Anda di halaman 1dari 24

HIPERTENSI

DEFINISI

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160
mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg (Kodim Nasrin, 2003 ).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan
sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer, 2001).
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik >140 mmHg dan tekanan darah diastolik >90
mmHg, atau bila pasien memakai obat antihipertensi.
Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection (JIVC) sebagai
tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya,
mempunyai rentang dari tekanan darah (TD) normal tinggi sampai hipertensi maligna.
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan
darah diastolik lebih dari 90 mmHg (Luckman Sorensen,1996).
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104 mmHg,
hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila
tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan
diastolik karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik (Smith Tom, 1995).

ANATOMI
a. Jantung
Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak didalam dada, batas kanannya terdapat
pada sternum kanan dan apeksnya pada ruang intercostalis kelima kiri pada linea midclavicular.
Hubungan jantung adalah:
1) Atas : pembuluh darah besar
2) Bawah : diafragma
3) Setiap sisi : paru
4) Belakang : aorta desendens, oesophagus, columna vertebralis
b. Arteri
Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan dan organ. Arteri terdiri dari
lapisan dalam: lapisan yang licin, lapisan tengah jaringan elastin/otot: aorta dan cabang-cabangnya
besar memiliki laposan tengah yang terdiri dari jaringan elastin (untuk menghantarkan darah untuk
organ), arteri yang lebih kecil memiliki lapisan tengah otot (mengatur jumlah darah yang
disampaikan pada suatu organ).
Arteri merupakan struktur berdinding tebal yang mengangkut darah dari jantung ke jaringan.
Aorta diameternya sekitar 25mm(1 inci) memiliki banyak sekali cabang yang pada gilirannya
tebagi lagi menjadi pembuluh yang lebih kecil yaitu arteri dan arteriol, yang berukuran 4mm (0,16
inci) saat mereka mencapai jaringan. Arteriol mempunyai diameter yang lebih kecil kira-kira 30
µm. Fungsi arteri menditribusikan darah teroksigenasi dari sisi kiri jantung ke jaringan. Arteri ini
mempunyai dinding yang kuat dan tebal tetapi sifatnya elastic yang terdiri dari 3 lapisan yaitu :
1) Tunika intima. Lapisan yang paling dalam sekali berhubungan dengan darah dan terdiri dari
jaringan endotel.
2) Tunika Media. Lapisan tengah yang terdiri dari jaringan otot yang sifatnya elastic dan
termasuk otot polos
3) Tunika Eksterna/adventisia. Lapisan yang paling luar sekali terdiri dari jaringan ikat gembur
yang berguna menguatkan dinding arteri (Syaifuddin, 2006)
c. Arteriol
Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif tebal. Otot dinding arteriol
dapat berkontraksi. Kontraksi menyebabkan kontriksi diameter pembuluh darah. Bila kontriksi
bersifat lokal, suplai darah pada jaringan/organ berkurang. Bila terdapat kontriksi umum, tekanan
darah akan meningkat.
d. Pembuluh darah utama dan kapiler
Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis yang berjalan langsung dari arteriol
ke venul. Kapiler adalah jaringan pembuluh darah kecil yang membuka pembuluh darah utama.
Kapiler merupakan pembuluh darah yang sangat halus. Dindingnya terdiri dari suatu lapisan
endotel. Diameternya kira-kira 0,008 mm. Fungsinya mengambil hasil-hasil dari kelenjar,
menyaring darah yang terdapat di ginjal, menyerap zat makanan yang terdapat di usus, alat
penghubung antara pembuluh darah arteri dan vena.
e. Sinusoid
Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar endokrin. Sinusoid tiga sampai empat
kali lebih besar dari pada kapiler dan sebagian dilapisi dengan sel sistem retikulo-endotelial. Pada
tempat adanya sinusoid, darah mengalami kontak langsung dengan sel-sel dan pertukaran tidak
terjadi melalui ruang jaringan. Saluran Limfe mengumpulkan, menyaring dan menyalurkan
kembali cairan limfe ke dalam darah yang ke luar melalui dinding kapiler halus untuk
membersihkan jaringan. Pembuluh limfe sebagai jaringan halus yang terdapat di dalam berbagai
organ, terutama dalam vili usus.
f. Vena dan venul
Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler. Vena dibentuk oleh gabungan
venul. Vena memiliki tiga dinding yang tidak berbatasan secara sempurna satu sama lain. (Gibson,
John. Edisi 2 tahun 2002, hal 110)
Vena merupakan pembuluh darah yang membawa darah dari bagian atau alat-alat tubuh
masuk ke dalam jantung. Vena yang ukurannya besar seperti vena kava dan vena pulmonalis. Vena
ini juga mempunyai cabang yang lebih kecil disebut venolus yang selanjutnya menjadi kapiler.
Fungsi vena membawa darah kotor kecuali vena pulmonalis, mempunyai dinding tipis,
mempunyai katup-katup sepanjang jalan yang mengarah ke jantung.

