Anda di halaman 1dari 4

RUPTUR PERINEUM TINGKAT 1-2

No. Dokumen :
No. Revisi :
Tanggal
SOP Terbit
:

PEMERINTAH KOTA Halaman : 1/3


SIBOLGA
UPTD Kepala Puskesmas
PUSKESMAS
dr. HERLINA NASUTION
SAMBAS
NIP. 19740505 200502 2 001

1. Pengertian Ruptur perineum adalah suatu kondisi robeknya perineum yang terjadi pada
persalinan pervaginam
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk menegakkan diagnosa
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas No.

4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 514 Tahun 2015

5. Prosedur Alat dan bahan – bahan :


1. ATK
2. Termometer
3. Stetoskop
4. Temperatur
6. Langkah-langkah 1. Dokter memperkenalkan diri dan memberi salam
2. Dokter melakukan anamnesis kepada pasien. Hasil anamnesis yaitu:
a. Kepala janin terlalu cepat lahir
b. Persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya 614
c. Sebelumnya pada perineum terdapat banyak jaringan parut
d. Pada persalinan dengan distosia bahu
e. Partus pervaginam dengan tindakan Pada literatur lain dikatakan faktor risiko
ruptur perineum
3. Dokter mencuci tangan
4. Dokter melakukan pemeriksaan fisik. Hasil pemeriksaan fisik yaitu:
a. Robekan pada perineum,
b. Perdarahan yang bersifat arterial atau yang bersifat merembes,
c. Pemeriksaan colok dubur, untuk menilai derajat robekan perineum

Klasifikasi ruptur perineum dibagi menjadi 4 derajat:


a. Derajat I
Robekan terjadi hanya pada selaput lendir vagina dengan atau tanpa
mengenai kulit perineum. Biasa tidak perlu dilakukan penjahitan.
b. Derajat II
Robekan mengenai selaput lender vagina dan otot perinea transversalis,
tetapi tidak melibatkan kerusakan otot sfingter ani.
c. Derajat III
Robekan mengenai perineum sampai dengan otot sfingter ani dengan
pembagian sebagai berikut:
 IIIa. Robekan < 50% sfingter ani eksterna
 Robekan > 50% sfingter ani ekterna
 Robekan juga meliputi sfingter ani interna 615
d. Derajat IV
Robekan mengenai perineum sampai dengan otot sfingter ani dan mukosa
rektum
5. Dokter mencuci tangan
6. Dokter menegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
7. Dokter melakukan penatalaksanaan.
 Non Medikantosa
a. Menghindari atau mengurangi dengan menjaga jangan sampai dasar
panggul didahului oleh kepala janin dengan cepat.
b. Kepala janin yang akan lahir jangan ditahan terlampau kuat dan lama, karena
akan menyebabkan asfiksia dan perdarahan dalam tengkorak janin, dan
melemahkan otot-otot dan fasia pada dasar panggul karena diregangkan
terlalu lama.

 Medikamentosa
a. Penatalaksanaan farmakologis
Dosis tunggal sefalosporin golongan II atau III dapat diberikan intravena
sebelum perbaikan dilakukan (untuk ruptur perineum yang berat).
8. Dokter memberikan konseling dan edukasi.
a. Memberikan informasi akan keadaan ibu yang mengalami perdarahan
pascasalin.
b. Memberikan informasi yang tepat kepada suami dan keluarga ibu terhadap
tindakan yang akan di lakukan dalam menangani perdarahan pascasalin.
c. Memastikan dan membantu keluarga jika rujukan akan dilakukan.
9. Dokter mencatat dalam rekam medis
10. Dokter merujuk pasien
7. Diagram Alir FLOW CHART

Dokter memperkenalkan diri dan


memberi salam

Dokter melakukan anamnesis kepada pasien

Dokter mencuci tangan

Dokter melakukan pemeriksaan fisik

Dokter mencuci tangan

Dokter menegakkan diagnosis berdasarkan


anamnesis dan pemeriksaan fisik

Dokter memberikan penatalaksanaan

Dokter memberikan edukasi dan konseling

Dokter mencatat dalam rekam medis

Dokter merujuk pasien


8. Hal-hal yang perlu Kriteria tindakan:
diperhatikan Pada Fasilitas Pelayanan Primer hanya untuk Luka Perineum Tingkat 1 dan 2. Untuk
luka perineum tingkat 3 dan 4 dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan sekunder
9. Unit Terkait PIH
Ruang rawat inap
Ruang gawat darurat
Laboratorium
Apotek
10. Dokumen Terkait 1. Rekam Medis
2. Catatan tindakan
11. Rekam historis
perubahan No Yang diubah Isi perubahan Tanggal mulai
dilakukan

Anda mungkin juga menyukai