Anda di halaman 1dari 18

a.

Pengangkatan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul

Pengangkatan Muhammad sebagai nabi atau rasul Allah SWT, terjadi pada
tanggal 17 Ramadan, 13 tahun sebelum hijrah (610 M) tatkala beliau sedang
bertahannus di Gua Hira, waktu itu beliau genap berusia 40 tahun. Gua Hira
terletak di Jabal Nur, beberapa kilo meter sebelah utara kota Mekah.
Muhamad diangkat Allah SWT, sebagai nabi atau rasul-Nya ditandai dengan
turunnya Malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu yang pertama kali yakni
Al-Qur’an Surah Al-‘Alaq, 96: 1-5. Turunnya ayat Al-Qur’an pertama tersebut,
dalam sejarah Islam dinamakan Nuzul Al-Qur’an.
Menurut sebagian ulama, setelah turun wahyu pertama (Q.S. Al-‘Alaq: 1-5)
turun pula Surah Al-Mudassir: 1-7, yang berisi perintah Allah SWT agar Nabi
Muhammad berdakwah menyiarkan ajaran Islam kepada umat manusia.
Setelah itu, tatkala Nabi Muhammad SAW berada di Mekah (periode Mekah)
selama 13 tahun (610-622 M), secara berangsur-angsur telah diturunkan
kepada beliau, wahyu berupa Al-Qur’an sebanyak 4726 ayat, yang meliputi 89
surah. Surah-surah yang diturunkan pada periode Mekah dinamakan Surah
Makkiyyah.

Sesudah turun wahyu yang pertama, malaikat Jibril beberapa lama tidak
turun, sehingga Rasulullah sangat menanti kedatangannya. Beliaupun selalu
datang ke gua Hira’ sebagaimana kebiasaanya.

Pada suatu hari, kedengaranlah oleh beliau bunyi suara dari langit lalu
diangkatkannya kepalanya ke atas, kelihatanlah oleh beliau malaikat Jibril.
Melihat pemandangan itu, tubuh beliau berasa gemetar. Beliau pulang ke
rumahnya dalam keadaan takut. Sesampainya di rumah, beliau terus sambil
berkata kepada keluarganya “Selimutilah aku! Selimutilah aku!” Maka, diselimuti
oleh mereka. Dalam keadaan semacam itu, datanglah Jibril menyampaikan
firman Allah kepada beliau yang artinya :

Artinya : “Hai orang yang berselimut! Bangun dan beri ingatlah! Hendaklah
engkau besarkan Tuhan-mu! Dan bersihkanlah pakaianmu!
Jauhilah perbuatan dosa! Janganlah engkau memberi karena
hendak mendapat balasan banyak! Hendaklah engkau sabar karena
Tuhanmu!”

Setelah turun ayat di atas, Rasulullah berdakwah dengan cara menyeru


keluarga dan sahabat-sahabat beliau yang paling karib. Percaya adanya Tuhan
dan meninggalkan pemujaan berhala.

1. Tahapan Dakwah Rasulullah

Objek dakwah Rasulullah SAW pada awal kenabian adalah masyarakat Arab
Jahiliyah, atau masyarakat yang masih berada dalam kebodohan. Dalam bidang
agama, umumnya masyarakat Arab waktu itu sudah menyimpang jauh dari
ajaran agama tauhid, yang telah diajarkan oleh para rasul terdahulu, seperti
Nabi Adam A.S. Mereka umumnya beragama watsani atau agama penyembah
berhala. Berhala-berhala yang mereka puja itu mereka letakkan di Ka’bah
(Baitullah = rumah Allah SWT). Di antara berhala-berhala yang termahsyur
bernama: Ma’abi, Hubai, Khuza’ah, Lata, Uzza dan Manar. Selain itu ada pula
sebagian masyarakat Arab Jahiliyah yang menyembah malaikat dan bintang
yang dilakukan kaum Sabi’in.
Ajaran Islam Periode Mekah
Ajaran Islam periode Mekah, yang harus didakwahkan Rasulullah SAW di awal
kenabiannya adalah sebagai berikut:
A .Keesaan Allah SWT
b. Hari Kiamat sebagai hari pembalasan
c. Kesucian jiwa
d. Persaudaraan dan Persatuan
D.Misi Dakwah Nabi Muhammad saw.

