KEGIATAN - KEGIATAN
71
semua fluida yang terdapat pada GS I, II dan III akan ditest rate
produksinya dan di alirkan ke SKG Nibung nantinya.
72
Gambar 4.3. GS I
Gambar 4.4. GS II
73
sumur aktif yaitu 7 sumur gas lift dan 3 sumur ESP. Untuk injeksi air
(B-92 dan B-120), di GS II menggunakan pompa dari MGS. Disini
terdapat 4 Tanki Test dengan tinggi 4,46 m kapasitas 75,8 BBL tetapi
ada 2 unit yang buntu, ada 2 Separator Test (1 rusak karena masalah
kepasiran), ada 3 Separator Vertical dan 4 Separator Horizontal
dengan kapasitas 30 BBL, pompa transfer tinggal 1 yang beroperasi (1
ada komponen yang rusak dan 1 lagi membutuhkan tenaga yang besar).
Tangki Tampung ada 2 dengan kapasitas 160 m3 dan 320 m3 dan ada
Water Spool yang digunakan untuk Fire Station. Di GS II terdapat 2
jenis header yaitu group ( Low Pressure 1 dan 2 , Medium Pressure 1
dan 2 dan Air Asin ). Fluida dari header group akan di alirkan ke
separator horizontal sedangkan fluida dari header test akan di alirkan ke
separator vertical. Di separator ini akan di pisahkan gas dan liquidnya.
Dimana gasnya akan di alirkan ke srubber dan di pompakan ke SKG
nantinya sedangkan minyaknya akan di tamping di bulk tank atau
tangki penampung sementara sebelum di
74
Aspek keselamatan yang harus ada di unit GS antara lain : Apar,
foam untuk mematikan minyak yang tebakar, air untuk mendinginkan
tanki dan fire pump. Di unit GS juga terdapat ring line berwarna merah
yang berarti line khusus untuk air pemadam. Ada beberapa alat yang
ada di stasiun pengumpul, diantaranya : manifold, header, separator,
scrubber, tanki, BOC.
75
bertemperatur tertentu yang digunakan untuk memisahkan fluida
produksi kedalam fasa cairan dan fasa gas. Di fasilitas pengumpul ini
memakai 2 jenis separator yaitu horizontal dan vertical. Terdapat 2
fungsi separator yaitu separator test untuk mengetahui rate produksi
dari salah satu sumur dan separator group untuk mencampurkan gross
produksi dari banyak sumur.
76
Sedangkan Daniel Junior bersifat permanen, jadi jika ada kendala harus
mematikan flow line terlebih dahulu.
77
bahkan mati dan bila aliran gas dalam ring line masih mengandung air
maka dapat menyebabkan scale yang dapat menghambat laju produksi.
Setelah itu gas yang sudah difilter tersebut akan diarahkan ke SKG.
Lalu Control Valve (berwarna hijau) yang bergerak dengan gas
bertekanan rendah akan otomatis membuka jika level fluida sudah
tergolong tinggi dan fluida tersebut akan dialirkan ke BOC.
78
Gambar 4.11. Tanki Test GS
79
Gambar 4.13. Oil Catcher GS
4.1.2. Stasiun Kompressor Gas (SKG)
80
SKG Nibung
81
Gambar 4.16. Kompresor.
Untuk kompresor pada SKG Nibung memiliki 2 stage untuk
meningkatkan tekanan, sedangkan di SKG Bunyu memiliki 4 stage. Di
SKG Nibung terdapat 4 Kompresor, Kompresor 1 dan 2 untuk
penjualan PLN Bunyu dan Tarakan, City Gas Bunyu dan Tarakan,
Kompresor 3 stand by, Kompresor 4 untuk jaringan.. Di SKG Nibung
ada unit yang bernama Dehidration Unit (DHU) yang berfungsi untuk
menangkap/ mengikat kandungan air masih yang masih terbawa pada
kompressi gas. Di DHU ini air yang masih terbawa oleh gas nantinya
akan dipisahkan menggunakan chemical “glycol” yang berfungsi
mengikat air sedangkan gas dari DHU nantinya akan di alirkan ke PLN
Tarakan dan city gas Bunyu dan Tarakan.
