Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Inflasi dapat diartikan sebagai gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat
umum dan terus menerus. Dari definisi ini ada tiga syarat untuk dapat dikatakan telah
terjadi inflasi. Pertama, adanya kenaikan harga. Kedua, kenaikan tersebut terjadi terhadap
harga-harga barang secara umum. Ketiga, kenaikan tersebut berlangsung cukup lama.
Dengan demikian kenaikan harga yang terjadi pada hanya satu jenis barang, atau kenaikan
yang terjadi hanya sementara waktu tidak dapat disebut dengan inflasi.

Maka dari itu penulis ingun mengetahui banyak tentang inflasi dan membuat
makalah yang berjudul “inflai dan deflasi”.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana jenis-jenis inflasi dan dampaknya?
2. Bagaimana menghitung inflasi ?
3. Bagaimana mengatasi inflasi?
4. Bagaimana Gap inflasi dan Gap deflasi?
5. Bagaimana inflasi di Indonesia?

C. Tujuan pembahasan
1. Mengetahui jenis-jenis inflasi dan dampaknya
2. Mengetahui menghitung inflasi
3. Mengetahui mengatasi inflasi
4. Mengetahui gap inflasi dan gap deflasi
5. Mengetahui inflasi di Indonesia

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Jenis-Jenis Infasi Dan Dampaknya
1. Jenis-jenis inflasi

Inflasi yang terjadi di suatu negara tentu jenisnya berbeda-beda. Hal ini tergantung dari
penyebabnya. Adapun pembagian inflasi adalah sebagai berikut:

a. Inflasi Berdasarkan Tingkat Keparahan


1) Inflasi ringan, yaitu inflasi yang besarnya kurang dari 10% per tahun.
2) Inflasi sedang, yaitu inflasi yang besarnya antara 10% – 30% per tahun.
3) Inflasi berat, yaitu inflasi yang besarnya antara 30% – 100% per tahun.
4) Inflasi sangat berat atau hiperinflasi, yaitu inflasi yang besarnya di atas 100% per
tahun.
b. Inflasi Berdasarkan Benyebab
1) Inflasi Tarikan Permintaan (Demand Pull Inflation)
Yaitu inflasi yang terjadi karena kelebihan permintaan atas barang dan jasa.
Kelebihan permintaan yang tidak dapat dipenuhi produsen tersebut tentu akan
mendorong kenaikan harga-harga, karena permintaan lebih besar daripada
penawaran.
2) Inflasi Dorongan Biaya Produksi (Cost Push Inflation)
Yaitu inflasi yang terjadi karena kenaikan biaya produksi. Biaya produksi yang naik
akan mendorong naiknya harga-harga barang dan jasa. Selain itu, kenaikan biaya
produksi akan mengakibatkan turunnya jumlah produksi sehingga penawaran
menjadi berkurang, jika penawaran berkurang sedangkan permintaan diasumsikan
tetap, maka akibatnya harga-harga akan naik.
3) Inflasi lain-lain
Yaitu inflasi yang terjadi karena berbagai penyebab selain yang sudah disebutkan
di atas. Seperti, Inflasi yang disebabkan karena pencetakan uang baru dan inflasi
karena lambatnya produksi barang tertentu.
c. Inflasi Berdasarkan Asal Terjadinya
1) Inflasi dari Dalam Negeri (Domestic Inflation)
Yaitu inflasi yang hanya disebabkan oleh faktor-faktor penyebab dari dalam negeri.
Faktor-faktor penyebab tersebut antara lain, adanya pencetakan uang baru untuk

