Anda di halaman 1dari 18

JURNAL PRAKTIKUM KESETIMBANGAN KIMIA

PENENTUAN TITIK BEKU LARUTAN

Oleh :

Nama : Salim Ashar Hanafi


NIM : 151810301038
Kelompok :1
Asisten : Diana Rolis

LABORATORIUM KIMIA FISIKA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2017
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bidang kimia sangat identik dengan suatu zat cair berupa larutan. Larutan merupakan
campuran homogen yang tersusun atas zat pelarut dan zat terlarut yang sulit untuk dipisahkan
dengan cara fisik. Pelarut biasanya memiliki komponen yang lebih banyak dibanding zat
terlarut. Larutan berbentuk fisik berupa cairan, dimana cairan itu sendiri dapat mendidih dan
membeku pada keadaan tertentu. Titik beku merupakan temperatur dimana tekanan uap fasa
sama dengan tekanan uap fasa padatannya. Rendahnya titik beku larutan dibanding titik beku
pelarut murni, dikarenakan zat terlarutnya harus menunggu zat pelarutnya membeku terlebih
dahulu, sehingga larutan akan membeku lebih lama dibandingkan dengan pelarut. Titik beku
pelarut murni berada pada suhu 0 C , tapi dengan adanya zat terlarut maka titik beku larutan
tidak ini tidak akan sama dengan 0 C, melainkan lebih kecil dari 0 C. Hal ini menunjukkan
bahwa penambahan zat terlarut ke dalam zat pelarut murni menyebabkan terjadinya
penurunan titik beku.
Penentuan titik beku merupakan suatu metode yang dilakukan untuk mengetahui nilai
penurunan titik beku larutan. Titik beku larutan merupakan keadaan temperatur pada saat
kristal pertama dari pelarut murni mulai terbentuk dalam keseimbangan dengan larutan.
Penurunan titik beku (∆Tf) adalah perbedaan titik beku akibat adanya partikel-partikel zat
terlarut. Penurunan titik beku zat cair terjadi bila suhu diturunkan, sehingga jarak antar
partikel sangat dekat satu sama lain dan membuat gaya tarik menarik antarmolekul sangat
kuat. Partikel-partikel dari zat terlarut tersebut akan menyebabkan proses pergerakan molekul-
molekul pada pelarut terhalang, akibatnya untuk dapat lebih mendekatkan jarak antar molekul
diperlukan kondisi suhu yang lebih rendah.
1.2. Tujuan
Menentukan tetapan penurunan titik beku molal pelarut dan menentukan Berat Molekul
zat non volatile yang tidak diketahui.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Material Safety Data Sheets (MSDS)


