Dari hasil analisis sampel minyak pala (Myristica fragrans Houtt) asal
Sulawesi dan Jawa yang diambil secara random dari tempat penyulingan
menggunakan GC-MS diperoleh sekitar 35 buah senyawa kimia volatil penyusun
minyak pala yang teridentifikasi sesuai pada Tabel 16. 35 buah senyawa volatil
tersebut merupakan jumlah senyawa dengan persentase area > 0.1%. Total
persentase senyawa volatil pada minyak pala asal Sulawesi sekitar 98.56% dan
minyak pala asal Jawa sekitar 98.76% sesuai pada Lampiran 1. Dari pola peak
pada Gambar 1 terlihat bahwa pemisahan peak antara senyawa yang satu
dengan yang lain cukup baik sehingga penentuan senyawa secara kualitatif dan
kuantitatif memberikan data yang lebih akurat dan valid.
berasal dari jenis tanaman pala yang sama yaitu Myristica fragrans Houtt yang
penyebarannya banyak di Jawa dan Sulawesi. Perbedaan antara minyak pala
asal Sulawesi dengan asal Jawa diantaranya komponen sabinene dan methyl
eugenol terlihat pada Tabel 17 dan Lampiran 1. Adanya perbedaan tersebut
kemungkinan terkait dengan umur biji pala, proses pengeringan biji pala dan
proses penyulingan. Proses pengeringan yang terlalu lama bisa menguapkan
komponen senyawa volatil dalam biji pala lebih banyak terutama kelompok
senyawa monoterpene seperti sabinene.
Methyl eugenol dan safrol merupakan senyawa karsinogenik sehingga ke
dua senyawa ini menjadi salah satu parameter penting pada minyak pala. Methyl
eugenol dibatasi konsentrasi maksimum 0.02% untuk aplikasi di fragran. Standar
EP (European Pharmacopoeia) memiliki batasan methyl eugenol lebih ketat pada
minyak pala yaitu maksimum 0.5% sedangkan menurut standar industri multi
nasional flavor dan fragran membatasi methyl eugenol maksimum 2.5%. Pada
standar EP dan standar industri multi nasional flavor dan fragran memberikan
batasan safrol maksimum 2.5% dan 2% pada minyak pala. Myristicin merupakan
senyawa penanda mutu dari minyak pala jika kandungan myristicin di minyak
pala tinggi umumnya menunjukkan minyak pala tersebut bermutu baik. Senyawa
myristicin dan elemicin menentukan sifat halusinogenik. Aroma dari minyak pala
dipengaruhi oleh adanya senyawa aromatis seperti myristicin, safrol dan elemicin
(Pino et al 1995). Di minyak pala asal Jawa dan Sumatra juga terdapat senyawa
limonene yang berperan dalam karakter odor lemon like. Senyawa 4-terpineol
berperan pada karakter odor spicy nutmeg like, woody-earthy dan Lilac like
(Surburg dan Panten 2006).
Jika dibandingkan dengan minyak pala yang diteliti oleh Schenk dan
Lamparsky (1981) juga menunjukkan banyak kesamaan dari jenis dan
persentase senyawa volatil penyusunnya. Perbedaan yang mendasar adalah
persentase myristicin dari minyak pala yang diteliti oleh Schenk dan Lamparsky
(1981) lebih tinggi dibandingkan kedua minyak pala asal Indonesia tersebut. Jika
dilakukan gap analysis dengan membandingkan antara data hasil penelitian ini
dengan standar yang ada yaitu standar EP (European Pharmacopoeia) dan
standar industri multi nasional flavor dan fragran maka bisa dilihat pada Tabel
17. Secara umum standar EP memiliki persyaratan yang lebih ketat dibandingkan
dengan standar industri multi nasional flavor dan fragran. Minyak pala asal
Sulawesi memenuhi syarat standar industri multi nasional flavor dan fragran dan
tidak memenuhi standar EP (European Pharmacopoeia) karena methyl eugenol
dan elemicin diluar spesifikasi. Sedangkan minyak pala asal Jawa memiliki
kualitas yang lebih baik dibanding dengan minyak pala asal Sulawesi karena
secara keseluruhan memenuhi syarat spesifikasi standar industri multi nasional
flavor dan fragran sedangkan untuk standar EP mayoritas memenuhi syarat
kecuali senyawa elemicin yang kadarnya 0.49% (maksimum standar EP adalah
0.2%). Data di Tabel 17 menunjukkan bahwa minyak pala yang diteliti oleh
Schenk dan Lamparsky (1981) memenuhi standar industri multi nasional flavor
dan fragran dan tidak memenuhi standar EP karena komponen 4-terpineol lebih
tinggi dibanding standar EP.
Jika dikaji dari sisi organoleptik pada minyak pala asal Jawa dan Sumatra
menunjukkan keduanya memiliki karakter terutama warmly, spicy, sweet, light,
heavy dan camphoraceous juga lemon like. Karakter sweet dan camphoraceous
pada kedua minyak pala tersebut cukup kuat.
Pengalaman penulis dalam bidang sensori untuk minyak pala khususnya
terkait minyak pala fresh (minyak pala yang baru selesai disuling) dan minyak
pala yang sudah lama disimpan menunjukkan bahwa umumnya minyak pala
fresh memiliki karakter warmly, spicy dan pungency yang kuat sedangkan
karakter sweet dan camphoraceous cenderung masih lemah terkadang karakter
burnt like (top note) yang cenderung tidak enak odornya untuk dicium dengan
intensitasnya lebih kuat dibanding minyak pala yang sudah lama disimpan.
Minyak pala yang sudah lama disimpan terutama yang disimpan dalam suhu
ruang menunjukkan karakter sweet dan camphoraceous yang lebih kuat
31
Tabel 17 Profil senyawa volatil minyak pala asal Sulawesi dan Jawa dibandingkan dengan literatur
Jika dikaji dari jenis senyawa kimia volatil yang bersifat allergen maka
senyawa pada minyak pala asal Sulawesi dan Jawa yang tergolong allergen
adalah eugenol, limonene dan isoeugenol sesuai pada Tabel 16.
