Anda di halaman 1dari 10

PENDAHULUAN

Gastritis merupakan salah satu masalah kesehatan saluran pencernaan yang


paling sering terjadi. Sekitar 10% orang yang datang ke unit gawat darurat pada
pemeriksaan fisik ditemukan adanya nyeri tekan di daerah epigastrium. Hal ini
mengarahkan para dokter kepada suatu diagnosa gastritis, dimana untuk
memastikannya dibutuhkan suatu pemeriksaan penunjang lainnya seperti
endoscopi. Penyakit gastritis yang terjadi di negara maju sebagian besar mengenai
usia tua. Hal ini berbeda dengan di negara berkembang yang banyak mengenai
usia dini1.
Secara garis besar penyebab gastritis dibedakan atas zat internal yaitu
adanya kondisi yang memicu pengeluaran asam lambung yang berlebihan, dan zat
eksternal yang menyebabkan iritasi dan infeksi1,2.
Gastritis merupakan salah satu masalah kesehatan saluran pencernaan yang
paling sering terjadi. Sekitar 10% orang yang datang ke unit gawat darurat pada
pemeriksaan fisik ditemukan adanya nyeri tekan di daerah epigastrium. Hal ini
mengarahkan para dokter kepada suatu diagnosa gastritis, dimana untuk
memastikannya dibutuhkan suatu pemeriksaan penunjang lainnya seperti
endoscopi. Penyakit gastritis yang terjadi di negara maju sebagian besar mengenai
usia tua. Hal ini berbeda dengan di negara berkembang yang banyak mengenai
usia dini1.
Secara garis besar penyebab gastritis dibedakan atas zat internal yaitu
adanya kondisi yang memicu pengeluaran asam lambung yang berlebihan, dan zat
eksternal yang menyebabkan iritasi dan infeksi3.
Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan, biasanya bersifat
jinak dan swasirna; merupakan respons mukosa lambung terhadap berbagai iritan
lokal. Endotoksin bakteri (setelah menelan makanan terkontaminasi), kafein,
alkohol, dan aspirin merupakan agen pencetus yang lazim. Infeksi H. pylori lebih
sering dianggap sebagai penyebab gastritis akut. Organisme tersebut melekat pada
epitel lambung dan menghancurkan lapisan mukosa pelindung, meninggalkan
daerah epitel yang gundul. Obat lain juga terlibat, misalnya anti inflamasi

1
nonsteroid (NSAID: misalnya indomestasin, ibuprofen, naproksen), sulfonamida,
steroid, dan digitalis. Asam empedu, enzim pankreas, dan etanol juga diketahui
mengganggu sawar mukosa lambung. Apabila alkohol diminum bersama dengan
aspirin, efeknya akan lebih merusak dibandingkan dengan efek masing-masing
agen tersebut bila diminum secara terpisah3.

2
KASUS
Identitas Pasien :

Nama : An. KM
Tgl Lahir/Umur : 29-9-2011/ 5 tahun 4 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Tondo
Tanggal Masuk : 30 Januari 2017

I. Anamnesis
Keluhan utama : Sakit Perut

Riwayat penyakit sekarang : Pasien masuk RS dengan keluhan sakit perut


yang dialami sejak 1 hari yang lalu sebelum
masuk sumah sakit, disertai mual (+) dan muntah
(+) 2 kali berisi makanan dan air, BAB (+) biasa.
Pasien tidak mengalami demam (-), kejang (-),
Sesak (-) dan juga tidak mengalami batuk (-)
maupun flu (-). Buang air kecil lancar.

Riwayat penyakit terdahulu : Sudah pernah dirawat dengan keluhan yang sama
1 hari yang lalu

Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada

Riwayat sosio-ekonomi : Menengah.

Riwayat kebiasaan dan lingkungan: Merupakan anak yang aktif berinteraksi


dengan orang yang ada di sekitarnya baik
di lingkungan rumah, sekolah maupun di
lingkungan masyarakat.

Riwayat kehamilan dan persalinan: Lahir secara SC di Rumah, cukup bulan,


lahir langsung menangis. Berat lahir 2,8
kg, panjang lahir 50 cm.

