Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

Limfadenopati adalah gejala penyakit yang ditandai dengan pembengkakan


limfonodus (kelenjar getah bening). Pembesaran kelenjar getah bening (KGB) yang abnormal
terjadi bila besar KGB diameternya lebih dari 10 mm.1

Secara klinis limfadenopati dapat dibedakan menjadi limfadenopati lokalisata dan


limfadenopati generalisata. Limfadenopati lokalisata didefinisikan sebagai pembesaran KGB
hanya pada satu region saja, sedangkan limfadenopati generalisata apabila pembesaran KGB
terjadi pada dua atau lebih region yang berjauhan dan simtetris.12

Kejadian limfadenopati pada anak paling sering disebabkan oleh penyakit self
limiting disease karena infeksi virus (sebagaian besar virus tetapi sering pula bakteri) bukan
oleh penyakit serius seperti lymphoma, acquired immunodeficiency syndrome atau metastase
kanker, oleh karena itu, penting bagi kami untuk dapat menyingkirkan diagnosis penyakit-
12
penyakit berbahaya tersebut dengan banyaknya limfadenopati karena self-limiting disease.
Pada Negara berkembang penyebab tersering dari limfadenopati adalah infeksi tuberculosis ,
demam typhoid, trypanosomiasis, leishmaniasis, schistosomiasis, filariasis dan infeksi
jamur.13

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dari makalah ini adalah
bagaimana
1. Apa saja faktor resiko limfadenopati dan apa saja yang menyebabkannya
2. Cara mendiagnosis dan menatalaksana limfadenopati

1.3. TUJUAN

1. Untuk menambah pengetahuan mengenai limfadenopati


2. Untuk sebagai syarat menyelesaikan P3D di departemen bedah onkologi

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan fisiologi

Sistem limfatik mempunyai peranan penting dalam sistem kekebalan tubuh.


Limfonodus/Kelenjar Getah Bening (KGB) menyaring cairan limfe yang beredar di sistem
limfe dalam seluruh tubuh. Limfonodus berkerja sama dengan limpa, timus, tonsil, adenoid,
agregat jaringan limfoid di lapisan dalam saluran pencernaan yang disebut bercak peyer atau
gut associated lymphoid tissue (GALT) terorganisir sebagai pusat sel –sel imun untuk
menyaring antigen dari cairan ekstraseluler.2

Gambar 1. Anatomi sistem limfatik

Limfe adalah cairan yang dikembalikan dari cairan interstitium ke plasma melalui
sistem limfe, tempat cairan tersebut disaring melalu kelenjar limfe untuk pertahanan imun. 2
sistem limfe ini terdiri dari jaringan pembuluh satu arah yang luas dan merupakan rute
tambahan untuk mengembalikan cairan interstitium ke dalam darah.2 Pembuluh-pembuluh
limfe yang kecil dan buntu (Kapiler limfe) berada hampir semua jaringan tubuh.Tekanan
cairan dibagian luar dari pembuluh mendorong tepi-tepi tersebut masuk, membuka katup dan
memungkinkan cairan interstitium tersebut masuk.2

2
Fungsi dari sistem limfe ini adalah 2

1. Pertahanan terhadap penyakit


Limfe disaring oleh KGB yang terletak di sepanjang perjalanan sistem limfe. Sebagai
contoh bakteri yang diserap dari cairan interstitium dihancurkan oleh sel-sel fagosit
khusus yang terletak dalam kelenjar limfe.
2. Mengembalikan kelebihan cairan filtrasi
3. Transportasi lemak yang diserap
Produk akhir pencernaan lemak terlalu besar untuk memperoleh akses ke kapiler
darah tetapi mudah masuk ke pembuluh limfe terminal
4. Mengembalikan protein plasma yang difitrasi oleh kapiler

Tubuh mempunyai sekitar 600 KGB, tetapi hanya KGB yang terletak di region
submandibula, aksila atau inguinal yang dapat normal dipalpasi pada orang sehat. 2 Fungsi
dari KGB sebagai tempat pertukaran limfosit dengan limfe (menyingkiran, menyimpan,
memproduksi dan menambahkan).2 Limfosit dalam KGB menghasilkan antibody dan
mensensitisasi sel T yang kemudian dikeluarkan ke limfe.Makrofag dalam KGB
membersihkan mikroba dan debris lain berupa partikel dari limfe.2

3
Gambar 2. Diagram Kelenjar getah bening

Bagian-bagian KGB terdiri dari subkapsular, korteks (folikel primer, foliker sekunder
dan zona interfolikuler) folikel di korteks ada tempat sel B proliferasi, interfolikuler adalah
tempat diferensiasi dan prolferasi antigen-dependent T-cell . Bagian terdalam dari KGB
adalah bagian medulla yang terdiri dari sel plasma dan small B lymphocytes yang
memfasilitasi sekresi immunoglobulin keluar dari kelenjar limfe.2