2.1.1 Akuades
Akuades atau air distillasi merupakan H2O murni. Akuades juga biasa disebut dengan
air. Jika akuades mengenai mata, kulit, tertelan, atau juga terhisap tidak menimbulkan gejala
serius atau tidak berbahaya. Namun jika terjadi iritasi segera dibawa ke pihak medis. Seperti
air pada umumnya akuades tidak mudah terbakar. Penyimpanan sebaiknya di wadah tertutup
rapat. Cocok untuk penyimpanan bahan kimia umum daerah namun juga dapat melindungi
dari titik beku. Air dianggap sebagai non-diatur produk, namun dapat bereaksi keras dengan
beberapa spesifik bahan. Hindari kontak dengan semua bahan sampai investigasi
menunjukkan substansi kompatibel. Akuades merupakan cairan tidak berwarna dan tidak
berbau. Derajat keasaman (pH) dari akuades adalah netral yaitu 7,0. Titik didih dan titik lebur
dari akuades berturut-turut adalah 100oC dan 0oC. Tekanan uap dari akuades pada suhu 20oC
adalah 17,5 mmHg. Massa jenis dari akuades adalah 1,00 gram/cm3. Rumus formula dari
akuades adalah H2O dengan berat molekul 18,0134 gram/mol (Anonim, 2017).
2.1.2 Asam Asetat (CH3COOH)
Asam asetat (CH3COOH) ini memiliki sifat fisik dan kimia antara lain berupa cairan
dengan bau dan rasa yang pedas seperti cuka dan bahan ini tidak berwarna. Asam asetat ini
memiliki berat molekul 60,05 g/mol dengan titik didih 118,1°C dan titik leleh 16,6°C. Bahan
ini mudah larut dalam air, baik air dingin maupun air panas, bahan ini juga larut dalam dietil
eter, aseton. Asam asetat ini larut dengan gliserol, alkohol, benzena, karbon tetraklorida, serta
bahan ini tidak larut dalam karbon disulfida. Bahan ini sangat berbahaya dalam kasus kontak
kulit (iritan), kontak mata (iritan), menelan dan inhalasi. Kontak kulit dapat menghasilkan
luka bakar. Tindakan pencegahan terhadap bahaya dilakukan dengan menjauhkan bahan ini
dari panas, disimpan dalam tempat sejuk yang memiliki ventilasi yang baik. Pembuangan
bahan ini dapat dilakukan di wastafel (Anonim, 2017).
2.1.3 Naphtalen (C10H8)
Naftalen juga dikenal sebagai nafthalin, tar kapur, tar putih, albokarbon, atau nafthene.
Sifat fisik naftalen yaitu memiliki rumus kimia C10H8, massa molar 128.17 g/mol, density
1.14 gcm-3. Naftalen tidak dapat larut dalam air, alkohol, larut dalam eter dan benze. Naftalen
memiliki titik cair 80.5 °C, titik didih 128,17 gmol-1, berwarna putih kristal dan memiliki bau
yang kuat. Naftalen mudah menguap dan mudah terbakar. Naftalen merupakan hidrokarbon
padat berwarna putih, yang diperoleh dari penyulingan fraksional batu bara. Naftalen pada
umumnya diproduksi digunakan sebagai bahan baku pembuatan resin alkil untuk pembuatan
plastik. Penggunaan langsung adalah sebagai pengusir ngengat. Tindakan pencegahan
terhadap bahaya dilakukan dengan menjauhkan bahan ini dari panas, disimpan dalam tempat
sejuk yang memiliki ventilasi yang baik. Pembuangan bahan ini dapat dilakukan di wastafel
(Anonim, 2017).
2.1.4 Garam (NaCl)
Garam berasal dari kristalisasi air laut yang kemudian dibersihkan dan diberi beberapa
kandungan mineral lain. Garam biasanya paling banyak mengandung garam natrium klorida
atau NaCl. NaCl mempunyai massa molar 58,44 gram/mol, massa jenisnya adalah 2,16
gram/cm3, titik leleh 801oC dan titik didih 1465oC. Garam dapur memiliki kelarutan dalam air
sebesar 35,9 gram/100 mL air pada suhu 25oC. Garam dapur tidak berbahaya bila tertelan
namun jika dalam jumlah banyak dapat menyebabkan penyakit tekanan darah tinggi dalam
waktu yang lama. Pertolongan yang harus dilakukan apabila terkena bahan ini yaitu dengan
membilas mata dan kulit yang terkena garam dapur selama kurang lebih 15 menit dan
dilakukan penangan medis jika perli. Penyimpanan seharusnya dilakukan di tempat yang
sejuk, kering, dan tertutup (Anonim, 2017).

