Laporan Kimia 1
Laporan Kimia 1
KIMIA DASAR I
PERCOBAAN I
PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN
2017
PERCOBAAN I
I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan ini adalah dapat membuat larutan dengan
konsentrasi tertentu, mengencerkan larutan, dan menentukan konsentrasi larutan
yang telah dibuat
III. PROSEDUR
A. ALAT
Alat-alat yag digunakan dalam percobaan ini adalah gelas piala, gelas
ukur, pipet tetes, pipet ukur, pipet gondok, labu takar, dan buret.
B. BAHAN
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah asam
klorida pekat, larutan natrium hidroksida 0,1 M, pellet natrium hidroksida,
larutan asam klorida 0,1 M, indikator metil orange, indikator fenoftalein, dan
akuades.
IV. PROSEDUR KERJA
A. Pembuatan dan Pengenceran Larutan Asam Klorida
1. Menimbang gelas ukur kosong, catat beratnya.
2. Mengambil 4,15 mL larutan asam klorida pekat dengan menggunakan
gelas ukur yang telah ditimbang dan pipet tetes. melakukan dalam
lemari asam.
3. Menimbang labu takar 100 mL yang kosong, mencatat beratnya. Labu
takar tersebut diisi dengan sekitar 20-25 mL akuades.
4. Perlahan-lahan , masukkan asam klorida pekat yang telah diambil ke
dalam labu takar. melakukan dalam lemari asam.
5. Menambahkan akuades ke dalam labu takar hingga tanda batas
(perhatikan, meniskus yang diamati adalah meniscus bawah).menutup
labu takar dan lakukan pengcokan hingga larutan homogen.
Menimbang berat labu takar yang telah berisi larutan. Larutan yang
telah dibuat dalam tahap ini disebut sebagai larutan A.
6. Menggunakan pipet gondok atau pipet ukur, pindahkan 20 Ml larutan
asam klorida yang telah dibuat (larutan A) ke dalam labu takar 100
mL yang baru.
7. Menambahkan akuades ke dalam labu takar tersebut hingga tanda
batas. Larutan HCl yang diencerkan ini disebut sebagai larutan B.
Rata-rata
Rata-rata
III. Pembuatan Larutn NaOH
a. Pembuatan Larutan C
Massa NaOH =..................gram
Mr NaOH =..................gram/mol
Volume Larutan = .............mL(Larutan C)
b. Pembuatan Larutan D
Volume larutan sebelum diencerkan : ..........mL (diambil dari larutan C)
Volume larutan setelah diencerkan :..............mL (Larutan D)
B. Pembahasan
1. Pengenceran
Pembuatan larutan HCl dibuat dari HCl pekat dan H₂O, proses ini
sering disebut dengan pengenceran, diamana HCl pekat sebagai pelarut dan zat
terlarut dalam H₂O sebagai pelarut. Pengencerann larutan HCl dilakukan dengan
cara menambahkan akuades ke dalam larutan HCl pekat. Pada percobaan ini
dibuat dua larutan yaitu larutan A dan larutan B melalui rumus pengenceran.
Molaritas larutan HCl encer dapat dihitung dengan menggunakan
rumus pengenceran, yaitu perkalian antara M dan V HCl pekat dibagi dengan V
HCl sesudah diencerkan. Pada percobaan ini, pembuatan larutan HCl dibagi
menjadi dua, yang pertama larutan HCl pekat 4,15 mL diencerkan dengan H₂O
100 mL, larutan ini disebut larutan A. Kemudian larutan yang kedua, larutan A
diambil 10 mL dan diencerkan ke dalam labu takar 50 mL, larutan ini disebut
larutan B dan diketahui dari perhitungan nilai MA = 0,5006 mol/L dan nilai MB =
0,10012 mol/L.
HCl(s) + H₂O(aq) HCl(aq) + H₂O(aq)
2. Titrasi
Pada proses titrasi HCl oleh NaOH, digunakan dua indikator, yaitu
metil orange dan fenoftalein. Titrasi dengan menggunakan fenoftalein tidak
merubah warna HCl yang semula berwarna bening dan ketika ditetesi fenoftalein
tetap berwarna bening, tetapi ketika HCl dititrasi NaOH yang bersifat basa, warna
akan berubah menjadi merah muda, sedangkan titrasi indikator metil orange
membuat larutan HCl yang semula berwarna bening menjadi merah muda dan
setelah dititrasi oleh NaOH berubah warnanya berubah menjadi kuning.
Fenoftalein adalah indikator yang bereaksi dengan basa dimana
rentang pH fenoftalein antara 8,0 - 9,8 (berada dalam wilayah basa). Fenoftalein
merupakan suatu basa organik lemah. Pada larutan asam fenoftalein tidak berubah
warna karena penambahan ion-ion hidrogen yang terjadi membuat larutan
kehilangan sifat basanya (netral), tetapi ketika ditimbang dengan larutan basa,
ion-ion hidrogen akan dihilangkan, sehingga kesetimbangan ke arah pembentukan
anion indikator, dan larutan akan berubah warna. Metil orange adalah indikator
yang dapat bereaksi baik dengan asam maupun basa karena rentang perubahan pH
metil orange 3,1 – 4,4. Ketika dalam dalam suasana asam metil orange memiliki
ion-ion hidrogen dalam jumlah besar, kesetimbangan di atas akan bergeser ke
arah kiri, yaitu warna asam metil orange yang tidak terdisosiasi menjadi kelihatan.