Ukuran KGB tergantung dari umur seseorang, lokasi dari KGB dalam tubuh dan
kejadian imunologis sebelumnya.2 Pada neonates KBG hampir tidak terlihat, sistem limfatik
anak akan mencapai puncak pertumbuhannya pada saat anak berusia 12 tahun.2

2.2 Definisi limfadenopati

Limfadenopati menandakan adanya limfonodus yang abnormal dari segi ukuran,


12
konsistensi atau jumlah. Kelenjar getah bening yang memiliki garis tengah terpanjang > 10
mm dikategorikan sebagai suatu limfadenopati, dengan pengecualian untuk kelenjar getah
bening epitroklear (bila garis tengah terpanjang > 5 mm) dan inguinal (bila garis tengah
terpanjang > 15 mm). Apabila kelenjar getah bening supraklavikula, ilaka maupun poplitea
dapat teraba juga sudah dikategorikan sebagai suatu yang abnormal. 9 Namun demikian, perlu
diingat bahwa pada anak sehat kelenjar getah bening aksila dan inguinal dapat teraba.12
Secara klinis limfadenopati dapat dibedakan menjadi limfadenopati lokalisata dan
limfadenopati generalisata. Limfadenopati lokalisata didefinisikan sebagai pembesaran KGB
hanya pada satu region saja, sedangkan limfadenopati generalisata apabila pembesaran KGB
terjadi pada dua atau lebih region yang berjauhan dan simtetris. 12 Klasifikasi ini bertujuan

4
untuk penentuan diferensial diagnosis. Sekitar 75% pasien didapatkan limpadenopati
lokalisata, sedangkan limfadenopati generalisata 25%.

Gambar 3. Klasifikasi Kelenjar getah bening

2.3 Epidemiologi 13

Studi yang dilakukan di US, infeksi virus dan bakteri adalah peyebab tersering dari
limfadenopati. Limfadenitis lokalisata lebih banyak disebabkan Strerptococcus B
hemolitikus. Penyebab lain seperti HIV, keganasan penyakit autoimun lebih jarang
menyebabkan limfadenopati. 13

Pada Negara berkembang seperti indonesia penyebab tersering dari limfadenopati adalah
infeksi tuberculosis , demam typhoid, trypanosomiasis, leishmaniasis, schistosomiasis,
13
filariasis dan infeksi jamur.

 Mortalitas
Di United states, keganasan seperti leukemia, lymphoma dan neuroblastoma adalah penyebab
mortalitas utama.13
 Ras dan jenis kelamin
Ras dan jenis kelamin tidak berhubungan dengan kejadian limfadenopati.13
 Usia

5
Limfadenopati paling sering terjadi pada anak-anak, dan satu pertiga pada neonatus dan
infant. 13

2.4 Etiologi

Penyebab yang paling sering limfadenopati adalah:


• Infeksi
- Infeksi virus
13
Infeksi virus sistemik paling sering menyebabkan limfadenopati generalisata.
Infeksi yang disebabkan oleh virus pada saluran pernapasan bagian atas seperti Rinovirus,
Parainfluenza Virus, influenza Virus, Respiratory Syncytial Virus (RSV), Coronavirus,
Adenovirus ataupun Retrovirus. Virus lainnya Ebstein Barr Virus (EBV), Cytomegalo Virus
(CMV), Rubela, Rubeola, Varicella-Zooster Virus, Herpes Simpleks Virus, Coxsackievirus,
dan Human Immunodeficiency Virus (HIV).12

Limfadenopati generalisata yang persisten (persistent generalized


lymphadenopathy/PGL) adalah limfadenopati pada lebih dari dua tempat KGB yang
berjauhan, simetris dan bertahan lama 3 lebih dari 3 bulan hingga bertahun-tahun.17 PGL
adalah gejala khusus infeksi HIV yang timbul pada lebih dari 50% Orang.
Dengan HIV/AIDS (ODHA) dan PGL ini sering disebabkan oleh infeksi HIV-nya itu
sendiri. PGL biasanya dialami waktu tahap infeksi HIV tanpa gejala, dengan jumlah CD4 di
atas 500, dan sering hilang bila kadar CD4 menurun hingga kadar CD4 200. Kurang lebih
30% orang dengan PGL juga mengalami splenomegali. Batasan limfadenopati pada infeksi
HIV adalah sebagai berikut:
• Melibatkan sedikitnya dua kelompok kelenjar getah bening
• Sedikitnya dua kelenjar yang simetris berdiameter lebih dari 1 cm
dalam setiap kelompok
• Berlangsung lebih dari tiga bulan
• Tidak ada infeksi lain yang menyebabkannya
Pembengkakan kelenjar getah bening bersifat tidak sakit, simetris dan kebanyakan terdapat di
leher bagian belakang dan depan, di bawah rahang bawah, di ketiak serta di tempat lain, tidak
termasuk di inguinal.17