Senyawa alpha pinene, delta-3-carene dan eugenol sebagai penanda
terjadinya pemalsuan (adulteration) pada minyak pala. Data pada Tabel 17
menunjukkan bahwa senyawa eugenol pada minyak pala dapat diidentifikasi
sebagai senyawa penanda adulteration oleh adulteran atau kontaminan seperti
minyak cengkeh (clove oil). Komponen eugenol banyak ditemukan dalam minyak
cengkeh yang memiliki kadar > 70% (Reineccius 1992). Standar EP (European
Pharmacopoeia) dan standar industri multi nasional flavor dan fragran membatasi
kadar eugenol maksimum pada level 0.5% dan 1% dengan demikian peluang
terjadi pemalsuan oleh minyak cengkeh bisa diminimalisir.
Menurut Burfield (2003) tentang adulteration of essential oils, minyak pala
mudah untuk dipalsukan dengan fraksi terpentin seperti turpentine oil (minyak
terpentin) hal ini dikarenakan komponen utama dalam minyak terpentin ada
dalam minyak pala yaitu alpha pinene dan delta-3-carene. Minyak terpentin
mengandung alpha pinene minimal 80% dan delta-3-carene diantara 8-11%
(Wiyono et al. 2006). Standard EP (European Parmaque) membatasi kadar delta-
3-carene (0.5-2%) dan alpha pinene (15-28%). Jika ada minyak pala memiliki
kadar delta-3-carene lebih dari 2% kemungkinan lebih besar terjadinya
adulteration (pemalsuan) oleh adulteran (pemalsu) seperti minyak terpentin.
Standar industri multi nasional flavor dan fragran tidak mempersyaratkan
parameter delta-3-carene sehingga peluang terjadi pemalsuan jauh lebih tinggi
walaupun sudah dibatasi dengan parameter alpha pinene.
Dari hasil penelitian untuk senyawa volatil pada minyak nilam (Pogostomon
cablin Benth) asal Sulawesi, Jawa dan Sumatra diperoleh 33 buah senyawa
volatil yang teridentifikasi dan 1 buah senyawa yang belum diketahui atau tidak
teridentifikasi pada level persentase > 0.1%. Dalam penelitian ini juga dianalisa
senyawa volatil seperti eugenol, limonene, linalool, cinnamic alcohol dan alpha
copaene walaupun kadarnya sangat kecil < 0.1% seperti pada Tabel 18. Hal ini
dikarenakan senyawa-senyawa tersebut menjadi parameter yang penting pada
salah satu standar yang ada saat ini. Total komponen volatil yang bisa
33
teridentifikasi dari minyak nilam asal Jawa 98.02%, Sumatra 97.66% dan
Sulawesi 98.26% dengan rerata ketiganya 97.98% seperti pada Lampiran 2.
Tabel 18 Jenis senyawa volatil penyusun minyak nilam asal Indonesia (Sulawesi,
Jawa dan Sumatra)
Jika hasil penelitian ini dibandingkan hasil penelitian oleh Sundaresan et al.
(2009) tentang minyak nilam asal India dari jenis Pogostemon cablin Benth maka
terdapat beberapa perbedaan yang nyata. Kadar patchouli alcohol asal India
hanya 23.2 % sedangkan dari Sulawesi, Jawa dan Sumatra memiliki kadar
patchouli alcohol > 29%. Umumnya dengan kadar patchouli alcohol yang rendah
dan ketidak adanya senyawa nor patchoulenol seperti pada minyak nilam asal
35
allergen. Minyak nilam asal India (Sundaresan et al. 2009) menunjukkan bahwa
minyak ini tidak masuk spesifikasi standar SNI, standar industri multi nasional
flavor dan fragran maupun Standar Internasional (ISO) terutama kadar patchouli
alcohol yang terlalu rendah.
Senyawa alpha copaene menjadi penanda adulteration (pemalsuan)
oleh gurjun balsam (gurjun oil) yang memiliki kandungan alpha copaene tinggi >
40% (Indesso 2011). Menurut Burfield (2003) tentang adulteration of essential
oils, minyak nilam bisa ditambahkan minyak pemalsu dengan harga yang lebih
murah yaitu gurjun balsam. Pada ketiga standar minyak nilam yang ada pada
Tabel 19 menunjukkan ada batasan maksimum untuk parameter alpha copaene
dimana SNI membatasi maksimum 0.5% lebih ketat sedangkan standar industri
multi nasional flavor dan fragran dan standar ISO (3757 : 2002) membatasi
maksimum 1%. Jika kadar alpha copaene pada minyak nilam lebih tinggi dari
standar-standar tersebut membuka peluang terjadinya adulteration.
Senyawa eugenol menjadi salah satu parameter penting di dalam standar
standar industri multi nasional flavor dan fragran dikarenakan senyawa ini
sebagai senyawa penanda adanya adulteration (pemalsuan) oleh minyak yang
memiliki kandungan eugenol tinggi seperti minyak cengkeh. Jika kadar eugenol >
0.08 % (800 ppm) memungkinkan terjadinya adulteration. Proses adulteration
bisa terjadi baik sengaja ditambahkan maupun disebabkan kontaminasi silang
pada waktu proses penyulingan. Parameter senyawa eugenol disarankan juga
dimasukkan didalam standar SNI dan ISO (3757 : 2002) yang saat ini kedua
standar tersebut tidak ada parameter senyawa eugenol sehingga dengan adanya
parameter ini bisa meminimalisir terjadinya pemalsuan yang saat ini semakin
kompleks.
