Oleh :
Tf = Tfo - Tf = Kf m……………………………………(5)
Kf adalah tetapan positif yang hanya bergantung pada sifat pelarut. Gejala penurunan titik
beku menyebabkan kenyataan bahwa air laut yang mengandung garam terlarut memiliki titik
beku yang lebih rendah daripada air tawar. Larutan garam pekat memiliki titik beku yang
lebih rendah lagi. Pengukuran titik beku seperti halnya peningkatan titik didih yang dapat
digunakan untuk menentukan massa molar zat yang tidak diketahui (Norman, 2001).
Larutan yang mengikuti Hukum Rault disebut larutan ideal. Syarat larutan ideal adalah
molekul zat terlarut dan molekul pelarut tersusun sembarang, pada percampuran tidak terjadi
efek kalor dan jumlah volume sebelum percampuran sama dengan volum campurannya.
Larutan yang tidak memenuhi Hukum Roult disebut larutan tidak ideal.
Menurut Roult untuk larutan yang sangat encer berlaku:
∆ Tf = Kf . m
Dimana Tf adalah titik beku larutan (oC), Kf adalah tetapan penurunan titik beku molal
(oC/mol), m adalah molalitas larutan (mol.L-1). Hukum Roult menyatakan bahwa tekanan uap
suatu komponen dalam suatu larutan sama dengan tekanan uap larutan murni dikali dengan
fraksi mol komponen yang menguap dalam larutan. Temperatur pada kondisi yang sama,
larutan memiliki tekanan yang lebih rendah dari pada pelarut murninya. Akibatnya titik beku
larutan menjadi lebih rendah jika dibandingkan dengan titik beku pelarut murninya. Air murni
pada tekanan 1 atm membeku pada 0oC. Besarnya penurunan titik beku hanya ditentukan oleh
jumlah partikel zat terlarut dan semakin banyak partikel zat terlarut maka semakin besar pula
(Anshory, 1999)
BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1.2 Bahan
- Asam cuka
- Garam (NaCl)
- Akuades
- Naftalen
Hasil
3.2.2 Penentuan tetapan penurunan titik beku molal
Asam cuka glasial
- dimasukkan sebanyak 20 mL dalam tabung ukuran kecil.
- Didingankan dan ukur suhu pada tiap-tiap menit pada tabung kecil
- Diamati pelarut beku atau belum
- Diulangi perlakuan diatas dan tentukan titik beku pelarut murni
- Dibiarkan mencair kembali
- Dimasukkan naftalen apabila sudah mencair
- Diulangi perlakuan diatas
Hasil
Hasil
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Hasil Pengamatan
Konduktivitas
T (˚C) (mS/cm)
0,1 % 0,2% 0,5% 0,7% 1,0%
30 0,10 0,14 0,34 0,43 0,60
35 0,11 0,14 0,35 0,46 0,63
40 0,12 0,15 0,38 0,49 0,69
45 0,14 0,16 0,41 0,53 0,77
4.2 Pembahasan
Percobaan kelima pada praktikum termodinamika kimia adalah penentuan Konsentrasi
Kritis Misel (KKM). Tujuan dari percobaan lima ini adalah untuk menentukan konsentrasi
kritis surfaktan dan menentukan harga entalpinya. Surfaktan yang digunakan pada percobaan
ini adalah gelatin. Konsentrasi kritis misel merupakan konsentrasi pada saat misel mulai
terbentuk. Percobaan penentuan konsentrasi kritis misel ini menggunakan alat konduktometer,
karena pada percobaan ini akan mencari daya hantar listriknya pada konsentrasi dan suhu
yang bervariasi. Konsentrasi yang digunakan adalah 0,1%, 0,2%, 0,5%, 0,7%, dan 1,0%,
sedangkan variasi suhu yang digunakan adalah pada suhu 30 oC, 35 oC, 40 oC dan 45 oC
(berdasarkan pengukuran dilaboratorium menggunakan thermometer).
Konduktometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur daya hantar listrik yang
disebabkan oleh gerakan partikel dalam larutan. Berdasarkan sifat dari konduktometer yang
dapat mengukur daya hantar yang dihasilkan larutan koloid, maka konduktometer dapat
mengubah energi mekanik menjadi energi listrik. Keadaan pada saat dibawah KKM,
konsentrasi surfaktan yang mengalami adsorpsi pada antar muka bertambah jika konsentrasi
surfaktan dinaikkan dan akan sampai pada keadaan dimana baik antar muka maupun dalam
cairan menjadi jenuh dengan monomer. Surfaktan jika terus dinaikkan konsentrasinya maka
monomer-monomer dari gelatin akan bergabung yang sering disebut beragregasi membentuk
misel. Adanya misel yang terbentuk akan menyebabkan tenaga bebas (∆G) akan berkurang
yang akan tampak pada grafik daya hantar lawan konsentrasi tersebut akan turun laju daya
hantar dari sebelum KKM sampai setelah KKM sesuai dengan bertmbahnya konsentrasi.
Prinsip kerja konduktometer yakni bagian konduktor atau bagiain yang dicelupkan dalam
larutan akan menerima rangsang dari ion-ion yang menyentuh permukaan konduktor, lalu
hasil yang diperoleh ini akan dilanjutkan dengan output yang berupa angka yang tertera pada
layar kaca dari konduktometer. Kalibrasi pada konduktometer yaitu menggunakan larutan
KCl. Tujuan dilakukan kalibrasi alat ukur adalah untuk menentukan devisiasi dan kebenaran
konvensional nilai penunjukan alat ukur dan pengukuran hasil dijamin pencarian untuk
Standar Nasional sebagai standar juga dan international. Alat ukur kondisi dan bahan dapat
disimpan sesuai dengan spesifikasi. Pemilihan KCl sebagai uji kalibrasi dikarenakan KCl
bersifat tidak korosif dibanding dengan NaCl, sehingga tidak merusak instalasi alat yang
digunakan.
Proses terbentuknya misel yaitu berada dibawah konsentrasi kritis misel, konsentrasi
surfaktan yang mengalami adsorpsi pada antar permukaan bertambah jika konsentrasi
surfaktan total dinaikkan. Akhirnya tercapailah suatu titik dimana baik antar muka maupun
dalam cairan menjadi jenuh dengan monomer. Keadaan inilah yang disebut dengan
konsentrasi kritis misel. Jika surfaktan terus ditambah lagi hingga berlebihan, maka surfaktan
gelatin akan beragregasi terus membentuk misel. Berdasarkan sifat surfaktan yang memiliki
gugus polar (hidrofilik) dan gugus non-polar (hidrofobik), sehingga dapat mempersatukan
campuran yang terdiri dari larutan polar dan non-polar. Surfaktan merupakan bahan aktif
permukaan yang bekerja menurunkan tegangan permukaan pada cairan. Sifat dari surfaktan
ini diperoleh dari sifat ganda yang dimiliki molekulnya. Bagian polar molekulnya dapat
bermuatan positif, negatif, maupun netral. Bagian polar mempunyai gugus hidroksil,
sementara bagian non-polar biasanya berupa rantai alkil panjang.
Ketika percobaan dilakukan tidak terjadi reaksi, melainkan terjadi interaksi
antarmolekul antara air dan larutan gelatin. Seperti pernyataan di atas gelatin memunyai dua
gugus hidrofilik (menyukai air) dan hidrofobik (tidak menyukai air).
Gambar Interaksi Bagian Hidrofilik dan Hidrofobik
Dari gambar tersebut, bagian hidrofilik akan berikatan dengan air dan ekornya yang yang
hidrofobik atau dalam gambar disebut lipofilik akan mengikat lemak atau lipid. Bagian yang
tidak menyukai air akan menjauh dari molekul-molekul air karena perbedaan kopolaran.
Misel terbentuk saat tercapainya konsentrasi kritis misel, saat berada di bawah KKM,
konsentrasi surfaktan yang mengalami absorbsi pada permukaan bertambah jika konsentrasi
surfaktan tadi dinaikkan. Akhirnya akan tercapai suatu keadaan yang jenuh. Surfaktan ketika
terus ditambah lagi hingga berlebih, maka mereka akan beragregasi membentuk misel. Pada
pelarut air, molekul surfaktan dengan sifat hidrofilik akan berikatan dengan molekul air
sedangkan bagian hidrofobiknya tidak akan berikatan dengan molekul air. Bagian hidrofobik
akan berkumpul dan tidak berikatan dengan air.