SKG Bunyu
82
Di SKG Bunyu ada 3 Kompresor (2 operasi, 1 stand by). Gas yang
masuk ke SKG Bunyu memiliki pressure 17 psi dan discharge sebesar
400 psi. Di SKG Bunyu tidak terdapat DHU seperti di SKG Nibung.
Batas minimum tekanan suction adalah 10 psi dan maksimalnya 25 psi,
jika kurang dari P.min dan lebih dari P.max maka kompresor bisa mati.
Gas dari SKG Bunyu yang telah diproses akan difungsikan untuk
injeksi gas lift dan jika ada gas berlebihan akan di alirkan ke SKG
Nibung dan di jual.
83
Setelah minyak dari sumur dialirkan ke stasiun pengumpul dan
dilakukan pengukuran antara gross dan net oil maka minyak akan
dialirkan ke Stasiun Pengumpul Utama. Di MGS ini terdapat 5 tanki
yaitu tanki 1 dan 2 ( tanki minyak ), tanki 3 ( FWKO ), tanki 4 (Tanki
air kotor ), tanki 5 ( tanki air bersih). MGS sendiri berfungsi sebagai
menerima liquid sementara untuk dipisahkan sebelum disalurkan.
Gross fluid dari GS I, II, III dan EPF masuk ke header melalui manifold,
kemudian liquid tersebut terlebih dahulu masuk kedalam wash tank /
tanki FWKO (tanki nomor 3) untuk dilakukan pemisahan antara minyak
dan air.
84
Setelah itu air formasi ini akan dialirkan ke Nut Shell Filter, disini
air akan disaring menggunakan kulit Nut Shell yang dipanasi sampai
900 0C dengan ukuran seperti makanan ikan berwarna hitam yang
bernama “pecan”, perawatan pecan dilakukan selama 5 menit / hari
sambil disemprotkan air (Backwash Process). Minyak dan air yang
terkandung akan dialirkan ke BOC lalu di vacuum ke tanki 3. Lalu air
di NSF kemudian ketanki clean water (tanki 5) yang kemudian di
injeksikan kesumur injeksi dengan menggunakan pompa injeksi, Air
yang diinjeksikan ke dalam sumur pun memiliki batasan kandungan
minyak sebanyak maksimal 15 ppm.
Gambar 4.20. Nut Shell Filter Gambar 4.21. Pompa injeksi MGS
85
4.1.3.1 Sounding
Sounding adalah kegiatan mengukur Otinggi level cairan
dalam suatu tangki. Tahap pengukuran sebagai berikut :
1. Masukkan sounding meter ke dalam tangki yang akan
kita ukur.
2. Pastikan bandul pada sounding meter menyentuh meja
ukur.
3. Angkat sounding meter dan baca tinggi level cairan.
Tinngi level cairan yang didapat adalah 1.05 m
4. Oleskan pasta air pada sounding meter tersebut.
5. Celupkan kedalam tangki. Dan diamkan selama kurang
lebih 5 menit.
6. Setelah itu angkat dan pasta akan berubah warna menjadi
warnah merah untuk melihat level airnya. Tinggi level
airnya yang didapatkan adalah 6 cm.
7. Bersihkan pasta air pada sounding meter dengan majun.
8. Oleskan pasta minyka pada sounding meter tersebut.
9. Celupkan ke dalam tangki dan diamkan selama kurang
lebih 1 menit. Tinggi level minyak yang didapat adalah
94.5 cm
86
Salah satu tugas dan tanggung jawab Terminal adalah
mendistribusikan minyak mentah, yang dimaksud dengan
mendistribusikan minyak mentah dari suatu fasilitas penampung
sampai ke kapal tanker. Minyak yang ada selalu di periksa dan diukur
BS&W (Base sediment and Water), Density dan temperature yang akan
digunakan untuk mengetahui atau menghitung jumlah minyak dalam
keadan standar 15º C dan volume faktor koreksinya.