37
38
Tabel 20 Jenis senyawa volatil penyusun minyak jahe segar asal Jawa
1 1-Hexanol 38 Calarene
2 Tricyclene 39 Aromadendrene
3 Alpha pinene 40 6-Isopropyl-4-8a-dimethyl-
4 Camphene 1,2,3,7,8,8a-hexahydronaphtalene
5 6-Methyl hep-5-en-2-one 41 Zingiberene
6 2-Methyl-2hepten-6-ol 42 Beta bisabolene
7 Beta pinene 43 Alpha bisabolene
8 Beta myrcene 44 Calamanene
9 Alpha phellandrene 45 Beta sesquiphelandrene
10 o-Chimene 46 Gamma bisabolene
11 Beta phellandrene 47 Hedycaryol
12 Alpha terpinolen 48 Alpha bergamotene
13 Linalool 49 Germacrene B
14 Camphor 50 Nerolidol
15 Borneol 51 Ar-tumerol
16 Carane,4,5-epoxy,trans 52 1-Phenyl-2-(p-tolyl)-propane
17 1-Terpinen-4-ol 53 (10-Epi-beta)acoradiene
18 Alpha terpineol 54 Caryophyllene oxide
19 Beta citronellol 55 Beta curcumen-12-ol
20 Beta citral 56 (2E,6E)-3,7,11 Trimethyl-2,6,10-
21 3,7-Dimethylocta-2-6-dien-1-ol dodecatrien-1-ol
22 Cis-citral 57 Alpha acoranol
23 Bornyl acetate 58 Gamma eudesmol
24 2-Undecanone 59 Farnesol (2Z,6Z))
25 Beta citronellyl acetate 60 Bergamotol
26 2,6-Octadien-1-ol,3,7 dimethyl 61 Tau muurolol
acetate 62 Beta-eudesmol
27 Senyawa yang tidak diketahui 63 Epi-amiteol
28 Alpha copaene 64 Delta cadinol
29 Cyclosativene 65 Alpha copaene-8-ol
30 Sesquithujene 66 Bisabolol
31 Beta caryophyllene 67 2,4 Diter-butylphenol
32 (+)-1(10)-Aristolene 68 Sesquisabinenehydrate (trans)
33 Alpha farnesene 69 1-Formyl-2,2-dimethyl-3-trans-(3-
34 Beta funebrene methyl-but-enyl)-6-methylidene
35 Beta farnesene -cyclohexane
36 Alloaromadendrene 70 Farnesal
37 Alpha curcumene 71 Beta-cedren-9-alpha-ol
40
Pada sampel minyak jahe segar asal Jawa memiliki komponen utama
diantaranya champene (14.54%), beta phellandrene (6.48%), alpha curcumene
(8.61%), zingiberene (18,61%) dan beta sesquephelandrene (8.11%) seperti
pada Tabel 21 dan Lampiran 3.
Dari Tabel 21 menunjukkan perbandingan antara minyak jahe segar asal
Jawa dengan minyak jahe segar dan minyak jahe kering asal India yang diteliti
oleh Sasidharan dan Menon (2010). Dari Tabel 21 menunjukkan bahwa minyak
jahe segar asal Jawa cenderung mendominasi untuk komponen monoterpene
seperti champene (14.54%) sedangkan minyak jahe segar dan minyak jahe
kering asal India kandungan champene hanya 4% dan 1%. Namun sebaliknya
untuk komponen zingiberene didominasi oleh minyak jahe kering (30.3%) dan
minyak jahe segar asal India (28.6%) sedangkan komponen zingiberene pada
minyak jahe segar asal Jawa hanya 16.8%. Perbedaan yang signifikan ini
mempengaruhi karakter organoleptik dari ketiga minyak jahe tersebut. Karakter
organoleptik seperti karakter lemony terutama ditentukan oleh adanya senyawa
citral (Koroch et al. 2007). Pada minyak jahe segar asal Jawa memiliki total citral
sekitar 6.94% lebih tinggi dibanding minyak jahe kering dari India sehingga
kemungkinan memiliki karakter lemony yang cukup kuat.
Namun rendahnya komponen zingiberene pada minyak jahe segar asal
Jawa dibandingkan dari minyak jahe segar dan minyak jahe kering asal India
menyebabkan karakter odor spicy (warm gingery) yang lebih lemah. Sedangkan
minyak jahe segar memiliki karakter spicy like lebih kuat dan minyak jahe kering
asal India paling kuat karakter warm gingery dan spicy like namun lemony like
lemah. Kedua minyak jahe dari India berasal dari jenis Zingiber officinale Roscoe
yang umum ditanam di negara tropis termasuk di Indonesia. Minyak jahe segar
asal Jawa juga berasal dari jenis Zingiber officinale Roscoe yang lebih komersial.
Perbedaan komposisi senyawa volatil pada ketiga minyak jahe tersebut
disebabkan diantaranya klon, kultivar tanaman, proses pengeringan dan daerah
asalnya.
Jika dikaji dari jenis senyawa volatil yang bersifat allergen maka senyawa
pada minyak jahe segar asal Jawa yang tergolong allergen dari hasil penelitian
ini adalah linalool (0.59%), cis dan beta citral (6.94%), beta citronellol (0.61%)
dan farnesol (0.27%).