KLASIFIKASI
Klasifikasi hipertensi menurut WHO
1. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg dan diastolik kurang
atau sama dengan 90 mmHg
2. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg dan diastolik 91-94
mmHg
3. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan
diastolik lebih besar atau sama dengan 95mmHg.
Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the Detection and Treatment of Hipertension
Diastolik
a. < 85 mmHg : Tekanan darah normal
b. 85 – 99 : Tekanan darah normal tinggi
c. 90 -104 : Hipertensi ringan
d. 105 – 114 : Hipertensi sedang
e. >115 : Hipertensi berat
Sistolik (dengan tekanan diastolik 90 mmHg)
a. < 140 mmHg : Tekanan darah normal
b. 140 – 159 : Hipertensi sistolik perbatasan terisolasi
c. > 160 : Hipertensi sistolik teriisolasi

Krisis hipertensi adalah Suatu keadaan peningkatan tekanan darah yang mendadak (sistole
≥180 mmHg dan/atau diastole ≥120 mmHg), pada penderita hipertensi, yg membutuhkan
penanggulangan segera yang ditandai oleh tekanan darah yang sangat tinggi dengan kemungkinan
timbulnya atau telah terjadi kelainan organ target (otak, mata (retina), ginjal, jantung, dan
pembuluh darah).
Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat naiknya tekanan darah.
Dibagi menjadi dua:
a. Hipertensi Emergensi
Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera dengan obat antihipertensi
parenteral karena adanya kerusakan organ target akut atau progresif target akut atau progresif.
Kenaikan TD mendadak yg disertai kerusakan organ target yang progresif dan di perlukan
tindakan penurunan TD yg segera dalam kurun waktu menit/jam.
b. Hipertensi urgensi
Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna tanpa adanya gejala yang berat
atau kerusakan organ target progresif bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan
organ target progresif dan tekanan darah perlu diturunkan dalam beberapa jam. Penurunan TD
harus dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam (penurunan tekanan darah dapat dilaksanakan
lebih lambat (dalam hitungan jam sampai hari).

ETIOLOGI
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik (idiopatik). Hipertensi terjadi
sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa
faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
a. Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport Na.
b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah meningkat.
c. Stress Lingkungan.
d. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta pelebaran pembuluh darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
a. Hipertensi Esensial (Primer), Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi
seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system rennin angiotensin,
efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.
b. Hipertensi Sekunder, Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler renal.
Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan – perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun
kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah, Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh
darah perifer untuk oksigenasi Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

FAKTOR RESIKO
1. Riwayat keluarga dengan penyakit jantung dan hipertensi
2. Pria usia 35 – 55 tahun dan wanita > 50 tahun atau sesudah menopause
3. Kebanyakan mengkonsumsi garam/natrium
4. Sumbatan pada pembuluh darah (aterosklerosis) disebabkan oleh beberapa hal seperti merokok,
kadar lipid dan kolesterol serum meningkat, caffeine, DM, dsb.
5. Factor emosional dan tingkat stress
6. Gaya hidup yang monoton
7. Sensitive terhadap angiotensin
8. Kegemukan
9. Pemakaian kontrasepsi oral, seperti esterogen.

PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut
ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah
melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons
rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi.
Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi
kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.
Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan
volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan fungsional pada
system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia
lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan
dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan
daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan
penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu” disebabkan
kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke sel jugularis. Dari
sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada ginjal, maka akan
mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan
pada angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga terjadi
kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkan
retensi natrium. Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan
tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ-organ seperti jantung. ( Suyono, Slamet.
1996 ).
Pathways
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :
Pemeriksaan yang segera seperti :
1. Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti: hipokoagulabilitas,
anemia.
2. Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
3. Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan hipertensi).
4. Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau
menjadi efek samping terapi diuretik.
5. Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
6. Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/
adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
7. Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
8. Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab)
9. Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
10. Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
11. Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
12. EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi ventrikel kiri ataupun
gangguan koroner dengan menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
13. Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan terlaksana) untuk
menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran jantung.
Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan yang pertama ) :
1. IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal /
ureter.
2. CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
3. IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
4. Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab, CAT scan
5. (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis pasien
Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen.
3. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
4. Cemas berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi yang diderita klien
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit
RENCANA KEPERAWATAN

DIANGOSA
NO KEPERAWATA
TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
DX N DAN
KOLABORASI
1 Resiko tinggi NOC : NIC :
terhadap penurunan Cardiac Pump effectiveness Cardiac Care
curah jantung Circulation Status Evaluasi adanya nyeri dada (
berhubungan Vital Sign Status intensitas,lokasi, durasi)
dengan Kriteria Hasil: Catat adanya disritmia jantung
peningkatan Tanda Vital dalam rentang normal Catat adanya tanda dan gejala
afterload, (Tekanan darah, Nadi, respirasi) penurunan cardiac putput
vasokonstriksi, Dapat mentoleransi aktivitas, tidak Monitor status kardiovaskuler
hipertrofi/rigiditas ada kelelahan Monitor status pernafasan yang
ventrikuler, Tidak ada edema paru, perifer, dan menandakan gagal jantung
iskemia miokard tidak ada asites Monitor abdomen sebagai indicator
Tidak ada penurunan kesadaran penurunan perfusi
Monitor balance cairan
Monitor adanya perubahan tekanan
darah
Monitor respon pasien terhadap
efek pengobatan antiaritmia
Atur periode latihan dan istirahat
untuk menghindari kelelahan
Monitor toleransi aktivitas pasien
Monitor adanya dyspneu, fatigue,
tekipneu dan ortopneu
Anjurkan untuk menurunkan stress

Vital Sign Monitoring


Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
Monitor VS saat pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
Auskultasi TD pada kedua lengan
dan bandingkan
Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor adanya pulsus paradoksus
Monitor adanya pulsus alterans
Monitor jumlah dan irama jantung
Monitor bunyi jantung
Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernapasan abnormal
Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign

2 Intoleransi aktivitas NOC : NIC :


berhubungan Energy conservation Energy Management
dengan kelemahan, Self Care : ADLs Observasi adanya pembatasan klien
ketidakseimbangan Kriteria Hasil : dalam melakukan aktivitas
suplai dan Berpartisipasi dalam aktivitas fisik Dorong anal untuk mengungkapkan
kebutuhan oksigen. tanpa disertai peningkatan tekanan perasaan terhadap keterbatasan
darah, nadi dan RR Kaji adanya factor yang
Mampu melakukan aktivitas sehari menyebabkan kelelahan
hari (ADLs) secara mandiri Monitor nutrisi dan sumber energi
tangadekuat
Monitor pasien akan adanya
kelelahan fisik dan emosi secara
berlebihan
Monitor respon kardivaskuler
terhadap aktivitas
Monitor pola tidur dan lamanya
tidur/istirahat pasien
Activity Therapy
Kolaborasikan dengan Tenaga
Rehabilitasi Medik
dalammerencanakan progran terapi
yang tepat.
Bantu klien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan
Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yangsesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan
social
Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan
Bantu untuk mendpatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi
roda, krek
Bantu untu mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
Bantu klien untuk membuat jadwal
latihan diwaktu luang
Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
Sediakan penguatan positif bagi
yang aktif beraktivitas
Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri dan
penguatan
Monitor respon fisik, emoi, social
dan spiritual