Dengan kesabarannya, Rasulullah saw. Mendapat pengiku walau baru beberapa


orangyang masuk agama Islam. Perjuangan dakwah ini membutuhkan waktu yang lama
untuk membentuk manusia yang beriman kepada Allah Swt.Setelah diperjuangkan oleh
Rasulullah saw. Selama lebih kurang 13 tahun di Mekah,islam menjadi agama pilihan
orang-orang di Jazirah Arab. Kedatangan islam di Jazirah Arabbenar-benar menjadi
rahmat bagi Bangsa Arab. Mereka yang tadinya bercerai-berai salingbermusuhan berhasil
diastukan oleh satu tujuan mulia, yaitu Dinul Islam. Selama lebihkurang 23 tahun agama
Islam disebarkan oleh Nabi Muhammad saw. Dengan pengorbananyang luar biasa.
Rasulullah saw.

Islam adalah agama yang sempurna karena sebagai berikut.

1. Agama Islam merupakan agama untuk seluruh manusia,. Berbeda halnya denganagama
samawi sebelumnya, terbatas hanya untuk satu kaum saja.
2. Ajaran Islam meliputi semua aspek kehidupan.
3. Agama Islam berfungsi sebagai Rahmatan lil alamin.Dengan ayat tersebut, misi atau
dakwah Nabi Muhammad saw. Untuk menyampaikanIslam telah selesai. Nabi Muhammad
saw. Menerima wahyu terakhir itu satu tahun sebelumbeliau melakukan haji wada’ (haji
perpisahan) yang diikuti oleh lebih kurang 100.000 kaummuslimin. Dihadapan
ratusan ribu jamaah itu Rasulullah saw. Mengucapkan pidato mahapentingdan mempunyai
nilai-nilai bagi kaum muslimin.Menurut ahli sejarah, ayat tersebut merupakan wahyu
terakhirnya yang diturunkankepada Nabi Muhammad saw. Setelah ayat itu dibacakan oleh
Nabi Muhammad saw. Abu Bakaras-Sidiq menangis. Lalu Nabi Muhammad saw. Bertanya
tentang apa yang menyebabkannyamenangis. Abu Bakar As-Sidiq menjawab bahwa
sesuatu yang telah sempurna tidak ada lagi yang ditunggu, kecuali kekuarangannya.
Jawaban Abu Bakar As-Sidiq itu dibenarkan olehRasulullah saw.Setelah turunya ayat
tersebut, tidak lama kemudian beliau wafat. Selama lebih kurang 23tahun beliau
menunaikan tugas sebagai Rasul. Menyampaikan berita gembira dan membawa
peringatan untuk semua mahluk di dunia ini.

Strategi Dakwah Rasulullah Periode Mekah


Tujuan dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekah adalah agar
masyarakat Arab meninggalkan kejahiliyahannya di bidang agama, moral dan
hokum, sehingga menjadi umat yang meyakini kebenaran kerasulan nabi
Muhammad SAW dan ajaran Islam yang disampaikannya, kemudian
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Strategi dakwah Rasulullah SAW dalam berusaha mencapai tujuan yang luhur
tersebut sebagai berikut:

1. Dakwah secara Sembunyi-sembunyi Selama 3-4 Tahun


Pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi ini, Rasulullah SAW
menyeru untuk masuk Islam, orang-orang yang berada di lingkungan rumah
tangganya sendiri dan kerabat serta sahabat dekatnya. Mengenai orang-orang
yang telah memenuhi seruan dakwah Rasulullah SAW tersebut adalah: Khadijah
binti Khuwailid (istri Rasulullah SAW, wafat tahun ke-10 dari kenabian), Ali bin
Abu Thalib (saudara sepupu Rasulullah SAW yang tinggal serumah dengannya),
Zaid bin Haritsah (anak angkat Rasulullah SAW), Abu Bakar Ash-Shiddiq
(sahabat dekat Rasulullah SAW) dan Ummu Aiman (pengasuh Rasulullah SAW
pada waktu kecil).
Abu Bakar Ash-Shiddiq juga berdakwah ajaran Islam sehingga ternyata
beberapa orang kawan dekatnya menyatakan diri masuk Islam, mereka adalah:
۞ Abdul Amar dari Bani Zuhrah
۞ Abu Ubaidah bin Jarrah dari Bani Haris
۞ Utsman bin Affan
۞ Zubair bin Awam
۞ Sa’ad bin Abu Waqqas
۞ Thalhah bin Ubaidillah.
Orang-orang yang masuk Islam, pada masa dakwah secara sembunyi-
sembunyi, yang namanya sudah disebutkan d atas disebut Assabiqunal
Awwalun (pemeluk Islam generasi awal).