41
Tabel 21 Profil senyawa volatil minyak jahe segar asal Jawa dibandingkan
dengan literatur
No Nama Komponen Minyak jahe Minyak jahe segar Minyak jahe kering
segar (Zingiber (Zingiber officinale (Zingiber officinale
officinale Roscoe) asal India Roscoe) asal India
Roscoe) asal (Sasidharan dan (Sasidharan dan
Jawa Rerata (%) Menon 2010) Menon 2010)
(%) (%)
1 1-Hexanol 0.13 0
2 Alpha pinene 3.60 0.1 0.3
3 Camphene 14.54 4 1
4 6- Methyl hep-5-en-2-one 1.69 0.9
5 Beta pinene 0.35 1.6 0.6
6 Beta myrcene 1.55 0 2.1
7 Alpha phellandrene 0.16 1.3 0
8 o-Chimene 0.11 1.3 0
9 Camphor 0.23 0.2
10 Borneol 1.51 1.2 0.5
11 1-Terpinen-4-ol 0.15 0.2 0.1
12 Beta citral 2.95 8.5 4.4
13 Cis citral 3.95 1.8 0.5
14 Bornyl acetate 0.58 0.2
15 2-Undecanone 0.17 0.1
16 Alpha copaene 0.31 1.5
17 Beta caryophyllene 0.10 1.4
18 Beta farnesene 0.31 0.1 1.5
19 Alpha curcumene 8.61 5.6 11
20 Zingiberene 16.80 28.6 30.3
21 Beta bisabolene 5.05 5.8 7.2
22 Beta sesquiphelandrene 8.11 2.5 6.6
23 Nerolidol 0.26 1.5 0.2
24 Farnesol (2Z,6Z)) 0.27 0.1 0.1
25 Bergamotol 0.13 0.1
26 Tau muurolol 0.11 0.2
27 Beta-eudesmol 0.23 0.1
28 Bisabolol 0.14 0.3 0.3
29 Sesquisabinenehydrat(trans) 0.33 0.1
optik. Dengan adanya data dari penelitian ini bisa dijadikan rujukan dalam
pembuatan standar baru terkait belum adanya parameter senyawa volatil pada
minyak jahe.
Gambar 6 Spektrum massa dan struktur dari zingiberene (C15H24) dengan berat
molekul 204 (NIST 2008)
Dari hasil penelitian ini di peroleh sekitar 89 senyawa volatil pada minyak
akar wangi (Vetiveria zizanioides) asal Jawa Barat dengan total persentase
sekitar 97.69% seperti pada Lampiran 4. Identifikasi senyawa volatil pada
minyak akar wangi tergolong tidak mudah karena jumlah komponen yang banyak
dengan pola peak kromatogram yang saling berdekatan antara senyawa yang
satu dengan yang lain seperti pada Gambar 7. Komponen utama minyak akar
wangi asal Jawa Barat diantaranya alpha gurjune (3.38%), beta vetivenene
(5.61%), khusimol (6.87%), beta vetivone (3.88%) dan alpha vetivone (3.07%).
Kualitas dari minyak akar wangi tergantung pada komponen alkohol
terutama khusimol yang bertanggung jawab terutama terhadap karakter mutu
dan odor seperti woody dari minyak akar wangi Selain khusimol, senyawa alpha
dan beta vetivone juga yang memberikan kontribusi terhadap odor dari minyak
akar wangi dan merupakan senyawa khas yang ada di minyak akar wangi
(Saraswathi et al. 2009). Sedangkan menurut Sell (2003) komponen minor
seperti zizanal, epi-zizanal, methyl zizanoate dan methyl epi-zizanoate yang
memberikan kontribusi penting terhadap karakter organoleptik dari minyak akar
wangi. Dalam penelitian ini hanya komponen zizanal yang teridentifikasi dengan
kadar sebesar 0.53%.
43
Tabel 22 Jenis senyawa volatil penyusun minyak akar wangi asal Jawa Barat
1 2-Methoxy-4-vinylphenol 46 Alpha-(1-hydroxy-1-methylethyl)-4a-beta-methyl-1a.apha-
2 Cedr-8-ene decahydrocyclopropa(D)naphthalene
3 Delta elemen 47 Gamma eudesmol
4 Cadina-1-4-diene 48 Eremoglinol
5 Beta neoclovene 49 Selin-11-en-4-alpha-ol
6 Tetraethylbenzene 50 2,5-Dimethoxy-3-methylnaphtalene
7 Prezizaene 51 Cubenol
8 Himachala-2,4-diene 52 Epizizanone
9 Alpha gurjune 53 (4AR,8R)-2-yl)propan-2-ol(4,4A,5,6,7,8-hexahydro-4A,8-
10 Beta selinene dimethylnapth-2-yl)propan-2-ol
11 Beta vatirenene 54 (Z,1RS,2SR,4RS,7SR)-1-(2,5,5-trimethyl-3-
12 Alpha amorphone oxabicyclo(5.1.0.0(2.4)oct-4-yl)-3-methyl-1,3-butadiene
13 Isolongifolene 55 Valerianol
14 Isoeugenol 56 Tau cadinol
15 Daryo-5,8-diene 57 Germacra-4(15),5,10(14)-trien-1-alpha-ol
16 Alpha longifolene 58 Agarospirol
17 Epi-bicyclosesquiphellandrene 59 Beta costol
18 2-Cyclohexyl-5,5-dimethyl-1- 60 Tau-muurolol
hexen-3-yne 61 Cedr-8-(15)-en-9-alpha-ol
19 1,2,4,5-Tetraethylbenzene 62 Eupatoriocrhomene B
20 Delta cadinene 63 Vetiselinenol
21 Valencene 64 Khusilic acid
22 Khusimene 65 6-Isopropenyl-4,8a-dimethyl-1,2,3,5,6,7,8,8a-octahydro-
23 Beta guaiene napthalen-2-ol
24 4,6-Diethyl-4,5-decadien-7-yne 66 Cis-2-methyl-2-(4-methyl-3-pentenyl)-3-hydroxymethyl-1
44
Tabel 22 (Lanjutan) Jenis senyawa volatil penyusun minyak akar wangi asal Jawa Barat
Dari hasil penelitian ini ditemukan adanya senyawa allergen di minyak akar
wangi asal Jawa yaitu isoeugenol sebesar 1.21%. Jika dilakukan gap analysis
antara data hasil penelitian ini dibandingkan dengan hasil penelitian lain yang
sudah dipublikasikan seperti pada Tabel 23 terlihat bahwa senyawa khusimol
pada minyak akar wangi asal Jawa Barat hanya 6.87% lebih rendah
dibandingkan dengan minyak akar wangi asal Thailand I (11.11%), India
(21.45%) dan Thailand II (12.71%). Sedangkan senyawa alpha dan beta vetivone
minyak akar wangi asal Jawa Barat tidak berbeda jauh persentasenya dengan
minyak akar wangi akar dari Thailand II namun lebih rendah dibandingkan
45
dengan minyak akar wangi asal India. Dari Tabel 4 tersebut dapat disimpulkan
bahwa karakter mutu odor dari minyak akar wangi asal Jawa Barat lebih lemah
terutama karakter woody dibandingkan dengan minyak akar wangi asal India,
Thailand II dan Thailand I yang disebabkan rendahnya nilai persentase senyawa
khusimol pada minyak akar wangi asal Jawa Barat. Dari sisi organoleptik, sampel
minyak akar wangi asal Jawa Barat yang digunakan untuk penelitian ini
menunjukkan karakter odor smokey (gosong) yang sangat kuat dan karakter
woody yang lemah. Dengan demikian secara mutu minyak akar wangi asal Jawa
Barat masih kalah mutunya dengan minyak akar wangi asal India, Thailand I dan
II. Minyak akar wangi India mempunyai kualitas terbaik dibandingkan yang lain
jika diamati komposisi senyawa volatil penyusunnya seperti pada Tabel 23.