Pengukuran daya hantar litrik dilakukan pada beberapa variasi konsentrasi dan
temperatur. Hasil praktikum menunjukkan daya hantar listrik (konduktivitas) surfaktan
semakin meningkat seiring dengan bertambahnya konsentrasi dan temperatur yang bisa dilihat
pada tabel data pengamatan pada BAB 3. Konduktivitas semakin meningkat seiring dengan
bertambahnya konsentrasi, karena konsentrasi yang semakin besar mengakibatkan
bertambahnya volume misel sehingga penggabungan surfaktan makin bertambah besar.
Kondisi ini mengakibatkan semakin banyaknya tumbukan antar molekul dalam surfaktan
yang terjadi. Nilai konduktivitas juga di pengaruhi oleh temperatur, semakin tinggi temperatur
maka konduktivitasnya juga semakin meningkat. Meningkatnya konduktivitas karena faktor
temperatur disebabkan oleh gerakan molekul dalam larutan akan semakin cepat pada
temperatur tinggi, sedangkan semakin tinggi konsentrasi maka rangsangan yang diterima
oleh konduktometer semakin cepat dan outputnya berupa daya hantar. Rasio daya hantar dan
konsentrasi ini akan didapatkan nilai kkm. Konduktivitas yang meningkat seiring dengan
tingginya suhu dapat dilihat pada grafik berikut:
0.6
0.5
suhu 30
0.4
suhu 35
0.3 suhu 40
suhu 45
0.2
0.1
0
0.00% 0.20% 0.40% 0.60% 0.80%
80.00
ln kkm
60.00
40.00
20.00
0.00 y = -98968x +
0.00310.00320.00330.0034 381.9
Grafik diatas digunakan untuk mencari harga entalpi dan harga entalpi tersebut hasilnya
adalah sebesar -822819,952 J/mol.
BAB 5. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Konsentrasi kritis misel surfaktan pada suhu 30 oC, 35 oC, 40 oC berturut-turut adalah
2,81.1024, 6,55.1025, 1,41.1028, 1,33.1031 . Nilai entalpi berkaitan erat dengan KKM karena
merupakan slope dari grafik ln kkm dengan 1/T. Adapun nilai entalpi miselisasi adalah
−822819,952 J/mo𝑙.
5.2. Saran
Adapun saran pada praktikum kali ini adalah pada saat praktikum elektroda pada
konduktometer harus dibersihkan setiap selesai pengukuran sehingga tidak mempengaruhi
pengukuran daya hantar selanjutnya. Variasi suhu pada masing-masing percobaan harus
diakukan secara benar serta sesuai dan alat yang digunakan untuk pemanasan surfaktan
sebaiknya menggunakan alat yang tidak rusak atau error, agar hasil yang diperoleh lebih
maksimal. Alat sebaiknya dikalibrasi agar hasil pengukuran valid.
DAFTAR PUSTAKA
0.8
0.6
0.4 suhu 30
0.2
Linear (suhu
0 30)
0.0% 0.5% 1.0% 1.5% y = 56.296x +
0.0405
0.8
0.6
0.4 suhu 35
0.2
Linear (suhu
0 35)
0.0% 0.5% 1.0% 1.5%
y = 59.444x + 0.0408
c. Pada suhu 40C
0.8
0.6
0.4 suhu 40
0.2
0 Linear (suhu
0.0% 0.5% 1.0% 1.5% 40)
y = 64.815x + 0.0419
1.00
0.50 suhu 45
80.00
ln kkm
60.00
40.00
20.00
0.00 y = -98968x +
381.9
0.00310.00320.00330.0034
3. Konduktivitas
0.6
0.5
suhu 30
0.4
suhu 35
0.3 suhu 40
suhu 45
0.2
0.1
0
0.00% 0.20% 0.40% 0.60% 0.80%
Ditanya : ∆𝐻..?
Dijawab
∆𝐻
m= 𝑅
∆𝐻
-98968=
8,314 J/K mol
= -822819,952 J/mol