Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Adanya tekanan yang sama kuat terhadap bisnis manufaktur saat ini,
menuntut perusahaan, untuk lebih cerdas dalam menjalankan operasinya.
Perubahan permintaan pasar menuntut perusahaan untuk beroperasi lebih efisien,
fleksibel, dan menempatkan produk tepat waktu di pasar tanpa mengabaikan
standar kualitas sesuaidengan spesifikasi pelanggan. Pemahaman terhadap
kondisi ini dan komitmen untukmemuaskan pelanggan,mendorong perusahaan
merancang proses produksisedemikian rupa sehingga produk yang dihasilkan
mampu memenuhi persyaratanpelanggan dalam kualitas, kuantitas, dan waktu
yang tepat.
Berdasarkan hasil riset pasar, diperoleh informasi tentang
keinginankonsumen terhadap suatu produk. Dari informasi ini kemudian
perusahaanmerancang desain produk yang sesuai dengan keinginan pasar. Sertiap
desain produkmenetapkan model dan spesifikasi yang harus diikuti oleh bagian
produksi sehinggaproduk yang dihasilkan dapat memenuhi spesifikasi pelanggan.
Di samping itu,proses produksi harus berjalan secara efektif dan efisien untuk
menghasilkan produkberkualitas dengan biaya serendah mungkin.
Fungsi produksi dan operasi yang mentransformasikan input menjadi output
bertanggung jawab untuk menghasilkan produk dalam kuantitas dan kualitas
yang telah ditentukan, tepat waktu, secara efektif dan efisien. Dalam aktivitasnya
dimulai dari perencenaaan sampai dengan pengendalian dan evaluasi, fungsi ini
harus secara optimal mengubungkan kebutuhan pelanggan dengan kemampuan
internal yangdimiliki perusahaan. Kebijakan produksi dan operasi, kapasitas
produksi (sumber daya dan fasilitas), jadwal produksi, inovasi, dan peningkatan
berkelanjutan harus dikomnsentrasikanuntukmemenuhikepuasanpelanggan, agar
perusahaan memiliki keunggulan dalam persaingan yang sangat ketat ini.
Waktu adalah salah satu komponen dalam keunggulan bersaing.
Ketepatanwaktu dalam menyediakan produk di pasar adalah kebutuhan utama
strategi bersaingperusahaan. Terlambat menyediakan produk di pasar sama

1
artinya dengan tidakmenyediakan sama sekali karena perusahaan telah
kehilangan kesempatan daripelanggan memilih produk sejenis yang banyak
tersedia di pasar. Perusahaan tidakcukup hanya mengandalkan loyalitas
pelanggan yang setia menunggu sampai denganproduk yang dihasilkan
perusahaan tersedia di pasar. Tetapi, yang lebih pentingmenyediakan produk
tepat waktu di pasar adalah penghargaan kepada pelanggan atasloyalitasnya
menggunakan produk perusahaan dalam memenuhi kebutuhannya.
Kuantitas dan kualitas produk yang tepat berhubungan dengan
kemampuanperusahaan memahami kebutuhan konsumen dan cara mereka
memenuhi kebutuhantersebut. Kualitas berhubungan dengan kemampuan produk
memuaskan kebutuhanpenggunanya. Berbagai dimensi kualitas dikembangkan
oleh para ahli, salah satuyang mendapat perhatian adalah kesesuaian
(conformance) antara manfaat yangdiberikan produk tersebut dengan harapan
penggunanya.
Kemampuan dalam menghasilkan produk dalam waktu, kuantitas dan
kualitasyang dapat belumlah cukup untuk mendukung keunggulan bersaing
perusahaan.Produkharus dihasilkan melalui proses yang efisien dimana
optimalisasi penggunaan sumberdaya menjadi pedoman dalam setiap proses
transformasi. Menghasilkan produk dengan biaya produksi yang rendah tanpa
mengorbankan atribut kepuasan pelanggan, berartiperusahaan telah bergerak
menuju keunggulan bersaingnya.
Dengan biaya produksi yang rendah, perusahaan dapat menawarkan produk
tersebut kepada pelanggan dengan harga yang lebih rendah relative dari pesaing
tanpa mengorbankan proporsi marginyangtelahdirencanakan.
Untukmemastikanbahwaproses produksi dan operasi telah berjalan sesuai dengan
kebijakan dan strategi yang telah ditetapkan, membantu mengidentifikasi
kelemahan-kelemahan yang masih terjadi yang dapat menghambat tercapainya
tujuan fungsi ini dan mencari perbaikannya, perusahaan melakukan audit atas
fungsi produksi dan operasi baik yang dilakukan secara adhoc maupun periodic.

