Anda di halaman 1dari 15

BAB I

LAPORAN KASUS

I.1 Identitas Pasien


 Nama Pasien : Ny. LS
 Usia : 40 tahun
 Tanggal lahir : 01 Februari 1978
 Rekam Medis : 02307902
 Status Pernikahan : Menikah
 Pekerjaan : Ibu rumah tangga
 Agama : Islam
 Alamat : Jl. Masjid Baiturrahman, Duren Sawit
 Tanggal Masuk : 04 Oktober 2018
 Tanggal Periksa : 04 Oktober 2018

I.2 Anamnesis (Autoanamnesis 04 Oktober 2018)


a) Keluhan Utama:
Tekanan darah tinggi sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit
b) Keluhan Tambahan:
Hamil G5P4A0, usia kehamilan 8 bulan.
c) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUP Persahabatan dengan keluhan tekanan darah tinggi
sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien saat ini hamil G5P4A0 dan
mengaku usia kehamilan 8 bulan. Pasien HPHT lupa. Selama hamil rutin
kontrol ke Klinik Bunda sebanyak 4 kali. Selama hamil, tekanan darah tinggi.
Pasien sudah USG sebanyak 4 kali, namun hasil USG tidak dibawa oleh pasien.
Selama hamil, pasien diberi Nifedipin, namun tidak rutin diminum oleh pasien.
Nyeri kepala disangkal, pandangan mata kabur disangkal, nyeri ulu hati

1
disangkal, mual dan muntah disangkal. Pasien mengaku mulas sejak 1 hari.
Pasien mengaku keluar lendir darah, namun keluar air-air disangkal. Gerak
janin tidak dirasa sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien sempat
berobat ke RS Yadika 2 hari sebelum masuk rumah sakit dan mendapat obat
anti kejang, namun pasien pulang paksa.
d) Riwayat Kehamilan Saat ini
 HPHT = lupa
 Usia Kehamilan = 31 minggu
e) Riwayat Menstruasi
Menarche usia 12 tahun, siklus 28 hari, durasi 7-8 hari, 3-4 kali ganti pembalut,
nyeri saat haid tidak ada.
f) Riwayat Pernikahan
Menikah 1 kali pada tahun 2003 saat usia 25 tahun
g) Riwayat Obstetri
G5P4A0
1. Anak pertama, perempuan, usia 13 tahun, normal, sehat, berat lahir 2000
gram
2. Anak kedua, laki-laki, usia 11 tahun, normal, sehat, berat lahir 3200 gram
3. Anak ketiga, laki-laki, usia 8 tahun, normal, sehat, berat lahir 3100 gram
4. Anak keempat, laki-laki, meninggal dalam kandungan pada tahun 2017,
berat lahir 1600 gram
5. Hamil saat ini
h) Riwayat Penyakit Dahulu
Tekanan darah tinggi sejak hamil. Saat hamil ke-4, tekanan darah juga tinggi.
DM disangkal. Asma disangkal. Penyakit jantung disangkal.
i) Riwayat Penyakit Keluarga
HT (-) DM (-) Asma (-) Penyakit jantung (-)
j) Riwayat Sosial Ekonomi
Suami  Buruh (tamat SMP) , Istri  Ibu Rumah Tangga (tamat SMP)
k) Riwayat KB

2
Belum pernah menggunakan KB
l) Riwayat Alergi
Riwayat alergi makanan dan obat disangkal

I.3 Pemeriksaan Fisik


 Kesadaran : Compos Mentis
 Tanda Vital
o TD : 180/110 mmHg
o Nadi : 115x/menit
o RR : 20x/menit
o Suhu : 36,8ºC
o BB : 63 kg
o TB : 155 cm
o BMI : 26,25
 Status Generalis
o Kepala : tidak ada kelainan
o Mata : konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-
o Hidung : sekret (-), deviasi septum (-)
o Telinga : sekret -/-, serumen -/-
o Mulut : bibir sianosis (-), uvula di tengah, faring hiperemis (-), tonsil
T1-T1 normal
o Leher : Pembesaran KGB (-)
o Thorax : gerakan dinding dada simetris
 Paru : Vesikular (+), Ronkhi (-), Wheezing (-)
 Jantung: BJ 1 BJ 2 Reguler, Murmur (-), Gallop (-)
o Abdomen: Membuncit sesuai usia kehamilan
o Extremitas Superior et Inferior: Akral hangat, CRT <2 detik, edema -/-
 Status Obstetri
Abdomen
o Inspeksi: Membuncit sesuai usia kehamilan. striae gravidarum (+)