2.2 Dasar Teori


Titik beku merupakan titik temperatur pada perpotongan garis tekanan tetap pada 1 atm
dengan kurva peleburan, sedangkan titik didih adalah suhu pada perpotongan garis tekanan
tetap pada 1 atm dengan kurva penguapan. Penurunan titik beku dan peningkatan titik
didih, sama seperti penurunan tekanan uap sebanding dengan konsentrasi fraksi molnya.
Titik beku larutan ialah temperatur pada saat larutan setimbang dengan pelarur padatnya.
Larutan akan membeku pada temperatur lebih rendah dari pelarutnya. Tekanan uap pada
setiap larutan selalu lebih rendah dari pada pelarut murni (Pettruci, 1987).
Suhu dimana fase padat dan fase cair suatu zat dapat berada dalam keadaan seimbang
pada tekanan tetap satu atmosfer disebut titik beku cairan. Titik beku larutan lebih rendah
daripada titik beku pelarutnya yang murni. Perbedaan titik beku larutan dan pelarut murninya
(ΔTf) disebut penurunan titik beku. Penentuan Tf dan Tb, temperatur harus mengalami
perubahan suhu (tidak konstan), oleh karena itu dipakai satuan konsentrasi molal yang tidak
bergantung pada suhu. Satuan konsentrasi molar tidak sesuai dipakai karena perubuhan suhu
akan mempengaruhi keadaan volume. Harga ∆Kf dan ∆Kb merupakan tetapan yang hanya
bergantung pada jenis pelarut, setiap pelarut memiliki harga ∆Kf msing-masing yang
diperoleh dari hasil suatu eksperimen yaitu dengan cara mengukur Tf larutan tersebut tetap
molal dalam pelarut yang bersangkutan diatas (Achmad, 2001).
Suatu zat terlarut yang nonvolatile akan menurunkan titik beku zat pelarutnya. Hal
tersebut terjadi karena zat terlarut bersifat sukar menguap, maka pada suhu 0oC ternyata
belum membeku dan tekanan permukaannya lebih kecil dari 1 atm. Kejadian tersebut
membuat larutan harus dibekukan pada tekanan 1 atm dengan menurunkan suhu larutan.
Penurunan titik beku larutan dari titik beku pelarutnya disebut penurunan titik beku. Pelarut
murni akan terkristalisasi terlebih dahulu sebelum ada zat terlarut yang mengkristalisasi jika
larutan encer didinginkan. Suhu dimana kristal-kristal pertama dalam keseimbangan dengan
larutan disebut titik beku larutan. Titik beku larutan selalu lebih rendah dari titik beku dan
berbanding lurus dengan banyaknya molekul zat terlarut (atau molnya) di dalam massa
tertentu pelarut, penurunan titik beku (ΔTf ) dapat dituliskan sebagai berikut:
𝛥𝑇 𝑓 = (𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑏𝑒𝑘𝑢 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 – 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑏𝑒𝑘𝑢 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛)
= 𝐾𝑓 × 𝑚……………………………………..(1)
Proses pembekuan suatu zat cair terjadi bila suhu diturunkan sehingga jarak antar partikel
sedemikian dekat satu sama lain dan akhirnya bekerja gaya tarik menarik antar molekul yang
sangat kuat dan partikel-partikelnya akan tersusun lebih rapat dan sulit untuk dipecah. Adanya
partikel-partikel dari zat terlarut akan menghasilkan proses pergerakan molekul-molekul
pelarut terhalang, akibatnya untuk mendekatkan jarak antar molekul diperlukan suhu yang