87
4.1.4.1 Analisa Minyak
a. Pelaksanaan Analisa
Siapkan peralatan safety, seperti sarung tangan dan kaca
mata safety.
Siapkan contoh yang mewakili.
Ambil sample minyak sebanyak 3 kali (1000 ml) pada
kedalaman upper, middle, dan lower
Demulsifier 10 ppm / 3 tetes.
Condensate 50 ml.
Siapkan peralatan :
Gelas Ukur 1000 cc.
Hydrometer, Thermometer atau Thermo Hydrometer.
Tube.
Centrifuge.
88
Gelas ukuran yang sudah tersisi sample ditaruh ditempat
yang datar. Thermo Hydrometer di celupkan didalamnya
sampai mengapung beberapa saat dan seimbang.
Density harus dibaca dimana terdapat angka terbesar pada
perpotongan permukaan minyak dan tanda bacaan ThM
yang terapung didapat 800 dan semakin kebawah semakin
besar hingga mencapai titik perpotongan permukaan
minyak sebanyak 39 jadi density nya sebesar 0.8390.
Untuk melakukan pembacaan temperatur, diusahakan air
raksa diujung Thermometer tetap tercelup dalam cairan.
Baca Suhu pada Thermometer.
Suhu pada Thermometer sebesar 30.6 0C.
89
Gambar 4.26. Pencampuran Sample
90
d. Menghitung Stock Minyak pada Kondisi Net Standard
Volume Correction Factor (VCF)
o Density 15° C
o Temperature Minyak di Tanki
o Tabel 53 & 54 ASTM
o Interpolasi
Contoh :
Diketahui :
o Density 15 ° C : 0,8682
o Suhu di Tanki : 31 ° C
o Density 15 ° C : 0,84928
o Berapa Volume Correction Factor (VCF) ?
91
Gambar 4.30 Tabel ASTM 54
92
pengaruh panas minyak terhadap measuring depth tape
dapat terabaikan. Adapun prosedur yang dilakukan dalam
pengukuran dengan metode innage, sebagai berikut:
Siapkan peralatan yang diperlukan :
o Measuring Depth tape/ pita ukur/roll meter
o Majun (kain lap pembersih).
o Pasta minyak dan pasta air.
93
c. Oleskan pasta air pada skala measuring depth
tape yang diperkirakan, kemudian turunkan
measuring depth tape perlahan - lahan
sedemikian rupa.
d. Oleskan pasta minyak pada skala measuring
depth tape yang diperkirakan sedemikian rupa.
e. Turunkan measuring depth tape sampai bob
menyentuh meja ukur, tetapi pita tetap tegang.
f. Tunggu sejenak sekitar 30 - 50 detik.
g. Tarik / gulung keatas dan baca cut point batas
permukaan minyak,
h. Teruskan gulung dan baca cut point batas
permukaan free water.
i. Lakukan minimal 2 kali sampai mendapatkan
angka identik dan catat pada tank ticket.
94
Gambar 4.33. Contoh Tank Ticket
Data Pengukuran :
Analisa Lab
Density 15 oC : 0,84928
BS & W : 0.4 %
95
Berapa Net Standart Minyak tangki 6?
Penyelesaian :
96
= 741.414 M3
Hitung Volume Kotor / Vol Gross Obs:
= 5675.030 – 741.414
= 4933,616 M3 nyata
= 4870.327 x 0,996
= 4850.846 M3
Ubah ke Barrel karena PT.Pertamina EP Asset 5 bunyu
menggunakan satuan Barrel, untuk merubahnya
menggunakan persamaan (Nett Standart x 6,293)
Net Standart = 4850.846 x 6.293
= 30562.374 Bbl
97
Jadi, Nett Standart yang terdapat pada tangki 1 sebesar
30562.374 Bbl. Hasil analisa BS & W adalah 0.4, dimana
minyak yang layak jual memiliki BS & W standart sebesar
0.50.