3
o Palpasi:
 Leopold I: TFU = 23 cm, Teraba struktur bulat dan lunak
 Leopold II: Teraba struktur yang rata di kiri, dan teraba struktur
keras bulat melenting di kanan
 Leopold III: Teraba struktur keras bulat melenting
 Leopold IV: Bagian terendah janin belum masuk PAP
o Auskultasi: DJJ tidak ditemukan
Genital
o Inspeksi: vulva/uretra tenang, tidak ada perdarahan aktif
o Io: Portio licin, OUE terbuka 1 cm, Fluksus (+), Fluor (+)
o VT: Portio lunak, posterior, tebal 2 cm, lebar 1 cm

4
I.4 Pemeriksaan Penunjang
a) Laboratorium
04-10-2018
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
DARAH PERIFER
LENGKAP
Hb 13,6 12,0-14,0 g/dL
Ht 38,7 37,0-43,0 %
Eritrosit 5.22 H 4,00-5,00 juta/uL
Leukosit 12060 H 5000-10000 /uL
Trombosit 179.000 150.000-400.000 /uL
MCV 74,1 L 82-92 fL
MCH 26,1 L 27-31 g/dL
MCHC 35,1 32-36 g/dL

HITUNG JENIS 0-1 %


Basofil 0,2 1-3 %
Eosinofil 0,5 L 52,0-76,0 %
Neutrophil 73,9 20-40 %
Limfosit 20,3 2-8 %
Monosit 5,1 11,5-14,5 %
RDW-CV 18,6 H

KIMIA KLINIS
SGOT 36 H
SGPT 44
Albumin 3.50

5
Ureum Darah 13 L
Kreatinin Darah 0.6
GDS 116

URINALISA
Urin Lengkap
Warna Kuning Muda
Kejernihan Jernih

Sedimen
Leukosit 1-3/LPB
Eritrosit 0-1/LPB
Silinder Negatif
Sel Epitel 1+
Kristal Negatif
Bakteri Negatif
Berat Jenis 1.025
pH 7.0
Albumin 3+ (H)
Glukosa Negatif
Keton Negatif
Darah/Hb Negatif
Bilirubin Negatif
Urobilinogen 3.4
Nitrit Negatif
Leukosit Esterase Negatif

6
b) Pemeriksaan USG
Janin presentasi kepala tunggal, IUFD, plasenta di anterior, tidak
tampak hematoma, retroplasenta, DJJ negatif

I.5 Diagnosis
Preeklampsia with severe feature pada kehamilan G5P4A0 hamil 31
minggu, janin presentasi kepala tunggal, IUFD, oligohidramnion, cervix belum
matang, belum inpartu.

I.6 Penatalaksanaan
 Observasi keadaan umum, tanda vital, kontraksi.
 Observasi tanda perburukan preeclampsia berat
 Cek lab darah lengkap, urin lengkap, gula darah sewaktu, SGOT,
SGPT, ureum darah, kreatinin darah, albumin, urinalisa
 Nifedipin 10 mg titrasi
 MgSO4 dosis awal 4 gram, dosis maintenance 1gram/jam
 Rencana terminasi kehamilan

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pendahuluan
Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5-15% penyulit kehamilan dan
merupakan salah satu dari tiga penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu
bersalin. Di Indonesia, mortalitas dan morbiditas hipertensi dalam kehamilan juga
masih cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh etiologi yang tidak jelas, juga oleh
perawatan dalam persalinan yang masih ditangani petugas non-medis dan sistem
rujukan yang belum sempurna. (Angsar, 2016)
Kelainan hipertensi dalam kehamilan, termasuk didalamnya preeklampsia,
merupakan penyulit hingga 10% pada kehamilan di seluruh dunia, dan merupakan
salah satu penyebab terbesar dari morbiditas dan mortalitas baik maternal maupun
perinatal di seluruh dunia. (ACOG, 2013)

II.2 Klasifikasi
Adapun klasifikasi dari hipertensi pada kehamilan di Indonesia adalah sebagai
berikut:
1. Hipertensi Kronik
2. Preeklampsia-eklampsia
3. Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia
4. Hipertensi Gestasional

II.2.1 Hipertensi Kronik


Hipertensi kronik merupakan hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan
20 minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah umur kehamilan 20
minggu dan hipertensi menetap sampai 12 minggu pasca persalinan.

8
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik dan diastolik ≥ 140/90 mmHg.
Pengukuran tekanan darah sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali selang 4 jam pada
pasien yang sedang dalam kondisi istirahat.

II.2.2 Hipertensi Gestasional


Hipertensi gestasional merupakan hipertensi yang timbul pada kehamilan
tanpa disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan pasca persalinan
atau kehamilan dengan tanda-tanda preeklampsia tanpa proteinuria.

II.2.3 Preeklampsia
Preeklampsia merupakan hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan
disertai dengan proteinuria. Proteinuria disini adalah adanya 300 mg protein dalam
urin 24 jam atau sama dengan ≥ 1+ dipstick.
Preeklampsia dibagi menjadi 2 bagian, yakni preeklampsia ringan dan
preeklampsia berat.

