Diskusi kita telah terkonsentrasi dalam banyak gambaran ‘dangkal’ dari politik kelompok
kepentingan lokal, di dalam aktivitas kelompok kepentingan. Perdebatan kaum pendukung
pluralisme/penganut paham elit ialah mengenai perbedaan tafsiran dari politik dangkal dan
distribusi kekuatan dihubungkan dengan hal itu sendiri.
Kita telah mencoba untuk bergerak melebihi perdebatan ini dengan mengidentifikasi
perkembangan yang tidak seimbang dan pola yang bermacam-macam dari autoritas lokal—
interaksi kelompok kepentingan. Namun, ada bentuk lain wajah kekuatan yang butuh untuk
dipertimbangkan jika gambaran utuhnya akan disusun. Adanya pandangan bahwa pengaruh
kenaikan kelompok tidak hanya melalui aktivitas politik mereka, namun juga melalui posisi
struktural mereka dengan masyarakat. Kedua wajah kekuatan tersebut butuh untuk
dipertimbangkan di dalam pembelajaran kelompok kepentingan (bandingkan dengan Marsh,
1983, terutama halaman 21-2).
Peminat-peminat tertentu – khususnya peminat bisnis – mempunyai peran yang penting
yang tidak ada satupun pemerintah, lokal maupun pusat yang mampu mengabaikan kepentingan
mereka. Investasi mereka dan kerjasama mereka dibutuhkan untuk mengembangkan pekerjaan,
ekpor, dan permintaan barang dan jasa oleh masyarakat dan dibutuhkan oleh pencarian
pemerintah untuk mempertahankan dukungan mereka. Di dalam ekonomi berorientasi pasar dan
sistem politik liberal-demokratis seperti kita, oleh karena itu tersedialah untuk mereka pengaruh
tuas tambahan.kekuatan ini bergantung pada sedikitnya aktivitas dan pengaruh kelompok
kepentingan yang jelas dan sedikit mencerminkan kemampuan mereka untuk memaksa pilihan
yang tersedia pada pemerintah sebaik dukungan yang mereka bangun dari kekuatan ideologis
dominan (Lindblom. 1977). Dengan demikian, sebagai contoh, Friedland (1982, hal. 14)
mencatat bahwa bagaimana dalam politik perkotaan di USA pengaruh dari perusahaan bisnis
besar berbatang dari kontrol mereka terhadap banyaknya sumber daya yang dibutuhkan untuk
investasi dan pertumbuhan ekonomi. Sebagai konsekuensinya, mereka cenderung untuk diajak
secara aktif oleh kecemasan untuk meneruskan pajak berbasis daerah, pekerjaan dan
pertumbuhan ekonomi.
Otoritas lokal dari semua pandangan politik akan menghadapi tekanan untuk
menyesuaikan kepentingan beberapa kelompok. Walaupun wewenang tenaga kerja sayap kiri
berkomitmen memberikan prioritas, komunitas dan kelompok sektor sukarelawan biasanya
mempunyai hubungan ‘spesial’ dengan area terbesar dari majikan mereka atau tergambar dalam
‘transaksi’ dengan pembangun iklan dengan tujuan untuk menjaga kesempatan jabatan lokal atau
menyediakan fasilitas perbelanjaan yang bagus.
Kekuatan struktural, bagaimanapun, tidak dinikmati secara terus-menerus oleh semua
peminat bisnis. Pengaruhnya yaitu ditengahi oleh aktivitas kelompok kepentingan dan politik
dangkal. Kita tidak sedang memberikan sugesti bahwa aktivitas politik yang terfokus pada Bab
ini adalah sebuah kebingungan dan kekuatan sebenarnya adalah fiktif belaka. Pengaruh lokal dan
aktivitas kelompok kepentingan mempengaruhi proses kebijaksanaan namun pengaruh dari
kekuatan struktural tersedia untuk kebutuhan kelompok-kelompok tertentu harus
dipertimbangkan jika pemahama penuh akan politik lokal dikembangkan. Poin ini dikembalikan
ke Bab 10.
Kesimpulan
Kita telah membantah bahwa otoritas lokal tidak bisa dibagi-bagi secara umum sebagai
organisasi tertutup, dan ketika ketidaksamaan yang signifikan dalam sumber penghasilan yang
tersedia kedalam kelompok-kelompok yang berbeda mengingatkan bahwa mereka tidak terlalu
berlebihan untuk berkompetisi yang tidak dapat dipertahankan. Kita telah menyarankan bahwa
pola hubungan dari otoritas lokal - kelompok kepentingan adalah satu dari pertumbuhan dan
perbedaan yang tidak seimbang. Beberapa wewenang lebih terbuka daripada yang lainnya,
beberapa mempunyai pusat kelompok yang lebih aktif, pada dasarnya kelompok-kelompok yang
berpatisipasi itu bervariasi. Tapi nada dari hubungan tersebut mengingatkan aturan dari otoritas
lokal dengan pilihan politikalnya yang secara langsung mengarahkan pada perumbuhan yang
bermacam-macam dalam beberapa area berbeda.