- Infeksi bakteri
Pada infeksi bakteri biasanya menyebabkan limfadenopati lokalisata, tetapi dapat juga
terjadi limfadenopati generalisata pada penyakit demam tifoid, endokarditis, tuberculosis dan

6
sifilis.13 Peradangan KGB (limfadenitis) dapat disebabkan Streptokokus beta hemolitikus
Grup A atau stafilokokus aureus. Bakterianaerob bila berhubungan dengan caries dentis dan
penyakit gusi,radang apendiks atau abses tubo-ovarian.
Pada awal infeksi, aspirat mengandung campuran neutrofil dan limfosit. Kemudian
mengandung bahan pirulen dari neutrofil dan massa debris. Limfadenitis bakterial akut
biasanya menyebabkan KGB berwarna kemerah,teraba hangat dan nyeri tekan. Biasanya
penderita demam dan terjadi leukositosis neutrofil pada pemeriksaan darah tepi. Pada infeksi
oleh Mikobakterium tuberkulosis, aspirat tampak karakteristik sel epiteloid dengan latar
belakang limfosit dan sel plasma. 3
Sel epiteloid berupa sel bentuk poligonal yang lonjong dengan sitoplasma yang pucat,
batas sel yang tidak jelas, kadang seperti koma atau inti yang berbentuk seperti bumerang
yang pucat, berlekuk dengan kromatin halus.

Gambar 6 Limfadenitis granulomatosa. Tampak sel epiteloid pada aspirat penderita


limfadenitis tuberkulosis.

• Keganasan seperti leukemia, neuroblastoma, rhabdomyo-sarkoma dan limfoma juga dapat


menyebabkan limfadenopati. Diagnosis defenitif suatu limfoma membutuhkan tindakan
biopsi eksisi, oleh karena itu diagnosis subtipe limfoma dengan menggunakan biopsi aspirasi
jar um halus masih merupakan kontroversi. Aspirat Limfoma non-Hodgkin berupa populasi
sel yang monoton dengan ukuran sel yang hamper sama. Biasanya tersebar dan tidak
berkelompok. Diagnostik sitologi Limfoma Hodgkin umumnya dibuat dengan ditemukannya
tanda klasik yaitu sel Reed Sternberg dengan latar belakang limfosit, sel plasma, eosinofil dan
histiosit. Sel Reed Sternberg adalah sel yang besar dengan dua inti atau multinucleated
dengan sitoplasma yang banyak dan pucat. 17

7
Gambar 7. Limfoma Hodgkin. Tampak sel Reed Sternbergklasik dengan latar belakang
limfosit dan eosinofil. Metastasis karsinoma merupakan penyebab yang lebih umum dari
limfadenopati dibandingkan dengan limfoma. Dengan teknik biopsi aspirasi jarum halus lebih
mudah mendiagnosis suatu metastasis karsinoma daripada limfoma.

Gambar 8. Metastasis keratinizing squomous cell carcinoma.Tampak sel-sel yang mengalami


keratinisasi pada aspirat dari penderita karsinoma laring.

Penyakit lainnya yang salah satu gejalanya adalah limfadenopati adalah penyakit
Kawasaki, penyakit Kimura, penyakit Kikuchi, penyakit Kolagen, penyakit Cat-scratch,
penyakit Castleman, Sarcoidosis, Rhematoid arthritis dan Sisestemic lupus erithematosus
(SLE).
• Obat-obatan dapat menyebabkan limfadenopati generalisata. Limfadenopati dapat timbul
setelah pemakaian obat-obatan seperti fenitoin dan isoniazid. Obat-obatan lainnya seperti
allupurinol, atenolol, captopril, carbamazepine, cefalosporin, emas, hidralazine,
penicilin, pirimetamine, quinidine, sulfonamida, sulindac). 12,13,17
• Imunisasi dilaporkan juga dapat menyebabkan limfadenopati di daerah leher, seperti setelah
imunisasi DPT, polio atau tifoid. Meskipun demikian, masing-masing penyebab tidak dapat
ditentukan hanya dari pembesaran KGB saja, melainkan dari gejala-gejala lainnya yang
menyertai pembesaran KGB tersebut
8
Gambar 9. Penyebab Limfadenopati