II.2.3.1 Preeklampsia Ringan


Preeklampsia ringan adalah suatu sindrom spesifik kehamilan dengan
menurunnya perfusi organ yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan
aktivasi endotel.
Diagnosis preeklampsia ringan ditegakkan berdasarkan atas timbulnya
hipertensi disertai proteinuria dan atau edema setelah kehamilan 20 minggu.
 Hipertensi: sistolik/diastolik ≥ 140/90 mmHg
 Proteinuria: ≥ 300 mg dalam urin 24 jam atau ≥ 1+ dipstick
 Edema: edema lokal tidak dimasukkan dalam kriteria preeklampsia,
kecuali edema pada lengan, muka, dan perut, serta edema generalisata
Ibu hamil dengan preeklampsia ringan dapat dirawat jalan. Dianjurkan ibu
hamil untuk banyak beristirahat (berbaring/tidur miring). Pada usia kehamilan > 20
minggu, tirah barng dengan posisi miring dapat menghilangkan tekanan rahim pada
vena kava inferior, sehingga meningkatkan aliran darah balik dan akan menambah

9
curah jantung. Hal ini berarti pula meningkatkan aliran darah ke organ-organ vital.
Penambahan aliran darah ke ginjal akan meningkatkan filtrasi glomeruli dan
meningkatkan diuresis. Diuresis akan meningkatkan ekskresi natrium, menurunkan
reaktivitas kardiovaskular, sehingga mengurangi vasospasme. Peningkatan curah
jantung akan meningkatkan pula aliran darah rahim, menambah oksigenasi plasenta,
dan memperbaiki kondisi janin dalam rahim.
Ibu hamil dengan preeklampsia ringan harus dirawat di rumah sakit bila tidak
ada perbaikan tekanan darah dan proteinuria dalam waktu 2 minggu, atau terdapat
satu atau lebih tanda-tanda preeklampsia berat.

II.2.3.2 Preeklampsia Berat


Preeklampsia berat adalah preeklampsia dengan tekanan darah sistolik ≥ 160
mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg disertai proteinuria > 5 gram dalam
24 jam.

Diagnosis preeklampsia berat ditegakkan bila terdapat satu atau lebih gejala
berikut ini:

 Tekanan sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 110 mmHg.


Tekanan ini didapat pada ibu hamil yang sedang dalam kondisi
istirahat.
 Proteinuria > 5 gram dalam 24 jam, atau 4+ dipstick
 Oliguria (produksi urin < 500cc/24 jam)
 Kenaikan kadar kreatinin plasma
 Gangguan visus dan serebral dengan onset baru
 Nyeri epigastrium atau nyeri pada abdomen kuadran kanan atas
 Edema paru
 Trombositopenia (trombosit < 100.000/mikroliter)
 Gangguan fungsi hepar

10
Preeklampsia berat dibagi menjadi dua: preeklampsia tanpa impending
eclampsia dan preeklampsia dengan impending eclampsia. Disebut impending
eclampsia bila preeklampsia berat disertai gejala-gejala subyektif seperti nyeri kepala
hebat, gangguan visus, muntah-muntah, nyeri epigastrium, dan kenaikan progresif
dari tekanan darah.

Pnderita preeklampsia berat harus segera dirawat inap dan dilakukan


manajemen cairan. Jika terdapar tanda edema paru, segera dilakukan koreksi cairan
berupa:

 Ringer-dextrose 5% dengan jumlah cairan 125 cc/jam


 Infus dextrose 5% yang tiap 1 liternya diselingi dengan infus ringer
laktat (60-125 cc/jam)

Selain diberikan koreksi cairan seperti di atas, dapat juga diberikan obat anti
kejang seperti Diazepam, Fenitoin, dan MgSO4.

Di Indonesia, pemberian obat antikejang untuk pasien preeklampsia adalah


MgSO4. Adapun cara pemberiannya adalah sebagai berikut:

 Loading dose: dosis inisal  4 gram MgSO4 intravena selama 15


menit.
 Dosis maintenance: MgSO4 diberikan dalam infus sebanyak 6 gram
dalam larutan Ringer per 6 jam.
 Pemberian MgSO4 dihentikan bila: ada tanda-tanda intoksikasi, setelah
24 jam pasca persalinan atau 24 jam setelah kejang terakhir

Selain diberikan koreksi cairan dan obat anti kejang, penderita preeklampsia
juga diberikan obat antihipertensi seperti:

 Nifedipin: 10-20 mg peroral, diulangi setelah 30 menit. Maksimum


120 mg dalam 24 jam.
 Sodium nitroprusside: 0,25 µg intravena/kg/menit

11
II.2.4 Eklampsia

Eklampsia merupakan kasus akut pada penderita preeklampsia, yang disertai


dengan kejang menyeluruh dan koma. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya,
pada preeklampsia dengan impending eclampsia yaitu preeklampsia berat disertai
gejala-gejala subyektif seperti nyeri kepala hebat, gangguan visus, muntah-muntah,
nyeri epigastrium, dan kenaikan progresif dari tekanan darah.