2
menutup anggaran negara yang defisit karena naiknya permintaan masyarakat dan
karena kenaikan biaya produksi di dalam negeri (seperti naiknya upah buruh).
2) Inflasi dari Luar Negeri (Imported Inflation)
Yaitu inflasi yang disebabkan oleh faktor-faktor penyebab dari luar negeri. Inflasi
ini timbul karena adanya perdagangan antarnegara. Jika suatu negara mengalami
inflasi maka inflasi tersebut dapat menular ke negara-negara lain yang memiliki
hubungan dagang dengannya. Contohnya, jika negara kita mengimpor faktor-faktor
produksi (berupa bahan baku dan mesin) serta mengimpor barang-barang jadi
(seperti motor, mesin cuci, dan kipas angin) dari Jepang, maka jika di Jepang harga
faktor-faktor produksi dan barang jadi tersebut naik (inflasi), otomatis negara kita
juga akan mengalami inflasi. Sebab barang-barang yang kita buat dengan
faktorfaktor produksi dari Jepang tentu akan dijual lebih mahal, dan barangbarang
jadi dari Jepang pun dijual lebih mahal.
2. Dampak atau Pengaruh Inflasi
a. Pengaruh Terhadap Perekonomian
1) Inflasi Menggalakkan Penanaman Modal Spekulatif
Pada masa inflasi terdapat kecenderungan diantara pemilik modal untuk menggunakan
uangnya dalam investasi yang bersifat spekulatif. Membeli rumah dan tanah dan
menyimpan barang yang berharga akan lebih menguntungkan daripada melakukan
investasi yang produktif
2) Tingkat Bunga Meningkat dan Akan Mengurangi Investasi.
Untuk menghindari kemlorosotan nilai modal yang mereka pinjamkan, institusi
keuangan akan menaikkan tingkat bunga keatas pinjaman-pinjaman mereka. Makin
tinggi tingkat inflasi, makin tinggi pula tingkat bunga yang akan meraka tentukan.
Tingkat bunga yang tinggi akan mengurangi kegairahan penanam modal untuk
mengembangkan sektor-sektor produktif.
3) Inflasi Menimbulkan Ketidakpastian Keadaan Ekonomi dan Masa Depan.
Inflasi akan bertambah cepat jalannya apabila tidak dikendalikan. Pada akhirnya inflasi
akan menimbulkan ketidakpastian dan arah perkembangan ekonomi tidak lagi dapat
diramalkan dengan baik. Keadaan ini akan mengurangi kegairahan pengusaha untuk
mengembangkan kegiatan ekonomi.
4) Menimbulkan Masalah Neraca Pembayaran.
Inflasi menyebabkan harga barang impor lebih murah dari pada barang yang dihasilkan
di dalam negeri. Maka pada umumnya inflasi akan menyebabkan impor berkembang

3
lebih cepat, tetapi sebaliknya perkembangan ekspor akan bartambah lambat. Hal ini
seterusnya akan menimbulkan kemerosotan nilai mata uang. Dan kecenderungan ini
akan memperburuk keadaan neraca pembayaran.
b. Pengaruh Terhadap Individu dan Masyarakat
1) Memperburuk Distribusi Pendapatan
Dalam masalah inflasi nilai harta tetap seperti tanah, rumah, bangunan pabrik dan
pertokoan akan mengalami kenaikan harga yang ada kalanya lebih cepat dari kenaikan
inflasi itu sendiri. Keadaan tersebut lebih menguntungkan masyarakat yang
berpendapatan tinggi karena bisa menginvestasikan uangnya untuk harta tetap tersebut.
Sebaliknya, masyarakat yang berpendapatan rendah pendapatan riilnya akan merosot
sebagai akibat inflasi. Dengan demikian inflasi melebarkan ketidaksamaan distribusi
pendapatan.
2) Pendapatan Riil Merosot
Sebagian tenaga kerja disetiap Negara terdiri dari pekerja-pekerja bergaji tetap dalam
masa inflasi biasanya kenaikan harga-harga selalu mendahului kenaikan pendapatan.
Dengan demikian inflasi cenderung menimbulkan kemerosotan pendapatan riil
sebagian besar tenaga kerja. Ini berarti kemakmuran masyarakat merosot
3) Nilai Riil Tabungan Merosot
Dalam perekonomian biasanya masyarakat menyimpan sebagian kekayaannya dalam
bentuk deposit dan tabungan di institusi keuangan. Nilai riil tabungan tersebut akan
merosot sebagai akibat inflasi. Juga pemegang uang tunai akan dirugikan karena
kemerosotan nilai riilnya.

