunjuk tipe senjata digunakan
Klasifikasi Penggunaan terminologi yang diterima bilamana mungkin
Kedalaman Memberi indikasi kedalaman luka (perkiraan)

Luka secara umum diklasifikasikan sebagai abrasi, memar, laserasi, sayatan, luka tusuk atau luka
tembakan senjata. Fitur utama dari setiap luka kategori adalah sebagai berikut.
Lecet
Lecet didefinisikan sebagai cedera dangkal pada kulit yang disebabkan oleh penerapan benda
tumpul dan diproduksi oleh kombinasi dari tekanan kontak dan gerakan diterapkan secara
bersamaan untuk kulit. Pemeriksaan yang cermat dari abrasi memungkinkan identifikasi penyebab
yang melaksanakan dan arah gaya yang diterapkan. Ada sejumlah berbeda jenis lecet; ini dibagi
sebagai berikut:
- Goresan (misal diproduksi oleh kuku atau duri)
- Imprint (dimana pola senjata dapat meninggalkan karakteristik abrasi pada kulit);
- Gesekan (misal merumput dari kontak dengan karpet atau beton).
Memar
Memar didefinisikan sebagai daerah perdarahan di bawah kulit. Memar juga dikenal sebagai
hematoma atau memar. Memar berikut trauma tumpul; Perubahan warna ini disebabkan oleh
bocornya darah dari pembuluh darah pecah. Memar juga dapat terjadi dalam rongga tubuh atau
dalam suatu organ. Ketika mengomentari memar, hati-hati harus dilakukan untuk alasan berikut:
● Pandangan konsensus saat ini adalah bahwa usia memar tidak dapat ditentukan dengan tingkat
akurasi. Namun, ini sebelumnya berpikir mungkin dan secara luas diajarkan di buku teks yang
lebih tua.
● Warna jelas memar dapat dipengaruhi oleh pigmentasi kulit (Mis memar mungkin tidak mudah
terlihat pada kulit yang lebih gelap) dan oleh berbagai jenis pencahayaan. Selanjutnya,
menggambarkan warna pasti melibatkan unsur subjektif.
● Situs memar belum tentu situs trauma; contohnya:
- Memar mungkin melampaui situs dampak;
- Memar mungkin muncul di sebuah situs yang jauh dari dampak;
- Memar terlihat mungkin tidak ada meskipun kekuatan besar yang digunakan.
● Bentuk memar tidak selalu mencerminkan bentuk senjata digunakan (yaitu darah dapat
menyusup jaringan sekitarnya).
● Ukuran memar belum tentu sebanding dengan jumlah angkatan disampaikan.
Namun demikian, beberapa memar menanggung fitur yang mungkin membantu dalam interpretasi
mereka:
● tanda Bite. Ini adalah memar oval atau melingkar dengan daerah pusat pucat; sana mungkin juga
ada beberapa abrasi. Dalam beberapa kasus, mungkin ada tampak pola gigi. (Pengukuran dan skala
fotografi yang penting sini.)
● ujung jari memar. Ini disebabkan oleh penerapan kuat dari ujung jari. Ini biasanya muncul
sebagai 1-2 cm oval atau berbentuk bulat kelompok tiga sampai empat memar. Ada juga mungkin
abrasi linear atau melengkung dari kontak dengan kuku (lihat Gambar. 6).
● berpola (jejak) memar. Ini terjadi ketika memar mengambil spesifik karakteristik dari senjata
yang digunakan (misalnya telapak sepatu). Sebuah jejak pakaian juga dapat terjadi ketika gaya
disampaikan melalui pakaian dan ke kulit.
● petekie bruises.These adalah daerah pinpoint perdarahan dan disebabkan oleh pecahnya
pembuluh darah yang sangat kecil. Jenis memar biasanya terlihat di wajah, kulit kepala atau mata
setelah kompresi leher.
● Trainline memar. Ini adalah memar linear sejajar dengan daerah pusat pucat diproduksi oleh
kontak kuat dengan benda linier (misalnya tongkat atau tongkat). Lihat Gambar. 7.
Laserasi
Laserasi didefinisikan sebagai bentuk tidak teratur atau perpecahan di kulit, subkutan jaringan atau
organ yang dihasilkan dari trauma tumpul (misalnya trauma dengan dampak).
Karakteristik utama dari luka terkoyak adalah:
- Compang-camping, tidak teratur atau memar margin, yang mungkin terbalik;
- Saraf utuh, tendon dan pita jaringan dalam luka;
- Kehadiran benda asing atau rambut di luka.
Bentuk laserasi mungkin mencerminkan bentuk penyebab implement.
Luka insisi
Luka insisi didefinisikan sebagai cedera yang dihasilkan oleh benda tajam bermata yang panjang
lebih besar dari kedalaman mereka. Luka insisi dapat dihasilkan oleh pisau, razorblade, pisau
bedah, pedang atau kaca fragmen. Hal ini penting untuk membedakan antara laserasi dan luka
insisi (juga disebut sebagai sayatan atau luka) karena dapat membantu dalam mengidentifikasi
jenis senjata penyebab. Laserasi dan luka gores dibandingkan pada Tabel 7.
Ciri Luka Insisi Laserasi
Batas Tepi tajam Tepi tidak teratur
Daerah Sekeliling Kerusakan minimal Memar
Kehilangan darah Bervariasi biasanya hebat Bervariasi biasanya sedikit
Isi Jarang terkontaminasi Biasanya terkontaminasi