Ada beberapa tren yang menantang dominasi arena politikal lokal. Di Bab 3 kita
membahas berkembangnya jajaran dari agensi-agensi orang-orang lokal yang tidak terpilih.
Otoritas lokal telah meningkat melalui pekerjaan, di samping itu, atau dalam kompetisi dengan
agensi-agensi tersebut. kita telah memahami potensi dari perkembangan kepemimpinan bisnis
yang koheren dalam level kerja lokal melalui agensi-agensi orang-orang lokal yang tidak terpilih,
walaupun kita juga mempertimbangkan rintangan-rintangan yang bermacam-macam dan
ketidakleluasaan terhadap perkembangan tersebut. Dalam Bab ini, pembuatan jaringan fakultatif,
komunitas, dan kelompok penyeBab dalam cakupan suatu tempat telah dirinci. Kunci legislatif
berubah seperti mengembangkan ketergantungan otoritas lokal dalam sektor fakultatif dengan
tujuan untuk menerapkan beberapa program. Pemerintah pusat sedang mencari asosiasi
perumahan untuk mempertanggungjawabkan beberapa program perumahan. Tanggung jawab
dari komunitas peduli yang mengalir dari kertas Griffiths White membayangkan peran utama
untuk organisasi amal (lihat Stoker, 1989c). Singkatnya, otoritas lokal berada di dalam
lingkungan yang jajaran dari agensi-agensi orang-orang lokal yang tidak terpilih, organisasi
amal, dan kelompok berbasis komunitas lainnya dapat lebih menantang kekuatan lokal mereka.
Implikasi dari beberapa tren tersebut adalah kemungkinan adanya ‘ambiguitas kekuatan’
yang lebih besar dalam suatu tempat (Young, 1990, hal. 41). Otoritas lokal tidak selamanya
secara otomatis fokus pada system dan alisansi baru dan koalisi yang kemungkinan berkembang.
Kelompok lokal mungkin mencari sponsor dari agensi lain. Perusahaan Tata Kota, contohnya,
menyediakan dana besar dan bantuan untuk komunitas dan organisasi amal. Politik mungkin
akan menjadi problema dan muatan-masalah namun organisasi lokal akan mampu
mengembangkan aliansi-aliansi yang kompleks dan jaringan pendukung yang menghindari
otoritas lokal.
Otoritas lokal mungkin mencari untuk mendesak perngaruh mereka di muka bumi. Kita
telah mendiskusikan beberapa aspek dari peran ini di Bab 3. Saat ini kita mengidentifikasi tiga
strategi yang mungkin digunakan oleh otoritas lokal untuk mengatur hubungan mereka dengan
makin bertambahnya lingkungan mereka yang kompleks dan terpecah-pecah.
Strategi pertama kita dapat menamakan ‘pengaturan panjang lengan.’ Strategi ini dicoba
oleh daerah Bradford Metropolitan selama periode peraturan Konservatif antara tahun 1988 dan
1990. Dewan mengajukan mengatur Community Trust untuk mengatur dan menyediakan
dananya untuk sektor amal dan kelompok komunitas (SCAT, 1990, Bab 2). Trust juga
menaikkan dana tambahan dan dukungan dari bisnis lokal. Dalam sebuah kesempatan, pengajuan
tersebut tidak diteruskan dan dihapuskan dari agenda kebijaksanaan ketika Konservatif
kelhilangan pemilihan lokal pada 1990. Kebijakan tersebut mempunyai dua daya tarik utama dari
perspektif dewan pengawasan Konservatif. Kebijakan tersebut menyediakan batasan yang jelas
dalam tanggung jawab mereka dalam mendanai sektor amal. Hal terrsebut seperti mendorong
banyaknya manajemen yang menyerupai bisnis dari aktivitas pemberian-dana—dimana
organisasi amal harus bekerja untuk mengontrak kriteria dari Community Trust dan otoritas
lokal.
Strategi kedua adalah dapat kita deskripsikan sebagai ‘sponsor’. Strategi ini dalam
banyak cara adalah sebuah perpanjangan dari lingkungan dukungan, pemberian dana yang
disediakan oleh banyak wewenang selama tahun 1980an. Strategi ini, bagaimanapun, akan
diperpanjang selama tahun 1990an untuk dana amal dan kelompok komunitas dalam memonitor
atau mengawasi pelaksanaan kelompok agensi-agensi yang tidak terpilih yang telah menjadi
elemen kunci dalam system pemerintah lokal yang terpecah belah. Contoh awal dari
pengoperasian strategi ini disediakan oleh sponsor dari otoritas lokal di area dermaga East End
untuk membatasi organisasi yang mengawasi dan kampanye melawan aktivitas dari London
Docklands Development Corporation (Brindley et al. 1989). Satu batas yang jelas dari strategi
ini yaitu tersedianya sumber penghasilan finansial terhadap otoritas lokal pada tahun 1990an
yang bentuknya seperti untuk membuktikan tidak cukupnya persyaratan dari kelompok
komunitas dan amal yang mencari kelompok orang-orang lokal yang tidak terpilih untuk
ditanggung.