2
1.2 Perumusan Masalah
Ada pun yang menjadi rumusan masalah bagi penulis dalam penyusunan
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud audit produksi dan operasional ?
2. Bagaimana lingkup audit produksi dan operasional ?
3. Apa sasaran audit produksi dan operasional ?
4. Apa pentingnya audit produksi dan operasional ?
5. Apa tahap -tahap audit produksi dan operasional ?
6. Apa contoh kasus audit produksi dan operasional?

1.3 TujuandanManfaatPenulisan
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulis dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
a) Untuk mengetahui definisi audit produksi dan operasional.
b) Untuk mengetahui ruang lingkup audit produksi dan operasional.
c) Untuk mengetahui sasaran audit produksi dan operasional.
d) Untuk mengetahui pentingnya produksi dan operasional.
e) Untuk mengetahui tahap-tahap audit produksi dan operasional.
f) Untuk mengetahui contoh kasus audit produksi dan operasional.

2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharap kan penulis dalam penyusunan makalah ini
adalah sebagai berikut :
a) Sebagai salah satu tugas mata kuliah Audit Manajemen pada Semester
lima (V) Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Tahun
Akademik 2017/2018.
b) Sebagai bahan kajian bagi penelitian lebih lanjut.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Audit Produksi Dan Operasional


Auditing adalah pengumpulan serta pengevaluasian bukti-bukti atas
informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian informasi
tersebut dengan kriteriakriteria yang telah ditetapkan. (Ardiani Roslia 2014)
Audit produksi dan operasi melakukan penilaian secara komprehensif
terhadap keseluruhan fungsi audit produksi dan operasi untuk menentukan
apakah fungsi ini telah berjalan dengan memuaskan (ekonomis, efektif dan
efisien). Audit ini dilakukan tidak hanya terbatas pada unit produksi tetapi juga
berlaku untuk keseluruhan proses produksi dan operasi. Audit ini juga berperan
melengkapi fungsi pengendalian kualitas.
Beberapa alasan yang mendasari perlu dilakukannya audit ini antara lain :
1. Proses produksi dan operasi harus berjalan sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan.
2. Kekurangan/kelemahan yang terjadi harus ditemukan sehingga segera dapat
diperbaiki.
3. Konsistensi berjalannya proses harus diungkapkan.
4. Pendekatan proaktif harus menjadi dasar dalam peningkatan proses.
5. Berjalannya tindakan korektif harus mendapat dorongan dan dukungan dari
berbagai pihak yang terkait.

2.2 Ruang Lingkup Audit Produksi Dan Operasional.


Secara keseluruhan ruang lingkup audit produksi dan operasi meliputi :
a) Rencana produksi dan operasi
Rencana ini menghubungkan kebutuhan pasar atas produk yang
dipersyaratkan, aktifitas pengembangan dan rekayasa, kapasitas produksi,
rencana persediaan, keungan, ketersediaan SDM, bahan baku, dan tingkat
timbal balik hasil investasi yang dipersyaratkan investor. Suatu rencana induk
memuat tentang :
1. Jadwal induk produksi.

4
2. Penilaian atas penggunaan kapasitas produksi.
3. Tingkat persediaan.
4. Perencanaan keseimbangan linyas produksi.