lebih rendah. Perbedaan suhu adanya partikel-partikel zat terlarut disebut penurunan titik
beku. Ketika zat non volatil ditambahkan ke dalam larutan maka akan terjadi penurunan titik
beku larutan tersebut (Kusmawati, 1999).
Go1 - Gox = RT ln x ………………………………(2)
Go1 - Gox = Penurunan energi bebas pelarut
R= tetapan gas umum, T= suhu mutlak, x= fraksi mol pelarut dalam larutan. Penurunan
energi bebas ini akan menurunkan kemampuan zat pelarut untuk berubah menjadi fasa
uapnya, sehingga tekanan uap pelarut dalam larutan akan lebih rendah bila dibandingkan
dengan tekanan uap pelarut yang sama dalam keadaan murni. Pengaruh penurunan tekanan
uap terhadap titik beku larutan mudah dipahami dengan bantuan diagram fasa gambar 2.1.
Gambar 2.1 Diagram fasa
dalam diagram ini terlihat bahwa titik beku larutan Tf lebih rendah dibandingkan dengan titik
beku pelarut murni T0f. Dari uraian di atas jelas bahwa penurunan titik beku larutan besarnya
tergantung pada fraksi mol pelarut:
Tf = T0f -Tf…………………………………………(3)
(Tim Praktikum Kesetimbangan Kimia, 2017).
Zat terlarut harus diketahui agar bisa ditentukan ketergantungan sifat koligatif larutan
dengan konsentrasinya. Susunan kimia zat terlarut tidak menjadi masalah, tetapi konsentrasi
partikel zat terlarutnya yang penting. Gejala-gejala tersebut akan dapat diamati untuk
menghitung massa molekul zat. Massa molekul didapat dengan suatu zat dalam percobaan
harus ditentukan dua macam nilai yaitu, massa dari zat dan jumlah molnya. Maka
perbandingan antara jumlah gram dan molnya merupakan harga dari massa molekul zat (BM).
Harga jika penurunan titik beku ∆Tb, serta konstanta penurunan titik beku diketahui maka
dapat dihitung molalitas zat dalam larutan dengan menggunakan persamaan:
𝑚 = ∆𝑇𝑏/𝐾𝑏…………………………………………(4)
(Brady, 1999).
Larutan yang mengandung zat terlarut non volatil dapat menurunkan tekanan uap
pelarut. Konsentrasi yang semakin tinggi maka akan semakin besar pula penurunan tekanan
uapnya. Umumnya jika bicara titik beku, orang sepakat bahwa itu berlaku untuk kondisi 1
atm. Istilah yang lebih eksak untuk titik itu adalah titik beku normal. Kita dapat mempunyai
harga-harga Tf dan Tb untuk sejumlah zat dalam lampiran. Metode untuk memprediksi Tb
biasanya kurang tepat. Bondi mengutarakan sfus lebih besar bila molekul dapat memiliki
sejumlah orientasi dalam fase cair dibanding dalam wujud padatnya. Sfus jadi lebih kecil
untuk molekul sferik, kauk dan Tf lebih tinggi dari pada untuk molekul berukuran sama yang
anisometrik dan lentur. Eston mengusulkan bagaimanapun penggunaan metode interpolasi
untuk mengkorelasikan titik-titik beku pada deret homolog. Deret yang seperti itu, Eston
membuat grafik (Tb.Tf) / Tf Vs berat molekul, kecuali untuk anggota pertama deret grafik
tersebut menghasilkan sebuah garis lurus (Reis, 1999).
Perubahan suhu berbanding lurus dengan perubahan tekanan uap untuk konsentrasi zat
terlarut yang rendah, penurunan titik beku berkaitan dengan molalitas total melalui persamaan
berikut ini:

Tf = Tfo - Tf = Kf m……………………………………(5)

Kf adalah tetapan positif yang hanya bergantung pada sifat pelarut. Gejala penurunan titik
beku menyebabkan kenyataan bahwa air laut yang mengandung garam terlarut memiliki titik
beku yang lebih rendah daripada air tawar. Larutan garam pekat memiliki titik beku yang
lebih rendah lagi. Pengukuran titik beku seperti halnya peningkatan titik didih yang dapat
digunakan untuk menentukan massa molar zat yang tidak diketahui (Norman, 2001).
Larutan yang mengikuti Hukum Rault disebut larutan ideal. Syarat larutan ideal adalah
molekul zat terlarut dan molekul pelarut tersusun sembarang, pada percampuran tidak terjadi
efek kalor dan jumlah volume sebelum percampuran sama dengan volum campurannya.
Larutan yang tidak memenuhi Hukum Roult disebut larutan tidak ideal.
Menurut Roult untuk larutan yang sangat encer berlaku:

∆ Tf = Kf . m

Dimana Tf adalah titik beku larutan (oC), Kf adalah tetapan penurunan titik beku molal
(oC/mol), m adalah molalitas larutan (mol.L-1). Hukum Roult menyatakan bahwa tekanan uap
suatu komponen dalam suatu larutan sama dengan tekanan uap larutan murni dikali dengan
fraksi mol komponen yang menguap dalam larutan. Temperatur pada kondisi yang sama,
larutan memiliki tekanan yang lebih rendah dari pada pelarut murninya. Akibatnya titik beku
larutan menjadi lebih rendah jika dibandingkan dengan titik beku pelarut murninya. Air murni
pada tekanan 1 atm membeku pada 0oC. Besarnya penurunan titik beku hanya ditentukan oleh
jumlah partikel zat terlarut dan semakin banyak partikel zat terlarut maka semakin besar pula
(Anshory, 1999)
BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1. Alat
- Gelas beaker
- Tabung reaksi
- Batang pengaduk
- Gelas ukur
- Termometer
- Pipet Mohhr
- Neraca analitik

3.1.2 Bahan
- Asam cuka
- Garam (NaCl)
- Akuades
- Naftalen

3.2. Skema Kerja


3.2.1 Persiapan
Garam
- dimasukkan secukupnya ke dalam tabung gelas yang paling besar yang sudah
disetting sedemikian rupa
- Ditambahkan air dan es batu
- Diisikan tabung gelas ukuran sedang dengan air secukupnya
- Diambil 20 mL pelarut dan dimasukkan ke dalam tabung gelas ukuran kecil
(pelarut yang digunakan adalah asam cuka glasial)

Hasil
3.2.2 Penentuan tetapan penurunan titik beku molal
Asam cuka glasial
- dimasukkan sebanyak 20 mL dalam tabung ukuran kecil.
- Didingankan dan ukur suhu pada tiap-tiap menit pada tabung kecil
- Diamati pelarut beku atau belum
- Diulangi perlakuan diatas dan tentukan titik beku pelarut murni
- Dibiarkan mencair kembali
- Dimasukkan naftalen apabila sudah mencair
- Diulangi perlakuan diatas

Hasil

3.2.3 Penentuan BM zat X


Larutan asam cuka + naftalen
- dibiarkan cair kembali
- Ditambahkan 2 gram zat X
- Diamati perubahan suhu dan hitung perubahan titik beku, dan BM

Hasil
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Hasil Pengamatan
Konduktivitas
T (˚C) (mS/cm)
0,1 % 0,2% 0,5% 0,7% 1,0%
30 0,10 0,14 0,34 0,43 0,60
35 0,11 0,14 0,35 0,46 0,63
40 0,12 0,15 0,38 0,49 0,69
45 0,14 0,16 0,41 0,53 0,77

4.1.2 Hasil Pengolahan


T (˚K) ln kkm kkm 1/T ∆H
303 56,30 2,81x1024 0,00333
308 59,44 6,55x1025 0,00325 -822819,952
313 64,82 1,41x1028 0,00319
318 71,67 1,33x1031 0,00315