4.1.5. Pengapalan
98
4.2. Inflow Performance Relationship ( IPR )
Untuk mencari IPR composite dari semua layer kita di butuhkan data
mengenai berapa nilai pwf, pr , h , k dari tiap layer kita
Hitung nilai kh setiap layer. Dan total nilai k.h
Hitung nilai Q Proporsional dengan persamaan :
𝑘ℎ
𝑄𝑜 =
∑𝑘ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Hitung Qtes dari setiap layer dengan persamaan :
𝑄𝑡 = 𝑄𝑝𝑜𝑟 𝑥 169
Hitung nilai Qmax dengan rumus :
𝑄𝑡
𝑄𝑚𝑎𝑥 = 𝑝𝑤𝑓 𝑝𝑤𝑓 2
1− 0.2 ( )− 0.8( )
𝑝𝑟 𝑝𝑟
99
Table 4.2 IPR Z 10 Lower
3000
Pwf (psi)
2000
1000
0
0 10 20 30 40
Q (bpd)
1500
1000
500
0
0 10 20 30
Q (bpd)
1500
1000
500
0
0 10 20 30 40 50
Q (bpd)
100
Table 4.5 IPR Z 20 Lower
Pwf (psi)
2000
1500
1000
500
0
0 5 10 15 20
Q (bpd)
1500
1000
500
0
0 10 20 30 40
Q (bpd)
1500
1000
500
0
0 10 20 30 40 50
Q (bpd)
101
Table 4.8 Data IPR Composite before HF
IPR Composite
3500
3000
2500
Pwf (psi)
2000
1500
1000
500
0
0 50 100 150 200
Q (bpd)
Berdasarkan hasil hasil perhitungan dan plot grafik tersebut dapat disimpulkan
bahwa Z20 Upper memiliki laju alir maksimum (Qmax ) yang paling tinggi
sedangkan Z 20 Lower memiliki Qmax terendah di bandingkan layer lainnya. Hal
ini di sebabkan kerena adanya perbedaan antara Pr, Pwf, K, dan h nya.
102
4.2.2 IPR After Hidroulic Fracturing (Qtes= 411 bpd):
Untuk mencari IPR composite dari semua layer kita di butuhkan data
mengenai berapa nilai pwf, pr , h , k dari tiap layer kita
Hitung nilai kh setiap layer. Dan total nilai k.h
Hitung nilai Q Proporsional dengan persamaan :
𝑘ℎ
𝑄𝑜 =
∑𝑘ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Hitung Qtes dari setiap layer dengan persamaan :
𝑄𝑡 = 𝑄𝑝𝑜𝑟 𝑥 169
Hitung nilai Qmax dengan rumus :
𝑄𝑡
𝑄𝑚𝑎𝑥 = 𝑝𝑤𝑓 𝑝𝑤𝑓 2
1− 0.2 ( )− 0.8( )
𝑝𝑟 𝑝𝑟
103
table 4.9 IPR Z 10 Lower
Pwf (psi)
1000 81,91
2000
500 91,76
0 97,21 1000
0
0 50 100 150
Q (bpd)
2000
1000 58,53 1500
500 66,18 1000
0 70,38 500
0
0 20 40 60 80
Q (bpd)
2000
1000 99,40 1500
500 112,39 1000
0 119,51 500
0
0 50 100 150
Q (bpd)
104
table 4.11 IPR Z20 Lower
Pwf (psi)
2000
1000 43,75
1500
500 49,02 1000
0 51,94 500
0
0 20 40 60
Q (bpd)
1500
1000 98,64
1000
500 126,21
0 140,03 500
0
0 50 100 150
Q (bpd)
1500
500 93,62
1000
0 101,88
500
0
0 50 100 150
Q (bpd)
105
table 4.14 Data IPR Composite after HF
P Z10 Lower Z20 Upper Z20 Upper Z20 Lower Z50 Upper Z50 Lower Q total
2977,5 0,00 -5,60 -9,51 -0,09 -60,74 -145,16 -221,11
2974,51 0,18 -5,46 -9,28 0,00 -60,44 -144,63 -219,63
2853,72 7,14 0,00 0,00 3,73 -48,55 -123,59 -161,27
2302,73 35,66 22,36 37,97 19,00 0,00 -37,79 77,20
2018,03 48,31 32,27 54,80 25,77 21,43 0,00 182,57
2000 49,07 32,86 55,80 26,17 22,70 2,24 188,84