Riwayat kemampuan dan kepandaian bayi: Menegakkan Kepala (usia 3


bulan), Membalikkan badan (usia 5

3
bulan), duduk (usia 7 bulan), berdiri
(usia 7 bulan), berjalan (usia 14
bulan), berbicara (usia 1 tahun 2
bulan)

Anamnesis makanan : ASI (usia 0-1 tahun), susu formula (usia 3 bulan-
sekarang), bubur (usia 6 bulan), nasi (usia 1 tahun-
sekarang)

Riwayat Imunisasi : Lengkap

II. Pemeriksaan Fisik:


Keadaan umum : sakit sedang
Berat badan : 21 kg
Panjang badan : 120 cm
Status gizi : Gizi baik (CDC 95 %)
Kesadaran : Composmentis
Tanda-Tanda Vital :
Denyut nadi : 104 kali/menit
Pernapasan : 26 kali/menit
Suhu : 36,5 0C
Kulit : warna sawo matang, eritema (-), turgor < 2 detik, pucat (-).
Kepala : bentuk normocephale, simetris, tidak ada deformitas, rambut lebat,
berwarna hitam, mata cekung (-), konjungtiva anemis -/-, sklera
ikterik -/-, sianosis (-), rhinorrhea (-), otorrhea (-)
Leher : pembesaran getah bening (-), nyeri tekan kelenjar getah bening (-),
pembesaran kelenjar tiroid (-).
Paru
Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris bilateral.
Palpasi : vokal fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi : sonor kanan dan kiri
Auskultasi : Bronkovesikuler kanan dan kiri, Ronki (-), wheezing (-)

4
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba di SIC V midclavicula sinistra
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : bunyi jantung I dan II murni, reguler, murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : abdomen datar
Auskultasi : peristaltik usus (+) kesan normal
Palpasi : nyeri tekan epigastrik(+), hepar, renal dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Genitalia : Tidak ada kelainan
Ekstremitas : akral hangat, edema (-)
Pemeriksaan Laboratorium: WBC 5,88 x 103/µl
RBC 4,93 x 106/µl
Hb 12,4 gr/dl
HCT 36,8%
PLT 329 x 103/µl
Resume:
Pasien anak laki-laki masuk RS dengan keluhan sakit perut yang di alami
sejak 1 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit, disertai mual (+) dan muntah
(+) 2 kali berisi makanan dan air, BAB (+) biasa. Pasien tidak mengalami demam
(-), kejang (-), Sesak (-) Batuk (-) maupun flu (-). Buang air kecil(+) lancar.
Sebelumnya pasien sudah pernah dirawat di RS selama 2 hari.

Dari pemeriksaan fisik di dapatkan keadaan umum pasien sakit sedang,


kesadaran composmentis dengan status gizi baik, nadi: 104 x/menit, Pernapasan :
26 x/menit, Suhu Badan : 36,5oC. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan nyeri
tekan epigastrik (+). Pada pemeriksaan USG Abdomen tampak kesan gastritis
akut. Pemeriksaan darah rutin dalam batas normal
Diagnosis kerja : Gastritis Akut

Terapi : - IVFD RL 12 tetes per menit

5
- Interlac 1x1
- Ranitidine 2 ½ ampul
- Omeprazole 3x1

Follow Up (31 Januari 2017)


S : Sakit perut (-), disertai mual (-) dan muntah (-) BAB (+) biasa.
Demam (-), kejang (-), Sesak (-) Batuk (-), flu (-). BAK (+) lancar.

O : Keadaan umum : sakit sedang


Kesadaran : composmentis
BB/TB : 21 kg/120 cm
Status Gizi : Gizi Baik
Nadi : 92 kali per menit
Pernapasan : 28 kali per menit
Suhu : 36,80C
Nyeri tekan epigastrik (-)
- A : Gastritis Akut
- P : - aff infus
- Pasien diijinkan Pulang

6
DISKUSI
Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat akut,
kronik difus, atau lokal dengan karakteristik anoreksia, rasa penuh, tidak enak
pada epigastrium, mual dan muntah3.
Etiologi4
- Kesembronoan diet, misalnya: makan terlalu banyak, terlalu cepat, makan
makanan yang terlalu banyak bumbu, atau makanan yang terinfeksi
- Alkohol
- Aspirin
- Refluks empedu
- Gastritis akut yang lebih parah disebabkan oleh asam kuat atau alkali,
yang dapat menyebabkan mukosa menjadi ganggren atau perforasi
Manifestasi Klinis5
1. Dapat terjadi ulserasi superficial dan mengarah pada hemoragi
2. Rasa tidak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala, kelesuan, mual,
dan anoreksia. Mungkin terjadi muntah dan cegukan
3. Beberapa pasien menunjukkan asimptomatik
4. Dapat terjadi kolik dan diare jika makanan yang mengiritasi tidak
dimuntahkan, tetapi malah mencapai usus
5. Pasien biasanya pulih kembali sekitar sehari, meskipun napsu makan
mungkin akan hilang selama 2 sampai 3 hari
PEMERIKSAAN PENUNJANG1
a. Pemeriksaan darah. Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H.
pylori dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah
kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak
menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga
dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat pendarahan lambung
akibat gastritis.
b. Pemeriksaan pernapasan. Tes ini dapat menentukan apakah pasien
terinfeksi oleh bakteri H. pylori atau tidak.