2. Dakwah secara terang-terangan


Dakwah secara terang-terangan ini dimulai sejak tahun ke-4 dari
kenabian, yakni setelah turunnya wahyu yang berisi perintah Allah SWT agar
dakwah itu dilaksanakan secara terang-terangan. Wahyu tersebut berupa ayat
Al-Qur’an Surah 26: 214-216.
Tahap-tahap dakwah Rasulullah SAW secara terang-terangan ini antara lain
sebaga berikut:

1. Mengundang kaum kerabat keturunan dari Bani Hasyim, untuk


menghadiri jamuan makan dan mengajak agar masuk Islam. Walau
banyak yang belum menerima agama Islam, ada 3 orang kerabat dari
kalangan Bani Hasyim yang sudah masuk Islam, tetapi merahasiakannya.
Mereka adalah Ali bin Abu Thalib, Ja’far bin Abu Thalib, dan Zaid bin
Haritsah.
2. Rasulullah SAW mengumpulkan para penduduk kota Mekah, terutama
yang berada dan bertempat tinggal di sekitar Ka’bah untuk berkumpul di
Bukit Shafa.

Pada periode dakwah secara terang-terangan ini juga telah menyatakan diri
masuk Islam dari kalangan kaum kafir Quraisy, yaitu: Hamzah bin Abdul
Muthalib (paman Nabi SAW) dan Umar bin Khattab. Hamzah bin Abdul Muthalib
masuk Islam pada tahun ke-6 dari kenabian, sedangkan Umar bin Khattab
(581-644 M).
Rasulullah SAW menyampaikan seruan dakwahnya kepada para penduduk di
luar kota Mekah. Sejarah mencatat bahwa penduduk di luar kota Mekah yang
masuk Islam antara lain:
۞ Abu Zar Al-Giffari, seorang tokoh dari kaum Giffar.
۞ Tufail bin Amr Ad-Dausi, seorang penyair terpandang dari kaum Daus.
۞ Dakwah Rasulullah SAW terhadap penduduk Yastrib (Madinah).
Gelombang pertama tahun 620 M, telah masuk Islam dari suku Aus dan Khazraj
sebanyak 6 orang. Gelombang kedua tahun 621 M, sebanyak 13 orang, dan
pada gelombang ketiga tahun berikutnya lebih banyak lagi. Diantaranya Abu
Jabir Abdullah bin Amr, pimpinan kaum Salamah.
Pertemuan umat Islam Yatsrib dengan Rasulullah SAW pada gelombang ketiga
ini, terjadi pada tahun ke-13 dari kenabian dan menghasilkan Bai’atul Aqabah.
Isi Bai’atul Aqabah tersebut merupakan pernyataan umat Islam Yatsrib bahwa
mereka akan melindungi dan membela Rasulullah SAW. Selain itu, mereka
memohon kepada Rasulullah SAW dan para pengikutnya agar berhijrah ke
Yatsrib.

Banyak orang yang masuk Islam dengan perantaraan Abu Bakar. Mereka
terkenal dengan nama “Assabiqunal Awwalun” (orang-orang yang lebih dahulu
masuk Islam). Mereka ialah Usman bin ‘Affan Zuber Ibnul Awwam, Sa’ad Ibnu
Abi Waqqash, Abdur Rahman Ibnu ‘Auf, Thalhah Ibnu ‘Ubaidillah, Abu’Ubaidah
Ibnu Jarrah, dan Al Arqam Ibnu Abil Arqam. Rumah Al Arqam Ibnu Abil Arqam
dijadikan markas seruan kepada agama baru itu.

b. Menyeru Bani Abdul

Menyeru Bani Abdul Muthalib, ini adalah fase yang kedua. Fase ini
dimulai oleh Rasulullah sesudah Allah menurunkan firman-Nya yang
artinya.

Artinya : “Beri ingatlah familimu yang dekat-dekat”. (QS. Asy-Syu’ara :


214)

Nabi menyeru Bani Abdul Mutthalib. Sesudah mereka berkumpul


berkatalah Nabi : “Menurut yang saya ketahui belum pernah seorang
pemuda membawa sesuatu untuk kaumnya yang lebih utama dari apa
yang saya bawa untuk kamu. Saya bawa untuk kamu segala kebaikan
dunia dan akhirat.
Perkataan Nabi ini disambut dengan baik dan dibenarkan oleh
sebagian mereka, tetapi sebagian lagi mendustakannya. Abu Lahab
paman Nabi sendiri sangat mendustakan : demikian juga istri Abu Lahab
itu.