B. Menghitung inflasi

Inflasi dapat dihitung salah satunya dengan berdasarkan Indeks Harga Konsumen
(IHK), IHK digunakan untuk menghitung harga rata-rata dari barang jasa yang dikonsumsi
oleh rumah tangga (household). Ada tujuhan kelompok yang masuk kedalam jenis
penghitungan tersebut diantaranya bahan makanan; makanan jadi, minuman, rokok, dan
tembakau; perumahan; sandang; pangan; kesehatan; pendidikan; rekreasi dan olahraga;
transfor dan komunikasi.

Rumus IHK:

∑(𝑃𝑖𝑡.𝑄𝑖𝑜)
IHK=∑(𝑃𝑖𝑜.𝑄𝑖𝑜) 𝑥100%

4
Dimana : Pit = harga barang i pada periode t

Qit = bobot barang i pada periode t

Pio = harga barang i pada periode o

Qio = bobot barang i pada periode o

Sedangkan Rumus Inflasi :

𝐻𝐾𝑛−𝐻𝐾𝑛−𝐼
Inflasi= 𝑥 100%
𝐻𝐾𝑛−𝐼

C. Mengatasi inflasi
1. Kebijakan Moneter

Kebijakan ini adalah kebijakan yang berasal dari bank sentral dalam mengatur
jumlah uang yang beredar melalui instrument-instrumen moneter yang dimiliki oleh
bank sentral. Melalui instrument ini diharapkan peredaran uang dapat diatur dan inflasi
dapat di kendalikan sesuai dengan yang telah ditargetkan sebelumnya. Kebijakan
Moneter dapat dilakukan melalui instrument berikut ini:

a. Politik Diskonto (discount policy), adalah politik bank sentral untuk memengaruhi
peredaran uang dengan jalan menaikkan dan menurunkan tingkat bunga. Dengan
menaikkan tingkat bunga diharapkan jumlah uang yang beredar di masyarakat akan
berkurang karena orang akan lebih banyak menyimpan uangnya di bank daripada
menjalankan investasi.
b. Politik Pasar Terbuka (open market policy), dijalankan dengan membeli dan menjual
surat-surat berharga. Dengan menjual surat-surat berharga diharapkan uang akan
tersedot dari masyarakat.
c. Politik Persediaan Kas (cash ratio policy), adalah politik Bank Sentral untuk
memengaruhi peredaran uang dengan jalan menaikkan dan menurunkan persentase
persediaan kas dari bank. Dengan dinaikkannya persentase persediaan kas, diharapkan
jumlah kredit akan berkurang.
d. Pengawasan kredit secara selektif, adalah kebijakan Bank sentral untuk memberikan
kredit secara selektif untuk membatasi uang yang beredar dimasyarakat.

2. Kebijakan Fiskal

5
Kebijakan Fiskal adalah kebijakan yang berhubungan dengan financial pemerintah.
Kebijakan fiskal dapat dilakukan melalui instrument berikut ini:

a. Pengaturan Pengeluaran Pemerintah (APBN ), sehingga pengeluaran keseluruhan


dalam perekonomian bisa dikendalikan. Pemerintah tidak akan menambah
pengeluarannya agar anggaran tidak defisit.
b. Menaikkan Pajak, dengan menaikkan pajak, konsumen akan mengurangi jumlah
konsumsinya karena sebagian pendapatannya untuk membayar pajak, dan juga akan
mengakibatkan penerimaan uang masyarakat berkurang dan ini berpengaruh pada daya
beli masyarakat yang menurun, dan tentunya permintaan akan barang dan jasa yang
bersifat konsumtif tentunya berkurang.