3 Nyeri akut NOC : NIC :


berhubungan Pain Level, Pain Management
dengan Pain control,
peningkatan Comfort level Lakukan pengkajian nyeri secara
tekanan vaskuler Kriteria Hasil : komprehensif termasuk lokasi,
serebral karakteristik, durasi, frekuensi,
penyebab nyeri, mampu kualitas dan faktor presipitasi
menggunakan tehnik Observasi reaksi nonverbal dari
nonfarmakologi untuk mengurangi ketidaknyamanan
nyeri, mencari bantuan) Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
dengan menggunakan manajemen pengalaman nyeri pasien
nyeri Kaji kultur yang mempengaruhi
(skala, respon nyeri
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) Evaluasi pengalaman nyeri masa
lampau
nyeri berkurang Evaluasi bersama pasien dan tim
kesehatan lain tentang
ketidakefektifan kontrol nyeri
masa lampau
Bantu pasien dan keluarga untuk
mencari dan menemukan
dukungan
Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
Kurangi faktor presipitasi nyeri
Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan
inter personal)
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil
Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri

Analgesic Administration
Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
Cek instruksi dokter tentang jenis
obat, dosis, dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang diperlukan
atau kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih dari satu
Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya nyeri
Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
Pilih rute pemberian secara IV, IM
untuk pengobatan nyeri secara
teratur
Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
Evaluasi efektivitas analgesik,
tanda dan gejala (efek samping)
4 Cemas Setelah dilakukan tindakan Anxiety Reduction
berhubungan keperawatan selama 3 x 24 jam, Gunakan pendekatan yang
dengan krisis cemas pasien berkurang dengan menenangkan
situasional kriteria hasil: Nyatakan dengan jelas harapan
sekunder adanya Anxiety Control terhadap pelaku pasien
hipertensi yang Coping Jelaskan semua prosedur dan apa
diderita klien Vital Sign Status yang dirasakan selama prosedur
Temani pasien untuk memberikan
keamanan dan mengurangi takut
dalam Berikan informasi faktual
mengenai diagnosis, tindakan
ekspresi wajah tidak tegang prognosis
Dorong keluarga untuk menemani
anak
TD = 110-130/ 70-80 mmHg Lakukan back / neck rub
RR = 14 – 24 x/ menit Dengarkan dengan penuh
N = 60 -100 x/ menit perhatian
S = 365 – 375 0C Identifikasi tingkat kecemasan
Bantu pasien mengenal situasi
yang menimbulkan kecemasan
Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
Instruksikan pasien menggunakan
teknik relaksasi
Barikan obat untuk mengurangi
kecemasan

5 Kurang NOC : NIC :


pengetahuan Kowlwdge : disease process Teaching : disease Process
berhubungan Kowledge : health Behavior Berikan penilaian tentang tingkat
dengan kurangnya Kriteria Hasil : pengetahuan pasien tentang proses
informasi tentang Pasien dan keluarga menyatakan penyakit yang spesifik
proses penyakit pemahaman tentang penyakit, Jelaskan patofisiologi dari penyakit
kondisi, prognosis dan program dan bagaimana hal ini
pengobatan berhubungan dengan anatomi dan
Pasien dan keluarga mampu fisiologi, dengan cara yang tepat.
melaksanakan prosedur yang Gambarkan tanda dan gejala yang
dijelaskan secara benar biasa muncul pada penyakit,
Pasien dan keluarga mampu dengan cara yang tepat
menjelaskan kembali apa yang Gambarkan proses penyakit,
dijelaskan perawat/tim kesehatan dengan cara yang tepat
lainnya. Identifikasi kemungkinan
penyebab, dengna cara yang tepat
Sediakan informasi pada pasien
tentang kondisi, dengan cara yang
tepat
Hindari harapan yang kosong
Sediakan bagi keluarga atau SO
informasi tentang kemajuan pasien
dengan cara yang tepat
Diskusikan perubahan gaya hidup
yang mungkin diperlukan untuk
mencegah komplikasi di masa
yang akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau mendapatkan
second opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
Eksplorasi kemungkinan sumber
atau dukungan, dengan cara yang
tepat
Rujuk pasien pada grup atau agensi
di komunitas lokal, dengan cara
yang tepat
Instruksikan pasien mengenai tanda
dan gejala untuk melaporkan pada
pemberi perawatan kesehatan,
dengan cara yang tepat
Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan

spesifik pasien serta respons terhadap masalah actual dan resiko tinggi. Menurut Marllyn Doengoes

(2000), diagnosa keperawatan pada hipertensi adalah sebagai berikut :

a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung

b. Intolerans aktifitas

c. Nyeri (akut)

d. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh.

e. Koping individual tidak efektif

f. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi rencana pengobatan.

Perencanaan

Intervensi keperawatan adalah preskripsi untik prilaku spesifik yang diharapkan dari pasien

dan/atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Tindakan keperawatan dibagi menjadi,

mandiri (dilakukan perawat) dan kolaboratif (dilakukan oleh pemberiperawatan lainnya).

a. Curah jantung, penurunan, resti, terhadap

Berhubungan dengan : Peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia myokardia,

hypertropi/rigiditas (kekakuan) ventrikuler,

Tujuan:

1) Mempertahankan tekanan darah dalam rentang individu yang dapat diterima.

2) Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang dan pasien.

Intervensi dan rasional:

Tabel 2.2 Intervensi dan Rasional


INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau tekanan darah. 1. Perbandingan dari tekanan
memberikan gambaran yang lebih
lengkap tentang keterlibatan/bidang
masalah vaskuler.
INTERVENSI RASIONAL
2. Denyutan karotis, jugularis, radialis,
Catat keberadaan, kualitas denyutan
dan femoralis mungkin diamati atau
sentral dan perifer.
tekanan palpasi. Denyutan pada
tungkai mungkin menurun: efek dari
vasokontraksi.
3.
Auskultasi tonus jantung dan bunyi Bunyi jantung IV umum terdengar
pada hipertensi berat dan kerusakan
nafas.
fungsi adanya krakels mengi dapat
mengindikasi kongesti paru sekunder
terhadap atau gagal jantung kronik.

4.
Amati warna kulit, kelembaban suhu,
Mungkin berkaitan dengan
dan masa pengisian kapiler. vasokontraksi atau mencerminkan
dekompensasi atau penurunan curah
jantung.

Catat edema umum/tertentu. Mengindikasi gagal jantung,


kerusakan ginjal atau vaskuler.
6.
Beri lingkungan tenang, nyaman, Membantu untuk menurunkan
kurangi aktifitas/keributan rangsangan simpatis, menurunkan
relaksasi.
lingkungan dan batasi jumlah
pengunjung dan lamannya tinggal.
7.
Pertahankan pembatasan 7. Menurunkan stress dan ketegangan
aktifitas
yang mempengaruhi tekanan darah
(jadwal istirahat tanpa gangguan, dan perjalanan penyakit hipertensi.
istirahat di tempat tidur/kursi), bantu
pasien melakukan aktifitas perawatan
diri sesuai kebutuhan.
8.
Lakukan tindakan yang nyaman
Mengurangi ketidaknyamanan dan
(pijatan punggung dan leher, dapat menurunkan rangsang simpatis.
meninggikan kepala tempat tidur).