b) Produktivitas dan Peningkatan Nilai Tambah


Lean production, suatu metode produksi ramping, yang dikembangkan
oleh produsen yang menggunakan focus berulang dalam rancangan prosesnya
mampu secara signifikan memberi keuntungan bagi perusahaan yang
menerapkannya.
Keunggulan lean production, didukung oleh kebijakan dan praktik
produksi yang secara maksimal mengoptimalkan penggunaan sumber daya
perusahaan untuk meningkatkan keunggulan bersaingnya, kebijakan dan
praktik tersebut meliputi:
1. Penghapusan Persediaan (Zero inventory)
Metode ini menggunakan Just in Time dalam menurunkan persediaan dan
pemborosan yang disebabkan oleh persediaan tersebut.
2. Tingkat cacat no (zero defect).
Metode produk ini membangun suatu system produksi dan operasi yang
dapat membantu karyawan memproduksi unit yang sempurna untuk setiap
kalinya. Persiapan proses produksi dilakukan dengan lebih matang untuk
mencegah terjadinya kegagalan dalam menghasilkan produk sesuai dengan
standar kualitas yang telah ditetapkan.
3. Meminimalkan kebuthan tempat (areal)
Upaya memenimalkan jarak tempuh unit produk dapat mengurangi
kebutuhan tempat dalam proses produksi. Penataan fasilitas produk yang
terintegrasi dengan gudang penyimpanan bahan baku dan/atau produk jadi,
dapat menghemat kebutuhan tempat tanpa mengganggu jalannya proses
produksi.
4. Kemitraan dengan Pemasok
Melibatkan pemasok ke dalam rencana keberhasilan perusahaan
merupakan model yang banyak dikembangkan dalam praktik produksi
modern saat ini. Dengan membangun hubungan yang erat (kemitraan)
dengan pemasok dan menjalankan rencana dan standart kebutuhan bahan

5
kepadanya, pemasok menjadi memahami dengan baik kebutuhan
perusahaan dan bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan
perusahaan terhadap pasokan bahan baku baik dalam kualitas, kuantitas,
dan waktu pasokan tersebut dibutuhkan harus sudah tersedia di
perusahaan.
5. Tanggung jawab pemasok
6. Meminimalkan aktifitas yang tidak menambah nilai.
Melalui suatu analisis aktifitas dan komitmen untuk melakukan perbaikan
secara terus – menerus, perusahaan yang menerapkan metode ini,
meminimalkan aktifitas – aktifitas yang tidak berguna (tidak menambah
nilai) baik bagi pelanggan maupun bagi perusahaan.
7. Pengembangan angkatan kerja
Dengan secara terus – menerus memperbaiki desain pekerjaan, pelatihan,
partisipasi, komitmen karyawan dan pemberdayaan kelompok-kelompok
kerja, metode ini secara konsisten mengembangkan angkatan kerja.

Selanjutnya lean production, mengidentifikasi tujuh sumber pemborosan yang


mengakibatkan operasi perusahaan tidak efisien, meliputi :
1. Produksi yang lebih besar dari kebutuhan (penumpukan persediaan).
2. Waktu tunggu dan/atau waktu menganggur.
3. Penanganan material yang terlalu sering.
4. Persediaan (bahan baku/dan atau barang jadi).
5. Pergerakan peralatan dan operatornya yang tidak menambah nilai bagi
produk.
6. Proses produksi yang tidak penting (tidak dibutuhkan).
7. Pengolahan kembali produk cacat.
8. Menciptakan tantangan dalam bekerja.
Maksudnya disini mampu menciptakan hal – hal baru dalam pekerjaan atau
ber eksperimen mencoba hal baru yang mampu membuat kita untuk tambah
maju dan tidak monoton.

6
2.3 Sasaran Audit Produksi Dan Operasional
1. Maksimumkan tingkat pelayanan pelanggan.
Proses harus memahami bahwa pelanggan yang harus dilayani dengan
tepat bukan saja pelanggan ekstranal tetapi yang harus dilayani dengan tepat
bukan saja pelanggan eksternal tetapi yamg tidak kalah pentingnya adalah
pelanggan internal.
2. Minimumkan investasi pada persediaan
Aktivitas pemesanan dan penerimaan bahan harus terintegrasi dengan
jadwal produksi demikian juga jadwal produksi harus terintegrasi dengan
rencana (jadwal) penyerahan kepada pelanggan. Pengendalian yang baik akan
mencapai arus produksi yang mulus (smooth product Ion flow) dengan
persediaan yang minimum dan waktu tunggu yang pendek.
3. Efisiensi produk dan operasi
Efisiensi produksi dan operasi adalah sesuatu yang mutlak dan harus
menjadi budaya kerja pada setiap bagian yang terlibat dalam proses produksi
dan operasi. Dalam hal ini pengendalian harus semaksimal mungkin mampu
menekan pemborosan (aktifitas tidak bernilai tambah) yang terjadi.
Secara rinci pengendalian tersebut meliputi hal – hal berikut :
1) Pengendalian bahan baku.
2) Pengendalian peralatan dan fasilitas produksi.
3) Pengendalian transformasi.
4) Pengendalian kualitas.
5) Pengendalian barang jadi