Strategi ketiga untuk membentuk seluruh kelompok tekanan lokal dapat ditandai sebagai
‘tempat perkemahan’. Disini, otoritas lokal akan mempromosikan beebrapa koordinasi, saling
silang perwakilan forum sebagai tandingan dalam makin menigkatnya lingkungan lokal
pembuat-keputusan. Dalam wilayah pinggiran desa, hal ini dapat berarti sebuah peran yang
tinggi untuk dewan pendeta (penting sebagai kelompok tekanan lokal dalam banyak persoalan
rencana lokal). Di wilayah pedesaan, hal itu dapat diarahkan kepada percobaan dengan cara baru
dalam agensi komunitas seperti pelopor di Islington (Khan, 1989) dan Tower Hamlets (Lowndes
dan Stoker, 1992 a dan b). Walaupun ada banyak masalah dalam menjamin agensi yang
memadai dari semua kepentingan, seperi forum-forum yang mungkin menyediakan satu jalan
untuk otoritas lokal agar langsung memperhatikan seluruh tekanan kelompok lokal kedalam
pembuatan keputusan mereka.
Terdapat beberapa pekerjaan yang bagus dalam mengandaikan bahwa otoritas lokal
selama tahun 1990an akan mencari untuk membentuk lingkungan kelompok tekanan lokal.
Strategi berbeda akan dikembangkan menggambarkan pilihan politik dari otoritas yang berbeda-
beda. Namun strategi yang telah diidentifikasi tidak selalu cukup untuk tugas mereka. Dunia
kelompok kepentingan lebih seperti kompleks, berubah, dan lebih banyak oermintaannya
dibandingkan saat lampau (lihat Stoker dan Wilson. 1991).
Otoritas lokal adalah satu elemen dalam system kompleks dari pemerintahan di Inggris.
Mereka terpengaruh dan pada gilirannya pengaruh jalannya dunia pemerintahan. Dalam
memahami politik lokal kita butuh untuk waspada terhadap konteks pemerintahan dalam
pelaksanaan otoritas lokal. Sebuah review komprehensif tidak dimungkinkan. Kita dapat
simpulkan kunci dari pemerintahan pusat, departemen teritorial dan institusi pemerintah
menengah. Mereka merupakan komponen utama dari mesin pemerintahan Inggris. Laporan juga
diambil dari peran organisasi kuasi-pemerintah.
Banyak media dan perhatian akademik terfokus pada sistem Westminster dan Whitehall.
Ada institusi politik nasional terletak di ibukota dan dapat dilihat sebagai parlemen konstitusi
dan pemerintah pusat.
Pemerintah pusat Inggris dikarakteristikkan sebagai non-pelaksana dan terfragmentasi.
Dunleavy dan Rhodes (1986, hal. 109) mengomentari bahwa hanya satu dalam sepuluh
karyawan sektor umum adalah pegawai negeri sipil dan hanya sedikit dari mereka yang berbasis
di Whitehall. Level kebijakan pegawai negeri sipil dan kementerian lebih banyak terfokus pada
penyediaan dana, standar pencocokan, proses perundang-undangan dan mengidentifikasi
masalah dan isu baru namun mereka secara tidak langsung bertanggung jawab terhadap hari-ke-
hari pengiriman pelayanan dan implementasi kebijakan. Tugas-tugas ini merupakan tanggung
jawab dari otoritas lokal dan pemerintahan lainnya dan agensi pemerintah-kuasi. Walaupun kita
hidup di negara kesatuan, kekuatan untuk melimpahkan atau mencabut kekuatan pelimpahan
terletak di tangan parlemen, sistem tersebut diatur oleh pemerintahan yang berbeda yang
mengarah pada sistem pemerintahan yang kompleks dan terfragmentasi (Rhodes, 1988).
Sejalan dengan pengakuan akan karakter non-pelaksana dari pemerintah pusat, kita perlu
untuk mempertimbangkan sifat dari pusat pemerintah yang terfragmantasi itu sendiri.
Sebagaimana Rhodes (1988) berpendapat bahwa istilah “pemerintah pusat’ harus dipahami
sebagai stenografi untuk koleksi bermacam-macam bakat di departemen dan divisi.