4.2 Pembahasan
Percobaan kelima pada praktikum termodinamika kimia adalah penentuan Konsentrasi
Kritis Misel (KKM). Tujuan dari percobaan lima ini adalah untuk menentukan konsentrasi
kritis surfaktan dan menentukan harga entalpinya. Surfaktan yang digunakan pada percobaan
ini adalah gelatin. Konsentrasi kritis misel merupakan konsentrasi pada saat misel mulai
terbentuk. Percobaan penentuan konsentrasi kritis misel ini menggunakan alat konduktometer,
karena pada percobaan ini akan mencari daya hantar listriknya pada konsentrasi dan suhu
yang bervariasi. Konsentrasi yang digunakan adalah 0,1%, 0,2%, 0,5%, 0,7%, dan 1,0%,
sedangkan variasi suhu yang digunakan adalah pada suhu 30 oC, 35 oC, 40 oC dan 45 oC
(berdasarkan pengukuran dilaboratorium menggunakan thermometer).
Konduktometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur daya hantar listrik yang
disebabkan oleh gerakan partikel dalam larutan. Berdasarkan sifat dari konduktometer yang
dapat mengukur daya hantar yang dihasilkan larutan koloid, maka konduktometer dapat
mengubah energi mekanik menjadi energi listrik. Keadaan pada saat dibawah KKM,
konsentrasi surfaktan yang mengalami adsorpsi pada antar muka bertambah jika konsentrasi
surfaktan dinaikkan dan akan sampai pada keadaan dimana baik antar muka maupun dalam
cairan menjadi jenuh dengan monomer. Surfaktan jika terus dinaikkan konsentrasinya maka
monomer-monomer dari gelatin akan bergabung yang sering disebut beragregasi membentuk
misel. Adanya misel yang terbentuk akan menyebabkan tenaga bebas (∆G) akan berkurang
yang akan tampak pada grafik daya hantar lawan konsentrasi tersebut akan turun laju daya
hantar dari sebelum KKM sampai setelah KKM sesuai dengan bertmbahnya konsentrasi.
Prinsip kerja konduktometer yakni bagian konduktor atau bagiain yang dicelupkan dalam
larutan akan menerima rangsang dari ion-ion yang menyentuh permukaan konduktor, lalu
hasil yang diperoleh ini akan dilanjutkan dengan output yang berupa angka yang tertera pada
layar kaca dari konduktometer. Kalibrasi pada konduktometer yaitu menggunakan larutan
KCl. Tujuan dilakukan kalibrasi alat ukur adalah untuk menentukan devisiasi dan kebenaran
konvensional nilai penunjukan alat ukur dan pengukuran hasil dijamin pencarian untuk
Standar Nasional sebagai standar juga dan international. Alat ukur kondisi dan bahan dapat
disimpan sesuai dengan spesifikasi. Pemilihan KCl sebagai uji kalibrasi dikarenakan KCl
bersifat tidak korosif dibanding dengan NaCl, sehingga tidak merusak instalasi alat yang
digunakan.
Proses terbentuknya misel yaitu berada dibawah konsentrasi kritis misel, konsentrasi
surfaktan yang mengalami adsorpsi pada antar permukaan bertambah jika konsentrasi
surfaktan total dinaikkan. Akhirnya tercapailah suatu titik dimana baik antar muka maupun
dalam cairan menjadi jenuh dengan monomer. Keadaan inilah yang disebut dengan
konsentrasi kritis misel. Jika surfaktan terus ditambah lagi hingga berlebihan, maka surfaktan
gelatin akan beragregasi terus membentuk misel. Berdasarkan sifat surfaktan yang memiliki
gugus polar (hidrofilik) dan gugus non-polar (hidrofobik), sehingga dapat mempersatukan
campuran yang terdiri dari larutan polar dan non-polar. Surfaktan merupakan bahan aktif
permukaan yang bekerja menurunkan tegangan permukaan pada cairan. Sifat dari surfaktan
ini diperoleh dari sifat ganda yang dimiliki molekulnya. Bagian polar molekulnya dapat
bermuatan positif, negatif, maupun netral. Bagian polar mempunyai gugus hidroksil,
sementara bagian non-polar biasanya berupa rantai alkil panjang.
Ketika percobaan dilakukan tidak terjadi reaksi, melainkan terjadi interaksi
antarmolekul antara air dan larutan gelatin. Seperti pernyataan di atas gelatin memunyai dua
gugus hidrofilik (menyukai air) dan hidrofobik (tidak menyukai air).
Gambar Interaksi Bagian Hidrofilik dan Hidrofobik
Dari gambar tersebut, bagian hidrofilik akan berikatan dengan air dan ekornya yang yang
hidrofobik atau dalam gambar disebut lipofilik akan mengikat lemak atau lipid. Bagian yang
tidak menyukai air akan menjauh dari molekul-molekul air karena perbedaan kopolaran.
Misel terbentuk saat tercapainya konsentrasi kritis misel, saat berada di bawah KKM,
konsentrasi surfaktan yang mengalami absorbsi pada permukaan bertambah jika konsentrasi
surfaktan tadi dinaikkan. Akhirnya akan tercapai suatu keadaan yang jenuh. Surfaktan ketika
terus ditambah lagi hingga berlebih, maka mereka akan beragregasi membentuk misel. Pada
pelarut air, molekul surfaktan dengan sifat hidrofilik akan berikatan dengan molekul air
sedangkan bagian hidrofobiknya tidak akan berikatan dengan molekul air. Bagian hidrofobik
akan berkumpul dan tidak berikatan dengan air.
Pengukuran daya hantar litrik dilakukan pada beberapa variasi konsentrasi dan
temperatur. Hasil praktikum menunjukkan daya hantar listrik (konduktivitas) surfaktan
semakin meningkat seiring dengan bertambahnya konsentrasi dan temperatur yang bisa dilihat
pada tabel data pengamatan pada BAB 3. Konduktivitas semakin meningkat seiring dengan
bertambahnya konsentrasi, karena konsentrasi yang semakin besar mengakibatkan
bertambahnya volume misel sehingga penggabungan surfaktan makin bertambah besar.
Kondisi ini mengakibatkan semakin banyaknya tumbukan antar molekul dalam surfaktan
yang terjadi. Nilai konduktivitas juga di pengaruhi oleh temperatur, semakin tinggi temperatur
maka konduktivitasnya juga semakin meningkat. Meningkatnya konduktivitas karena faktor
temperatur disebabkan oleh gerakan molekul dalam larutan akan semakin cepat pada
temperatur tinggi, sedangkan semakin tinggi konsentrasi maka rangsangan yang diterima
oleh konduktometer semakin cepat dan outputnya berupa daya hantar. Rasio daya hantar dan
konsentrasi ini akan didapatkan nilai kkm. Konduktivitas yang meningkat seiring dengan
tingginya suhu dapat dilihat pada grafik berikut:
0.6