2.4 Pentingnya Audit Produksi Dan Operasional


Audit fungsi produksi dan operasi dapat membantu manajemen dalam
menilai bagaimana fungsi ini berjalan dalam mendukung pencapaian tujuan
perusahaan secara keseluruhan. Secara rinci audit ini dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
 Dapat memberikan gambaran kepada pihak yang berkepentingan tentang
ketaatan dan kemampuan fungsi produksi dan operasi dalam menerapkan
kebijakan serta strategi yang telah ditetapkan.

7
 Dapat memberikan informasi tentang usaha-usaha perbaikan proses produksi
dan operasi yang telah dilakukan perusahaan serta hambata-hambatan yang
dihadapi.
 Dapat menentukan area permasalahan yang masih dihadapi dalam mencapai
tujuan produksi dan operasi serta tujuan perusahaan secara keseluruhan.
 Dapat menilai kekuatan dan kelemahan strategi produksi dan operasi serta
kebutuhan perbaikannya dalam meningkatkan kontribusi fungsi ini terhadap
pencapaian tujuan perusahaan.

2.5 Tahap-Tahap Audit Produksi dan Operasional


Tahap audit produksi dan operasi meliputi:
1) Audit pendahuluan
2) Review dan pengujian terhadap pengendalian manajemen.
3) Audit lanjutan (terinci).
4) Pelaporan.
5) Tindak lanjut

Adapun penjelasannya sebagai berikut :

1) Audit Pendahuluan
Audit pendahuluan diawali dengan perkenalan antara pihak auditor dengan
organisasi auditee. Pertemuan ini bertujuan untuk mengonfirmasi scope audit,
mendiskusikan rencara audit dan penggalian informasi umum tentang organisasi
auditee, objek yang diaudit, mengenal lebih lanjut kondisi perusahaan dan
prosedur yang diterapkan pada prises produksi dan operasi.
Pada tahap ini auditor melakukan overview terhadap perusahaan secara
umum, produk yang dihasilkan, proses produksi dan operasi yang dihasilkan,
melakukan peninjauan terhadap produksi, layout pabrik, sistem computer yang
digunakan dalam upaya menunjang keberhasilan fungsi ini dalam mencapai
tujuan. Setelah melakukan tahap ini auditor dapat memperkirakan kelemahan-
kelemahan yang mungkin terjadi pada fungsi produksi dan operasi perusahaan
auditee. Hasil pengamatan pada tahap ini dirumuskan kedalam bentuk tujuan audit
sementara (tentatie audit objective) yang akan dibahas lebih lanjut pada proses
audit berikutnya.

8
Setelah melakukan tahapan audit ini, auditor dapat memperkirakan
(menduga)kelemahan – kelemahan yang mungkin terjadi pada fungsi produksi
dan operasiperusahaan auditee. Hasil pengamatan pada tahapan audit ini
dirumuskan ke dalambentuk tujuan audit sementara (tentative audit objective)
yang akan dibahas lebihlanjut pada proses audit berikutnya.