2.5. Patofisiologi Limfadenopati

Patofisiologi limfadenopati berdasarkan dari etologi yang mendasari. Beberapa


plasma dan sel (misalnya sel kanker dan mikroorganisme) dalam ruang interstitial, bersama
dengan bahan selular tertentu, antigen, dan partikel asing masuk ke pembuluh limfatik,
menjadi cairan limfe. Kelenjar getah bening menyaring cairan limfe dalam perjalanan ke
sirkulasi vena sentral, menghilangkan sel-sel dan bahan lainnya. Proses penyaringan juga
menyajikan antigen kepada limfosit terkandung dalamKGB. Respon imun dari limfosit
melibatkan proliferasi sel limfosit dan makrofag, yang dapat menyebabkan KGB untuk
memperbesar (limfadenopati reaktif). Patogen mikroorganisme dibawa dalam cairan limfe
dapat juga langsung menginfeksi KGB, menyebabkan limfadenitis), dan apabila terdapat sel-
sel kanker dapat menginfiltrasi langsung atau proliferasi sel di KGB.4

9
2.6 Anamnesis

Dari anamnesis dapat diperoleh keterangan lokasi, gejala –gejala penyerta, riwayat
penyakit, riwayat pemakaian obat dan riwayat pekerjaan.

 Lokasi dan durasi


Lokasi pembesaran KGB pada dua sisi leher secara mendadak biasanya disebabkan oleh
infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada infeksi oleh penyakit kawasaki umumnya
pembesaran KGB hanya satu sisi saja.6 Apabila berlangsung lama (kronik) dapat disebabkan
infeksi oleh Mikobakterium, Toksoplasma, Ebstein Barr Virus atau Citomegalovirus. Durasi
dari limfadenopati ketika sudah persistem (lebih dari 4 minggu) indikasi adanya infeksi
kronik , collagen vascular disease atau keganasan , sedangkan linfadenopati lokalisata yang
akut, sering menyertai dari infeksi mononukleus dan faringitis bakterialis.6

 Gejala penyerta
Gejala infeksi selain demam, dicari kemungkinan adanya faringitis (nyeri menelan
batuk), konjungtivitis (keluar secret, mata merah), ulserasi kulit, tinea (gatal pada daerah
lipatan), nyeri lokal, luka genital, keluar cairan dari genital, dan berkeringat di malam hari
menandakan kemungkinan tuberculosis. 6,12,13
Gejala keganasan metastasis: gejala konstitusional keganasan seperti penurunan berat
badan dan keringat malam.
Gejala konstitusional : demam keringat malam, dan / atau penurunan berat badan yang
tidak dapat dijelaskan lebih besar dari 10% dari berat badan selama 6 bulan mengenai untuk
limfoma, arthralgias, ruam, dan mialgia menunjukkan adanya penyakit vaskular kolagen.8,13

 Riwayat penyakit
Riwayat penyakit sekarang dan dahulu seperti adanya peradangan tonsil sebelumnya,
mengarahkan kepada infeksi oleh Streptococcus; luka lecet pada wajah atau leher atau tanda
tanda infeksi mengarahkan penyebab infeksi Staphilococcus; dan adanya infeksi gigi dan gusi
juga dapat mengarahkan kepada infeksi bakteri anaerob. Transfusi darah sebelumnya dapat
mengarahkan kepadaCitomegalovirus, Epstein Barr Virus atau HIV. 5,13

 Riwayat pemakaian obat


Limfadenopati dapat timbul setelah pemakaian obat-obatan seperti fenitoin dan isoniazid.
Obat-obatan lainnya seperti allupurinol, atenolol, captopril, carbamazepine, cefalosporin,
emas, hidralazine, penicilin, pirimetamine, quinidine, sulfonamida, sulindac. Pembesaran

10
karena obat umumnya seluruh tubuh (limfadenopati generalisata). Pemakaian obat-obatan
secara intravena merupakan resiko dari HIV , endokarditis, infeksi hepatitis B.12
 Riwayat pekerjaan
Paparan terhadap infeksi paparan/kontak sebelumnya kepada orang dengan infeksi
saluran napas atas, faringitis oleh Streptococcus, atau tuberculosis turut membantu
mengarahkan penyebab limfadenopati. Riwayat perjalanan atau pekerjaan, misalnya
perjalanan ke daerah-daerah di Afrika dapat mengakibatkan penyakit Tripanosomiasis, orang
yang bekerja dalam hutan dapat terkena Tularemia.12
Berikut adalah kemungkinan penyakit penyebab limfadenopati berdasarkan epidemiologik:

Sumber: http://www.aafp.org/afp/1998/1015/p1313.html

11
2.5 Pemeriksaan Fisik

Lokasi

Ketika limfadenopati lokalisata , maka kita harus memeriksa infeksi, lesi kulit atau tumor di
daerah yang dilewati aliran drainase kelenjar getah bening tersebut.12

Gambar 4. Diferensial diagnosis limfadenopati berdasarkan lokasi dan drainase aliran limfe