Luka tusuk
luka tusukan didefinisikan sebagai luka gores yang mendalam lebih besar dari panjang mereka
pada kedalaman. Kulit luka tersebut dan, khususnya, tingkat trauma dengan struktur yang lebih
dalam, akan menentukan keseriusan cedera, yaitu apakah hasilnya fatal atau tidak. poin penting
untuk dicatat sehubungan dengan luka tusukan meliputi:
● Dimensi luka mungkin tidak dimensi pisau.
● Kedalaman luka tusukan dipengaruhi oleh sejumlah faktor, seperti:
- Jumlah gaya disampaikan;
- Kekokohan pakaian pelindung;
- Ketajaman ujung pisau,
- Resistensi jaringan dan setiap gerakan dari korban.
● Dinamika menusuk (kecuali korban dinyatakan bergerak) menuntut hati-hati ketika menafsirkan
posisi relatif dan gerakan dari penyerang dan korban.
● Mungkin tidak ada hubungan antara dimensi eksternal dari luka dan trauma yang dihasilkan
untuk struktur internal.
Luka tembak
Petugas kesehatan harus memiliki pengetahuan yang wajar balistik dan luka tembak. Namun,
sangat mungkin bahwa pengobatan luka tembak akan menjadi tanggung jawab ahli bedah dan
interpretasi mereka mungkin memerlukan bantuan dari ahli patologi forensik. Kecuali luka ini
biasa ditemukan pada praktis anda, anda harus siap untuk merujuk kasus ke lebih berpengalaman
praktisi untuk analisis.

4.5.3 Cedera genito-anal terkait dengan penetrasi


Trauma pada alat kelamin dan anus wanita dapat disebabkan oleh penetrasi kuat. Penetrasi
mungkin dengan tegak atau semi-ereksi penis laki-laki, dengan bagian lain dari tubuh termasuk
jari-jari dan lidah, atau dengan benda-benda dari berbagai dimensi dan karakteristik. Tindakan
penetrasi menyebabkan jaringan lunak di sekitar lubang untuk meregangkan.
Kemungkinan dan luasnya cedera yang dihasilkan akan tergantung pada:
- Keadaan jaringan (yaitu ukuran, pelumasan, daya tahan);
- Ukuran dan karakteristik dari objek menembus;
- Jumlah gaya yang digunakan;
- Derajat relaksasi pada otot-otot panggul dan perineum;
- Posisi pelaku dan sudut penetrasi.
Forniks posterior, labia minora dan majora, selaput dara dan lipatan perianal adalah situs yang
paling mungkin untuk cedera, dan lecet, memar dan laserasi adalah bentuk paling umum dari
cedera (lihat Gambar. 3-5).

Anda mungkin juga menyukai