Abu lahab berkata : “Celakalah engkau! Apa untuk inikah kami


engkau panggil?”. Berkaitan dengan perilaku Abu Lahab ini Allah
berfirman :

Artinya : Binasalah hendaknya kedua tangan Abu Lahab, dan binasalah


Abu Lahab itu. Hartanya dan apa yang telah diusahakannya
tidaklah membei faedah kepadanya. Dia akan dimasukkan ke
dalam neraka yang bergejolak, begitu juga isterinya, pemikul
kayu bakar itu. pada leher isterinya tali dari serat-serat.” (QS.
Al-Lahab : 1-5)

2. Kaum Quraisy Mulai Menentang Rasulullah

Seruan Rasulullah saw telah diketahui oleh kaum Quraisy, akan tetapi dengan
cara rahasia ini mereka tidak mempedulikan dampak yang akan terjadi, mereka
tidak mengira bahwa dakwah Rasul terhadap Islam akan sangat pesat dan dapat
diterima oleh masyarakat. Kemudian setelah Rasul mulai berdakwah secara
terang-terangan, kaum Quraisy mulai menyatakan tantangannya dan
berkonfrontasi terhadap agama Islam yang baru didakwahkan oleh Rasulullah
saw. Kaum Quraisy berusaha menghentikan tindakan Rasulullah dengan cara
apapun.

3. Faktor – Faktor yang Mendorong Kaum Quraisy Menentang Seruan Islam


Sebab-sebab yang mendorong kaum Quraisy menentang agama Islam dan
kaum Muslimin, yaitu sebagai berikut :

a. Persaingan berebut kekuasaan

Kaum Quraisy tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan, atau
antara kenabian dan kerajaan. Mereka mengira bahwa tunduk kepada agama
Muhammad adalah berarti tunduk kepada kekuasaan Bani Abdul Mutthalib.

Bagi kaum Quraisy untuk menyerahkan pimpinan kepada Muhammad, karena


menurut mereka berarti suku-suku bangsa Arab akan kehilangan kekuasaan
dan pengaruh dalam masyarakat.

b. Persamaan antara hak bangsawan dan hamba sahaya

Bangsa Arab hidup berkasta-kasta. Tiap-tiap manusia digolongkan kepada


kasta yang tidak boleh dilampauinya. Tetapi, seruan memberikan hak sama
kepada manusia. Hak sama ini adalah suatu dasar yang penting dalam agama
Islam. Hamba sahaya itu dipandang lebih mulia dari tuannya apabila lebih
bertakwa dari tuannya itu.

c. Takut dibangkitkan kembali

Agama islam mengajarkan bahwa pada hari kiamat manusia akan bangkit dari
kuburnya, dan semua perbuatan manusia akan dihisab. Oleh yang berbuat baik,
kebaikannya itu akan dibalas sebagaimana orang yang berdosa akan disiksa,
karena kejahatan-kejahatan dan dosa-dosanya.

Manusia diharapkan kembali dalam keadaan tiada mempunyai kekuasaan dan


pengaruh. Kemudian diadakan perhitungan terhadap segala perbuatannya
dengan adil, hemat, dan cermat.
Gambaran inilah yang mendorong mereka menolak agama baru itu yang
menyebabkan mereka tidak mau mengikuti dan menganutnya. Gambaran ini
adalah gambaran keadilan yang tidak diinginkan oleh tiap-tiap penganiaya.
Gambaran pertanggungan jawab yang amat ditakuti oleh orang-orang yang
berdosa.

d. taklid kepada nenek moyang

Taklid kepada nenek moyang secara membabi buta, dan mengikuti langkah-
langkah mereka dalam soal-soal peribadatan dan pergaulan adalah suatu
kebiasaan yang berurat berkat pada bangsa Arab.

e. Patung sebagai komoditi perdagangan

Orang Arab zaman dahulu, ialah memahat patung yang menggambarkan al


Lata, al ‘Uzza, Manat, dan Hubal. Patung-patung itu mereka jual kepada
jamaah-jamaah haji. Agama Islam melarang menyembah, memahat, dan
menjual patung. Saudagar-saudagar patung memandang agama Islam sebagai
penghalang rezeki, dan akan menyebabkan perniagaan mereka mati dan
lenyap.