12
Sumber: http://www.aafp.org/afp/2002/1201/p2103.html

13
Evaluasi Penyebab Limfadenopati dan Gejala Penyerta 12

14
Gambar 5. Evaluasi Penyebab Limfadenopati dan Gejala Penyerta

Limfadenopati supraclavicular mempunyai resiko tingi terjadinya kegasan,


diperkirakan 90% pada dewasa usia >40 tahun, 25% pada usia < 40 tahun . Supraklavikula
menerima aliran limfatik dari torak dan abdomen, dan dapat juga adanya sinyal patologis
pada testis, ovarium, ginjal, pankreas, prostat, GIT atau kandung empedu. Limfadenopati
supraklavikula kanan berhubungan dengan lesi dalam mediastinum, paru-paru atau
esophagus, contohnya pada tuberculosis. Supraklavikula kiri mendrainase regio intra
abdominal dan behubungan keganasan ditemapt tersebut. 13

Pada pasien dengan limfadenopati generalisata, pemeriksaan fisik harus fokus dalam
mencari tanda-tanda penyakit sistemik. Temuan yang paling membantu adalah ruam, lesi
selaput lendir, hepatomegali, splenomegali atau arthritis. Splenomegali dan limfadenopati
terjadi dalam berbagai kondisi, termasuk mononucleosis-type syndromes, leukemia limfositik,
limfoma dan sarkoidosis. 12

 Ukuran

Ukuran dari KGB bervariasi tergantung lokasinya. Kelenjar getah bening yang memiliki
garis tengah terpanjang > 10 mm dikategorikan sebagai suatu limfadenopati, dengan
pengecualian untuk kelenjar getah bening epitroklear (bila garis tengah terpanjang > 5 mm)
dan inguinal (bila garis tengah terpanjang > 15 mm). Apabila kelenjar getah bening

15
supraklavikula, ilaka maupun poplitea dapat teraba juga sudah dikategorikan sebagai suatu
yang abnormal. Pada anak-anak, limfadenopati yang diameternya > 2cm (disertai dengan foto
toraks abnormal dan tidak ada kelainan pada teling, hidung tenggorok) dapat dicurigai
penyakit granulamotosa ( Tuberkulosis) atau kanker . 9

 Nyeri tekan

Pembesaran KGB menyebabkan kapsul meregang dan mengakibatkan adanya nyeri.


Nyeri biasanya disebabkan dari proses inflamasi atau supurasi, tetapi nyeri juga dapat
disebabkan oleh perdarahan di jaringan nekrotik karena keganasan, sehingga ada atau
tidaknya nyeri tidak dapat di jadikan indikasi adanya keganasan. 5,12

 Konsistensi

Secara umum konsistensi tidak dapat menentukan etiologi. keras seperti batu
mengarahkan kepada keganasan, padat seperti karet mengarahkan kepada limfoma; lunak
mengarahkan kepada proses infeksi; fluktuatif mengarahkan telah terjadinya
abses/pernanahan. 12,13

 Mobilitas

KGB yang terfiksasi menunjukkan karsinoma metastatik, sedangkan KGB yang mobile
dapat terjadi pada infeksi, penyakit kolagen vaskular dan limfoma. Evaluasi mobilitas KGB
supraklavikula dapat dibantu dengan pasien cara melakukan manuver Valsava. 12

2.7 Pemeriksaan penunjang 5,7

Laboratorium:

• Darah Tepi Lengkap, Apusan Darah, LED (Laju Endap Darah)

Darah lengkap dan apusan untuk melihat kemungkinan infeksi atau keganasanan
darah. LED untuk melihat adanya tanda inflamasi akut, infeksi akut dan kronis,
kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi.5,7

• Fungsi Hati dan Analisis Urin

Untuk mencari penyebab penyakit sistemik penyebab limfadenopati. Sebagai tamabahan


dapat diperiksa dari Lactat dehidrogenase (LDH), asam urat, kadar kalsium dan fosfat,
untuk melihat adanya tanda keganasan.5,16

16
• Biakan Darah
Untuk melihat adanya penyebab infeksi dengan bakteri yang spesifik.5
• Serologi (Toxoplasma, EBV, CMV, HIV dll)
Biasanya untuk limfadenopati generalisata.12
 Tes mantoux
Jika pada anamnesis dan PF dicurigai adanya infeksi tuberculosis.3

Rongent toraks
Rongent toraks diperlukan pada kecurigaan adanya kelainan dari paru seperti pada
tuberculosis, lymphoma dan neuroblastoma, untuk melihat adanya limfadenopati
mediastinal.3

Gambar 10. Limfadenopati mediastinum bilateral pada rongent toraks

Ultrasonografi (USG)
USG merupakan salah satu teknik yang dapat dipakai untuk mendiagnosis
limfadenopati servikalis. Penggunaan USG untuk mengetahui ukuran, bentuk, echogenicity,
gambaran mikronodular, nekrosis intranodal dan ada tidaknya kalsifikasi. USG dapat
dikombinasi dengan biopsi aspirasi jarum halus untuk mendiagnosis limfadenopati dengan
hasil yang lebih memuaskan, dengan nilai sensitivitas 98% dan spesivisitas 95%.13

17
Gambar 11.Contoh USG Kelenjar Getah Bening

Gray-scale sonogram metastasis pada KGB. Tampak adanya hypoechoic, round, tanpa
echogenic hilus (tanda panah). Adanya nekrosis koagulasi (tanda kepala panah).