Perbedaan mutu antara minyak akar wangi (Vetiveria zizanioides) asal Jawa
Barat dengan minyak akar wangi (Vetiveria zizanioides) asal Thailand dan India
kemungkinan karena faktor asal geographis dan proses penyulingan. Rendahnya
mutu minyak akar wangi asal Jawa Barat baik odor atau kadar khusimol terutama
diakibatkan oleh proses penyulingan yang tidak sempurna seperti suhu
penyulingan yang terlalu tinggi.
Tabel 23 Profil senyawa volatil minyak akar wangi asal Jawa Barat dibandingkan
dengan Literatur
No Nama Minyak akar Minyak akar wangi (Vetiveria zizanioides) ISO
komponen wangi (Vetiveria (%) 4716 :
zizanioides) asal 2002(E)
Jawa barat Pripdeevech et al. Saraswati et al. Thubthimthed
rerata (%) (Thailand I 2006) (India 2011) et al. (Thailand
II 2012) (%)
1 Isoeugenol 1.21
2 Delta cadinene 0.18 0 1.72
3 Valencene 0.85 0.73 2.3
4 Khusimene 0.33 3.04 0.66
5 Alpha 0.60 0.94
calacorene
6 Alpha elemen 0.69 0.25
7 Beta vetivene 5.61 2.99
8 10-Epi-gamma 2,20 0.66
eudesmol
9 Vetiselinenol 3.03 5.6
10 Beta vetivone 3.88 8.29 1.62
11 Khusimol 6.87 11.11 21.45 12.71 6-11
12 Zizanal 0.53 0.09
13 Valerenol 0.25 3.93
14 Alpha vetivone 3.07 4.3 2.02
46
Jika data hasil penelitian ini dibandingkan dengan standar ISO 4716 : 2002
(E) maka masih masuk spesifikasi standar tersebut karena batasan kadar
khusimol antara 6-11% sedangkan minyak akar wangi asal Jawa Barat memiliki
kandungan khusimol 6.87%.
Tabel 24 Jenis senyawa volatil penyusun minyak lada hitam asal Jawa
Tabel 25 Profil senyawa volatil minyak lada hitam asal Jawa dibandingkan
dengan literatur
Data ini jika dibandingkan dengan hasil penelitian Fan et al. (2011) seperti
pada Tabel 25 menunjukkan bahwa ada perbedaan yang cukup signifikan
dimana komposisi pada minyak lada hitam (Piper nigrum) asal Malaysia
didominasi komponen limonene 35.6%, beta pinene (12.95%) dan alpha pinene
(4.31%). Kemudian jika minyak lada hitam asal Jawa dibandingkan dengan
minyak lada hitam (Piper nigrum) dari hasil penelitian Lawrence (1981) yang
didominasi oleh sabinene (19.4%), limonene (17.5%), beta caryophyllene
49
(14.7%), beta pinene (10.4%), 3-carene (5.4%) dan alpha pinene (4.9%) maka
minyak lada hitam asal Jawa lebih dekat dengan komposisi senyawa volatilnya
dengan minyak lada hitam asal hasil penelitian Lawrence walaupun ada
perbedaan signifikan pada komponen sabinene dan delta-3-carene.
Dari sisi organoleptik antara minyak lada hitam asal Jawa dengan minyak
lada hitam asal Malaysia ada kemungkinan berbeda karena dengan tingginya
komponen mono terpene (limonene) dan rendahnya beta caryophyllene
cenderung minyak lada hitam asal Malaysia memiliki karakter odor limonene like
dan terpenic lebih kuat dengan tingkat spicy (warm like lebih lemah) dibanding
minyak lada hitam asal Jawa. Sedangkan antara minyak lada hitam asal Jawa
dan minyak lada hitam penelitian oleh Lawrence (1981) kemungkinan memilki
karakter spicy like yang kuat walaupun minyak lada hitam asal Jawa lebih kuat.
Perbedaan pada komponen limonene dan delta-3-carene memungkinkan kedua
jenis minyak lada hitam ini memiliki orientasi karakter terpenic like yang berbeda.
Perbedaan antara ketiga minyak lada hitam tersebut terutama dipengaruhi oleh
umur tanaman buah Piper nigrum dan daerah asal tanaman ketiga minyak lada
hitam tersebut.
Kelompok senyawa yang bersifat allergen pada minyak lada hitam asal
Jawa adalah limonene (15.25%) dan beta linalool (0.68%) seperti pada Tabel 25.
Dikarenakan ketiadaan standar yang berlaku saat ini terkait parameter komponen
senyawa volatil maka adanya data-data hasil penelitian ini bisa dipakai untuk
mengetahui karakterisitik minyak lada hitam asal Indonesia secara lebih detail
dan mendalam.