D. Gap inflasi dan gap deflasi


1. Gap inflasi
Keadaan di mana permintaan masyarakat akan barang-barang selalu
melebihi jumlah barang-barang yang tersedia (inflationary gap).Inflationary gap ini
timbul karena golongan-golongan masyarakat tersebut berhasil menerjemahkan
keinginan mereka menjadi permintaan efektif akan barang-barang. Dengan kata
lain, mereka berhasil memperoleh dana untuk mengubah keinginannya menjadi
rencana pembelian barang-barang yang didukung dengan dana. Golongan
masyarakat ini, mungkin adalah pemerintah sendiri yang menginginkan bagian
yang lebih besar dari output masyarakat dengan jalan melakukan defisit anggaran
belanja yang ditutup dengan mencetak uang baru. Golongan ini mungkin juga pihak
swasta yang ingin melakukan investasi baru dan memperoleh dana pembiayaannya
dari kredit bank. Golongan ini bisa juga dari serikat buruh yang berusaha
memperoleh kenaikan gaji para anggotanya melebihi kenaikan produktivitas kerja
buruh. Apabila permintaan efektif dari golongan-golongan masyarakat tersebut,
pada harga-harga yang berlaku, melebihi jumlah maksimum barang-barang yang
bisa dihasilkan oleh masyarakat, maka inflationary gap akan timbul. Akibatnya,
akan terjadi kenaikan harga-harga barang. Dengan adanya kenaikan harga, sebagian
dari rencana pembelian barang dari golongan - golongan tadi tentu tidak bisa
terpenuhi. Pada periode berikutnya, golongan-golongan yang tidak bisa memenuhi
rencana pembelian barang tadi, akan berusaha memperoleh dana lagi ( baik dari
pencetakan uang baru, kredit bank, atau kenaikan gaji). Tentunya tidak semua

6
golongan tersebut berhasil memperoleh tambahan dana yang diinginkan. Golongan
yang berhasil memperoleh tambahan dana lebih besar bisa memperoleh bagian dari
output yang lebih banyak. Mereka yang tidak bisa memperoleh tambahan dana
akan memperoleh bagian output yang lebih sedikit. Golongan yang kalah dalam
perebutan ini adalah golongan yang berpenghasilan tetap atau yang penghasilannya
tidak naik secepat kenaikan laju inflasi ( pensiunan, PNS, petani, karyawan
perusahaan yang tidak mempunyai serikat buruh). Inflasi akan terus berlangsung
selama jumlah permintaan efektif masyarakat melebihi jumlah output yang bisa
dihasilkan masyarakat. Inflasi akan berhenti jika permintaan efektif total tidak
melebihi jumlah output yang tersedia.

2. Gab deflasi
Adalah jumlah kekurangan pembelanjaan agregat yang diperlukan untuk mencapai
penggunaan tenaga kerja penuh.

E. Inflasi di Indonesia

Laju inflasi di Indonesia telah mengalami dinamika dari waktu ke waktu sesuai dengan
perkembangan ekonomi sejak awal kemerdekaan Indonesia. Laju inflasi yang tercatat
secara teratur dalam berbagai terbitan sejak proklamasi kemerdekaan adalah sejak
tahun 1953. Perhitungan dan pencatatan laju inflasi tersebut dilakukan oleh Biro Pusat
Statistik atau yang sekarang dikenal sebagai Badan Pusat Statistik atau disingkat BPS.
Inflasi sebagaimana dikenal masyarakat pada saat ini adalah angka inflasi yang
dihitung berdasarkan suatu angka indeks, yang dikenal sebagai indeks harga konsumen
(IHK). Angka indeks ini disusun berdasarkan survei biaya hidup yang dilakukan oleh