CT Scan
CT scan dapat mendeteksi pembesaran KGB servikalis dengan diameter 5 mm atau
lebih. Satu studi yang dilakukan untuk mendeteksi limfadenopati supraklavikula pada
penderita nonsmall cell lung cancer menunjukkan tidak ada perbedaan sensitivitas yang
signifikan dengan pemeriksaan menggunakan USG atau CT scan.13,12

Biopsi
Biopsi dapat dilakukan dengan mengambil sel keluar melalui jarum atau dengan
operasi menghapus satu atau lebih kelenjar getah bening. Sel-sel atau kelenjar getah bening
akan dibawa ke lab dan diuji. Biopsy KGB memiliki nilai sensitifitas 98 % dan spesifisitas 95
%. Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6 minggu dapat menjadi indikasi untuk dilaksanakan
biopsy KGB. Biopsi dilakukan terutama bila terdapat tanda dan gejala yang mengarahkan
kepada keganasan.16

18
BAB III
STATUS ORANG SAKIT

3.1 Identitas Pasien

Nama : Bahrudin Damanik

No. RM :75.44.64

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tanggal Lahir : 31/12/1951

Usia : 66 tahun

Alamat :Huta Parhutan Baggal

Agama : Islam

Status pernikahan : Sudah menikah

Pendidikan terakhir : SLTA

Pekerjaan : Petani

Tanggal masuk : 30 Agustus 2018

Anamnesis

Keluhan Utama : Benjolan di leher

:
Telaah

Hal ini dialami pasien sejak 6 bulan yang lalu dimana pasien menyadari
adanya benjolan disisi kiri leher pasien. Benjolan teraba kenyal, terkesan dapat
digerakkan, permukaan rata, berbatas tegas dengan ukuran sebesar bola ping
pong dan tidak disertai rasa nyeri. Pasien juga mengeluhkan adanya suara serak
bahkan suara terkadang menghilang. Sesak dijumpai pada pasien, sesak
berhubungan dengan aktifitas, tidak berhubungan dengan perubahan cuaca
maupun posisi tubuh.. Sesak napas tidak berkurang dengan perubahan posisi.
Batuk tidak dijumpai pada pasien, demam tidak dijumpai, keringat malam tidak
19
dijumpai. Sejak ditemukannya benjolan, secara perlahan pasien mulai kehilangan
berat badan. Riwayat merokok ± 40 tahun dengan 1 bungkus rokor per hari.
Riwayat keluhan yang sama pada keluarga disangkal, riwayat penyakit keganasan
pada keluarga disangkal, riwayat penyakit gula pada pasien disangkal, riwayat
penyakit tekanan darah tinggi maupun jantung disangkal. Pasien lalu dirawat di
RSUP HAM Medan dengan diagnosa Limfadenopati Colli dd Limfoma metastasis
liver.

Pemeriksaan Fisik
Status Presens

Sensorium : Compos metis

Nadi : 112 x/menit

Frekuensi : 24 x/menit
Nafas

Temperature : 36,4ºC

Status Generalisata
Kepala

Mata : Pupil isokor diameter 3 mm kanan=kiri, reflek

cahaya (+/+), konjungtiva palpebra anemis (+/+),

sklera ikterik (-/-)

Telinga : Dalam batas normal

Hidung
20
: Pernafasan cuping hidung (-)

Mulut : Sianosis (-), ETT dan NGT (-)

Leher : Pembesaran KGB(+) ,

teraba pada leher kiri dengan konsistensi kenyal, berbatas


tegas, permukaan rata, ukuran sebesar bola ping pong dan
Thoraks tidak disertai nyeri

Inspeksi : simetris, SF kiri = kanan

Palpasi : Ictus cordis (-)

Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru

Auskultasi : Suara Pernafasan : Melemah pada paru kiri

Suara Tambahan : wheezing (-/-), ronkhi (+/+)

Jantung : S1, S2 (+) normal, murmur (-)


HR= 112 x/menit; RR = 24x/menit

Abdomen

Inspeksi : Abdomen normal

Auskultasi : Peristaltik (+) normal

Perkusi : Timpani

Palpasi : Hepar teraba 5cm BAC, Lien teraba schuffner 4

Genitalia : Laki-laki

Anus : (+) normal

Ekstremitas

21
Superior : Normal, CRT < 3 derik

Inferior : Normal, CRT < 3 detik

Diagnosa Kerja :Limfadenopati Colli dd Limfoma metastasis liver.