Penjaga-penjaga Kabah pun merasa pula bahwa mereka akan kehilangan


kekayaan dan pengaruh, dahulu mereka peroleh karena mengabdi kepada
patung-patung, dan melayani orang-orang yang datang ke Mekkah untuk
mengunjungi patung-patung itu.

f. Konfrontasi kaum Quraisy terhadap Islam

Pada permulaan Islam, kaum Quraisy berjumlah mencurahkan perhatiannya


untuk menentang agama Islam. Pertama kali, mereka menghalangi hamba-
hamba dan orang-orang yang lemah. Kalau Muhammad bebas mengatakan apa
yang diinginkannya, tetapi hamba-hamba sahaya menurut pandangan mereka
tidaklah bebas atas jasmani dan rohani mereka sendiri. ‘Ammar serta isterinya
Sumaiyah, begitu juga Bilal, Khabab Ibnu Aris dan lain-lain menderita siksaan
yang berat, di luar perikemanusiaan. Siksaan-siksaan ini berbagai macam,
umpamanya pukulan dan tidak diberi makan dan minum. Yasir sampai
meninggal dunia waktu dia sedang disiksa. Perempuan Yasir terpekik ditikam
oleh Abu Jahal dengan lembing, sampai meninggal dunia.

Akan tetapi Nabi tidak dapat mereka siksa, karena Bani Hasyim
mempunyai kedudukan yang tinggi pada pandangan mereka. Dan Rasul sendiri
mendapat penjagaan dari Abu Thalib paman beliau.

Perlawanan kaum Quraisy pun makin tambah pula. Perlawanan itu tidak
hahnya dihadapkan kepada hamba sahaya dan orang-orang yang lemah,

Nabi mereka tuduh mengadakan perpecahan antara orang-orang dengan


keluarga dan hamba-hamba sahayanya, serta menghasut pemuda-pemuda
yang menjadi pengikutnya, menghinakan nenek moyang mereka dan dewa-
dewa yang mereka sembah.

4. Kaum Muslim Hijrah untuk Mencari Suaka ke Negeri Habsy

Keadaan kaum Muslimin yang disiksa oleh kaum Quraisy amat menyedihkan
sekali. Supaya mereka terhindar dari siksaan kaum Quraisy.

Rasulullah tidak memerintahkan kepada mereka untuk mencari suaka ke


negeri Yaman, karena negeri Yaman dibawah kekuasaan bangsa Persia dan
orang Persia tidak menganut agama ketuhanan dan juga tidak menghormati
agama ketuhanan. Buktinya Kaisar Persia mengirim utusan kepada gubernur
Yaman agar menangkap utusan Rasulullah untuk dideportasi ke Yaman.

Kaum muslimin akan berhijrah untuk mencari suaka ke negeri Habsyi! Karena
Rasulul mengetahui bahwa raja Habsyi seorang yang adil. Tidak pernah ada
orang teraniaya di sana. Nabi akan mengirim pengikut-pengikutnya ke negeri
Habsyi untuk mencari suaka.
Peristiwa ini terjadi pada tahun kelima sesudah Nabi diutus menjadi Rasul.
Rombongan pertaa yang berangkat ke negeri Habsyi terdiri atas 10 orang laki-
laki dan 4 orang perempuan. Diantaranya Usman bin ‘Affan beserta isteri
beliau Rukayah puteri Nabi, Zubair Ibnu ‘Awwam, Abdurrahman Ibnu ‘Auf, dan
Ja’far Ibnu Abi Thalib.

Kaum muslimin dapat diterima dengan baik dan mendapat penghormatan


yang besar dari Najasi (Negus) raja Habsyi, sehingga tatkala kaum Quraisy
meminta kepada raja Najasi agar kaum muslimin yang mencari suaka di
negerinya untuk dideportasi lagi ke Makkah. Permohonan itu ditolak oleh raja
Najasi dan kaum muslimin yang meminta suaka diperbolehkan tinggal dan
menetap di negara Habsyi dengan aman.

5. Memusuhi Rasulullah saw

Hijrah kaum muslimin ke Habsyi menggoncangkan kaum Quraisy.