2) Review dan Pengujian Pengendalian Manajemen


Auditor melakukan review dan pengujian terhadap beberapa perubahan yang
tejadi pada struktur perusahaan, sistem manajemen kualitas, fasilitas yang
digunakan dan/atau personalia kunci dalam perusahaan, sejak hasil audit terakhir.
Berdasarkan data yang diperoleh pada audit pendahuluan, auditormelakukan
penilaian terhadap tujuan utama produksi dan operasi serta variabel-variabel yang
mempengaruhinya. Variabel-variabel ini meliputi berbagai kebijakandan
peraturan yang telah ditetapkan untuk setiap program/aktivitas, praktik yangsehat,
dokumentasi yang memadai dan ketersediaan sumber daya yang dibutuhkandalam
menunjang usaha pencapaian tujuan tersebut.
Pada tahap ini auditor juga mengindentifikasi dan mengklasifikasikan
penyimpangan dan gangguan-gangguan yang mungkin terjadi yang
mengakibatkan terhambatnya pencapaian tujuan audit produksi dan
operasi.Review terhadaphasil audit terdahulu juga dilakukan untuk menentukan
berbagai tindakan korektifyang harus diambil.
Berdasarkan review dan pengujian yang dilakukan pada tahap ini auditor
mendapatkan keyakinan tentang dapat diperolehnya data yang cukup dan
kompeten serta tidak terhambatnya akses untuk melakukan pengamatan yang
lebih dalam terhadap tujuan audit sementara yang telah ditetapkan pada tahapan
audit sebelumnya.Dengan menghubungkan permasalahan yang dirumuskan dalam
bentuktujuan audit sementara dan ketersediaan data serta akses untuk
mendapatkannya,auditor dapat menetapkan tujuan audit yang sesungguhnya yang
akan dialami padaaudit lanjutan.

9
3) Audit Lanjutan (Terinci)
Auditor melakukan audit yang lebih dalam dan pengembangan temuan
terhadap fasilitas, prosedur, catatan-catatan yang berkaitan dengan produksi dan
operasi. Konfirmasi kepada pihak perusahaan selama audit dilakukan untuk
mendapatkan penjelasan dari pejabat yang berwenang tentang adanya hal-hal
yang merpuakan kelemahan yang ditemukan auditor. Disamping itu analisis
terhadap hubungan kapabilitas potensial yang dimiliki dan utillasi kapabilitas
tersebut didalam perusahaan sangat penting dalam proses audit.
Untuk mendapatkan informasi yang lengkap, relevan dan dapata dipercaya,
auditor menggunakan daftar pertanyaan yang ditujukan kepada berbagai pihak
yang berweang dan berkompeten berkaitan dengan masalah yang diaudit.Dalam
wawancara yang dilakukan, auditor harus menyoroti keseluruhan
dariketidaksesuaian yang ditemukan dan menilai tindakan-tindakan korektif yang
telahdilakukan.

4) Pelaporan
Hasil dari keseluruhan tahapan audit sebelumnya yang telah diringkaskan
dalam kertas kerja uadit (KKA), merupakan dasar dalam membuat kesimpulan
audit dan rumusan rekomendasi yang akan diberikan auditor sebagai alternatif
solusi atas kekurangan-kekurangan yang masih ditemukan. Pelaporan menyangkut
penyajian hasil audit kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap hasil
audit tersebut. Laporan audit disajikan dengan format :
I. Informasi latar belakang
Menyajikan gambaran umum fungsi produksi dan operasi dari perusahaan yang
diaudit, tujuan dan strategi pencapaiannya serta ketersediaan sumber daya yang
mendukung keberhasilan implementasi strategi tersebut.

II. Kesimpulan Audit dan Ringkasan Temuan Audit


Menyajikan kesimpulan atas hasil audit yang telah dilakukan auditor dan
ringkasan temuan audit sebagai pendukung kesimpulan yang dibuat.

III. Rumusan Rekomendasi


Menyajikan rekomendasi yang diajukan auditor sebagai alternative solusi atas
kekurangan yang masih terjadi.

10
IV. Ruang Lingkup Audit
Ruang lingkup audit menjelaskan tetang cakupan (luas) audit yang dilakukan
sesuai dengan penugasan yang diterima dengan pemberi tugas audit

5) Tidak Lanjut
Rekomendasi yang disajikan auditor dalam laporannya merupakan alternatife
perbaikan yang ditawarkan untuk meningkatkan berbagai kelemahan yang masih
terjadi pada perusahaan. Tindak lajut yang dilakukan merupakan bentuk
komitmen manajemen untuk menjadikan organisasinya menjadi lebih baik dari
yang sebelumnya. Dalam rangka perbaikan ini auditor mendampingi manajemen
dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan program-program
perbaikan yang dilakukan agar dapat mencapai tujuannya secara efeektif dan
efisien.