0.5
suhu 30
0.4
suhu 35
0.3 suhu 40
suhu 45
0.2

0.1

0
0.00% 0.20% 0.40% 0.60% 0.80%

Hubungan konduktivitas dengan konsentrasi menghasilkan konsentrasi kritis misel,


yang dapat menentukan harga entalpi dengan menghubungkan ln KKM dengan 1/T.
Berdasarkan literatur faktor-faktor yang mempengaruhi daya hantar adalah perubahan suhu
dan konsentrasi. Suhu jika semakin besar maka daya hantar pun juga akan semakin besar dan
apabila semakin kecil suhu yang digunakan maka sangat kecil pula daya hantar yang
dihasilkan dan begitu dengan sebaliknya antara konsentrasi dan daya hantar. Oleh sebab itu
pengaruh suhu dan konsentrasi dapat mempengaruhi daya hantar. Seperti yang terlihat pada
tabel hasil di atas, dapat ketahui pada suhu kamar semakin besar konsentrasi dari surfaktan,
maka semakin besar pula konduktivitasnya. Hal tersebut sesuai dengan hasil percobaan yang
dilakukan. Grafik hubungan konduktivitas dengan konsentrasi pada variasi suhu 30 oC, 35 oC,
40 oC dan 45 oC adalah :

80.00
ln kkm
60.00
40.00
20.00
0.00 y = -98968x +
0.00310.00320.00330.0034 381.9

Grafik diatas digunakan untuk mencari harga entalpi dan harga entalpi tersebut hasilnya
adalah sebesar -822819,952 J/mol.
BAB 5. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Konsentrasi kritis misel surfaktan pada suhu 30 oC, 35 oC, 40 oC berturut-turut adalah
2,81.1024, 6,55.1025, 1,41.1028, 1,33.1031 . Nilai entalpi berkaitan erat dengan KKM karena
merupakan slope dari grafik ln kkm dengan 1/T. Adapun nilai entalpi miselisasi adalah
−822819,952 J/mo𝑙.