9. Anjurkan tehnik relaksasi, distraksi, Menurunkan rangsangan stress


dan panduan imajinasi. membuat efek tenang, sehingga akan
menurunkan tekanan darah.
10.
INTERVENSI RASIONAL

Pantau respon terhadap obat untuk Respon terhadap terapi obat


tergantung pada individu dan efek
mengontrol tekanan darah.
sinergis obat.

Kolaborasi dalam pemberian obat- Dapat memperkuat agen


obat sesuai indikasi seperti: Diuretik antihipertensi lain dengan membatasi
retensi cairan.
tiazoid: diuril, esidrix,
bendroflumentiazoid

Kolaborasi memerikan dapat menangani retensi cairan


dalam
dengan respon hipertensi yang dapat
pembatasan cairan dan diet natrium melibatkan beban kerja jantung.
sesuai indikasi.

Siapkan untuk pembedahan bila ada bila hipertensi berhubungan dengan


adanya fcokromositoma maka
indikasi. pengangkatan tumor dapat
memperbaiki kondisi.

Sumber : Marllyn Doengoes, (2000)

b. Intoleran aktifitas

Berhubungan dengan: kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2

Tujuan: Berpartisipasi dalam aktifitas yang diinginkan/diperlukan.

Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktifitas yang dapat diukur.

Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda toleransi fisiologis.

Intervensi dan rasional:

Tabel 2.2 Intervensi dan Rasional


INTERVENSI RASIONAL
1. Menyebutkan parameter membantu
1. Kaji respon pasien terhadap aktifitas
dalam mengkaji respon fisiologis
frekuensi nadi, peningkatan tekanan
stress terhadap aktifitas dan bila
darah yang nyata selama/sesudah ada merupakan indicator dari
kelebihan kerja yang berkaitan
aktifitas.
dengan tingkat aktifitas.

2.
INTERVENSI RASIONAL
Instruksikan tehnik penghematan Dapat mengurangi penggunaan
energi dan membantu
energi (menggunakan kursi saat
keseimbangan antara suplai antara
mandi, duduk, menyisir rambut atau suplai dan kebutuhan O2.
menyikat gigi, lakukan aktifitas
dengan perlahan).
3.
Berikan dorongan untuk melakukan 3. Kemajuan aktifitas bertahap
mencegah penurunan kerja jantung
aktifitas/perawatan diri bertahap jika
tiba.
dapat ditoleransi. Berikan bantuan
sesuai kebutuhan.
Sumber : Marllyn Doengoes, (2000)

c. Nyeri (akut), sakit kepala berhubungan dengan: peningkatan tekanan vaskuler serebral.

Tujuan: melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang/tidak terkontrol

Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan

Intervensi dan rasional:

Tabel 2.2 Intervensi dan Rasional


INTERVENSI RASIONAL
1. Mempertahankan tirah baring selama
1. Meminimalkan stimulasi atau
fase akut. menurunkan relaksasi.
2.
2. Berikan kompres dingin pada dahi,
4. Menurunkan tekanan vaskuler
pijat punggung, dan leher, tenang, serebral dan yang memperlambat/
redupkan lampu kamar, tehnik memblok respon simpatis efektif
relaksasi. dalam menghilangkan sakit kepala
dan komplikasi.
5.
3. Hilangnya/minimalkan aktifitas
3. Menyebabkan sakit kepala pada
vasokonstriksi yang dapat adanya tekanan vaskuler serebral
menurunkan dan sakit kepala, karena aktifitas yang meningkatkan
misalnya: batuk panjang, mengejan vaskonotraksi.
saat BAB, dan lain-lain.
INTERVENSI RASIONAL
4. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai
4. Pusing dan pengelihatan kabur sering
kebutuhan. berhubungan dengan sakit kepala.
5.
5. Berikan cairan, makanan lunak, Menaikkan kenyamanan kompres
perawatan mulut yang teratur bila hidung dapat mengganggu menelan
terjadi perdarahan hidung atau atau membutuhkan nafas dengan
kompres di hidung telah dilakukan mulut, menimbulkan stagnasi sekresi
untuk menghentikan perdarahan. oral dan mengeringkan mukosa.
6.
6. Kolaborasi dalam pemberian Dapat mengurangi tegangan dan
analgesic dan antiancietas. ketidaknyamanan yang diperbuat
oleh stress.
Sumber : Marllyn Doengoes, (2000)

e. Nutrisi, perubahan, lebih dari kebutuhan tubuh

Berhubungan dengan: Masukan berlebihan sehubungan dengan metabolic Pola hidup

monoton. Keyakinan budaya.