Dengan adanya perbedaan akan menghasilkan banyaknya ketertarikan akan konflik. Di
dalam pengeluaran anggaran pemerintah lokal, contohnya, paling sedikit ada tiga pemotongan:
perbendaharaan dengan perhatiannya yang besar untuk biaya pengendalian; bagian pengeluaran
– seperti Kementerian Pertahanan – dengan sedikit ketertarikan langsung dalam pemerintah lokal
dimana ada harapan bagi pemerintah lokal untuk menanggung bagian yang terberat dari
pemotongan; dan terakhir, ada beberapa bagian pengeluaran dengan banyaknya ketertarikan
dalam pemerintah lokal – seperti Departemen Lingkunngan atau Departemen Pendidikan dan
Ilmu Pengetahuan – dimana adanya penyokong dan pencarian perlindungan terhadap
pengeluaran lokal. Contoh ini hanya sebagai ilustrasi dari konflik antar departemen. Dalam
prakteknya, divisi-divisi tersebut lebih kompleks dengan DoE, contohnya menyatukan peran
penyokong mereka dengan seorang pengendali dari pemantau atau pengeluaran pemerintah
lokal. Ketegangan juga meningkat terhadap pelayanan saingan dan kepentingan kebjakan.
Kecenderungan perusahaan yang kuat juga dijalankan, mendorong bersama berbagai elemen dari
pemerintah pusat. Dengan Perbendaharaan, Kantor Kabinet, dan Kantor Perdana menteri sering
menyediakan sebuah pusat untuk koordinasi. Ada kadar yang besar dalam bagian budaya dan
komitmen kepada nilai-nilai yang biasa diantara pelayanan sipil dalam memberikan pemerintah
pusat sebuah karakter ‘komunitas desa’ di mata komentator (Heclo dan Wildavsky, 1974).
Namun fragmentasi dari pemerintah pusat berarti otoritas lokal sering menghadapi grup yang
kompleks dan perubahan dari sekutu dan musuh di pusat.
Fragmentasi juga ada di beberapa departemen, membantu pembuatan jaringan kebijakan
penyusunan fungsi – spesifik. Contohnya DoE, disusun dari beberapa seri divisi di berbagai
waktu selama dua dekade terakhir telah termasuk ke dalamnya air, transportasi, pemerintah
lokal, perumahan, perencanaan dan konstruksi. Kecenderungan untuk divisi-divisi tersebut
memisahkan hubungan dengan pemerintahan dan pemerintahan-kuasi dan kelompok penerapan
dan pengembangan kebijakan di wilayahnya. Dalam hal ini elemen berbeda dengan otoritas lokal
terikat kedalam batasan jaringan kebijakan terhubung dengan bermacam-macam kepentingan
dengan departemen pemerintah pusat. Otoritas lokal tidak mudah mendapatkan sebuah relasi
dengan pemerintah pusat. Mereka terhubung dengan batasan ;pusat’. Kita dapat kembali ke poin
ini di Bab berikutnya.
Kementerian Daerah
Di Skotlandia dan Wales (Juga di Irandia Utrara, walaupun diluar cakupan buku ini) pola
pemerintah juga dikondisikan oleh peran kementerian daerah. Kantor Scottish dikepalai oleh
Sekretaris Negara ditemani oleh beberapa menteri dan berpusat di Edinburgh. Kantor Welsh
mempunyi sebuah sistem yang serupa dengan control politik dan berpusat di Cardiff. Mereka
bertanggung jawab dalam kepentingan wilayah mereka dalam pengertian yang luas dan lebih
spesifik untuk batasan yang luas dari kebijakan ‘domestik’ termasuk perumahan, pendidikan, dan
pertanian. Maka dari itu otoritas lokal di Skotlandia dan Wales tidak hanya satu dari banyak
departemen pusat namun pelabuhan utama yang biasa disebut – ‘pusat mereka’.
Hubungan antara otoritas lokal dan wilayah-wilayah kementerian dikondisikan dengan
dua macam karakter dari kementerian. Mereka merupakan pusat dan untuk sebuah wilayah
secara terus menerus. Menurut Rose (1983, hal. 105), kementerian daerah lebih merujuk ke
Whitehall dibanding dengan menjadi bagian dari Skotlandia atau Wales. Mereka berlaku sebagai
pusat agen: memonitor, mendorong, dan memfasilitasi penerapan dari kebijakan nasional dari
Westminster dan Whitehall. Dalam Bab 7 kita mendeskripsikan bagaimana Kantor Scottish
mengejar sebuah kebijakan dari ketidakleluasaan finansial yang berat untuk otoritas lokal
Scottish selama 1980an dan hal ini memberikan sebuah tes untuk langkah legislatif di Inggris
dan Wales. Goldsmith (1986, hal. 154) berkomentar mengenasi keuangan; ‘Kantor Scottish tidak
hanya telah menjadi pengikut yang hebat dari kebijakan imperial, namun juga menjadi sebuah
pencoba dari inti kepentingan.