Tabel 27 Komponen utama dari senyawa volatil penyusun minyak kenanga asal
Jawa
Gambar 12 Spektrum massa dan struktur dari beta linalool (C10H18O) dengan
berat molekul 154 (Library NIST 2008)
antara kedua minyak ylang-ylang tersebut disebabkan antara lain oleh jenis,
umur dan asal tanaman. Pada Tabel 29 menunjukkan senyawa allergen pada
minyak ylang-ylang asal Jawa diantaranya linalool (26.03%), citral (0.27%),
geraniol (2.68%), eugenol (0.15%) dan benzyl benzoat (2.96%).
Burfield (2003) tentang adulteration of essential oils, minyak ylang-ylang
dimungkinkan dipalsukan dengan senyawa pemalsu lain (sintetik) seperti benzyl
acetate, methyl benzoate, para-cresyl methyl eter, geranyl acetate, benzyl
benzoat dan benzyl cinnamate. Dari sampel yang digunakan untuk penelitian ini,
kecil kemungkinan terkontaminasi oleh pemalsu sintetik tersebut karena
didistilasi sendiri di laboratorium dari bahan baku bunganya. Jika minyak ylang-
ylang terkontaminasi senyawa pemalsu sintetik tersebut maka tidak mudah
mendeteksinya dengan alat GC dan GC-MS jika hanya pada konsentrasi yang
rendah karena secara alami komponen sintetik tersebut juga ada pada minyak
ylang-ylang.
Terkait adanya peluang adulteration dari minyak kenanga pada minyak
ylang-ylang bisa dideteksi dengan parameter senyawa volatil beta caryophyllene
yang merupakan komponen terbesar pada minyak kenanga sedangkan minyak
ylang-ylang asal Jawa dan Thailand secara alami hanya mengandung komponen
beta caryophyllene < 5% sesuai Tabel 29. Jika kandungan beta caryophyllene
pada minyak ylang-ylang > 5% ada kemungkinan terjadi adulteration dari minyak
kenanga walaupun tidak mudah untuk dibuktikan dengan alat GC dan GC-MS.
Proses adulteration tersebut bisa dibuktikan dengan analisa menggunakan 13C-
NMR dengan mendeteksi sumber atom karbon C. Jika sumber atom karbon
dalam minyak ylang-ylang berbeda maka dipastikan terjadi adulteration.
Dikarenakan standar untuk minyak ini tidak ada spesifikasi untuk parameter
komponen senyawa volatilnya maka untuk gap analysis tidak bisa dilakukan.
Selain itu bisa dijadikan rujukan untuk melengkapi standar SNI yang belum ada
parameter untuk komponen volatil. Hal ini sangat penting karena dengan adanya
parameter tersebut bisa meminimalisir terjadinya adulteration pada minyak ylang-
ylang.
Dari hasil penelitian ini diperoleh jumlah komponen minyak terpentin (Pinus
merkusii) asal Jawa Barat sekitar 17 buah komponen dengan besarnya
persentase 98.63% seperti pada Lampiran 8. Dari Tabel 30 dan Lampiran 8
menunjukkan bahwa komposisi minyak terpentin terdiri dari monoterpene,
56
Tabel 30 Jenis senyawa volatil penyusun minyak terpentin asal Jawa Barat
No Nama Komponen
1 Alpha thujene
2 Alpha pinene
3 Camphene
4 Sabinene
5 Beta pinene
6 Delta-3-carene
7 o-Chimene
8 Limonene
9 Gamma terpinene
10 Alpha terpinolen
11 Alpha pinene oxide
12 Cis-verbenol
13 4,8 Epoxy-p-ment-1-ene
14 1-Terpinen-4-ol
15 Beta fenchol
16 Beta caryophyllene
17 Alpha bergamotene
57
Gambar 15 Spektrum massa dan struktur dari alpha pinene (C10H16) dengan
berat molekul 136 (Library NIST 2008)
58
Tabel 31 Profil senyawa volatil minyak terpentin asal Jawa Barat dibandingkan
dengan literatur
Dari hasil penelitian dari sampel yang diambil dari salah satu penyuling di
Jawa diperoleh sekitar 38 buah komponen senyawa volatil pada minyak daun
jerut purut (Citrus D.C., Rutaceae) yang teridentifikasi dan 1 buah senyawa yang
tidak teridentifikasi seperti pada Tabel 32. Dari Tabel 33 menunjukkan bahwa
minyak minyak daun jeruk purut asal Jawa didominasi oleh komponen beta
citronellal (73.44%) yang diikuti beta linalool (4.35%), beta citronellol 3.95%,
sabinene (2.38%) dan citronellyl acetate (1.56%).
59
Tabel 32 Jenis senyawa volatil penyusun minyak daun jeruk purut asal Jawa
Senyawa yang bersifat allergen di minyak daun jeruk purut asal Jawa
diantaranya beta linalool (4.35%), beta citronellol (3.95%) dan trans geraniol
(0.21%). Satu buah komponen senyawa volatil yang teridentifikasi pada minyak
daun jeruk purut dimungkinan senyawa kontaminan yaitu patchouli alcohol (No
37) dengan persentase 0.5% (Tabel 33). Adanya senyawa patchouli alcohol di
minyak daun jerut purut (kaffir lime leaf oil) kemungkinan besar berasal dari
minyak nilam (patchouli oil) karena patchouli alcohol hanya ada di minyak nilam
sedangkan minyak daun jeruk purut secara alami tidak memiliki komponen
patchouli alcohol. Pengalaman penulis di bidang minyak atsiri khususnya terkait
minyak daun jeruk purut, telah mengidentifikasi menggunakan GC-MS pada
sampel minyak daun jeruk purut yang berbeda dengan sampel yang digunakan
pada penelitian ini dan hasilnya tidak menunjukkan adanya senyawa patchouli
alcohol pada minyak jeruk purut tersebut. Hal ini juga diperkuat dari hasil
penelitian Tinjan dan Jirapakkul (2007) tentang minyak daun jeruk purut asal
Thailand yang menunjukkan tidak adanya senyawa patchouli alcohol seperti
pada Tabel 33 dan Lampiran 9. Penyebab adanya patchouli oil dalam minyak
daun jeruk purut kemungkinan karena kontaminasi silang saat penyulingan.