1500 67,68 47,42 80,53 36,13 54,03 57,32 343,12
1000 81,91 58,53 99,40 43,75 77,66 98,64 459,90
500 91,76 66,18 112,39 49,02 93,62 126,21 539,18
0 97,21 70,38 119,51 51,94 101,88 140,03 580,96
IPR Composite
3500
3000
2500
Pwf (psi)
2000
1500
1000
500
0
0 100 200 300 400 500 600 700
Q (bpd)
4.3. Slikcline
Slickline adalah wereline yang digunakan terutama untuk
mengoperassikan wereline equipment dalam pekerjaan-pekerjaan workover/
106
well intervention, BHP test, completion, fishing job, gas lift installation dan
sejenisnya dalam sumur migas. Dalam hal ini biasanya wereline equipment
tersebut berfungsi berdasarkan prinsip mekanis dan di operasikan dengan
manipulasi “Tarik ( Jar Up) “ dan “Ulur (Jar Down)” oleh Operator di
permukaan.
Adapun pada laporan kali ini akan membahas tentang langkah kerja
pengujian BHP dengan metode Slickline.
Tahapan kerja Slickline :
1) Perencanaan kerja
2) Persiapan alat
3) Running in hole sinker hingga kedalaman yang dituju
4) Running in hole peralatan EMR
5) Pull out of hole peralatan EMR
Penjelasan :
1) Perencanaan kerja adalah pembuatan daftar tahapan-tahapan kerja yang
akan dilakukan selama proses pengujian berlangsung
107
Gambar 4.36. Persiapan peralatan Slickline
108
5) Pull out of hole peralatan EMR adalah kegiatan mengeluarkan peralatan
EMR dari dalam lubang sumur.
Nyaring atau redamnya gelombang ini diukur dalam satuan millivolt atau
desibel. Cement dikatakan acceptable apabila gelombangnya dibawah 10
milivolt.
Gambar 4.38 persiapan tools log Gambar 4.39 perakitan log tool
Perakitan log ini harus sesuai dengan ketentuannya dimana log USIT
dan CCL yang pertama, kemudian log CBL/ VDL dan yang terakhir
log CNL dan gamma ray.
109
Gambar 4.40 log CBL Gambar 4.41 log USIT
110
Gambar 4.43 Logging CBL
111
Kegiatan ini berfungsi untuk menjaga produktivitas yang
permeabilitas reservoir suatu sumur tidak lebih baik dari sebelumnya.
Keadaan ini dikarenakan termampatnya jalan alir hidrokarbon yang hendak
keluar dari reservoir.
112
Gambar 4.44 unit hidroulic Fracturing(pompa, blender, tangki air)
5. Air akan ditarik keluar dari fraktur, tetapi pasir atau bahan pengisi yang
lain akan tetap tinggal di dalam fraktur. Pasir dan bahan pengisi ini
menjaga celah fraktur tetap terbuka sehingga gas akan bergerak keluar
dari fraktur menuju lubang sumur dan keluar ke permukaan.
6. Bila satu retakan sudah berhasil menarik gas keluar menuju lubang
sumur, maka sebuah plug akan dimasukkan ke dalam sumur untuk
menahan keluarnya gas dan proses perforating dan injection akan
diulangi untuk membuat retakan-retakan yang lain.