Kementerian Daerah juga menampilkan sebuah fungsi penawaran/juru bicara, sebagai
dampak terbentuknya pengaruh negara mereka di Whitehall. Bagaimanapun juga, peran ini
menurut Goldsmith (1986) adalah lebih sedikit diadopsi secara terus-menerus daripada yang
diharapkan, khususnya diberikan kesulitan secara ekonomi dan sosial terhadap Wales dan
Skotlandia. Dia memberikan gambarakn kontras amtara kantor Welsh ‘yang muncul secara
enggan dan berkemungkinan tidak mampu untuk mengirimkan dimensi Welsh ke debat
kebijakan Imperial’ (hal. 154) dan kantor Scottish yang lebih menyerupai promosi secara aktif
mengenai kepentingan Scottish. Hal ini, pada bagiannya, menjelaskan dengan fakta yang ada
bahwa Kantor Welsh hanya berlaku dari 1960an (untuk informasi lebih jelas lihat Jones 1986).
Kantor Scottish, bedanya, merupakan hasil dari abad ke 19 dan mendatangkan sebuah tradisi
pemisahan administrasi dan sistem hukum khusus (lihat Mindwinter et all. , 1991},
Secara umum baik Welsh ataupun Sektrataris Negara Scottish sering berkompetesi untuk
memenangkan kelonggarani di kabinet. Westminster dan Whitehall menghasilkan kebijakan dan
perundang-undangan untuk semua bagian negara Inggris dan tugas bagi kementerian Daerah
untuk menerapkan kenijakan – kebijakan politik. Para politikus dan pegawai negeri sipil yang
mengatur kementerian merupakan bagian dari pesta nasional dan sistem administratif.
Namun terdapat cakupan kebijaksanaan karena kementerian daerah diharapkan untuk
bertanggung jawab dalam mengawasi proses kebijakan di wilayahnya. Bulpitt (1983)
berpendapat bahwa ada sebuah tradisi di Inggris untuk inti Imperial agar tertarik dalam ‘politik
tingkat tinggi’ dari pertahanan, hubungan internasional dan manajemen ekonomi, meninggalkan
‘politik rendah’ dari perlengkapan domestic dalam bidang perumahan, pendidikan, dan lain-lain
untuk agensi lainnya. Tradisi ini disarankan untuk dihapus dalam kadar yang cukup banyak pada
dekade terakhir, namun dalam hal kementerian daerah terdapat harapan bahwa mereka harus
mampu mengatur wilayah kebijakan domestik.
Hal yang muncul di Skotlandia dan Wales ialah pola khusus hubungan pusat-lokal yang
sangat berbeda dengan di Inggris. Menurut Goldsmith (1986) skala terkecil dari jaringan
membuat mereka menjadi lebih tidak formal (khususnya di Wales). Orang-orang terlibat di
kementerian dan otoritas lokal saling mengenal satu sama lain dengan baik dan mereka lebih
seperti saling mengembangkan sebuah pemahaman akan pilihan dan ketidakleluasaan akan
kebijakan. Secara khusus, ‘hal tersebut terlihat benar bahwa hubungan . . . benar-benar
melibatkan rasa yang besar akan kepercayaan dan pengertian antara individu otoritas lokal dan
departemen pusat’ (hal. 168). Walaupun kementerian daerah secara umum mencari pemenuhan
dengan kebijakan nasional mereka juga melakukannya di dalam konteks ruangan untuk mengatur
siasat yang mana status wilayah mereka ada dan lebih lengkap dalam berbagi ilmu pengetahuan
daripada jarangnya kasus tersebut seperti dalam hubungan pusat-lokal di Inggris. Karakterisasi
umum menurut Goldsmith terlihat masuk akal. Walaupun dia mengakui di bagian finansial
ketidakleluasaan kementerian daerah telah meneruskan otoritas lokal mereka dengan giat jika
tidak lebih giat daripada di Inggris.
Institusi Menengah
Semua departemen pusat mempunyai beberapa bentuk struktur sub-pusat. Rhodes (1988)
menyarankan penggunaan frasa ‘institusi menengah’ untuk merujuk kepada struktur-struktur
dekonsentrasi. Dia mendeskripsikan agensi-agensi ini sebagai bentuk dari sebuah ‘mosaik
kompleks’ dengan oraganisasi regional yang bermacam-macam tidak hanya di antara departemen
namun juga dengan departemen.
Dalam rangka membawa beberapa perintah untuk kerumitan ini, Rhodes mengidentifikasi
tiga peran utama yang diteruskan oleh institusi menengah. Mereka mengatur tugas yang
ditangani dari pusat dan mengkoordinasikan berbagai macam aktivitas dari agensi yang lain.