7
BPS. Survei tersebut pada awalnya hanya menyangkut harga bahan makanan dan
dilakukan pada wilayah yang terbatas. Angka indeks harga makanan tersebut pada
awalnya hanya meliputi 12 jenis bahan makanan untuk daerah pedalaman di Jawa dan
19 jenis bahan makanan di kota-kota besar, yaitu Jakarta, Makasar, Medan dan
Pontianak. Pada tahun 1964 jumlah barang yang disurvei ditambah dan menjadi harga
62 jenis barang. Dengan berjalannya waktu dan semakin berkembangnya
perekonomian dan kegiatan masyarakat, angka indeks tersebut terus mengalami
perbaikan, baik dalam hal jenis barang yang dipergunakan maupun cakupan wilayah
yang disurvei untuk menghitung perubahan biaya hidup tersebut. Perkembangan
jumlah atau jenis barang dan cakupan wilayah yang disurvei adalah sejalan dengan
perkembangan sosial ekonomi masyarakat sehingga dapat mencerminkan tingkat dan
variasi barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat dari waktu ke waktu.
Perkembangan jumlah atau jenis barang serta cakupan wilayah atau daerah untuk
perhitungan IHK dari tahun 1953 sampai dengan 2007 telah mengalami beberapa kali
perubahan sesuai dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat pada kurun waktu yang
bersangkutan.
perkembangan laju inflasi di Indonesia dibagi dalam beberapa periode, yaitu:
1. periode 1953-1965
Selama periode tahun 1960 sampai dengan 1965 angka indeks harga bahan
makanan, baik dari 12 bahan makanan di daerah pedalaman Jawa, maupun dari 19
bahan makanan di beberapa kota besar menunjukkan kenaikan yang sangat tinggi.
Kenaikan yang mencolok terjadi pada tahun 1961 dan tahun-tahun berikutnya.
Faktor-faktor yang menyebabkan kenaikan harga pada periode tersebut antara lain
sebagai berikut.
a. Pengaruh perjuangan pembebasan Irian Barat dan konfrontasi terhadap
Malaysia.
b. Adanya spekulasi secara berlebihan dalam perdagangan sehingga terjadi
tekanan pada harga.
c. Menipisnya persediaan bahan makanan pokok, terutama beras, jagung dan
ketela pohon akibat tidak seimbangnya kenaikan produksi dengan permintaan.
d. Tidak mencukupinya alat-alat pengangkutan/transportasi baik perhubungan
darat dan antarpulau sehingga menganggu distribusi.

8
e. Naiknya biaya pengangkutan akibat kurangnya persediaan dan mahalnya harga
spareparts . Di samping itu, kenaikan tingkat harga yang sangat tinggi juga
terkait dengan bergejolaknya situasi politik pada waktu tersebut.
2. periode 1966-1970
Kebijakan pemerintah untuk menurunkan laju inflasi dari di atas 400% pada 1967
menjadi 8.9% pada 1970 tersebut antara lain sebagai berikut.
a. Melakukan kebijakan anggaran pendapatan dan belanja negara yang seimbang
( balance budget).
b. Melakukan penyesuaian harga beberapa barang dan jasa yang sebelumnya, telah
dinaikkan sangat tinggi.
c. Melaksanakan sistem baru dalam pengadaan pangan oleh BULOG. Selain
kebijakan di atas, membaiknya tingkat inflasi juga disebabkan oleh
meningkatnya produksi pangan (terutama beras) dan membaiknya situasi
keamanan dalam negeri.
3. periode 1970 an sampai dengan 1996 (sebelum krisis finansial Asia 1997/ 98)
Kebijakan stabilisasi ekonomi yang telah dijalankan sejak tahun 1968
berkontribusi signifikan terhadap penurunan tingkat harga sehingga tingkat harga
terus menunjukkan tendensi penurunan yang sangat signifikan. Namun demikian,
perkembangan tersebut mengalami gangguan pada akhir tahun 1972 yang
ditunjukkan dengan tingkat inflasi yang tinggi sehingga mencapai 25,7% selama
tahun 1972. Kenaikan inflasi yang tinggi tersebut terutama disebabkan oleh
kenaikan indeks bahan makanan, khususnya indeks harga beras (harga beras naik
88%) karena panen yang kurang baik sebagai akibat musim kemarau yang panjang.
Kenaikan laju inflasi terus berlanjut pada tahun 1973-74.
Kenaikan inflasi yang tinggi pada tahun ini terkait dengan faktor eksternal
karena meningkatnya harga minyak di pasar dunia. Dengan meningkatnya harga
minyak, maka penerimaan pemerintah meningkat yang berakibat meningkatkan
jumlah uang beredar dan pada gilirannya mendorong kenaikan tingkat harga.
Untuk mengurangi tekanan inflasi, pemerintah melakukan kebijakan stabilisasi
pada April 1974. Kebijakan stabilisasi dalam kebijakan moneter ditujukan untuk
menyerap ekspansi moneter akibat meningkatnya penerimaan pemerintah dari
kenaikan harga minyak agar tidak menimbulkan kelebihan likuiditas dalam
perekonomian. Pada tahun 1974, pemerintah menempuh kebijakan kredit selektif
agar jumlah uang beredar dapat dikendalikan dan laju inflasi dapat ditekan. Dengan