113
4.6 Perforasi
1) Safety Briefing
2) Perakitan gun perforasi
3) Running in hole perforating gun
4) Melakukan logging CCL, interpretasi, serta korelasi dengan log
CCL saat pengeboran
5) Penembakan
6) Pull out of hole perforating gun
Penjelasan :
1) Safety briefing adalah pertemuan sebelum dilakukannya suatu
pekerjaan guna memberikan pengetahuan kepada semua kru yang
bertugas akan bahaya yang dihadapi, penjelasan mengenai isyarat-
isyarat tertentu, serta mengingatkan agar bekerja sesuai dengan
prosedur yang telah ditentukan.
114
2) Perakitan perforation gun adalah kegiatan menyatukan komponen-
komponen perforation gun agar siap digunakan, pada saat perakitan
juga dilakukan pengukuran jarak antara komponen logging CCL
dengan top perforation.
115
Gambar 4.47 casing gun sebelum perfo Gambar 4.48 casing gun setelah perfo
116
Gambar 4.49 O ring
Pasang Steam Tip pada Bellows Assy dan berikan Loctite 242.
Kencangkan dan jangan sampai Bellows terputar.
Pasang Floating Seat, O-ring 210 pada Seat Housing
117
Pasang Truarc Ring pada Seat Housing
Gambar 4.53 rangkain dalam check valve gambar 4.54 check valve (kiri)
118
Lakukan pengujian pada gas lift valve
Manreal yang telah di pasang gas lift di beri tanda atau tulisan
sesuai dengan nama sumur dan tekanan valvenya.
Gas Lift siap di pasang pada sumur.
119
2. Proses Pengujian Gas Lift Valve
Pengisian Nitrogen :
1. Pastikan semua valve pada testrack tertutup
2. Buka valve supply pada tabung Nitrogen
3. Berikan tekanan pada dome ( + 50 psiadari PTRO)
4. Periksa kebocoran pada valve
5 .Diamkan di water bath dengan temperature 15
Setting PTRO :
a. Pasang Gas Lift Valve pada Testrack
b. Pasang De‐ Airing Tool, putar searah jarum jam, ablas
secara perlahan dan atur PTRO
c. Sesuai dengan desain program. Lakukan uji hidrotest
pada gas lift valve dan atur tekanan setiap valve sesuai
dengan ketentuan Intalisasi Gas Lift
120
4.8 Plug Cementing
Plug Cementing merupakan proses penyemanan penempatan semen slurry
ke dalam sumur dengan tujuan agar tercipta solid seal atau plug. Plug-back
cementing dilakukan untuk:
Menutup atau meninggalkan sumur (abandonment well).
Melakukan directional drilling sebagai landasan whipstock
yangdikarenakan adanya perbedaan compressive stregth antara
semendan formasi maka akan mengakibatkan bit berubah arahnya.
Menutup zona air di bawah zona minyak agar water-oil
ratioberkurang pada open hole completion.
121
o Memompakan 6.2 bbl slurry semen dengan densitas 15.8 ppg.
o Memompakan 0.96 bbl spacer behind.
o Memompakan 28.4 bbl displacement fluid.
o Underdisplace 1.0 bbl
o Stop pemompaan.
o Mencabut tubing 22 joint single.
o Flush 2 bbl
o Mencabut tubing 6 joint
o Melakukan reverse out 2 kali kapasitas tubing 54.9 bbl
o Menutup valve dan tunggu semen kering.
Penjelasan :
A. Menurunkan tubing kedalam lubang sumur, bertujuan untuk sebagai
media penyalur fluida yang akan diinjeksikan dari permukaan,
kedalaman tubing diusahakan sedikit lebih dalam dari lubang
perforasi terdalam, pada kasus ini kedalaman tubing berada pada
kedalaman 1650 m (5413.7 ft) atau lebih dalam 5 meter dari lubang
perforasi terbawah.
B. Kick of test pumping unit adalah serangkaian test yang dilakukan
untuk menguji kekuatan pompa injeksi semen, agar dapat dipastikan
bahwa tekanan pompa dapat mengimbangi tekanan formasi, pada
kasus ini pompa diuji hingga mencapai tekanan 500 Psi.