Tujuan:

1) Mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dan kegemukan.

2) Menunjukkan perubahan pola makan.

3) Mempertahankan berat badan yang diinginkan dengan pemeliharaan kesehatan optimal.

4) Melakukan/mempertahankan program olahraga yang tepat.

Intervensi dan rasional:

Tabel 2.2 Intervensi dan Rasional


INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji pemahaman pasien tentang 1. Kegemukan adalah resiko tambahan
pada hipertensi karena kondisi
hubungan langsung antara hipertensi
proporsi antara kapasitas aorta dan
dan kegemukan. peningkatan curah jantung berkaitan
dengan peningkatan massa tubuh.

2. Bicarakan pentingnya menurunkan 2. Kesalahan kebiasaan maksimum


menunjang terjadinya atherosklerosis
masukan kalori dan batasi masukan
dan kegemukan yang merupakan
lemak, garam, gula sesuai indikasi. predisposisi untuk hipertensi dan
komplikasinya.
INTERVENSI RASIONAL
3. Motivasi penurunan berat badan
Tetapkan keinginan pasien untuk
adalah internal. Individu harus
menurunkan berat badan.
berkeinginan untuk menurunkan
berat badan bila tidak maka program
sama sekali tidak berhasil.

4. Membantu dalam menentukan


4. Kaji ulang masukan kalori harian dan
kebutuhan individu untuk
pilihan diet.
penyesuaian/penyuluhan dan
mengidentifikasi kekuatan/
kelemahan dalam program diet
terakhir.
5.
6. Instruksikan dan bantu memilihPenting untuk mencegah
makanan yang tepat, hindari makanan perkembangan aterogenesis.

dengan kejenuhan lemak tinggi dan


kolesterol.
7.
6. Kolaboratif, rujuk ke ahli gizi sesuai
6. Memberikan konseling dan bantuan
indikasi. dengan memenuhi kebutuhan diet
individual.
Sumber : Marllyn Doengoes, (2000)

e. Koping individual, inefektif berhubungan dengan:

1) Krisis situasional/diaturasional.

2) Perubahan hidup beragam.

3) Relaksasi tidak adekuat.

4) System pendukung tidak adekuat.

5) Persepsi tidak realistic.

6) Sedikit atau tidak pernah olahraga.

7) Nutrisi buruk.

8) Harapan yang tidak terpenuhi.

9) Kerja tidak berlebihan.

10) Metode koping tidak efektif.

Tujuan:
1) Mengidentifikasi kesadaran kemampuan koping/kekuatan pribadi.
2) Mengidentifikasi potensial situasi stress dan mengambil langkah untuk

menghindari/mengubahnya.

3) Mendemonstrasikan penggunaan keterampilan/metode koping efektif.

Intervensi dan rasional:

Tabel 2.2 Intervensi dan Rasional


INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji keefektifan strategi koping
1. Mekanisme adaptif perlu untuk
dengan mengobservasi perilaku, mengubah pola hidup seseorang,
misalnya: kemampuan menyatakan mengatasi hipertensi kronik, dan
perasaan dan perhatian, keinginan mengintegrasikan terapi yang
berpartisipasi dalam rencana diharuskan ke dalam kehidupan
pengobatan. sehari-hari.
2.
2. Catat laporan gangguan tidur,
2. Manifestasi mekanisme koping
peningkatan keletihan, kerusakan maladaptik mungkin merupakan
konsentrasi, peka rangsang, indicator marah yang ditekan dan
penurunan toleransi sakit kepala, diketahui telah menjadi penentu
ketidakmampuan untuk mengatasi utama tekanan darah diastolic.
atau menyelesaikan masalah.
3. 3.
Bantu pasien untuk Pengenalan terhadap stressor adalah
mengidentifikasi stressor spesifik langkah pertama dalam mengubah
dan kemungkinan strategi untuk respon seseorang terhadap stressor.
mengatasi atau menyelesaikan
masalah.
4.
Libatkan pasien dalam perencanaan
4. Memperbaiki keterampilan koping
perawatan dan berikan dorongan dan dapat meningkatkan kerjasama
partisipasi maksimum dalam dalam regimen teraupetik.
rencana pengobatan.
5. 5.
Dorong pasien untuk mengevaluasi Fokus perhatian pasien pada realitas
prioritas atau tujuan hidup. situasi yang ada relatif terhadap
pandangan pasien tentang apa yang
INTERVENSI RASIONAL
diinginkan.
Sumber : Marllyn Doengoes, (2000)

f. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai kondisi rencana pengobatan berhubungan

dengan:

1) Kurang pengetahuan/daya ingat

2) Misinterpretasi informasi

3) Keterbatasan kopnitif.

4) Menyangkal diagnosa.

Tujuan:
1) Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan

2) Mempertahankan tekanan darah dalam parameter normal.

3) Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu diperhatikan.

Intervensi dan Rasional :


Tabel 2.2 Intervensi dan Rasional
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji kesiapan dan hambatan dalam
1. Mengidentifikasi kemampuan klien
belajar, termasuk orang terdekat. dalam menerima pembelajaran.
2. 2.
3. Tetapkan dan nyatakan batas tekanan
2. Meningkatkan pengetahuan klien
darah normal, jelaskan tentang tentang tekanan darah normal dan
hipertensi dan efeknya pada jantung, efek hipertensi.
pembuluh darah, ginjal, dan otak.
4.
3. Hindari mengatakan tekanan darah
3. Tekanan darah normal pada setiap
normal dan gunakan istilah terkontrol orang berbeda tergantung pada
dengan baik saat menggambarkan banyak faktor.
tekanan darah pasien dalam batas yang
diinginkan.
4.
5. Bantu pasien dalam mengidentifikasi
4. Mencegah meningkatnya tekanan
factor-faktor resiko kardiovaskuler darah dengan memperhatikan faktor
INTERVENSI RASIONAL
yang dapat diubah misalnya obesitas, – faktor resiko.
diet, tinggi lemak jenuh, kolesterol,
pola hidup monoton, dan minum
alcohol, pola hidup stress.
6.
5. Rekomendasikan untuk menghindari
5. Dapat menyebabkan tekanan darah
mandi air panas, ruang penguapan, berubah – ubah.
penggunaan alcohol yang berlebihan.
6.
Anjurkan pasien untuk berkonsultasi
6. Menghindari terjadinya resiko
dengan pemberi perawatan sebelum overdosis obat.
menggunakan obat.
7.
Instruksikan pasien tentang
7. Mempertahankan keseimbangan
peningkatan masukan makanan atau cairan dan elektrolit tubuh.
cairan tinggi kalium.

Sumber : Marllyn Doengoes, (2000)


DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC,
Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC,
Goonasekera CDA, Dillon MJ, 2003. The child with hypertension. In: Webb NJA, Postlethwaite RJ,
editors. Clinical Paediatric Nephrology. 3rd edition. Oxford: Oxford University Press
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey:
Upper Saddle River
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika
Smet, Bart.1994. Psikologi Kesehatan. Pt Grasindo:Jakarta
Soeparman dkk,2007 Ilmu Penyakit Dalam , Ed 2, Penerbit FKUI, Jakarta
Smeljer,s.c Bare, B.G ,2002 Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah,
Imam, S Dkk.2005. Asuhan Keperawatan Keluarga.Buntara Media:malang

Anda mungkin juga menyukai