9
adanya paket kebijakan stabilisasi, dalam hal kebijakan moneter berupa kebijakan
kredit selektif, maka pada periode oil boom inflasi terus dapat dikendalikan.
4. periode 1998 sampai dengan sekarang (periode setelah krisis finansial Asia
1997/98).

Dengan terjadinya krisis finansial Asia yang berdampak sangat besar terhadap
perekonomian Indonesia, maka laju inflasi meningkat tajam dalam tahun 1998 sehingga
mencapai 77.6% setahun. Tingginya laju inflasi terutama berkaitan dengan
meningkatnya harga barang yang memiliki kandungan impor tinggi sebagai akibat
krisis nilai tukar. Karena tingkat harga yang sudah sangat tinggi pada tahun 1998, maka
laju inflasi pada 1999 menurun tajam menjadi 2.01%. Penurunan laju inflasi ini selain
karena tingkat harga yang sudah tinggi juga ada perbaikan dari sisi penawaran jangka
pendek, yaitu kecukupan pasokan bahan makanan oleh pemerintah, perbaikan produksi
sektoral, dan kelancaran distribusi barangbarang akibat membaiknya kondisi
keamanan. Sementara itu, laju inflasi selama tahun 2000 sampai dengan 2008
mengalami fluktuasi yang pada dasarnya dapat ditekan pada tingkat yang relatif
rendah, tetapi inflasi juga mengalami kenaikan yang tinggi pada waktu tertentu karena
adanya kenaikan administered prices.

10
BAB III
KESIMPULAN

1. jenis-jenis Inflasi
a. Tingkat Keparahan

1. Inflasi ringan, yaitu inflasi yang besarnya kurang dari 10% per tahun.

2. Inflasi sedang, yaitu inflasi yang besarnya antara 10% – 30% per tahun.

3. Inflasi berat, yaitu inflasi yang besarnya antara 30% – 100% per tahun.

4. Inflasi sangat berat atau hiperinflasi, yaitu inflasi yang besarnya di atas
100% per tahun

b. Berdasarkan Benyebab

1. Inflasi Tarikan Permintaan (Demand Pull Inflation)

2. Inflasi Dorongan Biaya Produksi (Cost Push Inflation)

3. Inflasi lain-lain

c. Asal Terjadinya

1. Inflasi dari Dalam Negeri (Domestic Inflation)

2. Inflasi dari Luar Negeri (Imported Inflation)

2. Dampak Inflasi
a. Terhadap Perekonomian
1. Inflasi Menggalakkan Penanaman Modal Spekulatif
2. Tingkat Bunga Meningkat dan Akan Mengurangi Investasi.
3. nflasi Menimbulkan Ketidakpastian Keadaan Ekonomi dan Masa Depan.
4. Menimbulkan Masalah Neraca Pembayaran.

b. Terhadap Individu dan Masyarakat


1. Memperburuk Distribusi Pendapatan
2. Pendapatan Riil Merosot
3. Nilai Riil Tabungan Merosot

11
3. Menghitung inflasi
Rumus IHK:
∑(𝑃𝑖𝑡.𝑄𝑖𝑜)
IHK=∑(𝑃𝑖𝑜.𝑄𝑖𝑜) 𝑥100%

Dimana : Pit = harga barang i pada periode t


Qit = bobot barang i pada periode t
Pio = harga barang i pada periode o

Qio = bobot barang i pada periode o

Sedangkan Rumus Inflasi :