Mereka berkeyakinan dengan hijrah itu, kaum muslimin akan bertebaran
ke segenap penjuru. Dan dimana mereka berada tentu mereka akan
menyeru agama Islam. Dengan demikian, peribadatan kepada Allah yang
akan menang, dan dapat mengalahkan peribadatan patung-patung.
Mereka merubah perhatian untuk membangun gerakan, yaitu mereka
mencoba menindasnya, atau membujuk Rasulullah agar menghentikan
seruan agama baru itu. Untuk membujuk Nabi, mereka menjanjikan
memberi Nabi harta benda yang banyak. Tetapi anjuran itu disambut oleh
Nabi dengan tolakan tegas. Nabi menyatakan :

“Demi Allah, andai kata mereka meletakkan matahari di kananku


dan bulan di kiriku, aku tidak akan berhenti menyeru kepada agama
Allah, hingga agama itu menang atau aku binasa karenanya.”

Muhammad mendapat perlindungan dari keluarganya, terutama dari paman


beliau Abu Thalib, tetapi beliau tidak luput juga dari berbagai macam
penganiayaan dan siksaan. Hanya isteri beliau Khadijahlah yang senantiasa
menjadi penawar hati yang dapat meringankan penderitaan-penderitaan beliau.
Beliau diterima isterinya dengan baik, bila beliau datang ke rumah berhati
masygul (sibuk). Beliau dibujuk dan dihibur hingga kegiatan dan ketabahan hati
beliau pulih kembali.

6. Hamzah dan Umar Ibnu Khattab Masuk Islam

Waktu Rasulullah sedang giat bertablig untuk menyeru kepada agama Islam,
di samping tindakan kaum Quraisy yang sangat menentang dakwah Rasulullah,
dua orang pahlawan Quraisy masuk Islam : yaitu Hamzah Ibnu Mutthalib dan
Umar Ibnu Khatthab. Kedua orang ini terkenal kuat dan cerdas.

Kaum Quraisy berkeyakinan bahwa membiarkan Muhammad menyeru


agamanya akan memberi kemenangan kepada agama itu. Lebih-lebih agama
Islam telah mulai menarik perhatian orang-orang yang terkenal kuat seperti
Hamzah dan Umar. Karena kaum Quraisy mulai mengambil langkah baru yang
lebih berani untuk memukul Muhammad itu tidak akan membangkitkan amarah
Bani Abdul Mutthalib, maka berkali-kali mereka datang kepada Abu Thalib,
memohonkan agar dilarangnya Muhammad mencela agama dan menghina
dewa-dewa mereka.

Mereka mengultimatum Abu Thalib dengan mangatakan, “Hai Abu Thalib,


kamu adalah seorang tua yang kami muliakan dan kami hargai. Kami telah
berkali-kali meminta kepadamu agar kamu melarang anak saudaramu itu,
namun kamu tidak juga melarangnya.

Akan tetapi ancaman itu tidak ada hasilnya, oleh sebab itu mereka berusaha
dengan cara lain yaitu mereka menawari Abu Thalib supaya menerima ‘Imarah
Ibnul Wali Ibnul Mugirah untuk diasuh dan dipeliharanya, dan mereka
mengambil Muhammad untuk dibunuh.
Permintaan ini ditolak oleh Abu Thalib, sambil melecehkan pikiran mereka.
Kata Abu Thalib : “Alangkah janggalnya tawaranmu itu. Kamu berikan anakmu
kepadaku untuk kuasuh dan kuberi makan, sedangkan anakku kuberikan
kepadamu untuk kamu bunuh.

7. Memboikot Bani Hasyim

Kaum Quraisy bermaksud memusuhi Bani Hasyim mereka mengadakan


pertemuan untuk membahas pemboikotan terhadap Bani Hasyim yang
menghasilkan kesepakatan bahwa mereka tidak akan mengadakan perkawinan
dan tiadak akan berjual beli dengan Bani Hasyim.

Pemboikotan terhadap Bani Hasyim ini adalah satu pemboikotan yang amat
kejam. Bani Hasyim menderita kesengsaraan, kelaparan dan kemiskinan. Tiga
tahun lamanya pemboikotan ini berlangsung.

Akan tetapi, penderitaan yang begitu dalam, begitu banyak dialami kaum
muslimin karena kekerasan pihak Quraisy padahal mereka masih merasakan
betapa beratnya kekerasan dan, kelaparan.

Merasa kesal melihat Rasulullah dan sahabat-sahabatnya dianiaya Hasyim


pergi menemui Zuhair bin Abi Umayyah (Banu Makhzum). Ibu Zuhair ini adalah
Atika Binti Abdul Mutthalib (Bani Hasyim).