Proses penyulingan yang terjadi saat ini umumnya menggunakan alat penyuling
tidak diperuntukkan untuk menyuling satu jenis minyak saja namun lebih dari
satu jenis minyak yang berbeda yang dilakukan bergantian sehingga proses
pembersihan yang tidak optimal menyebabkan masih adanya sisa atau residu
minyak nilam hasil proses penyulingan sebelumnya mengontaminasi saat
penyulingan minyak minyak daun jeruk purut.
Gambar 17 Spektrum massa dan struktur dari beta citronellal (C10H18O) dengan
berat molekul 154 (NIST 2008)
61
Tabel 33 Profil senyawa volatil minyak daun jeruk purut asal Jawa dibandingkan
dengan literatur
Data hasil penelitian ini jika dibandingkan dengan minyak minyak daun
jeruk purut asal Thailand yang diisolasi dengan metode ekstraksi solven (Tinjan
dan Jirapakkul. 2007) dimana komponen utamanya adalah beta citronellal
(74.8%) yang diikuti beta linalool (3.6%), beta citronellol (2%), sabinene (2.1)%)
dan citronellyl acetate (1.9%) maka antara kedua jenis minyak minyak daun jeruk
purut tersebut memiliki kemiripan atau perbedaannya tidak signifikan karena jenis
komponen minyak minyak daun jeruk purut asal Jawa hampir sama dengan yang
ada di minyak minyak daun jeruk purut asal Thailand.
Selanjutnya jika dilakukan gap analysis dengan membandingkan data-data
dari hasil penelitian ini dengan standar yang berlaku maka sesuai Tabel 33
62
menunjukkan bahwa minyak minyak daun jeruk purut asal Jawa memiliki
komponen senyawa volatil antara lain beta citronellal, beta citronellol, citronellyl
acetate dan beta caryophyllene yang masuk spesifikasi standar industri multi
nasional flavor dan fragran namun adanya kontaminan dengan indikator
senyawa patchouli alcohol menjadi masalah lain. Secara umum, minyak minyak
daun jeruk purut yang disuling sudah baik terutama dari sisi standar proses
penyulingan namun perlu diperhatikan mengenai proses CIP (clean in place)
agar tidak terjadi kontaminasi silang.
Teridentifikasinya senyawa volatil minyak daun jeruk purut dengan total
persentase 96.41% bisa dijadikan acuan dalam memenuhi persyaratan regulasi
yang semakin kompleks terkait senyawa volatil sebagai parameter mutu,
senyawa allergen, dan senyawa adulteran khususnya minyak daun jeruk purut.
Dari hasil penelitian ini diperoleh 38 buah senyawa volatil penyusun minyak
sereh wangi (Cymbopogan winterianus Jowitt) asal Jawa yang teridentifikasi
dengan total persentase sekitar 97.19% seperti pada Lampiran 10. komponen
utama dalam minyak ini adalah beta citronellal (35.45%), geraniol (23.34%), beta
citronellol (10.80%), geranyl acetate (3.9%), limonene (3.48%) dan citronellyl
acetate (2.57%). Citronellol memberikan karakter odor sweet rose like sedangkan
citronellol memberikan karakter odor refreshing (Surburg and Panten 2006)
Tabel 34 Jenis senyawa volatil penyusun minyak sereh wangi asal Jawa
Data hasil penelitian ini seperti pada Tabel 35 jika dibandingkan dengan
data dari hasil penelitian tentang minyak sereh wangi (Cimbopogon nardus) asal
Thailand oleh Nakahar et al. (2003) dimana kadar beta citronellal (5.8%), geraniol
(35.7%), beta citronellol (4.6%), geranyl acetate (9.7%), dan beta citral (14.2%)
menunjukkan bahwa ke dua data tersebut memiliki perbedaan yang signifikan
dalam komposisi senyawa volatilnya. Perbedaan tersebut disebabkan terutama
oleh jenis tanaman, asal tanaman dan umur tanaman sereh wangi. Minyak sereh
wangi asal Jawa berasal dari jenis Cymbopogan winterianus jowitt sedangkan
minyak sereh wangi asal Thailand dari jenis (Cimbopogon nardus).
Komponen senyawa allergen minyak sereh wangi asal Jawa diantaranya
limonene (3.48%), beta linalool (0.71%), beta citronellol (10.8%), cis dan trans
citral (1.11%), eugenol (0.83%) dan geraniol (23.34%).
64
Tabel 35 Profil senyawa volatil minyak sereh wangi asal Jawa dibandingkan
dengan Literatur
No Nama Komponen Minyak sereh wangi Minyak sereh wangi SNI 06-3953-
(Cymbopogan (Cimbopogon nardus) 1995
winterianus Jowitt) (Asal Thailand 2003)
asal Jawa rerata (%) (%)
1 Limonene 3.48
2 Beta linalool 0.71 1.3
3 Beta citronellal 35.45 5.8 Min. 35
4 Isopulegol 0.23
5 Beta citronellol 10.80 4.6
6 Beta citral 0.47 14.2
7 Geraniol 23.34 35.7
8 Eugenol 0.83
9 Citronellyl acetate 2.57
10 Geranyl acetate 3.90 9.7
11 Methyl eugenol 0.13
12 Beta elemene 1.39
13 Germacrene D 2.34
14 Alpha muurolene 0.50
15 Elemol 2.21
16 Delta cadinol 0.18
17 Gamma 0.13
eudesmol
18 Tau muurolol 0.59
Data hasil penelitian ini jika dibandingkan dengan standar yang berlaku
yaitu standar SNI maka sampel minyak ini masuk spesifikasi standar SNI karena
kadar beta citronellol 35.45% diatas standar SNI yaitu minimal 35%.