5.2. Saran
Adapun saran pada praktikum kali ini adalah pada saat praktikum elektroda pada
konduktometer harus dibersihkan setiap selesai pengukuran sehingga tidak mempengaruhi
pengukuran daya hantar selanjutnya. Variasi suhu pada masing-masing percobaan harus
diakukan secara benar serta sesuai dan alat yang digunakan untuk pemanasan surfaktan
sebaiknya menggunakan alat yang tidak rusak atau error, agar hasil yang diperoleh lebih
maksimal. Alat sebaiknya dikalibrasi agar hasil pengukuran valid.
DAFTAR PUSTAKA

Alfaruqi, H. 2008. Pengaruh Konsentasi Hidrogen. Jakarta: FT UI.


Anonim.2016. Material Safety Data Sheet Aquades.[Serial Online].
http://sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927321 [Diakses tanggal 22 Oktober 2016]
Anonim.2016. Material Safety Data Sheet Calium Cloride.[Serial Online].
http://sciencelab.com/msds.php?msdsId=9925641 [Diakses tanggal 22 Oktober 2016]
Anonim.2016. Material Safety Data Sheet Gelatin.[Serial Online].
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9924120 [Diakses tanggal 22 Oktober
2016].
Atkins, P.1997. Physical Chemistry. New York: Oxford University Press.
Bird,T. 1993. Kimia Fisika Untuk Universitas. Jakarta: Gramedia: Pusaka Utama.
Fessenden, R.J. dkk. 1986. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Paoleti, R.1963. Phospholipids and Artherosclerosis. New York: Raven Press.
Suendo, V. 2011. Pengaruh Penambahan Pelarut Organik Terhadap Tegangan Permukaan
Larutan Sabun. Bandung: Prosiding Simposium Nasional Inovasi Pembelajaran dan
Sains.
Tim Praktikum Termodinamika Kimia. 2016. Penuntun Praktikum Termodinamika Kimia.
Jember: FMIPA Universitas Jember.
LAMPIRAN

1. Nilai konduktivitas pada suhu dan konsentrasi yang berbeda


a. Pada suhu 30C
0,1% 0,2% 0,5% 0,7% 1,0%
suhu 30 0,1 0,14 0,34 0,43 0,6

0.8
0.6
0.4 suhu 30

0.2
Linear (suhu
0 30)
0.0% 0.5% 1.0% 1.5% y = 56.296x +
0.0405

b. Pada suhu 35C

0,1% 0,2% 0,5% 0,7% 1,0%


suhu 35 0,11 0,14 0,35 0,46 0,63

0.8
0.6
0.4 suhu 35

0.2
Linear (suhu
0 35)
0.0% 0.5% 1.0% 1.5%
y = 59.444x + 0.0408
c. Pada suhu 40C

0,1% 0,2% 0,5% 0,7% 1,0%


suhu 40 0,12 0,15 0,38 0,49 0,69

0.8
0.6
0.4 suhu 40
0.2
0 Linear (suhu
0.0% 0.5% 1.0% 1.5% 40)
y = 64.815x + 0.0419

d. Pada suhu 45C

0,1% 0,2% 0,5% 0,7% 1,0%


suhu 45 0,14 0,16 0,41 0,53 0,77

1.00

0.50 suhu 45

0.00 Linear (suhu


0.0% 0.5% 1.0% 1.5% 45)
y = 71.667x + 0.0437
2. Konsentrasi kritis misel

80.00
ln kkm
60.00
40.00
20.00
0.00 y = -98968x +
381.9
0.00310.00320.00330.0034

3. Konduktivitas

0.6

0.5
suhu 30
0.4
suhu 35
0.3 suhu 40
suhu 45
0.2

0.1

0
0.00% 0.20% 0.40% 0.60% 0.80%

e. Mencari nilai entalpi menggunakan rumus


Diket :
y = -98968x + 381,9 m= -98968 R = 8,314 J/K mol

Ditanya : ∆𝐻..?
Dijawab
∆𝐻
m= 𝑅
∆𝐻
-98968=
8,314 J/K mol

= -822819,952 J/mol

Anda mungkin juga menyukai