“Zuhair”, kata Hisyam. “Kau sudi menikmati makanan, pakaian dan wanita-
wanita, padahal, seperti kau ketahui, keluarga ibumu tidak boleh
berhubungan dengan orang, berjual beli, tidak boleh saling mengawinkan.
Aku bersumpah, bahwa kalau mereka itu keluargaku dari pihak ibu, keluarga
Abul-Hakam ibn Hasyim, lalu aku diajak seperti mengajak kau, tentu akan
kutolak.”

Keduanya kemudian sepakat akan sama-sama membatalkan piagam itu, tapi


meskipun begitu harus mendapat dukungan juga dari orang lain, dan secara
rahasia mereka harus diyakinkan. Pendirian kedua orang itu kemudian disetujui
oleh Mut’im bin ‘Adi (Naufal, Abdul Bakhtari bin Hisyam, dan Zam’a bin Aswad
(keduanya dari Asad).

Dengan tujuh kali mengelilingi Kabah keesokannya paginya Zuhair bin


Umayya berseru kepada orang banyak : “Hai penduduk Makkah! Kamu sekalian
enak-enak makan dan berpakaian padahal Bani Hasyim binasa tidak dapat
mengadakan hubungan dagang! Demi Allah saya tidak akan duduk sebelum
piagam yang kejam itu dirobek!”.

Abu jahl begitu mendengar ucapan itu, ia pun berteriak : “Bohong! Tidak
akan kita robek!”.

Saat itu juga terdengar suara-suara Zam’a, Abul-Bakhtari, Mut’im, dan ‘Amr ibn
Hisyam mendustakan Abu Jahl dan mendukung Zuhair.

Abu Jahl segera menyadari bahwa peristiwa ini akan terselesaikan juga
malam itu dan orangpun sudah menyetujui. Merasa khawatir, lalu cepat-cepat
ia pergi, waktu itu, Mut’im bersiap akan merobek piagam tersebut, dilihatnya
sudah mulai dimakan rayap, kecuali pada bagia pembukaannya yang berbunyi :
“Atas nama-Mu ya Allah…”.

Dengan demikian terdapat kesempatan pada Muhammad dan sahabat-


sahabat pergi meninggalkan celah bukit yang curam itu dan kembali ke
Makkah. Kesempatan berjual beli dengan Quraisy juga terbuka, sekalipun
hubungan antara keduanya seperti dulu, masing-masing siap siaga bila
permusuhan itu kelak sewaktu-waktu memuncak.

Muhammad dan pengikut – pengikutnya pun keluar dari lembah bukit-bukit


itu. Seruannya dikumandangkan lagi kepad apenduduk Makkah dan kepada
kalibah-kalibah yang pada bulan-bulan suci datang berziarah ke Makkah.
Meskipun ajakan Muhammad sudah tersiar kepada seluruh kabilah Arab di
samping banyaknya mereka yang sudah menjadi pengikutnya, tapi sahabat-
sahabat Rasul tidak selamat dari siksaan Quraisy, juga tidak dapat
mencegahnya.

8. Abu Thalib dan Khadijah Wafat

Beberapa bulan kemudian sesudah penghapusan piagam itu, secara tiba-


tiba sekali dalam satu tahun saja Muhammad mengalami duka cita yang sangat
menekan perasaan, yakni kematian Abu Thalib dan Khadijah secara berturut-
turut. Waktu itu Abu Thalib sudah berusia delapan puluh tahun lebih. Setelah
Quraisy mengetahui ia dalam keadaan sakit yang akan merupakan akhir
hayatnya, mereka merasa khawatir apa yang akan terjadi nanti antara mereka
dengan Muhammad dan sahabat-sahabatnya.

“Abu Thalib, seperti kau ketahui, kau adalah dari keluarga kami juga.
Keadaan sekarang seperti kau ketahui sendiri, sangat mencemaskan kami.
Engkau juga sudah mengetahui keadaan kami dengan kemenankanmu itu.
Panggillah dia.

Muhammad datang tatkala mereka masih berada di tempat pemannya. Setelah


diketahuinya maksud kedatangan mereka, iapun berkata :

“Sepatah kata saja saya minta, yang akan membuat mereka merajai semua
orang Arab dan bukan Arab.”

“Ya, demi bapakmu”. Jawab Abu Jahl.

Ketika Abu Thalib meninggal hubungan Muhammad dengan pihak Quraisy


lebih buruk lagi dari yang sudah-sudah.