Terapi : - Tirah baring

- IVFD Ringer Lactat 20 gtt/i

- IVFD NaCL 0.9 % 20 gtt/i

- IVFD NaCL 0.3 % 10 gtt/i

- Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam

- Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam

- Inj. Ketorolac 30 mg / jam

Rencana

- Cek Laboratorium (darah lengkap, kgds, elektrolit, Bun/Ur/Cr)


- Foto thoraks
- USG liver

Hasil Laboratorium

22
Tabel 3.1. Hasil Laboratorium Tanggal 30 Agustus 2018

Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan

Hematologi

Hemoglobin (HGB) 11,6 g/dL 14-17

Eritrosit (RBC) 2,5 juta/ μL 2,8 – 4,8

Leukosit (WBC) 7040 4000-110000

Hematokrit 35% 38– 52

Trombosit (PLT) 220.000/μL 150.000-440.000

KGD Sewaktu 89 mg/dL 33-111

Elektrolit

Natrium 134 mEq/L 135-155

Kalium 3,5 mEq/L 3,6-5,8


CL 101 mEq/L 96-106

GINJAL

BUN 28 mg/dl 8-26

Ureum 60 mg/dl 18-55

Creatinin 0,77 mg/dl 0,7-1,3

Hasil Laboratorium

23
Tabel 3.2. Hasil Laboratorium Tanggal 10 September 2018

Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan

Hematologi

Hemoglobin (HGB) 10,2 g/dL 14-17

Eritrosit (RBC) 3,24 juta/ μL 2,8 – 4,8

Leukosit (WBC) 12.880 4000-110000

Hematokrit 30% 38– 52

Trombosit (PLT) 173.000/μL 150.000-440.000

KGD Sewaktu 141 mg/dL 33-111

Elektrolit

Natrium 134 mEq/L 135-155

Kalium 3,5 mEq/L 3,6-5,8


CL 101 mEq/L 96-106

GINJAL

BUN 123 mg/dl 8-26

Ureum 107 mg/dl 18-55

Creatinin 1,04 mg/dl 0,7-1,3

Hasil Radiologi

24
30 September 2018
THORAX PA

Kesimpulan : Pneumonia paru kiri dd/ TB paru

25
06 September 2018

MSCT Scan Thorax dengan IV Contrast

Kesimpulan :

Massa mediastinum dengan tipikal tersebut di atas yang disertai efusi pleura bilateral,
terutama kiri dan komponen atelektasis + lymphadenopati colli dan supraclavicula kiri +
multiple nodul hepar , proses malignancy disertai gambaran metastasis belum dapat
disingkirkan.

Hepatomegali.

Sugestif degenerative toutous dan spondyarthrosis thoraco lumbal .

Saran : Follow up CT Scan thorax, CT Scan abdomen + IV MRI vertebra thoraco lumbal

26
FOTO KLINIS

27
FOLLOW UP RUANGAN

10 September 2018
S Lemah
O Status presens : CM
Hemodinamik stabil
Thoraks : SP : vesikuler, ST : ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

A Limphadenopati region coli dd limphoma


P - IVFD Ringer Lactat 20 gtt/i
- Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam
- Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg / jam

11 September 2018
S Lemah
O Status presens : CM
Hemodinamik stabil
Thoraks : SP : vesikuler, ST : ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

A Limphadenopati coli + Atelektasis paru


P - IVFD Ringer Lactat 20 gtt/i
- Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam
- Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg / jam

12 September 2018
S Lemah
O Status presens : CM
Hemodinamik stabil

28
Thoraks : SP : vesikuler, ST : ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

A Limphadenopati coli + Atelektasis paru


P - IVFD Ringer Lactat 20 gtt/i
- Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam
- Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg / jam

KESIMPULAN
Fungsi utama limfonodus adalah sebagai filtrasi dari berbagai mikroorganisme asing dan
partikel-partikel akibat hasil dari degradasi sel-sel atau metabolism, mengembalikan cairan &
protein dari jaringan ke sirkulasi darah, mengangkut limfosit, membawa lemak emulsi dari usus,
menyaring & menghancurkan mikroorganisme untuk menghentikan penyebaran, menghasilkan
zat antibody