Departemen Regional dan kantor Lingkungan sebagai contoh, melaksanakan Program Investasi
Perumahan dan membawanya bersama dengan bermacam-macam tawar-menawar ‘Aksi Tanah’
di wilayah mereka. Peran kedua yakni mengawasi dan memfasilitasi penerapan kebijakan
pemerintah pusat. Peran ketiga yaitu mewakili kepentingan daerah ke pusat. Dengan
menggunakan contoh DoE terlihat jelas bahwa dua peran terakhir dapat berlawan anatara satu
dengan lainnya. Seperti Young (1982) berkomentar:
Dari sudut pandang otoritas lokalkantor regional untuk Departemen Lingkungan atau
Transportasi adalah ‘mata dan telinga’ dari pemerintah pusat; namun dalam waktu yang
bersamaan sekutu berpotensi dalam kampanye untuk lebih bersumberpenghasilan atau
mengambil inisiatif untuk kebijakan baru. Otoritas lokal harus membentuk hubungan dengan
kantor regional agar dapat mengatur batasan kebijakan di wilayah mereka. Sebagai contoh, untuk
mengetahui skema capital tertentu akan diterima. Beberapa kantor regional akan meningkatkan
dengan cara demikian pengetahuan secara rinci dari proyek atau inisiatif tertentu. Namun secara
umum otoritas lokal tidak yakin mengenai seberapa banyak informasi untuk diberikan dan untuk
apa mereka mampu untuk memberikannya. Terdapat kontak yang teratur antara pegawai negeri
dari ornagisasi menengah dan otoritas lokal. Namun di Inggris, berbeda dengan hubungan
wilayah dari Skotlandia dan Wales, belum adanya saling berbagi pengetahuan atau kepercayaan
(Houlihan. 1984).
Organisasi Pemerintahan-Kuasi
Otoritas lokal, kemudian, beroperasi dalam konteks system pemerintahan kompleks yang
teridi dari pemerintah pusat, kementerian daerah atau institusi menengah. Sebagai tambahan,
seperti yang telah dipelajari dalam Bab 3, mereka menjalankan berdampingan dengan dunia
pemerintahan-kuasi dari pokok-pokok yang ditetapkan, agensi non-departemen, otoritas satu
tujuan, dan institusi publil/lokal campuran. Lebih khususnya kita mengidentifikasi dan
mengategorikan agensi-agensi tersebut dengan dimensi lokal atau yang biasanya berinteraksi
dengan pembuat kebijakan lokal. Kita merujuk pada mereka secara kolektif sebagai pemerintah
lokal yang tidak terpilih. Mereka membentuk sebuah elemen yang lebih jauh dalam lingkungan
yang dimana otoritas lokal beroperasi. Namun Dunleavy (1980, hal. 103) mengatakan bahwa di
luar organisasi pemerintahan-kuasi yang mempunyai hubungan yang teratur dengan otoritas
lokal yang terpilih terdapat sangat banyak hal yang campur tangan merupakan karakter yang
tidak biasa dan khusus (untuk pembahasan lebih lanjut dari institusi tersebut lihat Rhodes, 1988;
Barker, 1982; Hood, 1983). Mereka juga membentuk bagian dari konteks yang mana otoritas
lokal membuat kebijakan, dan intervensi mereka mampu menghasilkan efek yang dramatis.
Dunleavy mengutip bahwa contoh dari industri kekuatan nuklir mencari tempat yang cocok
untuk generasi atau penyelesaian. Organisasi pemerintahan-kuasi merupakan bentuk terencana
dari sebuah bagian penting dari sistem pemerintahan di Inggris.
Telah terdapat peningkatan kepentingan terlihat pada masalah dalam mengartikan dan
memahami hubungan pusat-lokal dan lebih luasnya hubungan antar pemerintah (lihat Dunkeavy,
1980; Rhodes, 1981 dan 1988). Kunci utama yang timbul yaitu kita harus berpindah untuk
membatasi fokus dalam hubungan antara pemerintah pusat dan lokal terhadap pemahaman dari
‘sistem pemerintah lokal nasional.’ Menurut Dunleavy (1980, hal. 105):
Dewan berlokasi dan melokasikan diri mereka pada apa yang mungkin diistilahkan
‘sistem pemerintah lokal nasional. Hal ini mungkin diambil untuk mendeskripsikan
jaringan kompleks dari hubungan antar- and supra-otoritas yang dapat menggunakan
pengaruh besar dalam mengejar kebijakan dalam suatu tempat tertentu.
Hal yang menarik dari definisi ini adalah ketika hubungan pusat-lokal mengingatkan
akan sebuah topik utama dalam menganalis jaringan organisasi yang lebih besar dan pengaruh
dari hubungan antar pemerintah yang terbawa ke dalam focus. Istilah ‘hubungan pemerintah
pusat-lokal’ dapat disalahartikan jika hal itu mendorong kaarah fokus yang lebih sempit dalam
berinteraksi antara departemen pusat dan otoritas lokal. Dalam prakteknya, batasan organisasi
lain melintasi hubungan, termasuk asosiasi otoritas lokal, organisasi professional, institusi partai,
organisasi pemerintah-kuasi, dan serikat perdagangan. ‘ Konstelasi dari aktor dan organisasi ini
menentukan parameter dimana otoritas lokal beroperasi’ (hal. 105). Ketika pengaruh pemerintah
pusat dalam otoritas lokal besar dan tidak dapat dilalaikan, perhatian harus diarahkan ke dalam
ide-ide dan pengaruh datang dari organisasi lain dengan sistem pemerintah lokal nasional.