Sesudah Abu Thalib, disusul pula dengan kematian Khadijah, Khadijah yang
menjadi sandaran Muhammad, Khadijah yang telah mencurahkan segala rasa
cinta dan kesetiaannya, dengan perasaan yang lemah lembut, dengan hati yang
bersih, dan dengan kekuatan iman yang ada padanya. Khadijah, yang dulu
menghiburnya bila ia mendapat kesedihan, mendapat tekanan dan yang
menghilangkan rasa takut dalam hatinya. Ia adalah bidadari yang penuh kasih
saying.

Abu Thalib pun meninggal, orang menjadi pelindung dan perisai terhadap
segala tindakan musuh. Pengaruh apakah yang begitu sedih, begitu pedih
menusuk jiwa Muhammad saw? Dua peristiwa itu akan meninggalkan luka
parah dalam jiwa orang – yang bagaimanapun kuatnya – akan menusukkan
racun putus asa ke dalam hatinya. Ia akan dikuasai perasaan sedih dan duka,
akan dirundung kepiluan dan akan membuatnya jadi lemah, tidak dapat
berpikir lain di laur dua peristiwa yang sangat mengharukan itu, sehingga
tahun itu disebut dengan ”Amul Huzni”.

9. Quraiys Semakin Ganas

Ketika seorang pandar Quraisy mencegatnya di tengah jalan lalu


menyiramkan tanah ke atas kepalanya. Ia pulang ke rumah dengna tanah yang
masih di atas kepala. Fatimah puterinya lalu datang mencucikan tanah yang di
kepala itu. Ia membersihkannya sambil menangis. Juga secercah duka yang
menyelinap ke dalam hati adalah rintihan jiwa yang sungguh keras, terasa
mencekik leher dan hampir pula menggenangi mata.

Muhammad adalah seorang ayah yang sungguh bijaksana dan penuh kash
sayang kepada putrid-putrinya. Apakah yang kita lihat ia lakukan terhadap
tangisan anak perempuan yang baru saja kehilangan ibunya itu? Menangis
hanya karena melapetaka yang menimpa ayahnya? Tidak lebih dari semua itu ia
hanya menghadapkan. Hatinya kepada Allah dengan penuh iman akan segala
pertolonganNya. “Jangan menangis anakku”, katanya kepada putrinya yang
sedang berlinang air mata itu. “Tuhan akan melindungi ayahmu.”
Kemudian diulangnya : “sebelum wafat Abu Thalib orang-orang Quraisy itu
tidak seberapa mengganggu saya.”

10. Muhammad Pergi ke Thaif

Gangguan orang yang pernah dialami Muhammad seolah dapat meringankan


perbuatan buruk yang dilakukan Thaqif, meskipun mereka tetap kaku tidak
mau mengikutinya. Keadaan itu sudah diketahui pula oleh Quraisy sehingga
gangguan mereka kepada Muhammad makin menjadi-jadi. Kepada kabilah-
kabilah Arab pada musim ziarah, ia memperkenalkan diri, mengajak mereka
mengenal arti kebenaran. Diberitahukannya kepada mereka, bahwa ia adalah
nabi yang diutus, dan dimintanya mereka mempercayainya.

Abu Lahab pamannya tidak membiarkannya, bahkan dibuntutinya ke mana


ia pergi. Dihasutnya orang agar tidak mau mendengarkan.

Muhammad sendiri tidak cukup hanya memperkenalkan diri kepada kabilah-


kabilah Arab pada musim ziarah di Makkah saja, bahkan ia mendatangi Banu
Kinda ke rumah-rumah mereka, mendatangani Banu Kalb, juga ke rumah-
rumah mereka. Banu Hanifa dan Banu ‘Amir bin Sha’sha’a tapi tidak seorangpun
dari mereka yang mau mendengarkan Banu Hanifa bahkan menolak dengan
cara yang buruk sekali. Sedangkan Banu ‘Amir menunjukkan ambisinya, bahwa
kalau Muhammad mendapat kemenangan, maka sebagai penggantinya, segala
persoalan nanti harus berada di tangan mereka. Tetapi setelah dijawab, bahwa
masalah itu berada di tangan Tuhan, merekapun lalu membuang muka dan
menolaknya seperti yang lain.

E.Manfaat dari Dakwah Rasulullah saw. Di Makkah.


Beberapa manfaat yang dapat kita ambil dari dakwah Rasulullah saw. adalah sebagai
berikut:
1. Iman kepada Allah Swt. Yang kuat dan beramal kebaikan.
2. Tanggung jawab dan cita-cita yang mulia untuk berdakwah.
3. Ketabahan dan keteguhan hati (bersabar)

Anda mungkin juga menyukai