C. Pressure test cementing line tidak jauh berbeda dengan kick of test
pumping unit, yang membedakan hanyalah objek yang diuji coba
yaitu Cementing Line, Cementing Line adalah sejenis pipa flexible
yang menghubungkan pompa dengan Swivel dan tubing string,
Cementing Line diuji coba hingga tekanan 2000 Psi.
D. Injectivity test adalah proses pengujian yang dilakukan untuk
mengetahui respon formasi ketika dilakukan injeksi fluida, sehingga
bisa diketahui apakah formasi merupakan zona lost circulation atau
tidak, selain itu test ini juga dapat memberikan prediksi jumlah semen
yang akan masuk kedalam formasi.
122
Gambar 4.59 Unit Control
E. Proses pencampuran bubuk semen dan bahan kimia lainnya hingga
menjadi bubur semen, berikut adalah beberapa peralatan dan proses
yang dilakukan pada tahap ini :
Peralatan :
o Tangki semen atau silo (wadah menampung bubuk semen)
123
o Tangki air (sebagai wadah menampung air yang akan
digunakan untuk campuran semen dan keperluan lain).
Proses :
o Air dipompakan kedalam Mixing Hopper.
o Air yang sudah berada didalam Mixing Hopper dicampur
dengan chemical yang bersifat liquid hingga homogen.
o Pemompaan bubuk semen kedalam Mixing Hopper dan
ditunggu hingga menjadi homogen dengan campuran
sebelumnya.
o Menambahkan campuran dengan chemical yang bersifat
padat hingga bercampur dan menjadi homogen.
124
o Bubur semen siap diinjeksikan.
125
4.9 Sistem Sirkulasi
Sistem sirkulasi merupakan salah satu sistem yang memegang peranan
penting di dalam operasi pengeboran putar (rotary drilling). Sistem sirkulasi
tersusun oleh empat sub komponen utama, yaitu :
a. Lumpur pengeboran (drilling fluid)
b. Tempat persiapan (preparation area)
c. Peralatan sirkulasi (circulating equipment)
d. Tempat pengkondisian lumpur (Conditioning area atau solid control
equipment)
1. Mud Pump
Berfungsi untuk memompa fluida pemboran dengan tekanan tinggi.
Ada dua macam mud pump yaitu : Duplex dan Triplex. Perbeda an
dalam jumlah torak dan cara kerjanya.
126
2. Mud pits
Mud pits adalah suatu kolam tempat lumpur sebelum disirkulasikan.
System pit dan susunan dari peralatan yang menangani lumpur diatas
pit dirancang atas pertibangan drilling engineer
127
4. Contaminat Removal
Merupakan suatu peralatan yang berfungsi untuk membersihkan fluda
pemboran yang keluar dari lubang sumur setelah disirkulaskan, terdiri
dari
a. Mud gas separator, berfungsi untuk memisahkan gas-gas dari
fluida pemboran
b. Shale shaker, berfungsi untuk memisahkan cutting berukuran
besar dari fluida pemboran.
128
Gambar 4.67 Desender
129
Impeller terdiri dari dua piringan yang didalamnya terdapat sudu-
sudu, pada saat impeller diputar dengan kecepatan sudut, cairan dalam
impeller dilemparkan keluar dengan tenaga potensial dan kinetik tertentu.
Cairan yang ditampung dalam rumah pompa kemudian dievaluasikan
melalui diffuser, sebagian tenaga kinetik dirubah menjadi tenaga potensial
berupa tekanan. Karena cairan dilempar ke luar, maka terjadi proses
penghisapan.
Peralatan Electric Submersible Pump (ESP) dapat dibagi menjadi
dua bagian yaitu:
1. Peralatan di atas permukaan.
2. Peralatan di bawah permukaan.
130
Wellhead atau kepala sumur dilengkapi dengan tubing hanger
khusus yang mempunyai lubang untuk cable pack-off atau
penetrator.