Dalam proses perhitungan proses titrasi diketahui bahwa MHCl = 0,07 M dan
MNaOH = 0,1 M.
NaOH merupakan senyawa yang bersifat basa. NaOH merupakan
senyawa yang mudah menyerap kelembapan udara, hal ini dikarenakan di udara
terbuka NaOH akan berubah bentuk/wujud. Untuk membuat larutan NaOH
dibutuhkan H₂O. pada percobaan ini NaOH pada titrasi larutan B atau larutan HCl
yang telah diencerkan dengan indikator metil orange volume yang dihasilkan
kurang lebih sama dengan larutan B dengan indikator fenoftalein. Yang berbeda
hanya warna sebelum dan sesudah titrasi. Titrasi dengan metil orange warna
sebelum titrasi adalah merah, setelah dititrasi berubah menjadi warna kuning.
Sedangkan titrasi menggunakan indikator fenoftalein warna sebelum titrasi
bening atau tidak berwarna setelah dititrasi berubah menjadi warna merah muda.
Apabila reaksi titrasi sudah menunjukkan perubahan warna yang konstan, titrasi
tersebut dihentikan dan larutan yang dititrasi tersebut berarti sudah dalam keadaan
netral.
Berdasarkan hasil pengamatan dari nilai konsentrasi larutan HCl
(larutan A) 0,5006 M terlihat sangat tinggi dibandingkan dengan larutan B
0,05006 M. berdasarkan hasil titrasi menggunakan indikator metil orange
konsentrasi larutann konsentrasi larutan A 0,07 M, sedangkan hasil titrasi
menggunakan fenoftalein menghasilkan konsentrasi larutan B 0,0745 M.
perbedaan konsentrasi yang dihasilkan antara larutan A dan B ini disebabkan
karena prinsip pengenceran adalah penambahan volume, namun nilai mol tetap
sehingga mengakibatkan penurunan konsentrasi.
Hasil pengamatan untuk menghitung konsentrasi NaOH terjadi selisih
yang tidak terlalu jauh antara hasil pengenceran, titrasi NaOH dengan HCl
sebagai titran maupun titrasi HCl dengan NaOH sebagai titran. Berdasarkan hasil
perhitungan melalui pengenceran konsentrasi NaOH yang didapat adalah 0,1
mol/L, sedangkan pada titrasi NaOH dengan HCl sebagi titran, konsentrasi NaOH
yang diperoleh adalah 0,067 M, untuk titrasi HCl dengan menggunakan NaOH
sebagai titran dapat diketahui bahwa konsentrasi NaOH adalah sebesar 0,05 M.
Hal ini mungkin terjadi karena kekurang telitian praktikan dalam berpraktikum,
Larutan D terbuat dari larutan C yang diambil 12,5 mL kemudian
dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL. Perbedaan hasil akhir titrasi antara titrasi
asam terhadap basa (merah muda) dengan titrasi basa terhadap asam (kuning)
dikarenakan karena perbedaan penitrasi, sehingga warna yang terbentuk adalah
warna reaksi asam dengan indikator (asam + metil orange = merah muda),
sedangkan pada titrasi basa terhadap asam yang berlaku sebagai penitrasi adalah
NaOH (basa), sehingga warna larutan yang terbentuk adalah warna reaksi basa
dengan indikator (basa + orange = bening). Sifat akhir larutan hasil titrasi ini
adalah netral (asam kuat + basa kuat = netral).
VI. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah
1. Penentuan konsentrasi suatu larutan dapat ditentukan melalui cara
pengenceran suatu larutan pekat maupun dengan cara titrasi.
2. Dari percobaan di atas dapat dihasilkan konsentrasi larutan A 0,5006 mol/L
dan larutan B 0,10012 mol/L sedangkan melalui titrasi yaitu menggunakan
metil merah sebesar 0,07 M ; fenoftalein 0,0745.
3. Untuk larutan C dihasilkan konsentrasi 1,075 mol/L. Konsentrasi larutan D
0,27 mol/L, serta melalui titrasi NaOH oleh HCl diperoleh konsentrasi 0,067
M dan titrasi HCl oleh NaOH diperoleh 0,05 M.
DAFTAR PUSTAKA
Brady, J. E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Binarupa Aksara. Jakarta.
Rosenberg, J.L, Jasjfi. E. 1984. Kimia Dasar Edisi Keenam. Erlangga. Jakarta.
Sastroharmidjojo, H., Kimia Dasar Edisi ke-I. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Suirta, I. W. 2010. Sintesis Senyawa Orto-Fenilazo-2-Naftol Sebagai Indikator
Dalam Titrasi. Jurnal Kimia 4 (1) : 27-34.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar Jilid 2. ITB. Bandung.