𝐻𝐾𝑛−𝐻𝐾𝑛−𝐼
Inflasi= 𝑥 100%
𝐻𝐾𝑛−𝐼

4. Cara mengatasi inflasi


a. Kebijakan Moneter
1) Politik Diskonto (discount policy),
2) Politik Pasar Terbuka
3) Politik Persediaan Kas (
4) Pengawasan kredit
5) secara selektif
b. Kebijakan Fiskal
1) Pengaturan Pengeluaran Pemerintah (APBN )
2) Menaikkan Pajak,
5. Gap inflasi dan deflasi

Gap inflasi adalah Keadaan di mana permintaan masyarakat akan barang-barang


selalu melebihi jumlah barang-barang yang tersedia (inflationary gap)
Gap deflasi Adalah jumlah kekurangan pembelanjaan agregat yang diperlukan
untuk mencapai penggunaan tenaga kerja penuh.
6. Inflasi di Indonesia
7. Laju inflasi di Indonesia telah mengalami dinamika dari waktu ke waktu sesuai
dengan perkembangan ekonomi sejak awal kemerdekaan Indonesia. Laju inflasi
yang tercatat secara teratur dalam berbagai terbitan sejak proklamasi kemerdekaan
adalah sejak tahun 1953. Perhitungan dan pencatatan laju inflasi tersebut
dilakukan oleh Biro Pusat Statistik atau yang sekarang dikenal sebagai Badan
Pusat Statistik atau disingkat BPS. Inflasi sebagaimana dikenal masyarakat pada
saat ini adalah angka inflasi yang dihitung berdasarkan suatu angka indeks, yang
dikenal sebagai indeks harga konsumen (IHK). Angka indeks ini disusun

12
berdasarkan survei biaya hidup yang dilakukan oleh BPS. Survei tersebut pada
awalnya hanya menyangkut harga bahan makanan dan dilakukan pada wilayah
yang terbatas. Angka indeks harga makanan tersebut pada awalnya hanya meliputi
12 jenis bahan makanan untuk daerah pedalaman di Jawa dan 19 jenis bahan
makanan di kota-kota besar, yaitu Jakarta, Makasar, Medan dan Pontianak. Pada
tahun 1964 jumlah barang yang disurvei ditambah dan menjadi harga 62 jenis
barang. Dengan berjalannya waktu dan semakin berkembangnya perekonomian
dan kegiatan masyarakat, angka indeks tersebut terus mengalami perbaikan, baik
dalam hal jenis barang yang dipergunakan maupun cakupan wilayah yang disurvei
untuk menghitung perubahan biaya hidup tersebut. Perkembangan jumlah atau
jenis barang dan cakupan wilayah yang disurvei adalah sejalan dengan
perkembangan sosial ekonomi masyarakat sehingga dapat mencerminkan tingkat
dan variasi barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat dari waktu ke waktu.
Perkembangan jumlah atau jenis barang serta cakupan wilayah atau daerah untuk
perhitungan IHK dari tahun 1953 sampai dengan 2007 telah mengalami beberapa
kali perubahan sesuai dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat pada kurun
waktu yang bersangkutan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Sadono Sukirno . Pengantar Teori Ekonomi Makro Edisi Kedua. PT. RajaGrafindo
Persada. Jakarta. 2002.

Suparmono . Pengantar Ekonomika Makro. Unit Penerbit dan Percetakan(UPP) AMP


YKPN. Yogyakarta. 2004.

http://adenovittpunya.blogspot.com/2013/05/makalah-inflasi.html diakses pada 30


November 2018

file:///E:/ebook/inflasi.pdf diakses pada 30 November 2018

file:///E:/ebook/5-makro-5-inflasi-nuhfil.pdf diakses pada 30 November 2018

file:///E:/ebook/22.%20Inflasi.pdf diakses pada 30 November 2018

file:///E:/ebook/092411101-Bab2.pdf diakses pada 30 November 2018

file:///E:/ebook/Bab%202.pdf diakses pada 30 November 2018

14

Anda mungkin juga menyukai