131
Switchboard adalah panel kontrol kerja di permukaan saat pompa
bekerja yang dilengkapi dengan motor controller, overload dan
underload protection serta alat pencatat (recording instrument) yang
bisa bekerja secara manual ataupun otomatis apabila terjadi
penyimpangan.
Fungsi utama dari switchboard adalah :
a) Untuk mengontrol kemungkinan terjadinya downhole problem
seperti: overload atau underload current.
b) Auto restart setelah underload pada kondisi intermittent well.
c) Mendeteksi unbalance voltage.
Transformer
Merupakan alat untuk mengubah tegangan listrik, bisa untuk
menaikan atau menurunkan tegangan. Biasanya tegangan input
transformer diberikan tinggi agar didapat ampere yang rendah pada
jalur transmisi, sehingga tidak dibutuhkan kabel (penghantar) yang
besar. Tegangan input yang tinggi akan diturunkan dengan
menggunakan step-down transformer sampai dengan tegangan yang
dibutuhkan oleh motor.
132
Gambar 4.73 Transformer
Genset ( Sumber Listrik )
Peralatan yang menghasilkan daya listrik untuk mensuplai arus
listrik ke Switchboard sesuai dengan kebutuhan yang di perlukan
Switchboard itu sendiri dengan ketentuan tegangan sesuai dengan
operating voltage motor di bawah permukaan.
133
Dipasang dibawah Motor Type Upper atau Center Tandem, karena
alat ini dihubungkan pada Wye dari Electric Motor yang seolah-olah
merupakan bagian dari Motor tersebut.
b) PSI Surface Readout
Merupakan bagian dari sistem yang mengontrol kerja Down Hole
Unit serta menampakkan (display) informasi yang diambil dari
Down Hole Unit.
134
• Stator (gulungan kabel halus yang stasioner dan
menempel pada badan motor).
Protectors
Protector (Reda) sering juga disebut dengan Seal Section (Centrilift)
atau Equalizer (ODI). Secara prinsip protector mempunyai 4 (empat)
fungsi utama, yaitu :
• Untuk melindungi tekanan dalam motor dan tekanan
di annulus.
• Menyekat masuknya fluida sumur kedalam motor.
• Tempat duduknya thrust bearing (yang mempunyai
bantalan axial dari jenis marine type) untuk
merendam gaya axial yang ditimbulkan oleh pompa.
• Memberikan ruang untuk pengembangan dan
penyusutan minyak motor sebagai akibat dari
perubahan temperatur dari motor pada saat bekerja
dan saat dimatikan.
135
Gambar 4.76 Protector
Intake
Intake dipasang dibawah pompa dengan cara menyambungkan
sumbunya (shaft) memakai coupling. Intake merupakan saluran
masuknya fluida dari dasar sumur ke pompa menuju permukaan.
Intake mempunyai lubang untuk masuknya fluida ke pompa, dan
dibagian luar dipasang selubung (screen) yang gunanya untuk
menyaring partikel masuk ke intake sebelum masuk kedalam
pompa.
Pump Unit
Unit pompa merupakan Multistages Centrifugal Pump, yang terdiri
dari : impeller, diffuser, shaft (tangkai) dan housing (rumah pompa).
136
Gambar 4.78 Unit Pompa ESP
Electric Cable
Kabel yang dipakai adalah jenis tiga konduktor. Fungsi utama dari
kabel tersebut adalah sebagai media penghantar arus listrik dari
switchboard sampai ke motor di dalam sumur.
Check Valve
Check valve biasanya dipasang pada tubing (2 – 3 joint) di atas
pompa. Bertujuan untuk menjaga fluida tetap berada di atas pompa.
Jika check valve tidak dipasang maka kebocoran fluida dari tubing
(kehilangan fluida) akan melalui pompa yang dapat menyebabkan
aliran balik dari fluida yang naik ke atas, sebab aliran balik (back
137
flow) tersebut membuat putaran impeller berbalik arah, dan dapat
menyebabkan motor terbakar atau rusak.
Centralizer
138