29
Secara klinis limfadenopati dapat dibedakan menjadi limfadenopati lokalisata dan
limfadenopati generalisata. Limfadenopati lokalisata didefinisikan sebagai pembesaran KGB
hanya pada satu region saja, sedangkan limfadenopati generalisata apabila pembesaran KGB
terjadi pada dua atau lebih region yang berjauhan dan simtetris
Penyebab Limfadenopari adalah infeksi virus, bakteri, parasit, keganasan, obat-obatan,
storage disease dan imunisasi. Pada Negara berkembang seperti indonesia penyebab tersering
dari limfadenopati adalah infeksi tuberculosis , demam typhoid, trypanosomiasis, leishmaniasis,
schistosomiasis, filariasis dan infeksi jamur
Diferensial diagnosis pada limfadenoapati itu sangat luas. Anamnesis dan pemeriksaan
fisik yang seksama sangat penting untuk menyempitkan kemungkinan diagnosis
Dari anamnesis dapat diperoleh keterangan lokasi, gejala –gejala penyerta (gejala infeksi,
konstitusional, kegansan) riwayat penyakit, riwayat pemakaian obat dan riwayat pekerjaan
Dari Pemeriksaan Fisik dapat diperoleh Lokasi Limfadenopati, ukuran, nyeri tekan,
konsistensi dan mobilitas. Ketika limfadenopati lokalisata , maka kita harus memeriksa infeksi,
lesi kulit atau tumor di daerah yang dilewati aliran drainase kelenjar getah bening tersebut. Pada
pasien dengan limfadenopati generalisata, pemeriksaan fisik harus fokus dalam mencari tanda-
tanda penyakit sistemik. Temuan yang paling membantu adalah ruam, lesi selaput lendir,
hepatomegali, splenomegali atau arthritis.
Limdenopati menandakan adanya limfonodus yang abnormal dari segi ukuran,
konsistensi atau jumlah. Kelenjar getah bening yang memiliki garis tengah terpanjang > 10 mm
dikategorikan sebagai suatu limfadenopati, dengan pengecualian untuk kelenjar getah bening
epitroklear (bila garis tengah terpanjang > 5 mm) dan inguinal (bila garis tengah terpanjang > 15
mm). Apabila kelenjar getah bening supraklavikula, ilaka maupun poplitea dapat teraba juga
sudah dikategorikan sebagai suatu yang abnormal
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan jika tidak dapat disingkirakn dari anamnesis dan
pemeriksaaan fisik. Dapat dilakukan Pemeriksaan Darah lengkap, LED, Biakan Darah, Serologi
(Toxoplasma, EBV, CMV, HIV dll) , Rongent toraks ,Ultrasonografi (USG) ,CT Scan, Biopsi

DAFTAR PUSTAKA

1. Dorland W. A. N. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Terjemahan Huriawati


Hartanto. Edisi pertama. Jakarta : EGC. Hal : 181
2. Sherwood, L. Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem. EGC. Jakarta.
2001

30
3. Rahajoe et al. Tuberkulosis. Dalam Buku Ajar Respirologi Anak. IDAI. 2010.
4. Price, A. Sylvia. Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta:2007
5. Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS, Satari HI. Buku Ajar Infeksi & Pediatri
Tropis Edisi Kedua. Jakarta: Balai Penerbit IDAI. 2008
6. Roberts KB, Tunnessen WW. Lymphadenopathy. In: Signs and Symptoms in Pediatrics.
3rd ed. Lippincott, Williams, and Wilkins; 1999:63-72

7. Moore SW, Schneider JW, Schaaf HS. Diagnostic aspects of cervical lymphadenopathy in
children in the developing world: a study of 1,877 surgical specimens. Pediatr Surg Int.
Jun 2003;19(4):240-4. [Medline].
8. Miller DR. Hematologic malignancies: leukemia and lymphoma (Differential diagnosis
of lymphadenopathy). In: Miller DR, Baehner RL, eds. Blood Diseases of Infancy and
Childhood. Mosby Inc; 1995:745-9
9. Gatot, Djajadiman Prof. Dr. Sp.A(K). Pendekatan Diagnostik Limfadenopati pada
Anak.2010 diunduh dari. http://www.idai.or.id/buletinidai/view.asp?ID=799&IDEdisi=73
pada tanggal 20 februri 2013
10. http://bestpractice.bmj.com/best-practice/monograph/838/diagnosis.html
11. Abba, AA .Khalil, MZ . Clinical approach to lymphadenopathy. 2012 diunduh dari
http://www.anmjournal.com/temp/AnnNigerianMed6111-1917974_051939.pdf pada
tanggal 24 februari 2013
12. Ferrer, Robert. Lymphadenopathy: Differential diagnosis and evaluation. 1998. diunduh
dari http://www.aafp.org/afp/1998/1015/p1313.html pada tangggal 20 februari 2013
13. Vikramjit SK, Richard HS, Gary JS. Lymphadenopathy. 2012 diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/956340-overview pada tanggal 20 februari 2013
14. Robertson TI.. Clinical diagnosis in patients with lymphadenopathy. 2007.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/492028
15. Bates, Barbara. 1998. Buku Saku Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan Edisi 2.
Jakarta : EGC
16. Bazemore, Andrew Lymphadenopaty and malignancy. 2002. Diundur pada tanggal 2
februatri dari http://www.aafp.org/afp/2002/1201/p2103.html
17. Boswell SL. Approach to the Patient with HIV Infection. In: Goroll AH, Mulley AG,
eds. Principles of Primary Care, 5th ed. Philadelphia: JB Lipp

31

Anda mungkin juga menyukai