7
c. Pemeriksaan feces. Tes ini memeriksa apakah terdapat H. pylori dalam feses
atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi.
Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feces. Hal ini
menunjukkan adanya pendarahan pada lambung.
d. Endoskopi saluran cerna bagian atas. Dengan tes ini dapat terlihat adanya
ketidak normalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat
dari sinar-X. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil
yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esophagus,
lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu
dimati-rasakan (anestesi) sebelum endoskop dimasukkan untuk memastikan
pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran
cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel
(biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke
laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20
sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini
selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang, kurang
lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resiko akibat tes ini. Komplikasi
yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat
menelan endoskop.
a. Ronsen saluran cerna bagian atas. Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda
gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan
cairan barium terlebih dahulu sebelum dilakukan ronsen. Cairan ini akan
melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di ronsen.
Diagnosis pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan pasien sudah
mengalami nyeri perut selama 1 hari disertai mual dan muntah sebanyak 2 kali
dan sudah pernah dirawat sebelumnya. Dari pemeriksaan fisik didapatkan nyeri
tekan epigastrik dan dari pemeriksaan penunjang yaitu USG abdomen tampak
kesan gastritis akut, pemeriksaan darah rutin dalam batas normal.
Penatalaksanaan gastritis akut, yaitu :
1. Pemberian antasida1,3

8
 Mengatasi perasaan bengah (penuh) dan tidak enak di abdomen dan
menetralisir asam lambung dengan meningkatkan pH lambung sekitar 4-
6.
2. Gastrektomi3
 Pembedahan gaster dengan indikasi yang absolut.
Untuk klien dengan keluhan mual dan muntah dianjurkan untuk bedrest
dengan status NPO (nothing per oral), pemberian antimietik, dan
pemasangan infus untuk mempertahankan cairan tubuh.
o Bila muntah berlanjut, maka dipertimbangkan pemasangan NGT
(Nasogastric Tube)
o Klien yang mengalami anemia pernisiosa, maka diberikan injeksi
intravena cobalamin.
o Klien yang merupakan pengguna aspirin atau antiinflamasi
nonsteroid dapat dicegah dengan misoprostol, suatu derivat
prostaglandin mukosa.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat timbul pada gastritis akut adalah hematemesis atau
melena3.
Pasien dengan gastritis akut dapat diberikan edukasi agar:
 Makan dengan porsi sedikit tapi sering.
 Jika pasien merasa lapar, jangan langsung minum – minuman yang
mengandung kafein seperti teh, tapi digantikan dengan air putih hangat.
 Bila maag kambuh karena terlambat makan, jangan langsung makan –
makanan berat misalnya nasi, tapi digantikan dengan makanan ringan seperti
crackers.
 Makan secara benar, hindari makan – makanan yang dapat mengiritasi
terutama makanan yang pedas dan asam
 Makan dengan jumlah yang cukup, pada waktunya dan lakukan dengan
santai.
 Mengunyah makanan sampai benar – benar lumat.

9
 Minum air putih yang banyak atau dapat digantikan dengan minuman ber-
ion.
 Meminum obat sesuai dengan anjuran dokter.

Daftar Pustaka

1. Mansjoer, Arif. 2011. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, Jilid I. Jakarta:


FKUI

2. Sylvia Price. 2012. Edisi 6 Vol 1 Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit. Jakarta: EGC

3. Diane C. Baughman & Joann C. Hackley. 2015. Keperawatan Medikal


Bedah. Jakarta: EGC

4. LM, Wilson, Dkk.2010. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – proses


Penyakit. Jakarta : EGC

5. Setiadi. 2011. Anatomi Fisiologi Manusia. Yogyakarta : Graha Ilmu

6. Hirlan. 2012. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi Ketiga. Jakarta:
EGC.

10

Anda mungkin juga menyukai