Manajemen dari eklampsia yang pertama adalah stabilisasi fungsi vital, yaitu
dengan memperhatikan dan menyelamatkan Airway, Breathing, Circulation (ABC).
Kemudian setelah itu mengatasi kejang, mengendalikan tekanan darah, dan
melahirkan janin pada waktu yang tepat dan dengan cara yang tepat.

Penobatan medikamentosa dari eklampsia adalah pemberian obat antikejang,


dengan obat pilihan pertamanya yaitu MgSO4.

Sedangkan pengobatan obstetrik dari eklampsia adalah mengakhiri kehamilan,


tanpa memandang usia kehamilan dan keadaan janin. Persalinan diakhiri bila sudah
mencapai stabilisasi hemodinamika dan metabolisme ibu. Pada perawatan pasca
persalinan pervaginam, monitoring tanda-tanda vital diperlukan.

12
BAB III

PEMBAHASAN

Pasien seorang wanita berusia 40 tahun datang dengan keluhan tekanan darah
tinggi sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Selama hamil rutin kontrol ke Klinik
Bunda sebanyak 4 kali. Selama hamil, tekanan darah tinggi. Nyeri kepala disangkal,
pandangan mata kabur disangkal, nyeri ulu hati disangkal, mual dan muntah
disangkal. Tekanan darah tinggi sejak hamil. Saat hamil ke-4, tekanan darah juga
tinggi.

Berdasarkan hasil anamnesis dengan pasien di atas, maka dapat disimpulkan


bahwa pasien menderita preeklampsia. Preeklampsia merupakan hipertensi yang
timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria. Berdasarkan
anamnesis, tekanan darah pasien tinggi sejak hamil, dan sebelum hamil tekanan darah
pasien normal. Selain itu, pada riwayat kehamilan yang ke-4 ditemukan kasus yang
serupa.

Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, terdapat tekanan darah 180/110 mmHg.


Hal ini mendukung kemungkinan preeklampsia, bahkan mendukung preeklampsia
with severe feature (preeklampsia berat). Diagnosis preeklampsia berat ditegakkan
berdasarkan bila terdapat satu atau lebih gejala berikut ini:

 Tekanan sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 110 mmHg.


Tekanan ini didapat pada ibu hamil yang sedang dalam kondisi
istirahat.
 Proteinuria > 5 gram dalam 24 jam, atau 4+ dipstick
 Oliguria (produksi urin < 500cc/24 jam)
 Kenaikan kadar kreatinin plasma
 Gangguan visus dan serebral dengan onset baru
 Nyeri epigastrium atau nyeri pada abdomen kuadran kanan atas

13
 Edema paru
 Trombositopenia (trombosit < 100.000/mikroliter)
 Gangguan fungsi hepar

Berdasarkan hasil laboratorium, terdapat peningkatan SGOT (36 U/L) serta


ditemukan albumin 3+ pada hasil urinalisa yang menunjukkan terdapat adanya
proteinuria. Hasil laboratorium tersebut menunjang dugaan preeklampsia, dimana
terdapat peningkatan tekanan darah yang disertai proteinuria. Adanya peningkatan
SGOT semakin menunjang kemungkinan diagnosis preeklampsia with severe feature
(preeklampsia berat).

14
DAFTAR PUSTAKA

Angsar, MD. 2016, Hipertensi dalam Kehamilan (dalam Ilmu Kebidanan Sarwono
Prawirohardjo Edisi 4). PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta.

Cunningham, et al (ed.) 2007, Williams Obstetrics 22nd Edition. McGraw-Hill: Texas

Kattah, et al. 2013, The Management of Hypertension in Pregnancy. Adv Chronic


Kidney Dis. 2013 May ; 20(3): 229–239. doi:10.1053/j.ackd.2013.01.014.

Lindheimer, et al. 2008, Hypertension in Pregnancy. Journal of the American Society


of Hypertension 2(6) (2008) 484–494.

Powe, et al. 2011, Preeclampsia, a Disease of the Maternal Endothelium: The Role of
Antiangiogenic Factors and Implications for Later Cardiovascular Disease.
10.1161/CIRCULATIONAHA.109.853127. Available at:
http://circ.ahajournals.org

Roberts, et al (ed.) 2013, Hypertension in Pregnancy. American College of


Obstetricians and Gynecologists: Washington DC

15

Anda mungkin juga menyukai