Sistem pemerintah lokal nasional mempengaruhi dan dipengaruhi oleh otoritas lokal. Hal
ini merupakan sumber penting dari ide-ide dan nilai-nilai. Sumber tersebut menyediakan sebuah
lingkungan dimana otoritas lokal menempatkan dirinya dan masalah mereka dan sebuah arena
untuk mereka dalam mencari inisiatif baru atau solusi kebijakan yang mungkin akan sesuai
dengan kebutuhan mereka. Seperti Dunleavy (1980, hal. 106) berkomentar:
Pemerintah lokal menekan (jalan keluar umum dan professional), asosiasi layanan
fungsional dan kebijakan serta aktivitas mereka, aparat profesionalpemerintah lokal dan
konferensi regular, seminar, dan pertemuan yang memainkan bagian yang besar dalam
perubahan kebijakan lokal secara nasional – semuanya mendefinisikan bahwa batasan
dari pertimbangan kebijakan dan debat, dalam lokal otoritas sebagai keseluruhan.
Dalam waktu yang sama, individu otoritas lokal berkontribusi dalam pembuatan
lingkungan-kebijakan. Inovasi mereka dalam wilayah pelayanan tertentu menambah gambaran
nasional. Perkembangan inisiatif ekonomi lokal atau strategi kesempatan yang sama melibatkan
menyebarnya jaringan inovasi dan diskusi diantara terbatasnya jumlah otoritas lokal terhadap
penonton yang lebih banyak. Ide-ide dan kebijakan-kebijakan yang seperti ini pada akhirnya
mungkin akan diangkat dan dipromosikan oleh pemerintah pusat.Dunleavy berpendapat sejauh
ini bahwa ‘kebijakan pemerintah pusat merubah jenis yang sesungguhnya atau inovatif, seperti
perkenalan standar baru atau metode dari ketentuan pelayanan, adalah yang paling sering
disamaratakan dalam keberadaan praktek otoritas lokal daripada ide-ide yang berasal dari
departemen pemerintah’ (hal. 105).
Rhodes (1988) telah mengembangkan pandangan dari sistem pemerintah lokal nasional
dengan mengidentifikasi batasan jaringan kebijakan yang beroperasi dengannya. Jaringan-
jaringan tersebut mencerminkan sebuah rangkaian dari ciri kebijakan, pelayanan atau wilayah
kepentingan dengan sistem pemerintah lokal nasional, dan bersama-sama mendirikan organisasi
yang berinteraksi dengan bidang-bidang tertentu. Berikut kita mengidentifikasi secara singkat
enam jenis jaringan yang mana otoritas lokal terlibat di dalamnya. Studi secara empiris mengenai
penyelenggaraan mereka juga dipelajari. Rhodes menyediakan analisis yang lebih rinci baik dari
karakteristik dari jaringan maupun ulasan dan perbandingan dari materi studi kasus yang
tersedia.
Diantara jaringan yang terajut adalah komunitas daerah dan kebijakan. Komunitas daerah
berada disekitar kementerian daerah, otoritas lokal dan organisasi pemerintah lainnya di Wales,
Skotlandia dan Irlandia Utara. Sesuatu mengenai rasa suatu hubungan telah diberikan lebih awal
pada Bab (sebagai tambahan ke dalam daftar pustaka lihat Midwinter, 1984). Komunitas
kebijakan berada disekitar kebijakan yang telah dibagi dan tanggung jawab pengiriman
pelayanan. Komunitas kebijakan ada di banyak area (untuk peninjauan yang berguna lihat
Ranson et al.. 1985 dan Laffin, 1986). Selanjutnya di Bab ini kita mendiskusikan tentang
pendidikan dan pembaruan perumahan komunitas kebijakan. Ketiga, walaupun sedikitnya
jaringan yang ketat,komunitas nasional dari pemerintah lokal di Inggris yang merupakan badan
perwakilan dari Association of County Council (ACC), the Association of Metropolitan
Authorities (AMA) dan the Association of Disctrict Councils (ADC). Tipe jaringan ini merujuk
pada antar pemerintah berdasarkan pendapat Rhodes, yang telah menyediakan analisis yang
paling rinci dalam pengoperasiannya (Rhodes, 1986).
Dua tipe jaringan berikutnya didefinisikan oleh peserta dominan atau peserta unggul.