2.6 Contoh Kasus Audit Produksi dan Operasional


Kami telah melakukan audit atas Keterlambatan Produksi di Pabrik Tekstil
PT. Serat Sutra untuk periode 20011/2012. Audit kami tidak dimaksudkan untuk
memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan perusahaan dan oleh
karenanya kami tidak memberikan pendapat atas laporan keuangan tersebut.
Audit kami hanya mencakup bidang Keterlambatan Produksi yang terjadi dalam
perusahaan. Audit tersebut dimaksudkan untuk menilai ekonomisasi
(kehematan), efisiensi (daya guna), dan efektivitas (hasil guna). Audit atas
Keterlambatan Produksi yang dilakukan diharapkan dapat memberikan saran
perbaikan atas keterlambatan sistem produksi yang mengakibatkan keterlambatan
pengiriman barang pada pelanggan sehingga diharapkan dimasa yang akan
datang dapat dicapai perbaikan atas kekurangan tersebut dan perusahaan dapat
beroperasi dengan lebih ekonomis, efisien dan efektif dalam mencapai tujuannya.
Hasil audit kami sajikan dalam bentuk laporan audit yang meliputi:
1) Informasi Latar Belakang
2) Kesimpulan Audit yang Didukung dengan Temuan Audit
3) Rekomendasi
4) Ruang Lingkup Audit

11
Dalam melakukan audit kami telah memperoleh banyak bantuan,dukungan,
dan kerjasama dari berbagai pihak baik jajaran direksi maupun staf yang
berhubungan dengan pelaksanaan audit ini. Untuk itu kami mengucapkan terima
kasih atas kerjasama yang telah terjalin dengan baik ini.

1) Informasi Latar Belakang

PT. Serat Sutra (selanjutnya disebut “perusahaan”) berlokasi di Jl. CR No. 7


Medan, didirikan tanggal 13 April 1995 oleh para pendiri yang terdiri atas:
a) Ny. Shri Utami
b) Tn. Hendro Sukantja
c) Ny. Trini Ray
PT. Serat Sutra bergerak dibidang produksi industri tekstil. Tujuan produksi
adalah untuk memenuhi kebutuhan pasar dan hanya sebagian kecil memenuhi
kebutuhan persediaan. Perusahaan menetapkan kebijakan persediaan yang sangat
minim untuk menjaga stabilitas keuangannya.
Perusahaan menghasilkan beberapa jenis kain dengan bahan sadar dan merk
yang berbeda. Bahan baku sebagian masih merupakan bahan impor terutama yang
tidak tersdia cukup dalam negeri.
Sebanyak 60% dari produk yang dihasilkan terutama yang berbahan dasar
sutra adalah untuk tujuan ekspor yang merupakan produk pesanan dengan waktu
pengiriman rata-rata 7 hari dari pesanan diterima dan sisanya untuk memenuhi
kebutuhan pasar dalam negeri.
Perusahaan menggunakan mesin otomatis berteknologi tinggi dengan
kapasitas produksi 300.000 meter per hari untuk kain dengan bahan dasar sutra
dan 4.750 meter kain yang tidak berbahan dasar sutra. Dari kapasitas produksi
yang dimiliki perusahaan beroperasi sebesar 85% dari kapasitas penuh.
Produksi disusun berdasarkan batch-batch yang lebih mengutamakan
optimalisasi pengolahan bahan yang tersedia.
Susunan direksi perusahaan adalah sebagai berikut:
Direktur Utama : Ny. Shri Utami
Direktur Akuntansi dan Keuangan : Ny. Trini Ray
Direktur Pemasaran : Tn. Hendro Sukantja

12
Sedangkan tujuan dilakukannya audit adalah untuk:
1) Menilai kinerja proses produksi dan operasi dalam menghasilkan barang
pesanan
2) Menilai ekoniomisasi, efisiensi, dan efektivitas proses produksi dan operasi
3) Memberikan berbagai saran dan perbaikan atas kelemahan dalam
keterlambatan pengiriman barang pesanan kepada pelanggan

2) Kesimpulan Audit

Berdasarkan temuan (bukti) yang kami peroleh selama audit yang kami
lakukan, kami dapat menyimpulkan sebagai berikut:

Kondisi:

 Perencanaan kebutuhan bahan baku perusahaan (terutama untuk produk


berbahan dasar sutra yang masih diimpor) sering tidak tepat, sehinggan
kedatangan bahan baku sering terlambat. Dari catatan penerimaan bahan baku
2006 rata-rata terjadi kekurangan bahan baku sebanyak 15% dari kebutuhan
produksi, sehingga proses produksi hanya mampu mencapai kuantitas 90% dari
produk yang dibutuhkan untuk memenuhi pesanan pelanggan sesuai jadwal
pengiriman yang ditetapkan.
 Karena proses produksi harus terus berjalan, supervisor memerintahkan untuk
memproduksi terlebih dahulu produk yang bahan bakunya tersedia di lokasi
pabrik, walaupun belum waktunya diproses, yang menyebabkan terjadinya
penumpukan persediaan rata-rata sampai 15% untuk produk nonsutra.
 Jadwal pemeliharaan mesin tidak selalu tepat dengan jadwal penggunaannya,
sehingga pada saat beberapa komponen mesin dibutuhkan sering belum siap
karena masih diperbaiki, yang berakibat terjadinya waktu tunggu rata-rata 1
jam setiap hari.
 Jadwal produksi tidak disesuaikan dengan terjadinya pemesanan dari
pelanggan yang sifatnya mendadak, sehingga belum termasuk dalam jadwal
produksi yang telah ditetapkan, yang menyebabkan tertundanya pengiriman
barang yang terjadwal rata-rata 2 hari untuk setiap pesanan.
 Jadwal penerimaan bahan baku dan perbaikan fasilitas produksi tidak
disesuaikan dengan terjadinya perubahan pesanan dari pelanggan, yang
menyebabkan terhambatnya proses produksi rata-rata 18 jam dalam seminggu.

13
Kriteria:

 Jadwal produksi disusun berdasarkan rencana penjualan, yang secara ketat


menghubungkan rencana pengiriman barang dengan jadwal produksi setiap
jenis produk.
 Jadwal produksi harus mampu meminimumkan :
 Biaya persediaan, dimana persediaan maksimum 5% dari produksi setiap
bulan untuk setiap jenis barang,
 Biaya penyetelan (setup) mesin,
 Upah lembur, dan
 Pengangguran sumber daya.
 Jadwala produksi harus terintegrasi dengan :
 Jadwal penerimaan bahan baku; bahan baku sudah tersedia dan siap
dilokasi pabrik 6 jam sebelum proses produksi dimulai.
 Pemeliharaan fasilitas produksi; mesin selalu dalam keadaan siap untuk
dioperasikan.
 Pengiriman barang; barang jadi dikirim paling lambat 7 hari kerja sejak
pesanan diterima.
 Jadwal produksi harus mampu mengoptimalkan tingkat penggunaan kapasitas
produksi.
 Jadwal produksi harus selaras dengan jadwal pada fungsi-fungsi yang lain.
 Perusahaan harus memiliki pedoman tertulis tentang perubahan jadwal
produksi yang diakibatkan oleh adanya tambahan (perubahan) pesanan
pelanggan, agar tidak mengganggu rencana produksi dan pengiriman yang
telah terjadwal.

Penyebab:

 Beberapa kali terjadi keterlambatan pemenuhan pesanan


 Saat beberapa komponen mesin dibutuhkan dalam proses produksi sering
belum siap karena masih diperbaiki
 Perusahaan tidak (belum) memiliki pedoman tertulis sebagai dasar untuk
melakukan perubahan jadwal produksi jika terjadi tambahan (perubahan)
permintaan dari pelanggan.

14
 Tidak ada mekanisme penyesuaian (cross check) program antara bagian
produksi, pembelian bahan baku dan pemeliharaan fasilitas produksi untuk
mencegah terjadinya keterlambatan produksi.