Teridentifikasinya senyawa volatil minyak sereh wangi dengan total persentase
97.19% bisa dijadikan acuan dalam memenuhi persyaratan regulasi yang
semakin kompleks terkait senyawa volatil sebagai parameter mutu dan senyawa
allergen pada minyak sereh wangi.
No Minyak Atsiri Jenis Tanaman Komponen Senyawa Senyawa Persentase Jumlah senyawa Kesesuaian
(nama latin) utama allergen penduga senyawa teridentifikasi > dengan standar
pemalsuan/ teridentifikasi 0.1%
kontaminasi > 0.1%
1 Minyak pala Myristica fragrans Alpha pinene, Eugenol, alpha pinene, 98.76 35 buah senyawa Masuk standar
asal Jawa Houtt sabinene, beta limonene dan delta-3-carene industri
pinene dan myristicin isoeugenol dan eugenol multinasional flavor
dan fragran, tidak
masuk standar EP
2 Minyak pala Myristica fragrans Alpha pinene, Eugenol, Alpha pinene, 98.56 35 buah senyawa Masuk standar
asal Sulawesi Houtt sabinene, beta limonene dan delta-3-carene industri
pinene dan myristicin isoeugenol dan eugenol multinasional flavor
dan fragran dan
tidak masuk
standar EP
3 Minyak nilam Pogostomon Patchouli alcohol, Linalool, limonene Eugenol dan 98.02 30 buah senyawa Masuk standar ISO,
asal Jawa heuneanus alpha guaene, dan eugenol alpha copaene standar industri
seychellene, alpha multinasional flavor
patchouelene dan dan fragran dan
alpha bulnesene standar SNI
4 Minyak nilam Pogostomon cablin Patchouli alcohol, Linalool, limonene Eugenol dan 97.66 30 buah senyawa Masuk standar ISO,
asal Sumatra Benth alpha guaene, dan eugenol alpha copaene standar industri
seychellene, alpha multinasional flavor
patchouelene dan dan fragran dan
alpha bulnesene standar SNI
5 Minyak nilam Pogostomon Patchouli alcohol, Linalool, limonene Eugenol dan 98.26 30 buah senyawa Masuk standar ISO,
asal Sulawesi heuneanus alpha guaene, dan eugenol alpha copaene standar industri
seychellene, alpha multinasional flavor
patchouelene dan dan fragran dan
alpha bulnesene tidak masuk
standar SNI
66
Tabel 36 (lanjutan) Data rekapitulasi hasil penelitian 10 jenis minyak atsiri (13 buah sampel) asal Indonesia
No Minyak Atsiri Jenis Tanaman Komponen Senyawa Senyawa Persentase Jumlah senyawa Kesesuaian
(nama latin) utama allergen penduga senyawa teridentifikasi > dengan standar
pemalsuan/ teridentifikasi 0.1%
kontaminasi > 0.1%
6 Minyak jahe Zingiber officinale Zingiberene, Linalool, citral, 96.32 70 buah senyawa Tidak ada standar
segar asal Roscoe champene, beta citronellol dan untuk parameter
Jawa phellandrene, alpha farnesol senyawa volatil
curcumene dan beta
sesquephellandrene
7 Minyak akar Vetiveria zizanioides Khusimol, beta Isoeugenol 97.69 89 buah Masuk standar ISO
wangi asal vetivenene, beta senyawa 4716 : 2002 (E)
Jawa Barat vetivone dan alpha
gurjune
8 Minyak lada Piper nigrum Beta caryophyllene, Limonene dan 97.79 40 buah Tidak ada standar
hitam asal limonene, delta-3- linalool senyawa untuk parameter
Jawa carene, beta pinene senyawa volatil
dan alpha pinene
9 Minyak Canangium Beta caryophyllene, Citral, eugenol, 97.7 54 buah Tidak ada standar
kenanga asal odoratum Baill forma alpha humulene, farnesol, benzyl senyawa untuk parameter
Jawa macrophylla germecrene D, delta benzoat dan senyawa volatil
cadinene dan alpha benzyl
farnesene salicylate
10 Minyak ylang- Canangium Beta linalool, benzyl Linalool, citral, benzyl acetate, 95.68 61 buah Tidak ada standar
ylang asal odoratum Baill forma acetate, p-methyl eugenol, benzyl methyl menzoate, senyawa untuk parameter
Jawa genuina anisole, methyl benzoat para-cresyl senyawa volatil
benzoat, geranyl methyl eter,
acetate, beta geranyl acetate,
caryophyllene dan benzyl benzoat
germacrene D dan
benzyl cinnamate,
caryophyllene
67
Tabel 36 (lanjutan) Data rekapitulasi hasil penelitian 10 jenis minyak atsiri (13 buah sampel) asal Indonesia
No Minyak Atsiri Jenis Tanaman Komponen Senyawa Senyawa Persentase Jumlah senyawa Kesesuaian
(nama latin) utama allergen penduga senyawa teridentifikasi > dengan standar
pemalsuan/ teridentifikasi 0.1%
kontaminasi > 0.1%
11 Minyak Pinus merkusii Alpha pinene dan limonene 98.63 17 buah Masuk standar SNI
terpentine asal delta-3-carene senyawa untuk kelas Mutu
Jawa Barat Standar
12 Minyak daun Citrus D.C., Beta citronellal, beta Llinalool, Patchouli alcohol 96.41 38 buah Masuk standar
jeruk purut asal Rutaceae linalool, beta citronellol dan senyawa industri multi
Jawa citronellol, sabinene geraniol nasional flavor dan
dan citronellyl fragran namun
acetate masalah dengan
adanya kontaminan
senyawa asing
13 Minyak sereh Cymbopogan Beta citronellal, Limonene, beta 97.19 38 buah Masuk standar SNI
wangi asal winterianus Jowitt geraniol, beta linalool, beta senyawa
Jawa citronellol, geranyl citronellol, citral,
acetate, limonene eugenol dan
dan citronellyl geraniol
acetate
Rerata total dari 13 sampel minyak atsiri 97.59 (kisaran 95.00 – 99.00 %)
68