Mereka adalah jaringan yang professional seperti yang terhubung dengan kesehatan dan
pelayanan social pribadi (Webb et al., 1986), dan penghasil jaringan yang setuju dengan industri
tertentu (Davies et al., 1984: Wright, 1987). Kategori akhir dari jaringan tersebut yang paling
dengan longgar digabungkan. Persoalan jaringan secara umum mengandung sejumlah besar
peserta dengan derajat keadaan saling tergantung yang terbatas. Inti persekutuan adalah
sebagaimana disampaikan sebagai contoh (Leach, 1985; Parkinson dan Wilks. 1986).
Diskusi mengenai sistem pemerintah lokal nasional dan jaringan kebijakan yang mana
otoritas lokal terlibat dalam bidang investigasi dan analisis yang tidak dapat secara penuh
dikembangkan disini. Daftar pustaka yang cukup telah disediakan untuk pembaca yang tertarik.
Otoritas lokal dapat dilibatkan dalam berbagai batasan jaringan kebijakan. Partisipasi
mereka menyediakan berbagai kesempatan untuk melatih pengaruh dan mempersembahkan
perhatian mereka di suatu tempat. Hal tersebut membolehkan otoritas lokal untuk belajar dari
pengalaman yang lain dan meningkatkan akses ide-ide baru dan inovasi dari sumber spesialis.
Sebuah pengakuan akan jaringan kebijakan menambah pemahaman kita mengenai jaringan
kompleks dari hubungan antar pemerintah dimana otoritas lokal disituasikan,
Fokus dari diskusi di sisa Bab ini mengikuti pendekatan pengembangan di dalam bagian
buku ini. Perhatian kita yakni bagaimana sistem pemerintah lokal nasional telah berubah dalam
konteks sosio-ekonomi dan lingkungan politik yang berkembang yang telah dikembangkan sejak
pertengahan tahun 1970an. Secara luas kita akan memperlihatkan bahwa pemerintahan Thatcher
telah mencoba sirkuit-pendek sistem pemerintah lokal nasional, dan jaringan kebijakannya yang
terhubung, dalam banyak wilayah yang luas dari proses kebijakan. Khususnya, kita akan
menganalisa sifat dari serangan pemerintah pusat; menguji beberapa strategi kunci yang
digunakan di pusat, dan terakhir mempertimbangkan efek pecah dari tantangan ini telah ada
dalam komunitas kebijakan dalam pembaruan rumah dan pendidikan.
Nicholas Ridley (1988), selama periode ia menjabat sebagai Sekretaris Negara untuk
Lingkungan, menerbitkan sebuah makalah yang mengambil berbagai jenis berkas dari strategi
privatisasi yang terdapat dalam pemerintah lokal. Dalam Bab 2 dan 3 dari pamplet dia menyusun
bayangan dari perizinan otoritas yang tidak melihat dirinya lagi sebagai penyedia dunia namun
mencoba untuk menjamin bahwa kebutuhan ditemukan dengan bekerja melalui agensi lain dan
menghasilkan manfaat yang lebih besar dari sumber penghasilan pribadi dan sukarela.
Untuk mendapatkan bayangan ini, Ridley mengusulkan tiga tipe kebijakan privatisasi.
Pertama, adanya keinginan untuk melihat ‘pemindahan besar dari aset dewan lokal ke sektor
pribadi’ (hal 24). Rumah-rumah, bangunan, dan tanah harus sejauh mungkin berada di tangan-
tangan pribadi dimana mereka akan ‘mengurusi dan menggunakannya secara efisien’ (hal 23).
‘Kepemilikan property kota’, seperti manajemen kota dari banyaknya pekerja, merupakan
gangguan dari pekerjaan yang pantas’ (hal. 25). Kunci dari tujuan kebijakan, adalah penyelesaian
dari banyaknya aset otoritas lokal.
Elemen kedua dalam strategi privatisasi dapat dideskripsikan sebagai persoalan untuk
memperkenalkan ‘disiplin pasar’ kedalam pengiriman layanan otoritas lokal. Kompetisi antar
layanan dalam sektor publik, pribadi, dan sukarela dan perbandingan antara otoritas dalam
meraih nilai untuk uang merupakan tujuan inti kebijakan. Otoritas lokal adalah ‘untuk bertugas
dalam jalan yang lebih jamak dibandingkan pada masa lampau, sejalan dengan variasi yang luas
dari public, agensi yang pribadi dan sukarela’ (hal. 25). Kompetisi antar agensi ini dilihat sebagai
kepemimpinan menuju efesiensi yang lebih besar dan respon yang lebih besar terhadap
pelanggan.
Elemen ketiga dari strategi privatisasi yaitu sebuah gagasan dalam menahan ketetapan
public untuk membiarkan sumber pribadi dan sukarela untuk vakum. Ridley menyarankan :
Kita harus selalu mempertanyakan bapakah itu benar untuk sektor publik dalam bekerja
ketika individu atau rombongan pribadi dapat dan akan berkompetisi dalam melakukan
pekerjaan mereka masing-masing.