Akibat:

 Laba menurun selama 2 tahun terakhir secara signifikan


 Pengiriman barang yang terjadwal tertunda rata-rata 2 hari untuk setiap
pesanan
 Proses produksi terhambat rata-rata 18 jam dalam 1 minggu
 Terjadi pembatalan pesanan dan beberapa pelanggan dikawasan Timur Tengah
menunda pembayaran sebagai jaminan bahwa perusahaan akan memenuhi
pesanan berikutnya.
 Proses produksi hanya mampu mencapai kuantitas 90% dari produk yang
dibutuhkan untuk memenuhi pesanan pelanggan sesuai dengan jadwal pesanan
yang telah ditetapkan.
 Pasar dalam negeri mengalami penurunan sebesar 7,5% dari volume penjualan
tahun lalu yang mencapai 525 miliar.

3) Rekomendasi

Hasil audit yang dilakukan menemukan beberapa kelemahan yang harus


menjadi perhatian manajemen dimasa yang akan datang. Kelemahan ini dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

 Kelemahan yang terjadi pada perubahan penjadwalan produksi yang tidak


memiliki pedoman tertulis sebagai dasar untuk melakukan perubahan jadwal
jika ada tambahan (perubahan) pesanan dari pelanggan
 Kelemahan yang terjadi pada bagian produksi, pembelian bahan baku, dan
pemeliharaan fasilitas yang tidak melakukan mekanisme penyesuaian program
 Kelemahan yang terjadi pada jadwal pemeliharaan mesin yang tidak selalu
tepat dengan jadwal penggunaannya

15
Atas keseluruhan kelemahan yang terjadi, maka diberikan rekomendasi sebagai
koreksi atau langkah perbaikan yang bisa diambil manajemen untuk memperbaiki
kelemahan tersebut.

Rekomendasi:

 Perusahaan harus memiliki pedoman tertulis tentang perubahan jadwal


produksi yang diakibatkan oleh adanya tambahan (perubahan) pesanan
pelanggan, agar tidak mengganggu rencana produksi dan pengiriman yang
telah terjadwal.
 Perusahaan harus membuat jadwal produksi yang disusun berdasarkan
rencana penjualan, yang secara ketat menghubungkan rencana pengiriman
barang dengan jadwal produksi setiap jenis produk.
 Perusahaan harus membuat mekanisme penyesuaian (cross check)program
antara bagian produksi, pembelian bahan baku dan pemeliharaan fasilitas
produksi untuk mencegah terjadinya keterlambatan produksi.
 Perusahaan harus membuat jadwal pemeliharaan mesin yang tepat dengan
jadwal penggunaannya

Keputusan untuk melakukan perbaikan atas kelemahan ini sepenuhnya ada


pada manajemen, tetapi jika kelemahan ini tidak segera diperbaiki kami
mengkhawatirkan terjadi akibat yang lebih buruk pada Keterlambatan Produksi.

4) Ruang Lingkup Audit

Sesuai dengan penugasan yang kami terima, audit yang kami lakukan hanya
meliputi masalah Keterlambatan Produksi PT. Serat Sutra untuk periode tahun
2011/2012. Audit kami mencakup penilaian atas kecukupan sistem pengendalian
manajemen proses produksi, personalia yang bertugas dalam proses produksi, dan
aktivitas proses produksi yang dilaksanakan.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penilaian secara komprehensif terhadap keseluruhan fungsi produksi dan
operasi untuk menentukan apakah fungsi ini telah berjalan dengan memuaskan
(ekonomis, efektif, dan efisien). Audit ini tidak terbatas hanya pada unit produksi
tetapi juga berlaku untuk keseluruhan proses produksi dan operasi. Adapun
manfat atau diproduksi dan operasi adalah sebagai berikut:
 Dapat memberikangambaran kepadapihak yang berkepentingan tentang
ketaatan dan kemampuan fungsi produksidan operasi dalam menerapkan
kebijakan serta strategi yang telah ditetapkan.
 Dapatmemberikan informasi tentang usaha-usaha perbaikan proses produksi
dan operasi yang telahdilakukan perusahaan serta hambatan-hambatan yang
dihadapi..
 Dapat menentukan areapermasalahan yang masih dihadapi dalam mencapai
tujuan produksi dan operasi serta tujuanperusahan secara keseluruhan.
 Dapat menilai keuatan dan kelemahan strategi produksi danoperasi serta
kebutuhan perabaikannya dalam meningkatkan kontribusi fungsi ini
terhadappencapaian tujuan perusahaan.

17

Anda mungkin juga menyukai